PDGK4108 – Matematika (Edisi 2) – Perpustakaan UT PDF
PDGK4108 – Matematika (Edisi 2) – Perpustakaan UT PDF
PDGK4108 – Matematika (Edisi 2) – Perpustakaan UT PDF
Logika Matematika
Drs. Sukirman, M.Pd.
PEN D A HU L UA N
Agar Anda berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikutilah
petunjuk belajar berikut ini.
1. Bacalah dengan cermat Pendahuluan ini, sehingga Anda memahami
gambaran secara global isi modul, untuk apa dipelajari, dan bagaimana
mempelajarinya.
2. Bacalah dengan saksama uraian materi dan contoh-contohnya, jika perlu
carilah contoh lain. Berilah tanda-tanda pada bagian-bagian yang Anda
anggap penting.
3. Kunci utama agar berhasil dalam belajar matematika adalah
kesanggupan untuk berlatih memecahkan soal-soal. Oleh karena itu,
kerjakanlah soal-soal latihan baik secara individual, dalam kelompok
kecil atau dalam tutorial, untuk pemantapan.
PDGK4108/MODUL 1 1.3
Kegiatan Belajar 1
A. PERNYATAAN
Setiap kumpulan kata yang berarti yang disusun menurut aturan tata
bahasa disebut kalimat. Kalimat yang dibicarakan dalam logika matematika
adalah kalimat-kalimat yang menerangkan (indicative sentences/declarative
sentences). Contoh-contoh kalimat yang menerangkan antara lain:
1. Jakarta adalah ibukota negara Republik Indonesia.
2. 7 adalah bilangan prima.
3. 12 kurang dari 8.
Kalimat yang mempunyai nilai kebenaran, yaitu nilai benar atau nilai
salah, tetapi tidak kedua-duanya disebut pernyataan.
lagi membedakan antara kedua istilah tersebut. Bagi kelompok pertama, yaitu
penulis-penulis yang menganggap sama antara proposisi dan pernyataan
(kalimat deklaratif) menyimpulkan bahwa istilah-istilah itu didefinisikan
sebagai kalimat yang mempunyai nilai benar atau nilai salah, tetapi tidak
kedua-duanya. Sedangkan kelompok terakhir, yang membedakan antara
proposisi dan pernyataan dijelaskan dengan contoh-contoh sebagai berikut:
1. 17 adalah bilangan prima.
2. 15 adalah bilangan prima.
3. Napoleon adalah bilangan prima.
4. 5 memukul 2.
Ikhtisar:
Benar
Pernyataan
(Proposisi) Salah
Kalimat
Bukan Pernyataan
Contoh 1.1:
Apakah kalimat-kalimat berikut ini suatu pernyataan? Jika pernyataan,
tentukan nilai kebenarannya?
1. 8 adalah bilangan asli.
2. 14 adalah bilangan prima.
3. Napoleon habis dibagi 13.
4. Yono sakit keras.
5. Berapakah hasil 9 ditambah 7?
6. Siti tertabrak mobil.
7. Semoga Anda selamat dalam perjalanan.
8. Pergilah dari tempat ini!
Jawab:
1. Pernyataan, bernilai benar.
2. Pernyataan, bernilai salah.
3. Bukan kalimat, karena tidak memenuhi definisi.
4. Pernyataan faktual, artinya untuk nilai kebenarannya perlu diadakan
penyelidikan.
5. Bukan pernyataan.
6. Pernyataan faktual.
7. Bukan pernyataan.
8. Bukan pernyataan.
1.6 Matematika
LAT IH A N 1 . 1
B. PERNYATAN MAJEMUK
Tabel 1.1
Lambang (Simbol) Kata Pengubung
1. Negasi (Sangkalan/Ingkaran)
Contoh 1.2:
Jika “a” menyatakan “Ida suka mangga”, maka “negasi a” disimbolkan
dengan “~a” menyatakan “Tidak benar bahwa Ida suka mangga”. Dengan
bahasa sehari-hari dapat dikatakan “Ida tidak suka mangga”.
Definisi 1.1:
Negasi suatu pernyataan ialah suatu pernyataan yang bernilai salah
apabila pernyataan semula bernilai benar, atau bernilai benar apabila
pernyataan semula bernilai salah.
