Materi Ajar Dan LKPD Anekdot

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 6

Materi Ajar Bahasa Indonesia Kelas X

Kompetensi Dasar:
3.5 Mengevaluasi teks anekdot dari aspek makna tersirat

Teks Anekdot

A. Pengertian Teks anekdot


Anekdot adalah sebuah cerita singkat dan lucu atau menarik, yang mungkin
menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya. Anekdot bisa saja sesingkat pengaturan
dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot selalu disajikan berdasarkan pada kejadian
nyata melibatkan orang-orang yang sebenarnya, apakah terkenal atau tidak, biasanya di
suatu tempat yang dapat diidentifikasi. Namun, seiring waktu, modifikasi pada saat
penceritaan kembali dapat mengubah sebuah anekdot tertentu menjadi sebuah fiksi,
sesuatu yang diceritakan kembali tetapi "terlalu bagus untuk nyata".
Kata 'anekdot' dalam (Yunani: ἀνέκδοτον "tidak diterbitkan", secara harfiah "tidak
dikeluarkan") berasal dari Procopius of Caesarea, penulis biografi dari Justinian I, yang
membuat sebuah karya berjudul Ἀνέκδοτα (Aul nekdota, secara beragam diterjemahkan
dengan Memoar yang tak diterbitkan atau Kisah Rahasia), yaitu sebuah koleksi kejadian-
kejadian singkat dari kehidupan pribadi dari istana Bizantin. Secara bertahap,
makna anekdot dipakai untuk setiap kisah singkat yang digunakan untuk menekankan atau
mengilustrasikan apapun poin yang si penulis inginkan.

B. Tujuan Anekdot
Teks anekdot mengandung unsur lucu. Tetapi tidak setiap cerita yang lucu dapat
digolongkan ke dalam anekdot. Contohnya lawak yang juga mengandung unsur lucu,
namun lawak bukan merupakan anekdot karena lawak tujuannya adalah untuk menghibur
semata. Anekdot memang terkadang membangkitkan tawa namun itu bukan lelucon. Salah
satu hal yang membedakan antara lawak dan anekdot adalah pada tujuannya. Anekdot
bertujuan untuk untuk mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum, sedangkan
lawak tujuannya untuk menghibur. Teks anekdot memiliki ciri mengandung unsur kritikan
untuk seseorang, dan lebih kepada menyindir suatu hal. Teks anekdot mempunyai tujuan
berikut ini.
1. Menyampaikan kritikan secara tidak langsung dengan cara sindiran pada layanan
publik di bidang hukum, politik, lingkungan, dan sosial.
2. Membangkitkan tawa untuk menghibur pembacanya.
3. Mengungkapkan suatu kebenaran yang lebih umum dari kisah singkat itu sendiri atau
untuk melukiskan suatu sifat dengan ringan.
C. Ciri-ciri Teks Anekdot
Teks ankedot memiliki ciri-ciri yaitu :
1. Anekdot terkadang bersifat sindiran alami.
2. Mengungkapkan suatu kebenaran yang diketahui umum
3. Singkat dan lucu atau menarik
4. Kelucuannya mengandung misi lain seperti bentuk ironi
5. Menggambarkan kejadian atau orang sebenarnya
6. Kadang menampilkan karakter hewan dan figur manusia pada umumnya dan sering
terhubung dengan realitas, meskipun perumpamaan dan anekdot tentu berbeda dalam
kekhususan sejarah mereka.

D. Jenis-jenis Teks Anekdot


Jenis-jenis Teks Anekdot ada 2 macam yaitu lisan dan teks.
1. Teks Anekdot Lisan
Anekdot secara lisan dapat berupa bentuk-bentuk singkatan yang menggunakan
singkatan yang sudah umum digunakan namun memiliki makna baru yang dianggap lucu,
contohnya:
KUDIS : KUrang DISiplin
ASMA : Asal Mengisi Absen
TBC : Tidak Bisa Computer
KRAM : Kurang teRAMpil
ASAM URAT : Asal Sampai Kantor, terus URing-uringan Atau Tidur.
GINJAL : Gaji Ingin Naik tapi kerJAnya Lambat
PUCAT : PUlang CePAT

2. Teks Anekdot Tulis


Anekdot teks tertulis dapat disajikan dalam bentuk cerita, dialog/drama, dan puisi.
Perhatikan contoh berikut:
Pengemis dan Manajer

Manager : Pak, cape ya abis ngemis? Lapar ya pak..?


