Laporan Kasus PKL 1 Dira Rsud Ungaran

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SHOULDER JOINT SINISTRA

PADA KASUS DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN

LAPORAN KASUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Praktek Kerja Lapangan 1

Disusun Oleh

DIRA SUKMADI KUSUMA

NIM : P1337430117079

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN

RADIOTERAPI SEMARANG

JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah diperiksa oleh Clinical Instructur (CI) Instalasi Radiologi RSUD

Ungaran dan telah disetujui untuk memenuhi tugas Mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I

Program Studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang.

Nama : Dira Sukmadi Kusuma

NIM : P1337430117079

Judul Laporan : TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SHOULDER JOINT SINISTRA

PADA KASUS DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH UNGARAN

Ungaran, Oktober 2018

Mengetahui,

Radiografer Pembimbing Ka. Ru. Instalasi Radiologi

Heni Retnowati Amd.Rad Arwati Nugroho, SST

NIP : 197601032008012013 NIP : 196805061990032007

Ka. Instalasi Radiologi

Dr. Novita Elyana, Sp. Rad

NIP : 19701105200212004

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya

dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus Praktek Kerja

Lapangan I Program studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang

dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SHOULDER JOINT

SINISTRA PADA KASUS DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH UNGARAN”

Bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak telah banyak dilimpahkan pada

penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak

terima kasih kepada :

1. Bapak Warijan, S.Pd., AKep, M.kes., Selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Semarang

2. Ibu Rini Indrati, S.Si., M.Kes., Selaku ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan

Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang

3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo ,ST., M.Si Selaku ketua Program Studi Diploma III

Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang

4. Dr. Setya Pinardi, M. Kes. Selaku Direktur RSUD Ungaran

5. Dr. Novita Elyana, Sp. Rad. Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

6. Ibu Arwati Nugroho, SST. Selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

7. Ibu Heni Retnowati Amd. Rad Selaku pembimbing laporan kasus Praktek Kerja

Lapangan I di RSUD Ungaran

8. Seluruh Radiografer dan staf Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktek Kerja

Lapangan I

ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala

kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun guna kesempurnaan laporan

kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan

bermanfaat bagi kita semua.

Ungaran, Oktober 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii

DAFTAR ISI.................................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................ 2

BAB II DASAR TEORI

2.1 Anatomi Shoulder Joint .................................................................................. 3

2.2 Fisiologi Shoulder Joint.................................................................................. 6

2.3 Indikasi Pemeriksaan ...................................................................................... 7

2.4 Persiapan Pemeriksaan ................................................................................... 11

2.5 Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint ............................................................... 12

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian............................................................................................... 18

3.2 Pembahasan .................................................................................................... 21

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 23

4.2 Saran ............................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 24

LAMPIRAN

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Clavicula Superior View ........................................................... 3

Gambar 2.2 Anatomi Scapula Anterior dan Superior View ........................................ 4

Gambar 2.3 Anatomi Humerus Anterior dan Superior View ...................................... 6

Gambar 2.4 Proyeksi Antero Posterior Eksorotasi ...................................................... 12

Gambar 2.5 Radiograf Proyeksi Antero Posterior Eksorotasi ..................................... 13

Gambar 2.6 Proyeksi Antero Posterior Endorotasi ...................................................... 14

Gambar 2.7 Radiograf Proyeksi Antero Posterior Endorotasi ..................................... 15

Gambar 2.8 Proyeksi Antero Posterior Netral ............................................................. 15

Gambar 2.9 Radiograf Proyeksi Antero Posterior Netral ............................................ 16

Gambar 2.10 Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique ................................... 17

Gambar 2.11 Radiograf Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique .................. 17

Gambar 3.1 Hasil Radiograf Antero Posterior Eksorotasi dan Endorotasi .................. 21

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang radiologi yang memanfaatkan SinarX

untuk pemeriksaan, yang bertujuan untuk membantu pemeriksaan dalam bidang

kesehatan, yaitu untuk menegakan suatu diagnosa penyakit melalui pembuatan gambar

yang dikenal dengan radiograf. Profesor Dr. W. C. Roentgen yang telah menemukan

sinarX pada tanggal 8 November 1895 sangat membantu dunia kedokteran terutama dalam

mendiagnosa suatu kelainan atau penyakit pada organ maupun untuk keperluan terapi.