Definisi ini dapat dinyatakan dalam suatu tabel yang disebut tabel
kebenaran untuk negasi suatu pernyataan sebagai berikut:
Tabel 1.2
Tabel Nilai Kebenaran Negasi Suatu Pernyataan a
a ~a ~(~a)
B S B
S B S
Contoh 1.3:
1. Misalkan “a” menyatakan “Tembok itu berwarna hitam”, maka negasi
a, yaitu “~a” menyatakan “Tidak benar bahwa tembok itu berwarna
hitam”. Lebih ringkas dikatakan “Tembok itu tidak berwarna hitam”.
Apabila “b” menyatakan “Tembok itu berwarna putih”, maka b bukan
negasi dari a. Sebab apabila kenyataannya tembok itu berwarna hijau,
maka baik a maupun b kedua pernyataan bernilai salah. Hal ini
bertentangan dengan Definisi 1.1.
2. Jika p dan q keduanya bilangan real, maka negasi dari “p q” adalah
“tidak benar bahwa p q”. Tidak benar bahwa p q tidak berarti bahwa
p q, sebab jika kenyataannya p = q, maka baik p q maupun p q
keduanya bernilai salah. Sehingga negasi dari “p q” adalah “p q”.
Contoh 1.4:
“Jono kaya dan bahagia” merupakan singkatan dari “Jono kaya dan Jono
bahagia”. Apabila “a” menyatakan “Jono kaya” dan “b” menyatakan “Jono
bahagia”, maka “a ∧ b” menyatakan “Jono kaya dan bahagia”. Pernyataan-
pernyataan “a” maupun “b” masing-masing disebut pernyataan tunggal
(pernyataan prima /pernyataan atom). Sedangkan “a ∧ b” dibaca “a dan b”
disebut konjungsi a dan b.
Definisi 1.2:
Konjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a ∧ b” (dibaca “a dan b”)
bernilai B (benar), hanya apabila kedua pernyataan tunggalnya bernilai
B, dan untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, maka “a ∧ b” bernilai
S (salah).
Tabel 1.3
Nilai Kebenaran Konjungsi Dua Pernyataan a dan b
Baris ke a b a∧b
1 B B B
2 B S S
3 S B S
4 S S S
Catatan:
Nilai kebenaran konjungsi dua pernyataan ditentukan oleh nilai-nilai
kebenaran pernyataan-pernyataan tunggalnya, dan tidak perlu memperhatikan
ada tidaknya hubungan pernyataan-pernyataan tunggalnya.
PDGK4108/MODUL 1 1.9
Contoh 1.5:
1) a = Jakarta ialah ibukota negara Republik Indonesia. (B).
b = Semarang terletak di pulau Jawa. (B).
a ∧ b = Jakarta ialah ibukota negara Republik Indonesia dan Semarang
terletak di pulau Jawa. (B). Sesuai baris ke-1 Tabel 1.3.
2) p = 5 adalah bilangan prima. (B)
q = 5 adalah bilangan genap. (S)
p ∧ q = 5 adalah bilangan prima dan 5 adalah bilangan genap (S) Sesuai
baris ke-2 Tabel 1.3.
1) m = 8 lebih besar dari 10. (S).
n = Matahari terbit dari timur. (B)
m ∧ n = 8 lebih besar dari 10 dan matahari terbit dari timur. (S). Sesuai
baris ke-3 Tabel 1.3.
4) c = Seekor lembu berkaki seribu. (S).
d = 4 membagi habis 7. (S)
c ∧ d = Seekor lembu berkaki seribu dan 4 membagi habis 7. (S). Sesuai
baris ke-4 Tabel 1.3.
Definisi 1.3:
Disjungsi dua pernyataan a dan b ditulis “a b” (dibaca: “a atau b”)
bernilai S hanya apabila dua pernyataan tunggalnya bernilai S,
sedangkan untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, maka
“a b” bernilai B.
Tabel 1.4
Nilai Kebenaran Disjungsi Dua Pernyataan a dan b
a b a b
B B B
B S B
S B B
S S S
1.10 Matematika
Contoh 1.6:
1) a = 7 adalah bilangan prima. (B).
b = 5 membagi habis 20. (B).
a ∨ b = 7 adalah bilangan prima atau 5 membagi habis 20.(B). Sesuai
baris ke-1 Tabel 1.4.