Pengemis : Biasa saja. Hari ini saya sudah makan 3 kali kok.
Manager : Loh..? uangnya cuman buat makan bapak doank? Anak dan istri di rumah
makan apa?
Pengemis : Kayak orang susah aja! Td pagi saya sekeluarga abis ngerayain ultah anak
saya yg kelima di Mc. Donald bareng guru-guru dan teman-teman sekolahnya
sekolahnya. Siang ini istri dan anak saya barusan BBM saya, mrk lg makan di
Pizza Hut !
Manager : Emank bapak ngemis 1 hari dapat berapa?
Pengemis : Nih ya.. Saya kasih tau..!! Saya ngemis dari jam 07.00-17.00. Lampu merah
atau hijau waktunya 60 detik. Setiap 60 detik paling tidak saya bisa dapat Rp
2.000. 1 jam = 60 kali lampu merah Hijau, berarti 60 x 2.000 = 120.000 /jam
1 hari saya kerja 10 jam, 1 jam buat istirahat jadi 9 jam. 9 jam x 120.000 =
1.080.000/hari. 1 bulan saya kerja 26 hari.26 hari x 1.080.000 =
28.080.000/bulan.
(Manager sampai kaget dan bengong mendengar cerita pengemis itu)
Pengemis : Emang mas jadi manager, gaji per bulannya berapa?
Manager : Rp6.000.000,-
Pengemis : Ijazah?
Manager : S-2
E. Struktur Teks Anekdot
Teks Anekdot memiliki 5 struktur, diantaranya
1. Abstraksi, adalah bagian awal paragraf yang berfungsi memberikan gambaran tentang
isi teks. Biasanya menunjukkan hak yang unik.
2. Orientasi, adalah bagian yang menunjukkan awal cerita atau latar belakang peristiwa
itu terjadi.
3. Krisis, adalah bagian dimana hal yang menarik ataupun hal yang tidak biasa terjadi
pada tokoh cerita.
4. Reaksi, adalah bagian bagaimana cara penulis atau tokoh cerita menyelesaikan masalah
pada bagian krisis.
5. Koda, adalah bagian dari akhir cerita. Bagian ini dapat berisi kesimpilan mengenai
kejadian yang terjadi pada tokoh cerita.

F. Makna Tersirat dalam Teks Anekdot


Anekdot memiliki kaidah-kaidah sebagai berikut.
1. Struktur isi anekdot berupa cerita ataupun narasi singkat. Di dalamnya ada tokoh, alur
dan latar.
a. Tokohnya bersifat faktual, biasanya orang-orang terkenal.
b. Alur berupa rangkaian peristiwa yang benar-benar terjadi ataupun sudah
mendapat polesan maupun tambahan-tambahan dari pembuat anekdot itu
sendiri.
c. Latar berupa waktu, tempat, ataupun suasana dalam anekdot diharapkan
bersifat faktual.
Artinya benar-benar ada di dalam kehidupan yang sesungguhnya.
2. Kaidah anekdot yakni (1) berupa lelucon ataupun cerita menggelitik dan (2) di
dalamnya terkandung kebenaran tertentu yang bisa menjadi bahan pelajaran bagi
khalayak.

Perhatikan contoh berikut.


Kuli atau Kiai?

Rombongan jamaah haji dari Tegal tiba di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah Arab
Saudi. Langsung saja kuli-kuli dari Yaman berebutan untuk mengangkut barang-barang
yang mereka bawa. Akibatnya, dua orang di antara kuli-kuli itu terlibat percekcokan serius
dalam bahasa Arab.
Melihat itu, rombongan jamaah haji tersebut spontan merubung mereka, sambil
berucap: Amin, Amin, Amin!
Gus Dur yang sedang berada di bandara itu menghampiri mereka: “Lho kenapa
Anda berkerumun di sini?”
“Mereka terlihat sangat fasih berdoa, apalagi pakai serban, mereka itu
pasti kiai. Makanya omongan mereka langsung kami amini, Gus!”

