Shalat Sebagai Pencegahan Penyakit
Shalat Sebagai Pencegahan Penyakit
Shalat Sebagai Pencegahan Penyakit
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Annisa
2. Antyesti Rizki C.
3. Arifah Talitha Arum
4. Dewi Anisah
5. Dhia Ilmi I.
6. Ela Ipaliyani
7. Laisa Laurenza
8. Ria Sandi S.
9. Shania Desi P.
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada Kami sehingga Kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Shalat Sebagai Pencegahan Penyakit” guna menyelesaikan tugas Mata Kuliah Al
Islam dan Kemuhammadiyahan IV.
Dalam menyelesaikan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan baik dari
segi penyusunan ataupun dari segi materi. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari pembaca guna perbaikan di masa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan semoga apa yang kita
perbuat mendapat ridho dari Allah SWT .
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
D. Tujuan ............................................................................................................................ 2
F. Definisi ........................................................................................................................... 3
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian tentang spiritualitas semakin berkembang tidak hanya menjadi domain
bahasan para ahli agama, namun juga psikolog maupun psikiater dan tak ketinggalan
ilmuwan kedokteran. Demikian pula dengan ibadah shalat sebagai salah satu ritual dalam
upaya mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam spiritualitas seseorang. Meskipun
banyak ditemukan kajian melalui pendekatan fiqh, namun kajian maupun riset dalam
ilmu dan teknologi kedokteran semakin berkembang. Pendekatan terhadap dua topik
tersebut dari sisi lain yang lebih ilmiah akan dapat mendorong percepatan dalam
membentuk kepribadian muslim. Pertanyaan besar yang muncul adalah mungkinkah
agama seseorang dapat diperiksa dan dinilai. Pertanyaan tersebut diikuti oleh sejumlah
pertanyaan lain yang memiliki kesamaan topik dan kemufakatan bahwa agama bersifat
pribadi dan tak mungkin diketahui oleh orang lain. Namun demikian, ilmu kedokteran
yang semakin berkembang disertai teknologi kedokteran yang semakin canggih
seharusnya dapat menjadi kesempatan luas untuk membuka cakrawala pemahaman dan
pemaknaan terhadap ibadah shalat sebagai salah satu bentuk kegiatan spiritual umat
Islam.
Pemisahan atau dikotomi antara ilmu pengetahuan (khususnya ilmu kesehatan pada
jiwa) dan agama padahal tidak lagi dianut bahkan semakin berkembang untuk
diintegrasikan. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh para ilmuwan terdahulu
misalnya Albert Einstein yang menyatakan ilmu pengetahuan tanpa agama sama dengan
orang buta, sebaliknya agama tanpa ilmu pengetahuan sama dengan orang lumpuh.
Menurut Larson, di dalam memandu kesehatan manusia yang serba kompleks dengan
segala keterkaitannya, maka komitmen agama merupakan kekuatan yang tidak dapat
diabaikan. Sedangkan Freedman menyebut bahwa dua institusi besar yaitu
kedokteran/kesehatan jiwa dan agama saling menarik dan mengisi secara konstruktif dan
saling menghargai, masing-masing memberikan potensi petanda kebenaran. Prof.
Dr.dr.H.Dadang Hawari, mengatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah upaya manusia
untuk mencari kebenaran, sementara agama(kitab suci) diturunkan oleh Tuhan sudah ada
1
kebenaran di dalamnya. Kitab suci tersebut merupakan petunjuk Tuhan bagi manusia,
yang berupaya mencari kebenaran untuk mencapai kesejahteraan lahir dan batin.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Shalat?
2. Apa Dasar Hukum untuk Perintah Shalat?
3. Apa Syarat dan Rukun Shalat?
4. Apa Hikmah dalam Melaksanakan Shalat?
5. Apa Kandungan Al-Quran dan Hadits tentang shalat?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa itu Pengertian Shalat
2. Untuk mengetahui Dasar Hukum untuk Perintah Shalat
3. Untuk mengetahui Syarat dan Rukun Shalat
4. Untuk mengetahui apa saja Hikmah dalam Melaksanakan Shalat
5. Untuk mengetahui apa saja Kandungan Al-Quran dan Hadits tentang Shalat
2
BAB II
Tinjauan Teori
A. Definisi Shalat
Shalat adalah sarana komunikasi antara seorang hamba dengan Rabbnya. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya apabila salah seorang diantara
menunaikan shalat, maka dia sedang bermunajat (berbisik) kepad Rabbnya (HR. Al-
Bukhari, Kitab Mawaqitus Shalat).
Dalam hadist Qudsi, Allah Azza wa Jalla berfirman: Aku telah membagi ash-
shalat (surat al-Fâtihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua macam, dan bagi
hamba-Ku apa yang dia minta. Apabila hamba membaca ‘Segala puji hanya bagi Allah,
Rabb semesta Alam,’ maka Allah Azza wa Jalla berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-
Ku.’. Jika ia mengucapkan, ‘Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang,‘ maka Allah
berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku. Jika ia mengucapkan, ‘Yang menguasai hari
pembalasan, ‘ maka Allâh berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuliakan-Ku. Jika ia
mengucapkan, ‘Hanya kepada-Nya kami beribadah dan hanya kepada-Nya kami
memohon‘ maka Allah berfirman, ‘Inilah bagian bagi Diri-Ku dan hamba-Ku, dan bagi
hamba-Ku adalah apa yang diminta. Dan jika ia mengucapkan, ‘Berilah petunjuk
kepada kami atas jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah Engkau beri kenikmatn bagi
yang mengikutinya, bukan jalan yang Engkau murkai dan bukan pula Engkau sesatkan,
‘ maka Allah berfirman, ‘Ini bagi hamba-Ku dan bagi hamba-Ku adalah apa yang
dimintanya’ [HR. Muslim].
3
Surat Al Ankabut ayat 45
Syarat sah solat. Dibawah ini beberapa syarat syah sholat untuk dipahami setiap muslim
yang menjalankan kewajiban sholat:
• Sudah masuk waktu sholat.
• Harus menghadap arah kiblat
• Suci dari hadas baik hadas kecil maupun besar
• Harus menutup aurat
• Mengetahui tentang cara melaksanakan ibadah sholat tersebut.
5
D. Kewajiban Sebelum Shalat
Shalat punya syarat dan panduannya. Shalat tidak sah kalau tidak mengikuti panduan dan
syarat tersebut. Di antara syarat atau aturan yang harus diketahui sebelum shalat ialah sebagai
berikut:
b) Menutup Aurat
Baik laki-laki dan perempuan diwajibkan menutup aurat saat shalat, aurat laki-
laki mulai dari pusar sampai lutut, sementara aurat perempuan wajah dan telapak
tangan. Pada saat shalat, laki-laki dan perempuan, mesti memakai pakaian yang
menutup aurat dan sopan.
Allah berfirman, “Ambillah pakaian yang bagus setiap masuk masjid (shalat)”
(al-A’raf ayat 31). Berdasarkan ayat ini, dianjurkan menggunakan pakaian yang
bersih dan suci ketika hendak mengerjakan shalat. Terlebih lagi Allah menyukai
setiap yang bersih dan suci.
6
Shalat wajib memiliki waktu tertentu dan khusus. Sebelum mengerjakan
pastikan waktu shalat sudah masuk. Kalau sekarang, waktu shalat dapat dilihat dari
waktu shalat online ataupun menunggu adzan.
f) Menghadap Kiblat
Shalat wajib menghadap kiblat. Bagi orang yang jauh dari masjidil haram,
maka yang diwajibkan menghadap arah kiblat (jihah qiblah). Bagi orang Indonesia
misalnya, arah kiblat menghadap ke Barat. Orang yang tidak menghadap kiblat, maka
shalatnya tidak sah.
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
٢ ١
7
3. Dari segi kesehatan, shalat mengajarkan kita hidup sehat. Perhatikan persyaratan
ketika akan shalat. Kita wajib bersih, baik diri/jasmani maupun lingkungan tempat
kita shalat. Tidak sah shalat seseorang bila badan atau tempat shalatnya
mengandung najis.
8
BAB III
Bedah Jurnal
1. Deskripsi
Shalat dengan khusyuk merupakan sarana paling utama untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT (Ahmad, 2008). Menurut Ancok dan Suroso (2011), shalat dapat
mengurangi bahkan menghilangkan kecemasan yang ada dalam diri seseorang. Ancok
dan Suroso menjelaskan bahwa ada empat aspek terapeutik di dalam shalat terutama
shalat khusyuk, antara lain aspek olah raga, aspek meditasi, aspek auto-sugesti, dan
aspek kebersamaan. Aspek olah raga dalam shalat tampak pada aktivitas fisik, seperti
kontraksi otot, tekanan, dan massage pada bagian otot tertentu yang dapat
menimbulkan proses relaksasi, sehingga dapat mengurangi kecemasan. Shalat
khusyuk juga memiliki aspek meditasi. Asumsinya shalat khusyuk dapat
menghadirkan hati untuk dapat bermunajat (berbincang-bincang) dengan Tuhan
sehingga membutuhkan konsentrasi. Dalam aspek meditasi ini akan muncul rasa
kekhusyukan yang dapat menghilangkan kecemasan karena merangsang sistem syaraf
lain yang akan menutup terbawanya rangsangan sakit tersebut ke otak (Ancok &
Suroso, 2011).
4. Sampel
Subjek penelitian adalah lansia hipertensi dengan kriteria sebagai berikut: (1) Lansia
(berusia 60 tahun ke atas) yang mengalami kecemasan dan hipertensi. (2) Beragama
Islam. (3) Memiliki kriteria kecemasan tinggi atau sedang. (4) Bersedia secara
sukarela mengikuti pelatihan.
5. Alat ukur
Skala BAI (Beck Axienty Inventory)
Analisis data menggunakan perangkat lunak Statistical Product and Service Solution
(SPSS) for Windows.
Teknik analisa yang digunakan adalah Anava Repeated Measurement
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Ar Ra’d ayat 28)
٢ ١
10
7. Hasil Penelian
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan diketahui bahwa
ada perbedaan tingkat skor kecemasan antara kelompok eksperimen yang diberikan
pelatihan dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan pelatihan. Perbedaan tingkat
kecemasan kedua kelompok tersebut juga dapat dilihat dari grafik dan hasil data
secara kualitatif yang menjelaskan kondisi subjek setelah mendapatkan pelatihan.
Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan kecemasan yang signifikan pada saat
sebelum pelatihan dan sesudah pelatihan shalat khusyuk. Adanya penurunan skor
kecemasan dari para subjek dalam mengikuti pelatihan tidak lepas dari pengaruh
edukasi dan pelatihan shalat khusyuk yang disusun berdasarkan tahapan yang saling
berkesinambungan, sehingga subjek bisa merasakan manfaat dari proses pelatihan
yang dilaksanakan. Subjek merasakan perubahan positif setelah mengikuti kegiatan
pelatihan ini. Subjek yang merupakan penderita hipertensi dapat merasakan
manfaatnya langsung berupa berkurangnya ketegangan, kekhawatiran, mudah gelisah,
sesak nafas, gangguan tidur, sakit kepala, berkeringat panas/ dingin, mudah gugup,
sulit konsentrasi, sakit perut, penglihatan kabur, serta tekanan darah cenderung tinggi,
secara berangsurangsur mengalami penurunan yang dialami. Setelah menjalani proses
pelatihan shalat khusyuk, secara berangsur-angsur mengalami penurunan terhadap
keluhan pikiran, perasaan, dan perilaku yang mereka alami tersebut.
11
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Shalat adalah suatu sistem ibadah yang tersusun dari beberapa perkataan dan laku
perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Dasar hukum
perintah sholat terdapat dalam surah An-Nisa ayat 103, Al – Ankabut ayat 45, dan
Thaha ayat 14. Syarat sebelum shalat adalah : suci dari hadast dan najis, menutup
aurat, memakai pakaian yang bersih, tempat shalat harus suci, waktu shalat sudah
masuk, dan menghadap kiblat.
b. Saran
Shalat 5 waktu wajib di jalankan oleh setiap muslim dalam keadaan apapun. Allah
telah memudahkan kita untuk menunaikan shalat dalam keadaan apapun dan
dimanapun. maka dari itu wajib bagi kita kaum muslim untuk menjalankan perintah
Allah salah satunya adalah shalat. Dengan shalat kita akan mendapatkan pahala dan
keberkahan hidup.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, dkk. 2004. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. Bogor: Pustaka Intan Asy-syafi’i
Abdul, dkk. 2004. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 2. Bogor: Pustaka Intan Asy-syafi’i
Anshori, Ahmad. 2016. Hadirkan Perasaan Ini Ketika Shalat, Membantu Anda Lebih
Khusyuk. Kediri: muslim.or,id
Sabiq, Sayyid. 2007. Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1. Bogor: Pustaka Intan Asy-syafi’i
Surandika, Agus dan Rifqiyati. 2003. Al Islam 2. Jakarta: UMJ PRESS
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin. 2016. Arti Shalat Bagi Seorang Muslim.
Almanhaj
13