Contoh 1.7:
Pada jam 06.30, Badu sedang mandi atau sedang makan pagi. Dua
perbuatan ini tidak dapat diselesaikan oleh Badu dalam saat yang bersamaan.
Menurut ketentuan di atas dikatakan: “Atau Badu sedang mandi atau Badu
sedang makan pagi”.
PDGK4108/MODUL 1 1.11
Tabel 1.5
Tabel Nilai Kebenaran Disjungsi Eksklusif dari a dan b.
a b a b
B B S
B S B
S B B
S S S
Tabel 1.6
Nilai Kebenaran dari Negasi Konjungsi Dua Pernyataan
sama
Tabel nilai kebenaran pada Tabel 1.6 disusun dengan cara sebagai
berikut. Pertama menentukan nilai kebenaran dari ~a dalam kolom 1, yaitu
jika a bernilai B, maka ~a bernilai S dan sebaliknya. Demikian pula untuk
nilai kebenaran ~b dalam kolom 2. Nilai kebenaran dalam kolom 3, yaitu
nilai kebenaran dari a ∧ b, seperti pada Tabel 1.3. Nilai kebenaran dalam
kolom 4 merupakan negasi dari nilai kebenaran dalam kolom 3. Sedangkan
nilai kebenaran dalam kolom 5 diturunkan dari nilai kebenaran dalam kolom
1 dan kolom 2 dengan aturan disjungsi.
1.12 Matematika
Tampak dalam Tabel 1.6 bahwa urutan nilai kebenaran dalam kolom 4
sama dengan urutan nilai kebenaran dalam kolom 6, maka kita dapat
menyimpulkan bahwa ~(a ∧ b) ekuivalen dengan ~a ∨ ~b dan dinotasikan
dengan
~(a ∧ b) ≡ ~a ∨ ~b
Contoh 1.8:
Tentukanlah negasi dari konjungsi pernyataan-pernyataan majemuk
berikut ini! Tentukan pula nilai kebenarannya!
(1) Amin pergi ke toko dan Amin membeli buku.
(2) 4 + 5 = 9 dan 9 suatu bilangan prima.
(3) 7 lebih besar dari 5 dan 6 adalah bilangan komposit.
Jawab:
(1) Amin tidak pergi ke toko atau Amin tidak membeli buku. (Faktual)
(2) 4 + 5 ≠ 9 atau 9 suatu bukan bilangan prima. (B)
(3) 7 tidak lebih besar dari 5 atau 6 adalah bukan bilangan komposit.(S)
Jadi ~( a ∨ b) ≢ ~a ∨ ~b
Tabel 1.7
Nilai Kebenaran dari Negasi Disjungsi Dua Pernyataan
sama
~( a ∨ b) ≡ ~a ∧ ~b
Contoh 1.9:
Tentukanlah negasi dari disjungsi pernyataan-pernyataan majemuk
berikut ini! Tentukan pula nilai kebenarannya!
(1) Bendera RI berwarna merah putih atau Bandung adalah ibu kota RI.
(2) 47 adalah suatu bilangan prima atau 7 – 3 = 4.
(3) 8 membagi habis 36 atau 8 lebih besar dari 13.
(4) Yogyakarta terletak di pulau Jawa atau 4 + 7 = 11.
Jawab:
(1) Bendera RI tidak berwarna merah putih dan Bandung bukan ibu kota
RI.(S)
(2) 47 bukan suatu bilangan prima dan 7 – 3 ≠ 4.(S)
(3) 8 tidak membagi habis 36 dan 8 tidak lebih besar dari 13.(B)
(4) Yogyakarta tidak terletak di pulau Jawa dan 4 + 7 ≠ 11.(S)
1.14 Matematika
LAT IH A N 1 . 2
1)
p q ~p ~q p ∧~q ~p ∨ q ~p ∧ p q ∨~q ~p ∨(p∧~q)
B B S S S B S B S
B S S B B S S B B
S B B S S B S B B
S S B B S B S B B
1.16 Matematika
sama sama
Tampak pada tabel bahwa
(a) ~(m ∨ ~n) ≡ ~m ∧ n
(b) m ∧ ~n ≡ ~(~m ∨ n)
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
Pilihlah:
A, jika (1) dan (2) benar.
B, jika (1) dan (3) benar.
C, jika (2) dan (3) benar.
D, jika (1), (2), dan (3) benar.