Makna tersirat:
Untuk memahami makna kelucuan dalam sebuah anekdot antara pembaca dan
pembuat ankedot harus terjali sebuah garis kesepahaman latar belakang seperti budaya,
kebiasaan, dan pengetahuan yang sama berkaitan dengan isi anekdot. Pada anekdot di atas
kelucuan dpaat ditangkap bila pembacanya seseorang yang mengenal budaya kaum
muslim di Indonesia, terutama di daerah Tegal. Apabila pembaca tidak mengenal
kebiasaan masyarakat yang demikian, mungkin teks di atas tidak terasa lucu.
Pada umumnya seorang kiai itu memakai sorban dan sering melafalkan dos-doa
menggunakan bahasa Arab. Saat kiai memimpin doa orang-orang (makmum) akan
berucap, “amin, amin, amin!” seraya menengadahkan tangan (makna dalam tindakan ini
bertujuan untuk berdoa). Kelucuan tercipta saat peristiwa yang sama dilakukan pada
konteks komunikasi yang tujuannya berbeda, yakni di bandara saat melihat orang
bersorban yang sedang cekcok menggunakan bahasa Arab (makna dalam tindakan ini
untuk ini untuk komunikasi biasa leh para kuli dari Arab).

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK


Kelompok :
Nama Anggota :
1. ....................................................................
2. ....................................................................
3. ....................................................................
4. ....................................................................
5. ....................................................................
Si Tukang Kayu membela diri, “ kalau itu permasalahannya, ya, jangan
salahkan saya, salahkan saja si Penjual Kayu yang menjual kayu yang jelek.” Yang
Mulia Hakim berpikir, “benar juga apa yang dikatakan si Tukang Kayu ini. Si Penjual
Kayu inilah yang menyebabkan Tukang Kayu membawa kayu yang jelek untuk si
Pembuat Jembatan.” Lalu, Hakim berkata kepada pengawalnya, “Hai pengawal, bawa
Kompetensi Dasar:
si Penjual Kayu kemari untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya!”. Pergilah si
Pengawal
3.5 menjemput
Mengevaluasi teks si Penjualdari
anekdot Kayu.
aspek makna tersirat
Si Penjualmakna
4.5 Mengontruksi Kayu tersirat
dibawadalam
oleh sebuah
pengawal tekstersebut
anekdotke hadapan
baik hakim.tulis
lisan maupun “Yang
Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga dibawa ke sidang pengadilan ini?” kata
si penjual kayu. Sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu sangat besar karena kamu
Kegiatan :
tidak menjual kayu yang bagus kepada si Tukang Kayu sehingga jembatan yang
1.dibuatnya
Perhatikan tekskukuh
tidak anekdotdan
di bawah ini!
menyebabkan seseorang kehilangan kuda dan barang
2.dagangannya
Secara berdiskusi analisislah struktur, isi, dan
dalam pedati.” Si Penjual Kayu menjawab, makna tersirat anekdot
“kalau tersebut!
itu permasalahannya,
3.jangan
Presentasikanlah pendapat-pendapat Anda di depan teman-teman
menyalahkan saya. Yang salah pembantu saya. Dialah yang menyediakan untuk ditanggapi.
4.beragam
Tulis jawaban Anda pada lembar yang disediakan guru.
jenis kayu untuk dijual. Dialah yang salah member kayu yang jelek kepada si
Tukang Kayu itu.” Benar juga apa yang dikatakan si Penjual Kayu itu. “Hai pengawal
bawa si pembantu ke hadapan ku!” Maka si Pengawal pun menjemput si Pembantu.
Hukum Peradilan
Seperti halnya orang yang telah dipanggil terlebih dahulu oleh hakim, si
Pembantu pun bertanya kepada hakim perihal kesalahannya. Sang Hakim member
Pada zaman dahulu di suatu Negara (yang pasti bukan Negara kita) ada seorang
penjelasan tentang kesalahan si Pembantu yang menyebabkan Tukang Pedati
tukang pedati yang rajin dan tekun. Setiap pagi dia membawa barang dagangan nya ke
kehilangan kuda dan dagangannya sepedati. Si Pembantu tidak secerdas tiga orang
pasar dengan pedatinya. Suatu pagi dia melewati jembatan yang baru dibangun. Namun
yang telah dipanggil terlebih dahulu sehingga ia tidak bisa memberi alasan yang
sayang, ternyata kayu yang dibuat untuk jembatan tersebut tidak kuat. Akhirnya,
memuaskan sang Hakim. Akhirnya, sang Hakim memutuskan si Pembantu harus
tukang pedati itu jatuh ke sungai. Kuda beserta dagangannya hanyut.
dihukum dan memberi ganti rugi. Berteriaklah sang Hakim kepada pengawal, “Hai
Si Tukang Pedati dan keluarganya tidak terima karena mendapat kerugian gara-
Pengawal, masukkan si Pembantu ini ke penjara dan sita semua uangnya sekarang
gara jembatan yang rapuh. Setelah itu, mereka melaporkan kejadian itu kepada hakim
juga!”
untuk mengadukan si Pembuat Jembatan agar dihukum dan memberi uang ganti rugi.
Beberapa menit kemudian, sang Hakim bertanya kepada si Pengawal, “Hai,
Zaman dahulu orang dapat melapor langsung ke hakim karena belum ada polisi.
Pengawal apakah hukuman sudah dilaksanakan?” Si Pengawal menjawab, “Belum,
Permohonan keluarga si Tukang Pedati dikabulkan. Hakim memanggil si Pembuat
Yang Mulia, sulit sekali untuk melaksanakannya.” Sang Hakim bertanya, “Mengapa
Jembatan untuk diadili. Namun, si Pembuat Jembatan tentu protes dan tidak terima. Ia
sulit? Bukankah kamu sudah biasa memenjarakan dan menyita uang orang?”. Si
menimpakan kesalahan kepada tukang kayu yang menyediakan kayu untuk bahan
Penjual menjawab, “Sulit, Yang Mulia. Si Pembantu badannya terlalu tinggi dan
jembatan itu. Setelah itu, hakim memanggil si Tukang Kayu.
gemuk. Penjara yang kita punya tidak muat karena terlalu sempit dan si Pembantu itu
Sesampainya di hadapan hakim, si Tukang Kayu bertanya kepada hakim. “
tidak punya uang untuk disita.” Sang Hakim marah besar, “Kamu bego amat!
Yang Mulia Hakim, apa kesalahan hamba sehingga hamba dipanggil ke persidangan?”.
Gunakan dong akalmu, cari pembantu si Penjual Kayu yang lebih pendek, kurus, dan
Yang Mulia Hakim menjawab, “kesalahan kamu sangat besar. Kayu yang kamu bawa
punya uang!”. Setelah itu, si Pengawal mencari pembantu si Penjual Kayu yang lain
untuk membuat jembatan itu ternyata jelek dan rapuh sehingga menyebabkan
yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang.
seseorang jatuh dan kehilangan pedati beserta kudanya. Oleh karena itu, kamu harus
Si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya uang bertanya kepada
dihukum dan mengganti segala kerugian si Tukang Pedati.”
hakim, “Wahai, Yang Mulia Hakim. Apa kesalahan hamba sehingga harus di penjara?”
Dengan entengnya sang Hakim menjawab, “Kesalahanmu adalah pendek, kurus, dan
punya uaaaaang!!!!”. Setelah si Pembantu yang berbadan pendek, kurus, dan punya
uang itu dimasukkan ke penjara dan uangnya disita, sang Hakim bertanya kepada
khalayak ramai yang menyaksikan pengadilan tersebut, “Saudara-saudara semua,
bagaimanakah menurut pandangan kalian, pengadilan ini sudah adil?”. Masyarakat
yang ada serempak menjawab, “Adiiill!!!”

Anda mungkin juga menyukai