Salah satu pemeriksaan yang menggunakan sinarX adalah pemeriksaan Shoulder Joint.

Pemeriksaan Shoulder Joint salah satu indikasinya yang sering ditemukan adalah

Dislokasi. Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Pada

laporan kasus ini, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai “Teknik Pemeriksaan

Radiografi Shoulder Joint Sinistra Pada Kasus Dislokasi Di Instalasi Radiologi Rumah

Sakit Umum Daerah Ungaran”

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang penulisan dan mengamati kondisi yang ada,

penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas antara lain :

1. Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint pada kasus dislokasi

dengan pasien post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran?

2. Apakah dengan posisi pasien supine dapat menampakkan dislokasi?

1
1.3 Tujuan Penulisan

Penulis mempunyai tujuan dalam penulisan laporan kasus ini antara lain sebagai

berikut:

1. Sebagai salah satu tugas praktek kerja lapangan I jurusan Teknik Radiodiagnostik

dan Radioterapi.

2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint pada kasus dislokasi

dengan pasien post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran.

3. Untuk mengetahui apakah dengan posisi pasien supine dapat menampakkan

dislokasi.

2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Anatomi Shoulder Joint

Sendi bahu atau shoulder joint merupakan bagian persendian dalam sistem gerak

manusia. Shoulder joint adalah persendian yang menghubungkan antara bahu dengan

lengan bagian atas (humerus). Adapun bahu terbentuk atas dua tulang, yaitu clavicula dan

scapula. Pada dasarnya shoulder joint merupakan 1/3 bagian proximal dari humerus.

a. Clavicula

Clavicula (tulang kolar) adalah tulang berbentuk S, yang secara lateral,

berartikulasi dengan prosesus acromion pada scapula dan secara medial dengan

manubrium pada taktik clavicular untuk membentuk sternoclavicular.

1) Dua pertiga bagian medial dari tulang clavicula berbentuk konveks,

atau melengkung ke depan.

2) Sepertiga bagian lateral tulang clavicula berbentuk konkaf, atau

melengkung ke belakang.

3) Clavicula berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot leher,

thoraks, punggung dan lengan.

(Ethel Sloane, 2003)

Gambar 2.1 Anatomi Clavicula Superior View

(sumber : Sobotta 2003 halaman 167)

3
b. Scapula

Scapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi, tepi

vertebra (medial) yang panjang terletak parallel dengan kolumna vertebra, tepi

superior yang pendek melandai kea rah ujung bahu, dan tepi lateral (merupakan

tepi ketiga pelengkap segitiga) mengarah ke lengan.

1) Bagian spina pada scapula adalah hubungan tulang yang berawal

dari tepi vertebra dan melebar saat mendekati ujung bahu.

2) Spina berakhir pada prosesus acromion, yang berartikulasi dengan

clavicula, bagian ini menggantung persendian bahu.

3) Prosesus korokoid adalah tonjolan berbentuk kait pada tepi superior

yang berfungsi sebagai tempat perlekatan sebagian otot dindin dada

dan lengan.

4) Rongga glenoid (fosa glenoid) adalah suatu ceruk dangkal yang

ditemukan pada persendian tepi superior dan lateral. Bagian ini

mempertahankan letak kepala humerus (tulang lengan).

(Ethel Sloane, 2003)

a.) b.)

4
Gambar 2.2 Anatomi Scapula a.) Anterior view, b.) Superior View

(sumber : Sobotta 2003 halaman 168)

c. Humerus

Hummerus adalah tulang tunggal pada lengan. Humerus terdiri dari bagian

kepala membulat yang masuk dengan pas ke dalam rongga glenoid, bagian leher

anatomis, dan bagian batang yang memanjang ke arah distal.