Kegiatan Belajar 2
Definisi 1.4:
Implikasi “a b” bernilai S hanya apabila pendahulu a bernilai B dan
pengikut b bernilai S, untuk nilai-nilai kebenaran a dan b lainnya, maka
implikasi “a b” bernilai B.
Tabel 1.8
Nilai Kebenaran Implikasi a b
a b ab
B B B
B S S
S B B
S S B
Contoh 1.10:
1) Apabila kamu lulus ujian, maka saya membelikan sepeda motor
untukmu (suatu janji).
2) Apabila bel berdering tiga kali, maka pertanda kuliah diakhiri (suatu
pertanda).
3) Apabila Anda biasa terlambat makan, maka Anda akan menderita sakit
perut (sebab akibat).
4) Apabila dua segitiga siku-siku samakaki, maka dua segitiga itu sebangun
(pengikut diturunkan dari pendahulu).
Contoh 1.11:
Apabila matahari terbit dari barat, maka Siti lulus ujian.
Kalimat ini sering kita dengar, dan dimaksudkan bahwa mustahil Siti
akan lulus dalam menempuh ujiannya. Meskipun dalam implikasi itu tidak
ada hubungan antara pendahulu (matahari terbit dari barat) dan pengikut (Siti
lulus ujian). Implikasi itu bernilai benar, sebab pendahulunya bernilai salah.
1.22 Matematika
Perhatikan tabel nilai kebenaran implikasi (Tabel 1.8), maka kita dapat
menyimpulkan:
1) Apabila pendahulu suatu implikasi bernilai salah,maka implikasi itu
bernilai benar, tanpa memperhatikan nilai kebenaran pengikutnya
(sesuai baris ke-3 dan 4 dalam Tabel 1.8). Nilai kebenaran pengikutnya,
baik Benar ataupun Salah, jika pendahulunya bernilai Salah, maka
implikasi tersebut bernilai Benar.
2) Apabila pengikut suatu implikasi bernilai benar, maka implikasi itu
bernilai benar, tanpa memperhatikan nilai kebenaran dari
pendahulunya (sesuai baris ke-1 dan 3 Tabel 1.8). Nilai kebenaran
pendahulu, baik Benar ataupun Salah, jika diketahui pengikutnya
bernilai Benar, maka implikasi tersebut bernilai Benar.
Contoh 1.12:
1) Jika matahari terbenam di sebelah timur, maka Andi naik kelas.
Implikasi ini bernilai B, sebab pendahulunya, yaitu: Matahari terbenam
di sebelah timur, bernilai S. Meskipun, kita tidak mengetahui nilai
kebenaran dari pengikutnya, yaitu nilai kebenaran dari pernyataan: Andi
naik kelas.
2) Jika Ardi sembuh dari sakitnya, maka seekor gajah mempunyai empat
kaki. Implikasi ini bernilai B, karena pengikutnya, yaitu: Seekor gajah
mempunyai empat kaki, bernilai B. Meskipun pendahulunya, yaitu: Ardi
sembuh dari sakitnya, tidak diketahui nilai kebenarannya.
Tabel 1.9
Negasi Suatu Implikasi
a b ~a ~b a b ~(a b) a ∧ ~b
B B S S B S S
B S S B S B B
S B B S B S S
S S B B B S S
1 2 3 4 5 6 7
sama
Tampak pada Tabel 1.9, bahwa urutan nilai kebenaran pada kolom 6,
yaitu ~(a b) sama dengan urutan nilai kebenaran pada kolom 7, yaitu
a∧~b. Jadi dapat dikatakan bahwa ~(a b) ekuivalen dengan a ∧ ~b, atau
ditulis
~(a b) ≡ a ∧ ~b
Negasi suatu implikasi adalah suatu konjungsi dari pendahulu dan negasi dari
pengikutnya.
Contoh 1.13:
Tentukanlah negasi dari implikasi berikut ini!
1) Jika Siti tidak pergi ke Jakarta, maka Siti ikut kena musibah.
2) Jika Amin belajar giat, maka Amin lulus ujian.
3) Jika guru rajin mengajar, maka para siswa akan pandai.
Jawab:
1) Siti tidak pergi ke Jakarta dan Siti tidak ikut kena musibah.
2) Amin belajar giat dan Amin tidak lulus ujian.
3) Guru rajin mengajar dan para siswa tidak akan pandai.
1.24 Matematika
Implikasi baru ini disebut konvers dari implikasi semula. Jadi, jika
diketahui implikasi a b, maka konversnya adalah b a.
Contoh 1.14:
Tentukan konvers dari implikasi berikut ini dan tentukan nilai kebenaran
dari implikasi dan konversnya itu!
1) Jika 7 membagi habis 15, maka 11 adalah suatu bilangan prima.
2) Jika 5 + 7 = 13, maka 13 : 6 = 2.
Jawab:
1) Jika 7 membagi habis 15, maka 11 adalah suatu bilangan prima (bernilai
B). Konversnya: Jika 11 adalah suatu bilangan prima, maka 7 membagi
habis 15. (Bernilai S)
2) Jika 5 + 7 = 13, maka 13 : 6 = 2 (bernilai B) Konversnya: Jika 13 : 6 = 2,
maka 5 + 7 = 13 (bernilai B).
Contoh 1.15:
Tentukanlah invers dari implikasi-implikasi berikut ini dan tentukan pula
nilai kebenaran dari implikasi dan inversnya tersebut!
1) Jika 5 adalah faktor prima dari 30, maka 30 adalah kelipatan dari 8.
2) Jika Denpasar terletak di pulau Jawa, maka Surabaya adalah ibu kota
Provinsi Jawa Timur.
PDGK4108/MODUL 1 1.25
Jawab:
1) Jika 5 adalah faktor prima dari 30, maka 30 adalah kelipatan dari 8
(bernilai S).
Inversnya: Jika 5 bukan faktor prima dari 30, maka 30 bukan kelipatan
dari 8 (bernilai B).
2) Jika Denpasar terletak di pulau Jawa, maka Surabaya bukan ibukota
propinsi Jawa Timur (bernilai B).
Inversnya: Jika Denpasar tidak terletak di pulau Jawa, maka Surabaya
adalah ibukota propinsi Jawa Timur (B).
Contoh 1.16:
Tentukanlah kontraposisi dari implikasi-implikasi berikut ini, dan
tentukan pula nilai kebenaran dari implikasi dan kontraposisinya itu!
1) Jika 6 adalah suatu bilangan prima, maka 15 terbagi habis oleh 6.
2) Jika Jakarta adalah ibu kota Provinsi Jawa Barat, maka Medan terletak di
Pulau Jawa.
Jawab:
1) Jika 6 adalah suatu bilangan prima, maka 15 terbagi habis oleh 6
(Bernilai B).
Kontraposisinya : Jika 15 tidak terbagi habis oleh 6, maka 6 bukan suatu
bilangan prima (Berniali B)
2) Jika Jakarta adalah ibukota RI, maka Medan terletak di pulau Jawa.
(Bernilai S).
Kontraposisinya: Jika Medan tidak terletak di pulau Jawa, maka Jakarta
bukan ibukota RI. (Bernilai S)
Tabel 1.10
Nilai Kebenaran Konvers, Invers dan Kontraposisi dari Suatu Implikasi
a b ~a ~b ab ba ~a ~b ~b ~a
B B S S B B B B
B S S B S B B S
S B B S B S S B
S S B B B B B B
sama
sama
a b ≡ ~b ~a
AWAS INGAT:
ab≢ba
a b ≢ ~a ~b
Definisi 1.5:
Apabila diketahui a b maka
(1) b a disebut konvers dari a b
(2) ~a ~b disebut invers dari a b
(3) ~b ~a disebut kontraposisi (kontrapositif) dari a b.
Konvers
ab ba
Kontra posisi
Invers
Invers
Kontra posisi
~a ~b ~b ~a
Konvers
D. BIIMPLIKASI
Kita akan menentukan nilai kebenaran dari konjungsi ini dengan menyusun
tabel kebenarannya (Tabel 1,11).
Tabel 1.11
Nilai Kebenran dari (a b) ∧ (b a)
a b ab ba (a b) ∧ (b a)
B B B B B
B S S B S
S B B S S
S S B B S
a ⟺ b ≡ (a b) ∧ (b a)
1.28 Matematika
Definisi 1.6:
Biimplikasi a dan b (disimbolkan dengan a b dan dibaca a jika dan
hanya jika b) bernilai benar apabila kedua pernyataan tunggalnya
mempunyai nilai kebenaran yang sama, dan mempunyai bernilai salah
apabila kedua pernyataan tunggalnya mempunyai nilai kebenaran yang
berbeda.
Tabel 1.12
Nilai Kebenaran Biimplikasi
a b ab
B B B
B S S
S B S
S S B
Contoh 1.17:
Tentukan nilai kebenaran dari biimplikasi berikut ini!
1) Segiempat ABCD suatu jajargenjang jika dan hanya jika diagonal-
diagonalnya saling berpotongan di tengah-tengah.
2) Segitiga ABC sama sisi jika dan hanya jika sudut-sudutnya sama besar.
3) Segiempat ABCD suatu persegi jika dan hanya jika diagonal-diagonalnya
sama panjang.
4) x = 3 x2 = 9.
Jawab:
1) B, sebab implikasi:
Jika segiempat ABCD suatu jajargenjang, maka diagonal-
diagonalnya saling berpotongan di tengah-tengah, bernilai B.
Dan implikasi:
Jika diagonal-diagonal segiempat ABCD berpotongan di tengah-
tengahnya, maka segiempat ABCD suatu jajargenjang, juga bernilai
Benar.
PDGK4108/MODUL 1 1.29
2) B, sebab implikasi:
Jika segitiga ABC sama sisi, maka sudut-sudutnya sama besar,
bernilai Benar.
Dan implikasi:
Jika sudut-sudut segitiga ABC sama besar, maka segitiga ABC
samasisi, bernilai Benar.
3) S, sebab implikasi:
Jika segiempat ABCD suatu persegi, maka diagonal-diagonalnya
sama panjang, bernilai Benar.
Dan implikasi:
Jika doagonal-diagonal segiempat ABCD sama panjang, maka
segiempat ABCD suatu persegi, bernilai Salah.
4) S, sebab implikasi:
Jika x = 3, maka x2 = 9, bernilai Benar.
Dan implikasi:
Jika x2 = 9, maka x = 3, bernilai Salah. (Mengapa?)
Contoh 1.18:
Tuliskan negasi dari biimplikasi berikut ini!
1) 5 adalah suatu bilangan prima jika dan hanya jika 5 membagi habis 25.
2) Amin dibelikan sepeda jika dan hanya jika Amin tidak nakal.
Jawab:
1) 5 adalah suatu bilangan prima dan 5 tidak membagi habis 25, atau 5
membagi habis 25 dan 5 bukan suatu bilangan prima.
2) Amin dibelikan sepeda dan Amin nakal, atau Amin tidak nakal dan
Amin tidak dibelikan sepeda..
LAT IH A N
1) (a) a ⇒ b (B)
(b) b ⟺ a (S)
(c) b ⇒ a (S)
(d) a ⇒ ~b (S)
2) (a) a b (S)
(b) ~a (b ∧ c) (S)
(c) (a ∨ c) b (S)
(d) a ⟺ ~b (B)
(e) ~a ⟺ (b ∧ c ) (B)
(f) a ⟺ (b ∨ ~ c) (S)
1.32 Matematika
4)
Implikasi Konversnya Inversnya Kontraposisinya
a ⇒ ~b ~b ⇒ a ~a ⇒ ~b b ⇒ ~a
~a ⇒ b b ⇒ ~a a ⇒ ~b ~b ⇒ a
~a ⇒ ~b ~b ⇒ ~a a⇒b b⇒a
~(a ∧ b) ⇒ c c ⇒ ~(a ∧ b) (a ∧ b) ⇒ ~c ~c ⇒(a ∧ b)
a ⇒ (b ∨~c) (b ∨ ~c) ⇒ a ~a ⇒ ~(b∨~c) ~(b ∨ ~c) ⇒~a
5) ~ (p (~ q r)) ≡ p ∧ ~ (~q r)
≡ p ∧ (q ∧ ~r)
Jadi negasi dari p (~q r) adalah p ∧ (q ∧ ~r).
6) Cara pertama
Cara kedua
a b a & b (a b)
B B B B B B B B B
B S B S S B B S S
S B S S B B S S B
S S S S S B S B S
Langkah ke 1 2 1 3 1 2 1
Langkah ke (a b) (c ~ d)
1 B S S B
2 B S
3 B
4 B
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
4) Konvers dari implikasi: “Jika Tuti naik kelas, maka Jono pergi ke
Jakarta” adalah ....
A Jika Tuti tidak naik kelas, maka Jono tidak pergi ke Jakarta
B Jika Jono pergi ke Jakarta, maka Tuti naik kelas
C Jika Jono tidak pergi ke Jakarta, maka Tuti tidak naik kelas
D Tuti naik kelas dan Jono tidak pergi ke Jakarta
Kegiatan Belajar 3
Argumen
TAUTOLOGI
Contoh 1.19:
Siti naik kelas dan Siti tidak naik kelas, maka Siti dibelikan sepeda.
Misalkan p = Siti naik kelas.
~p = Siti tidak naik kelas.
q = Siti dibelikan sepeda.
Pernyataan majemuk tersebut dapat dinyatakan dengan lambang sebagai
berikut.
(p ∧ ~p) ⇒ q
Tabel 1.13
Nilai Kebenaran (p ∧ ~p) ⇒ q
p q ~p p ∧~p (p ∧ ~p) ⇒ q
B B S S B
B S S S B
S B B S B
S S B S B
Contoh 1.20:
Periksalah bahwa pernyataan majemuk (a ∧ b) ⇒ (a ∨ b) adalah suatu
totologi!
Jawab:
Cara I,
Dengan menyusun tabel nilai kebenarannya. Lihat Tabel 1.14.
Tabel 1.14
Nilai Kebenaran (a ∧ b) ⇒ (a ∨ b)
a b (a ∧ b) ⇒ (a ∨ b)
B B B B B B B B B
B S B S S B B B S
S B S S B B S B B
S S S S S B S S S
Langkah ke 1 2 1 4 1 3 1
Tampak pada Tabel 1.14, kolom pada langkah ke-4 menyatakan bahwa
pernyataan majemuk (a ∧ b) ⇒ (a ∨ b) selalu bernilai B, sehingga pernyataan
majemuk itu adalah suatu tautologi.
Cara II.
Pernyataan majemuk (a ∧ b) ⇒ (a ∨ b) adalah suatu implikasi.
Jika pernyataan a bernilai B, maka tanpa memperhatikan nilai kebenaran
pernyataan b, dapat disimpulkan bahwa nilai kebenaran dari (a ∨ b) adalah B.
Sehingga implikasi tersebut bernilai B, karena pengikutnya bernilai B.
PDGK4108/MODUL 1 1.39
Tabel 1.15
Nilai Kebenaran [(a ⇒ b) ∧ a] ⇒ b.
a b [(a ⇒ b) ∧ a] ⇒ b
B B B B B B B B B
B S B S S S B B S
S B S B B S S B B
S S S B S S S B S
Langkah ke 1 2 1 3 1 4 1
Tampak pada Tabel 1.15, kolom pada langkah ke-4 menyatakan bahwa
pernyataan majemuk [(a ⇒ b) ∧ a] ⇒ b selalu bernilai B, sehingga
pernyataan majemuk itu adalah suatu tautologi. Tautologi ini disebut
detasemen atau modus ponens.
Tabel 1.16
Nilai Kebenaran [(a ⇒ b) ∧ ~b] ⇒ ~a
a b [(a ⇒ b) ∧ ~b] ⇒ ~a
B B B B B S S B S
B S B S S S B B S
S B S B B S S B B
S S S B S B B B B
Langkah ke 1 3 1 4 2 5 2
Tampak pada Tabel 1.16, kolom pada langkah ke-5 menyatakan bahwa
pernyataan majemuk [(a ⇒ b) ∧ ~b] ⇒ ~a selalu bernilai B, sehingga
pernyataan majemuk itu adalah suatu tautologi. Tautologi ini disebut modus
tollens.
Tautologi [(a ⇒ b) ∧ ~b] ⇒ ~a disebut modus tollens.
Tabel 1.17
Nilai Kebenaran [(a ∨ b) ∧ ~a] ⇒ b
a b [(a ∨ b) ∧ ~a] ⇒ b
B B B B B S S B B
B S B B S S S B S
S B S B B B B B B
S S S S S S B B S
Langkah ke 1 3 1 4 2 5 2
Tabel 1.18
Nilai Kebenaran [(a ⇒ b) ∧ (b ⇒ c)] ⇒ (a ⇒ c)
a b c [(a ⇒ b) ∧ (b ⇒ c) ