Makalah Tabir Surya
Makalah Tabir Surya
Makalah Tabir Surya
TABIR SURYA
Disusun oleh :
Yolanda 2443016075
PROGRAM STUDI S1
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kulit merupakan lapisan terluar dari tubuh yang memainkan peran penting dalam
melindungi tubuh terhadap kuman dan kehilangan air yang berlebihan, pengaturan suhu,
sensasi, dan sintesis vitamin D. Kulit yang tidak terawat ataupun tidak terlindung akan rusak,
kerusakan kulit yang parah akan menyebabkan terbentuknya jaringan parut, menyebabkan kulit
berubah warna dan depigmentasi yang bervariasi antar populasi. Oleh karena itu kosmetik
adalah salah satu cara untuk mencegah hal tersebut (Rieger, 2000).
Sinar ultraviolet, meskipun tidak dapat dilihat oleh mata manusia, merupakan bagian dari
sinar matahari yang sangat berpengaruh pada kulit. Sinar ultraviolet adalah jenis radiasi
electromagnetik, seperti gelombang radio, sinar inframerah, sinar-x, dan sinar gamma. Sinar
uv yang berasal dari matahari tidak tampak namun dapat mengakibatkan kulit terbakar dan
kulit berwarna kecoklatan.
Paparan sinar matahari dapat memiliki efek yang meguntungkan dan berbahaya pada
manusia bergantung pada panjang gelombang dan intensitas sinar matahari dan sensitivitas
individu yang bersangkutan. Secara psikologis dan fisiologis efek menguntungkan paparan
sinar matahari menyebabkan tubuh dapat menstimulasi sirkulasi darah dengan baik, mendorong
pembentukan hemoglobin, dan mengurangi laju dari tekanan darah.
Efek yang merugikan dari paparan sinar UV tergantung pada lamanya dan jumlahnya
paparan, intensitas radiasi solar yang tergantung pada jaraknya ekuator dan faktor genetik.
Umumnya efek yang tampak pertama kali setelah paparan adalah berupa kemerahan kulit
(erytema) diikuti perubahan warna kehitaman yang dapat dianggap sebagai tanda bahwa tubuh
dalam keadaan sehat. Jadi, timbulnya warna kehitaman merupakan tanda adanya reaksi
pertahanan tubuh terhadap radiasi sinar matahari agar efek kerusakannya diperkecil.
Secara alamiah tubuh mempunyai pertahanan terhadap sinar UV dengan adanya keratin,
melanin, asam uroanic, glucatione peroxidase reductase. Namun alangkah baiknya, dapat
dilakukan penghindaran paparan sinar matahari antara jam 10.00-13.00 dengan
menggunakan pelindung (Harry’s Cosmeticology, 1982)
Radiasi Sinar UV dibagi menjadi 3, yaitu:
b. UV-B (290nm-320nm) merupakan radiasi sengatan matahari atau radiasi UV. Efektif
dalam menyebabkan erythemogenic, radiasi yang diberikan menghasilkan sengatan
pada kulit dan dapat membuat reaksi iritasi dan menyebabkan pembentukan melanin
serta membuat warna kulit menjadi coklat.
c. UV-C (200nm-290nm) radiasi UV-C merupakan radiasi pendek atau radiasi kuman.
Dapat merusak jaringan akan tetapi pada radiasi UV-C tersebut disaring dari sinar
matahari oleh ozon namun dipancarkan oleh sumber UV buatan. Dapat menyebabkan
erythema (Harry’s Cosmeticology, 1982).
Pada UV A, B, C terdapat perbedaan energi dan prodksi terhadap reaksi eritema terhadarp
interval waktu dan paparan. Pada energi UV A hasil dari paparn sinar radiasi menyebabkan
eritema pada pada intensitas maksimu 72 jam. Pada radiasi sinar UV B reaksi eritema terjadi
pada 6-24 jam setelah paparan (Harry’s Cosmeticology, 1982).
Untuk menghindari tubuh kita terpapar sinar matahari secara langsung, ada beberapa hal
yang dapat kita lakukan. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan tabir surya pada kulit
sebelum beraktifitas di luar. Kosmetik ini diformulasi mengandung bahan yang dapat
melindungi kulit dari sinar UVA dan UVB. Tabir surya dapat berupa sunscreen dan sunblock.
Sunscreen, sesuai dengan namanya, berfungsi menyaring (screen, filter) sinar ultraviolet.
Secara kimiawi sunscreen menyerap sinar UV B agar tidak menyerang sel kulit. Dan berguna
untuk melindungi kulit dengan mengabsorbsi radiasi UV dan mengubahnya menjadi energi
panas. Kekurangan dari sediaan ini adalah bersifat fotolabil serta terdegradasi dan teroksidasi.