1) Dua elevasi, tuberkel besar dan tuberkel kecil, terletak di ujung atas

batang tulang dan memberikan tempat untuk perlekatan otot.

2) Batang tulang dibawah tuberkel menyempit menuju suatu, bidang

yang disebut leher surgical karena kecenderungan humerus untuk

mengalami fraktur di area ini.

3) Bagian tengah batang tulang ke bawah adalah tuberositas deltoid

kasar yang berfungsi untuk tempat perlekatan otot deltoid.

4) Bagian ujung bawah dari tulang humerus melebar dan masuk ke

dalam tonjolan epikondilus medial dan lateral tempat asal otot-otot

lengan atas dan tangan.

5) Permukaan articular humerus tersusun dari kapitulum lateral (kepala

kecil), yang menerima tulang radius lengan bawah, dan troklea

(pullei), tempat tulang ulna lengan bawah bergerak.

6) Prosesus koronoid terletak diatas troklea pada permukaan anterior,

sedang prosesus olecranon juga terletak diatas troklea, tetapi di

permukaan posterior.

(Ethel Sloane, 2003)

5
a.) b.)

Gambar 2.3 Anatomi Humerus a.) Anterior View, b.) Posterior View

(sumber : Sobotta 2003 halaman 169)

2.2 Fisiologi Shoulder Joint

Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus,

infrapinatus, dan teres minor yang dikenal dengan “rotator cuff” dan juga dibantu oleh

kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keempat tendonnya membentuk collagenous

cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder pada sisi superior, posterior dan anterior).

Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kea rah fossa glenoidalis

sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi. Shoulder joint

merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (Fleksi-

Ekstensi, Abduksi-Adduksi, Endorotasi-Eksorotasi) dan sirkumdaksi. Pada gerakan fleksi-

ekstensi terjadi arthrokinematika yaitu spin, gerakan abduksi-adduksi terjadi arthrokinematika

yaitu caudad-cranial slide, gerakan eksorotasi-endorotasi terjadi gerakan arthrokinematika

yaitu ventral-dorsal slide.

6
2.3 Indikasi Pemeriksaan

Indikasi pemeriksaan pada shoulder joint sebagai berikut :

2.3.1 Trauma (Kecelakaan)

Trauma adalah terjadinya benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan

cidera, yang memiliki ciri khusus yaitu adanya luka, pendarahan atau skar, dan

hambatan dalam fungsi organ.

2.3.2 Fraktur

Fraktur adalah patah tulang, biasa disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan

jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi

itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang

patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan

tulang.

Jenis-jenis fraktur :

a) Complete non comminuted

Secara radiologi akan terlihat sebagai garis radiolusen di tempat

fraktur, dimana terjadi discontinuitas tulang. Keadaan ini disertai

bermacam-macam bentuk antara lain :

1) Fraktur transversal

Fraktur transversal adalah fraktur yang garis patahnya tegak

lurus terhaadap sumbu Panjang tulang. Pada fraktur semacam ini,

segmen-segmen tulang yang patah direposisi atau direduksi kembali

ke tempat semula, maka segmen-segmen itu akan stabil dan

biasanya mudah dikontrol dengan bidai gips.

7
2) Fraktur oblique

Fraktur oblique adalah fraktur yang garis patahnya membentuk

sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit di perbaiki.

3) Fraktur spiral

Fraktur spiral timbul akibat torsi pada ekstremitas. Yang

menarik adalah bahwa jenis fraktur yang rendah energi ini hanya

menimbulkan sedikit kerusakan jaringan lunak dan fraktur semacam

ini cenderung cepat sembuh dengan mobilisasi luar.

4) Fraktur multiple

Keadaan ini disebut multiple, apabila terdapat lebih dari satu

fraktur lengkap pada suatu tulang panjang.

5) Fraktur avulusi

Fraktur ini memisahkan suatu fragmen tulang pada tempat

insersi tendon maupun ligament. Biasanya tidak ada pengobatan

spesifik yang diperlukan. Namun, bila diduga akan terjadi

ketidakstabilan sendi atau hal-hal lain yang menyebabkan

kecacatan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk membuang

atau meletakkan kembali fragmen tersebut.

6) Chip fraktur

Fraktur ini sejenis dengan fraktur avulusi, tetapi hanya sedikit

fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-

tulang phalanges.

8
b) Incomplete Fracture

Dinamakan suatu fraktur incomplete bila tidak semua struktur tulang

terputus. Ini hanya dapat diketahui dengan pemeriksaan radiologi. Ada

beberapa golongan fraktur incomplete, yaitu :

1) Green stick fracture

Green stick fracture adalah fraktur tidak sempurna dan sering

terjadi pada anak-anak. Korteks tulangnya masih utuh, demikian

juga peristiwa fraktur-fraktur ini akan segera sembuh dan segera

mengalami re-modelling kebentuk dan fungsi normal.

2) Impacted fracture

Pada fraktur ini bagian fraktur dari tulang-tulang masuk

kebagian fragmen lainnya. Garis fraktur terlihat sebagai garis dens

dan disertai terjadinya pemendekan tulang.

c) Fraktur kompresi

Fraktur kompresi terjadi ketika dua tulang munumbuk tulang ketiga

yang berada diantaranya, seperti satu vertebra dengan dua vertebra

lainnya. Fraktur pada corpus vertebra ini dapat di diagnose dengan

radiogram. Pada fraktur kompresi dapat disertai pendarahan yang cukup.

d) Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang menjadi lemah

oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang yang sering kali

menunjukkan penurunan densitas. Penyebab yang paling sering dari

fraktur-fraktur semacam ini adalah tumor baik primer atau tumor

metastasis.

9
e) Fraktur traumatis

Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan

menyebabkan suatu fraktur.

2.3.3 Fisura

Fisura merupakan fraktur yang disebabkan oleh cidera tunggal hebat atau

oleh cidera terus menerus yang cukup lama. Fisura dapat diperbaiki karena

periosteum akan membentuk kalus (sambungan).

2.3.4 Dislokasi

Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya.

Dislokasi ini dapat terjadi hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau

terlepasnya seluruh komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari

mangkuk sendi)

a. Dislokasi Congenital

Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.

b. Dislokasi Patologik

Akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor, infeksi,

atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang

berkurang.

c. Dislokasi Traumatic

Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan mengalami

stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat oedema (karena

mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat

mengeluarkan tulang dari jaringan di sekililingnya dan mungkin juga

merusak struktur sendi, ligament, saraf, dan system vascular. Kebanyakan

terjadi pada orang dewasa.

10
2.3.5 Luksasi

Luksasi sama dengan dislokasi, hanya saja luksasi lebih ringan dari dislokasi.

2.3.6 Ruptur

Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat

(Bloch Bernard, 1986)

2.4 Persiapan Pemeriksaan

Pemeriksaan shoulder joint adalah pemeriksaan secara radiologi dengan

menggunakan sinar-X untuk mendiagnosa adanya kelainan pada shoulder joint.

2.4.1 Persiapan pasien

Pemeriksaan shoulder joint tidak ada persiapan secara khusus, cukup dengan

memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan.

Sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.

Selain itu membebaskan objek yang akan di foto dari benda-benda yang

mengganggu radiograf, seperti kalung atau benda-benda logam lainnya.

2.4.2 Persiapan pemeriksaan

1. Check status pasien di computer oleh radiographer meliputi : identitas pasien,

permintaan, indikasi pemeriksaan.

2. Siapkan stiker amplop dan ID printer.

3. Persiapan alat (marker, screen, film).

4. Pesawat sinar X.

5. Cassette film ukuran 28 X 35 cm.

11
2.5 Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint

Menurut buku “Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy” edisi

lima, proyeksi yang di gunakan pada pemeriksaan shoulder joint yaitu :

1. Proyeksi Antero Posterior Eksorotasi

 Posisi Pasien

Posisi pasien tegak dengan bahu menempel pada IR atau bucky stand

 Posisi Objek

- Tubuh dirotasikan 30𝑜 kearah yang sakit, sehingga scapula sisi yang

diperiksa parallel dengan film.

- Posisikan bahu yang sakit letakkan pada pertengahan lapangan penyinaran

dan masuk dalam kaset.

- Rotasikan lengan dari posisi AP ke arah lateral semaksimal mungkin.

- Pastikan posisi scapulohumeral joint menempel pada pertengahan IR.

Gambar 2.4 Proyeksi Antero Posterior Eksorotasi

(Bontrager, 2001)

 Pengaturan sinar dan eksposi

- CR : Horisontal atau vertical tegak lurus terhadap kaset

- CP : Pada processus coracoideus

12
- FFD : 100 cm

- Faktor eksposi : 55-60 kVp, 8-10 mAs

 Kriteria Radiograf

- Proksimal humerus dan lateral dua pertiga clavicula dan scapula atas

tervisualisasi.

- Rotasi eksternal penuh dibuktikan dengan Greater Tuberculum

tervisualisasi secara full pada aspek lateral.

- Lesser tuberculum superposisi dengan caput humeri.

Gambar 2.5 Radiograf proyeksi Antero Posterior Eksorotasi

(Bontrager, 2001)

2. Proyeksi Antero Posterior Endorotasi

 Posisi Pasien

Posisi pasien tegak dengan bahu menempel dengan IR atau bucky stand.

 Posisi Objek

- Tubuh dirotasikan 30𝑜 kearah yang sakit, sehingga scapula sisi yang

diperiksa parallel dengan film.

- Posisikan bahu yang sakit pada pertengahan lapangan penyinaran dan

masuk dalam area kaset.

13
- Rotasikan lengan dari posisi AP ke arah medial semaksimal mungkin.

- Pastikan posisi scapulohumeral joint menempel pada pertengahan IR.

Gambar 2.6 Proyeksi Antero Posterior Endorotasi

(Bontrager, 2001)

 Pengaturan sinar dan eksposi

- CR : Horisontal atau vertical tegak lurus terhadap kaset

- CP : Pada processus coracoideus

- FFD : 100 cm

- Faktor eksposi : 55-60 kVp, 8-10 mAs

 Kriteria Radiograf

- Proksimal humerus dan lateral dua pertiga clavicula dan scapula atas

tervisualisasi

- Rotasi eksternal penuh dibuktikan dengan Lesser Tuberculum

tervisualisasi secara full pada aspek lateral

- Greater tuberculum superposisi dengan caput humeri

14
Gambar 2.7 Radiograf proyeksi Antero Posterior Endorotasi

(Bontrager, 2001)

3. Proyeksi Antero Posterior Netral

 Posisi Pasien

Posisi pasien tegak dengan bahu menempel dengan IR atau bucky stand

 Posisi Objek

- Posisikan bahu yang sakit pada pertengahan lapangan penyinaran dan

masuk area kaset

- Tempatkan lengan pasien di samping agar posisi true AP

- Pastikan posisi scapulohumeral joint menempel pada pertengahan IR

Gambar 2.8 Proyeksi Antero Posterior Netral

(Bontrager, 2001)

 Pengaturan sinar dan eksposi

- CR : Horisontal atau vertical tegak lurus terhadap kaset

15
- CP : 1 inchi inferior processus coracoid

- FFD : 100 cm

- Faktor eksposi : 55-60 kVp, 8-10 mAs

 Kriteria radiograf

- Tuberculum mayor sebagian superposisi dengan caput humeri

- Tampak caput humeri tervisualisasi

- Caput humeri sedikit overlapping dengan cavitas glenoidalis

Gambar 2.9 Radiograf proyeksi Antero Posterior Netral

(Bontrager, 2001)

4. Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique

 Posisi Pasien

- Posisi pasien tegak dengan bahu menempel pada IR atau bucky stand

- Rotasikan badan 45𝑜 ke arah sisi yang sakit dengan sisi posterior bahu

menempel pada IR

 Posisi Objek

- Pertengahan scapulohumeral joint menghadap arah sinar dan menempel

pada IR

- Atur IR sehingga arah sinar membentuk sudut 45𝑜 dengan pertengahan

scapulohumeral joint menempel pada IR

- Fleksikan siku dan letakkan lengan diatas dada atau disamping tubuh

16
Gambar 2.10 Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique

(Bontrager, 2001)

 Pengaturan sinar dan eksposi

- CR : 45𝑜 ke arah caudad

- CP : Pertengahan scapulohumeral joint

- FFD : 100 cm

- Faktor eksposi : 55-60 kVp, 8-10 mAs

 Kriteria Radiograf

- Caput humeri, glenoid cavity, caput dan collum scapula bebas dari

superposisi

- Processus coracoid diatas bagian caput humeri, yang tampak memanjang

- Acromion dan acroclavicular joint lebih superior ke caput humeri

Gambar 2.11 Radiograf proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique

(Bontrager, 2001)

17
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Penelitian

Hasil dan penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra pada

kasus post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran, berupa tulisan

laporan kasus yang akan dijelaskan di bawah ini, meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau

teknik dan prosedur pemeriksaan. Adapun laporan kasus tersebut adalah sebagai berikut:

3.1.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. KW

Umur : 17 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Wringin Putih

Dokter Pengirim : Dr. Herdianto Sp.OT

Unit Pengirim : Instalasi Gawat Darurat

Pemeriksaan : Shoulder Joint

Klinis : Post Jatuh

Tanggal Pemeriksaan : 9 Oktober 2018

Tempat Pemeriksaan : Instalasi Radiologi RSUD Ungaran

3.1.2 Riwayat pasien

Pasien datang dari instalasi gawat darurat ke instalasi radiologi RSUD ungaran

dengan diantar perawat menggunakan kursi roda untuk melakukan pemeriksaan

radiografi shoulder joint dengan klinis post jatuh.

18
3.1.3 Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi Shoulder Joint

Pelaksanaan pemeriksaan shoulder joint dengan proyeksi AP Eksorotasi dan AP

Endorotasi di RSUD Ungaran melalui beberapa prosedur, antara lain meliputi :

a. Pendaftaran pasien

Pasien datang diantar oleh perawat dari instalasi gawat darurat menuju

instalasi radiologi dengan membawa surat pengantar dari dr.Herdianto Sp.OT

untuk melakukan pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra post jatuh.

Berkas CM yang sudah dibawa perawat kemudian di proses melalui komputer

untuk melengkapi administrasi pasien.

b. Persiapan Pemeriksaan

Sebelum melakukan pemeriksaan shoulder joint sinistra, persiapan yang

harus dilakukan meliputi :

1. Persiapan pasien

Pasien melepas semua benda-benda yang dapat mengganggu

gambaran radiograf.

2. Persiapan alat dan bahan

Alat dan bahan yang diperlukan untuk pemeriksaan shoulder joint

sinistra meliputi :

a) Pesawat sinar-X mobile

Pesawat sinar-X mobile yang digunakan untuk pemeriksaan shoulder

joint RSUD Ungaran adalah :

Merk : Siemens Multi Swing

Type : OPTIPHOSIS 135/ 30/ 55R

Voltage : 40 kVp – 133 kVp

Kuat Arus : 0,5 mAs – 800 mAs

19
b) Imaging Plate dengan ukuran 28 cm x 35 cm

c) Marker L untuk identitas

d) Processing film menggunakan CR merk Carestream

i. Pelaksanaan Pemeriksaan

Teknik Pemeriksaan untuk pembuatan radiografi shoulder joint sinistra di

Instalasi Radiologi RSUD Ungaran menggunakan proyeksi antero posterior

eksorotasi dan antero posterior endorotasi.

1. Proyeksi Antero Posterior Eksorotasi

a. Posisi Pasien

Pasien supine di atas meja pemeriksaan

b. Posisi Objek

- Memposisikan shoulder pada pertengahan kaset

- Merotasikan lengan dari posisi AP ke arah lateral

c. Pengaturan Sinar

CR : Vertical tegak lurus kaset

CP : Pada processus coracoideus

FFD : 100 cm

Kaset : 28 cm x 35 cm

2. Proyeksi AP Endorotasi

a. Posisi Pasien

Pasien supine di atas meja pemeriksaan

b. Posisi Objek

- Memposisikan shoulder pada pertengahan kaset

- Merotasikan lengan dari posisi AP ke arah medial

20
c. Pengaturan Sinar

CR : Vertical tegak lurus kaset

CP : Pada processus coracoideus

FFD : 100 cm

Kaset : 28 cm x 35 cm

Gambar 3.1 Hasil Radiograf AP Ekso dan AP Endo

(Sumber : Instalasi Radiologi RSUD Ungaran)

d. Expertise Dokter Radiologi

(Tanggal 9 Oktober 2018)

Dislokasi sendi glenohumeral dan acromiohumeral sinistra

3.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan di RSUD Ungaran. Teknik

pemeriksaan pada shoulder joint sinistra menggunakan proyeksi antero posterior

eksorotasi dan antero posterior endorotasi. Proksimal humerus, lateral dua pertiga

21
clavicula dan scapula atas harus tervisualisasi karena dislokasi dapat mempengaruhi posisi

objek.

Pada kasus ini proyeksi yang digunakan adalah antero posterior eksorotasi dan antero

posterior endorotasi dengan posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan. Untuk

kenyamanan dan keamanan pasien, sehingga dipilihlah posisi supine karena kondisi pasien

post jatuh dan tidak kuat berdiri lama.

Pemeriksaan shoulder joint proyeksi antero posterior eksorotasi dan antero posterior

endorotasi dengan posisi pasien supine sudah bisa membantu dokter radiologi dalam

mendiagnosa terjadinya dislokasi. Diagnosa semakin diperkuat dengan hasil radiograf

dislokasi pada sendi glenohumeral dan acromiohumeral.

22
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran berdasarkan pada

bab - bab sebelumnya mengenai teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra dan

mengapa menggunakan posisi pasien supine di RSUD Ungaran.

4.1 Kesimpulan

1. Pemeriksaan shoulder joint sinistra dengan kasus dislokasi di Instalasi Radiologi

RSUD Ungaran menggunakan proyeksi antero posterior eksorotasi dan antero

posterior endorotasi.

2. Tujuan dilakukan pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra dengan posisi

pasien supine adalah untuk kenyamanan dan keamanan pasien dikarenakan kondisi

pasien post jatuh.

3. Pemeriksaan shoulder joint sinistra dengan posisi pasien supine sudah dapat

memberikan informasi yang mampu menegakkan diagnose.

4.2 Saran

Saran – saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan permasalahan di

atas adalah menggunakan kolimasi yang secukupnya dan lebih memperhatikan aspek

proteksi radiasi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, Kenneth L., 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy.

St. Louis London Philadelphia: Mosby A Harcourt Sciense Company.

Price, Sylvia A., 1995. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Putz, R and Pabst, R., 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Anatomi Kepala, Leher, Ekstremitas

Atas. edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sloane, E., 1994. Anatomy and Physiology : An Easy Learner. Sudbury: Jones and Bartlett
Publisher.

Bloch, Bernard., 1986. Fraktur dan Dislokasi. Jogjakarta : Yayasan Essential Medika.

24
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai