Laporan Kasus PKL 1 Dira Rsud Ungaran
Laporan Kasus PKL 1 Dira Rsud Ungaran
Laporan Kasus PKL 1 Dira Rsud Ungaran
LAPORAN KASUS
Disusun Oleh
NIM : P1337430117079
RADIOTERAPI SEMARANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini telah diperiksa oleh Clinical Instructur (CI) Instalasi Radiologi RSUD
Ungaran dan telah disetujui untuk memenuhi tugas Mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I
NIM : P1337430117079
Mengetahui,
NIP : 19701105200212004
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya
dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan laporan kasus Praktek Kerja
Lapangan I Program studi Diploma III Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang
Bantuan, bimbingan serta do’a dari berbagai pihak telah banyak dilimpahkan pada
penulis dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak
2. Ibu Rini Indrati, S.Si., M.Kes., Selaku ketua Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan
3. Bapak Ardi Soesilo Wibowo ,ST., M.Si Selaku ketua Program Studi Diploma III
5. Dr. Novita Elyana, Sp. Rad. Selaku Kepala Instalasi Radiologi RSUD Ungaran
6. Ibu Arwati Nugroho, SST. Selaku Kepala Ruang Instalasi Radiologi RSUD Ungaran
7. Ibu Heni Retnowati Amd. Rad Selaku pembimbing laporan kasus Praktek Kerja
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya laporan kasus Praktek Kerja
Lapangan I
ii
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan kasus ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan segala
kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya membangun guna kesempurnaan laporan
kasus ini. Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang budiman dan
Penulis
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.11 Radiograf Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique .................. 17
Gambar 3.1 Hasil Radiograf Antero Posterior Eksorotasi dan Endorotasi .................. 21
v
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan, yaitu untuk menegakan suatu diagnosa penyakit melalui pembuatan gambar
yang dikenal dengan radiograf. Profesor Dr. W. C. Roentgen yang telah menemukan
sinarX pada tanggal 8 November 1895 sangat membantu dunia kedokteran terutama dalam
mendiagnosa suatu kelainan atau penyakit pada organ maupun untuk keperluan terapi.
Salah satu pemeriksaan yang menggunakan sinarX adalah pemeriksaan Shoulder Joint.
Pemeriksaan Shoulder Joint salah satu indikasinya yang sering ditemukan adalah
Dislokasi. Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya. Pada
laporan kasus ini, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai “Teknik Pemeriksaan
Radiografi Shoulder Joint Sinistra Pada Kasus Dislokasi Di Instalasi Radiologi Rumah
Dengan memperhatikan latar belakang penulisan dan mengamati kondisi yang ada,
dengan pasien post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran?
1
1.3 Tujuan Penulisan
Penulis mempunyai tujuan dalam penulisan laporan kasus ini antara lain sebagai
berikut:
1. Sebagai salah satu tugas praktek kerja lapangan I jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi.
2. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint pada kasus dislokasi
dengan pasien post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran.
dislokasi.
2
BAB II
DASAR TEORI
Sendi bahu atau shoulder joint merupakan bagian persendian dalam sistem gerak
manusia. Shoulder joint adalah persendian yang menghubungkan antara bahu dengan
lengan bagian atas (humerus). Adapun bahu terbentuk atas dua tulang, yaitu clavicula dan
scapula. Pada dasarnya shoulder joint merupakan 1/3 bagian proximal dari humerus.
a. Clavicula
berartikulasi dengan prosesus acromion pada scapula dan secara medial dengan
melengkung ke belakang.
3
b. Scapula
Scapula (tulang belikat) adalah tulang pipih triangular dengan tiga tepi, tepi
vertebra (medial) yang panjang terletak parallel dengan kolumna vertebra, tepi
superior yang pendek melandai kea rah ujung bahu, dan tepi lateral (merupakan
dan lengan.
a.) b.)
4
Gambar 2.2 Anatomi Scapula a.) Anterior view, b.) Superior View
c. Humerus
Hummerus adalah tulang tunggal pada lengan. Humerus terdiri dari bagian
kepala membulat yang masuk dengan pas ke dalam rongga glenoid, bagian leher
1) Dua elevasi, tuberkel besar dan tuberkel kecil, terletak di ujung atas
permukaan posterior.
5
a.) b.)
Gambar 2.3 Anatomi Humerus a.) Anterior View, b.) Posterior View
Ada 4 tendon otot yang memperkuat kapsula sendi yaitu subscapularis, supaspinatus,
infrapinatus, dan teres minor yang dikenal dengan “rotator cuff” dan juga dibantu oleh
kontribusi terhadap gerakan rotasi humerus, dan keempat tendonnya membentuk collagenous
cuff di sekitar sendi shoulder (membungkus shoulder pada sisi superior, posterior dan anterior).
Ketegangan dari rotator cuff muscle dapat menarik caput humerus kea rah fossa glenoidalis
sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap stabilitas sendi. Shoulder joint
merupakan sendi yang paling mobile karena menghasilkan gerakan dengan 3 DKG (Fleksi-
6
2.3 Indikasi Pemeriksaan
cidera, yang memiliki ciri khusus yaitu adanya luka, pendarahan atau skar, dan
2.3.2 Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasa disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan
jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi
itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang
patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan
tulang.
Jenis-jenis fraktur :
1) Fraktur transversal
7
2) Fraktur oblique
sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil dan sulit di perbaiki.
3) Fraktur spiral
menarik adalah bahwa jenis fraktur yang rendah energi ini hanya
4) Fraktur multiple
5) Fraktur avulusi
6) Chip fraktur
fragmen dari sudut tulang yang terlepas, sering terjadi pada tulang-
tulang phalanges.
8
b) Incomplete Fracture
2) Impacted fracture
c) Fraktur kompresi
d) Fraktur patologik
oleh karena tumor atau proses patologik lainnya. Tulang yang sering kali
metastasis.
9
e) Fraktur traumatis
Pada keadaan ini struktur tulang adalah normal akibat suatu benturan
2.3.3 Fisura
Fisura merupakan fraktur yang disebabkan oleh cidera tunggal hebat atau
oleh cidera terus menerus yang cukup lama. Fisura dapat diperbaiki karena
2.3.4 Dislokasi
Dislokasi ini dapat terjadi hanya komponen tulangnya saja yang bergeser atau
mangkuk sendi)
a. Dislokasi Congenital
b. Dislokasi Patologik
Akibat penyakit sendi atau jaringan sekitar sendi. Misalnya tumor, infeksi,
atau osteoporosis tulang. Hal ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
c. Dislokasi Traumatic
10
2.3.5 Luksasi
Luksasi sama dengan dislokasi, hanya saja luksasi lebih ringan dari dislokasi.
2.3.6 Ruptur
Pemeriksaan shoulder joint tidak ada persiapan secara khusus, cukup dengan
Sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
Selain itu membebaskan objek yang akan di foto dari benda-benda yang
4. Pesawat sinar X.
11
2.5 Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint
Posisi Pasien
Posisi pasien tegak dengan bahu menempel pada IR atau bucky stand
Posisi Objek
- Tubuh dirotasikan 30𝑜 kearah yang sakit, sehingga scapula sisi yang
(Bontrager, 2001)
12
- FFD : 100 cm
Kriteria Radiograf
- Proksimal humerus dan lateral dua pertiga clavicula dan scapula atas
tervisualisasi.
(Bontrager, 2001)
Posisi Pasien
Posisi pasien tegak dengan bahu menempel dengan IR atau bucky stand.
Posisi Objek
- Tubuh dirotasikan 30𝑜 kearah yang sakit, sehingga scapula sisi yang
13
- Rotasikan lengan dari posisi AP ke arah medial semaksimal mungkin.
(Bontrager, 2001)
- FFD : 100 cm
Kriteria Radiograf
- Proksimal humerus dan lateral dua pertiga clavicula dan scapula atas
tervisualisasi
14
Gambar 2.7 Radiograf proyeksi Antero Posterior Endorotasi
(Bontrager, 2001)
Posisi Pasien
Posisi pasien tegak dengan bahu menempel dengan IR atau bucky stand
Posisi Objek
(Bontrager, 2001)
15
- CP : 1 inchi inferior processus coracoid
- FFD : 100 cm
Kriteria radiograf
(Bontrager, 2001)
Posisi Pasien
- Posisi pasien tegak dengan bahu menempel pada IR atau bucky stand
- Rotasikan badan 45𝑜 ke arah sisi yang sakit dengan sisi posterior bahu
menempel pada IR
Posisi Objek
pada IR
- Fleksikan siku dan letakkan lengan diatas dada atau disamping tubuh
16
Gambar 2.10 Proyeksi Antero Posterior Axial Apical Oblique
(Bontrager, 2001)
- FFD : 100 cm
Kriteria Radiograf
- Caput humeri, glenoid cavity, caput dan collum scapula bebas dari
superposisi
(Bontrager, 2001)
17
BAB III
Hasil dan penelitian tentang teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra pada
kasus post jatuh di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah ungaran, berupa tulisan
laporan kasus yang akan dijelaskan di bawah ini, meliputi pelaksanaan pemeriksaan atau
teknik dan prosedur pemeriksaan. Adapun laporan kasus tersebut adalah sebagai berikut:
Nama : Ny. KW
Umur : 17 Tahun
Pasien datang dari instalasi gawat darurat ke instalasi radiologi RSUD ungaran
18
3.1.3 Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi Shoulder Joint
a. Pendaftaran pasien
Pasien datang diantar oleh perawat dari instalasi gawat darurat menuju
b. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan pasien
gambaran radiograf.
sinistra meliputi :
19
b) Imaging Plate dengan ukuran 28 cm x 35 cm
i. Pelaksanaan Pemeriksaan
a. Posisi Pasien
b. Posisi Objek
c. Pengaturan Sinar
FFD : 100 cm
Kaset : 28 cm x 35 cm
2. Proyeksi AP Endorotasi
a. Posisi Pasien
b. Posisi Objek
20
c. Pengaturan Sinar
FFD : 100 cm
Kaset : 28 cm x 35 cm
3.2 Pembahasan
eksorotasi dan antero posterior endorotasi. Proksimal humerus, lateral dua pertiga
21
clavicula dan scapula atas harus tervisualisasi karena dislokasi dapat mempengaruhi posisi
objek.
Pada kasus ini proyeksi yang digunakan adalah antero posterior eksorotasi dan antero
posterior endorotasi dengan posisi pasien supine diatas meja pemeriksaan. Untuk
kenyamanan dan keamanan pasien, sehingga dipilihlah posisi supine karena kondisi pasien
Pemeriksaan shoulder joint proyeksi antero posterior eksorotasi dan antero posterior
endorotasi dengan posisi pasien supine sudah bisa membantu dokter radiologi dalam
22
BAB IV
Pada bab ini penulis mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran berdasarkan pada
bab - bab sebelumnya mengenai teknik pemeriksaan radiografi shoulder joint sinistra dan
4.1 Kesimpulan
posterior endorotasi.
pasien supine adalah untuk kenyamanan dan keamanan pasien dikarenakan kondisi
3. Pemeriksaan shoulder joint sinistra dengan posisi pasien supine sudah dapat
4.2 Saran
atas adalah menggunakan kolimasi yang secukupnya dan lebih memperhatikan aspek
proteksi radiasi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, Kenneth L., 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy.
Price, Sylvia A., 1995. Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Putz, R and Pabst, R., 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Anatomi Kepala, Leher, Ekstremitas
Sloane, E., 1994. Anatomy and Physiology : An Easy Learner. Sudbury: Jones and Bartlett
Publisher.
Bloch, Bernard., 1986. Fraktur dan Dislokasi. Jogjakarta : Yayasan Essential Medika.
24
LAMPIRAN