Sifat-sifat sunscreen sebagai berikut :
c. Tahan terhadap keringat, air dan tidak menyebabkan lengkel pada kulit
d. Memiliki karakteristik kelarutan yang cocok
Sementara sunblock, Merupakan sediaan tabir surya yang mekanisme kerjanya secara fisik
memantulkan sinar UV. Memberikan perlindungan terhadap sinar UV A dan UV B. Toksisitas
rendah karena bekerja secara fisik, stabil terhadap cahaya dan tidak menunjukkan reaksi
fototoksik atau fotoalergik (Harry’s Cosmeticology, 1982).
Sun Protecting Factor merupakan perbandingan antara dosis minimal yang diperlukan
untuk menimbulkan erythema pada kulit yang diolesi oleh sediaan tabir surya dengan kulit yang
tidak diolesi sediaan tabir surya. Sediaan tabir surya dapat ditentukan efektivitasnya dengan
menggunakan nilai SPF (Sun Protecting Factor) dari sediaan. Nilai SPF menggambarkan
kemampuan produk tabir surya dalam melindungi kulit dari erythema. Semakin tinggi nilai SPF
maka semakin besar pula penghambatan terjadinya erythema akibat induksi sinar UV.
UV, kemudian dilakukan evaluasi dan dicatat pada dosis terendah mulai nampak kemerahan
pada kulit. Angka SPF menyatakan berapa kali daya tahan alami kulit seseorang dilipat gandakan
sehingga dapat terlindung dari radiasi sinar matahari tanpa terkena luka bakar. Pengujian nilai
SPF dapat dilakukan secara in vivo maupun in vitro (Rieger, 2000).
1.2 Tujuan
a. Untuk mengetahui kandungan dan formula dari tabir surya (sunscreen)
TINJAUAN PUSTAKA
Sediaan tabir surya adalah sediaan kosmetika yang digunakan sebagai salah satu
perlindungan untuk mengurangi dampak paparan sinar matahari. Formulasinya mengandung zat
aktif untuk menyerap atau menyebarkan sinar matahari terutama daerah emisi gelombang
ultraviolet dan inframerah (Geraldine dan Hastuti, 2018). Sediaan tabir surya sering di desain
sebagai system emulsi sedangkan kinerja tabir surya ditentukan oleh faktor perlindungan matahari
( sun protecting factor/ SPF). SPF dipengaruhi oleh tipe bahan aktif tabir surya, fasa minyak emulsi,
fasa air emulsi, proses emulsifikasi dan faktor lain. Untuk memformulasikan tabir surya dengan
SPF tinggi, yang harus dipertimbangkan paling utama adalah dapat memblok UVB sebanyak
mungkin (Agoes, 2015).
Gejala terbakar matahari adalah akibat langsung dari kerusakan atau perusakan sel-sel pada
lapisan sel kulit pada kulit, mungkin melalui denaturasi konstituen proteinnya. Zat seperti histamin
yang dihidupkan kembali oleh sel-sel yang rusak bertanggung jawab atas pelebaran pembuluh
darah dan eritema. Berikut ini 4 derajat kategori sunburn (Harry’s Cosmeticology, 1982):
• Minimal perceptive erythema - warna kulit merah atau pink yang sedikit tetapi terlihat dari
kulit, diproduksi dalam 20 menit.
• Vivid Erythema - warna merah terang pada kulit, tidak disertai dengan rasa sakit,
diproduksi dalam 50 menit
• Painful burn - ditandai dengan eritema yang jelas dan nyeri mulai dari ringan hingga intens,
diproduksi dalam 100 menit.
• Blistering burn - ditandai dengan tingkat rasa sakit yang sangat tinggi disertai dengan
eritema yang jelas dan kemungkinan gejala sistematis dengan lepuh dan mengelupas,
diproduksi dalam 200 menit.
2.1.2 Macam Tabir Surya
• Sunburn Preventive agents : didefinisikan sebagai tabir surya yang menyerap 95 persen
atau lebih radiasi UV dalam panjang gelombang 290-320 nm dan mencegah terbakarnya
kulit akibat paparan sinar matahari.
• Suntanning Agents : didefinisikan sebagai tabir surya yang menyerap setidaknya 85 persen
radiasi UV dalam kisaran panjang gelombang dari 290 nm-320 nm, tetapi juga dapat
mentransmisikan sinar UV dengan panjang gelombang lebih dari 320 nm dan menghasilkan
warna muda kecoklatan pada kulit. Agen-agen ini akan menghasilkan beberapa erythema
pada kulit tetapi tanpa rasa sakit.
a. Efektif dalam menyerap radiasi eritmogenik pada rentang panjang gelombang 290-320 nm
tanpa menimbulkan kerusakan yang akan mengurangi efisiensinya atau menimbulkan
senyawa beracun atau iritasi.
d. Memiliki karakteristik mudah larut yang sesuai untuk memberikan formulasi kosmetik
yang sesuai.
e. Tidak berbau dan memiliki sifat fisik yang memuaskan seperti daya lengketnya, dll.
Dimana MED (PS) adalah dosis eritemal minimum untuk kulit terlindungi setelah diterapkan 2 mg
cm-2 atau 2 µl cm-2 dari formulasi akhir dari produk tabir surya, dan MED (AS) adalah dosis
eritemal minimum untuk kulit yang tidak terlindungi, yaitu kulit yang belum diterapkan produk
sunscreen, Semakin besar SPF semakin besar perlindungan yang diberikan tabir surya (Harry’s
Cosmeticology, 1982)
Menurut buku harry’s cosmetology disebutkan bahwa semua produk tabir surya harus
dinilai untuk konsumen sesuai dengan tingkat perlindungan yang mereka butuhkan, nilai SPF
berkisar antara 2-8. Produk dengan nilai SPF > 8 dengan demikian akan memberikan perlindungan
maksimal untuk individu yang selalu mudah terbakar , sedangkan produk dengan nilai SPF 2 akan
cocok untuk mereka yang jarang terbakar .
Tabel 2.1 Rekomendasi nilai SPF menurut jenis kulit (Harry’s Cosmeticology, 1982)
Kategori VI (tidak pernah terbakar dan sangat berpigmen) Tidak ada indikasi
Produk dalam kategori perlindungan maksimal ( SPF 8) akan melindungi rata-rata orang yang
terkena sengatan matahari dalam 40 menit atau terpapar sinar matahari pada jam-jam terbakar
matahari yang berbahaya antara pukul 10 pagi dan 2 siang, selama 40 x 8 320 menit. Namun,
begitu kulit terbiasa dengan matahari (mengembangkan perlindungan melalui pigmentasi). Orang
yang sangat sensitif terutama yang membutuhkan perlindungan terhadap sinar matahari disarankan
untuk menggunakan produk dalam kategori 'perlindungan ultra' (SPF 15 atau lebih) (Harry’s
Cosmeticology, 1982)
Saat ini bahan tabir surya yang sering digunakan oleh para formulator adalah oktil metoksi
sinamat, karena terjadinya fotosensititasi pada penggunaan padimate O (PABA). Titan dioksida
dan seng oksida adalah 2 bahan aktif tabir surya baru yang penting untuk formulator. Kedua bahan
ini menunjukan sifat absorbs pada sebagian besar daerah spectrum UVB dan UVA sehingga
memberikan nilai SPF tinggi pada konsentrasi relative rendah (Agoes, 2015).
Tabel 2.2 Bahan aktif tabir surya yang disetujui FDA (Agoes, 2015)
Bahan Aktif Konsentrasi Maksimum Rentang Perlindungan
Avobenzone 3% UVA
Sinoksat 3%
Dioksibenzon 3% UVA
Oksibenzon 6% UVA
Sulisobenzone 10%
Pelarut memungkinkan bahan aktif tabir surya diemulsifikasi, diantara pelarut ini adalah
butiloktil salisilat yang dapat pula menstabilkan beberapa bahan aktif tabir surya terhadap
fotodegradasi. Seperti pada sediaan dengan bahan aktif avobenzone yang kebanyakan memakai
pelarut butiloktil salisilat (Agoes, 2015).
Tabel 2.3 Pelarut Untuk Bahan Aktif Tabir Surya (Agoes, 2015).
Alkil salisilat Isononil isononanoat
Zat yang menyebabkan sediaan tahan air adalah material yang melindungi bahan aktif tabir
surya dari penghilangan/ peluruhan oleh air dengan mudah. Hal ini merupaka kareteristik penting
dari tabir srya yang aka digunakan di pantai, kolam renan atau aktivitas fisik yang tinggi. Beberapa
zat sebagai agen penahan air umumnya figunakan berdasarkan karakteristik pembentuk lapisan
tipis (film) atau karakteristik hidrofobik (Agoes, 2015).
Tabel 2.4 Zat yang Menimbulkan Sifat Tahan Air (Agoes, 2015).
Pembentuk lapisan tipis film Pembentuk halangan hidrofobik
Trikontanil PVP
Amidaa kopolimer
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
2.4 Evaluasi sediaan tabir surya
• pH
• viskositas,
• penentuan SPF
• penentuan tipe
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Putri, Y.D., Kartamihardja, H. dan Lisna, I.,. 2019, Formulasi dan Evaluasi Losion Tabir
Surya Ekstrak Daun Stevia/(Stevia rebaudiana Bertoni M), Jurnal Sains Farmasi dan Klinis,
6(1) : 32-36.
Rieger M.M., 2000, Harry’s Cosmetology 8th ed, Chemical Publishing Co. Inc., Newyork.
Wilkinson, J.B., & Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmetology 7th Edition, George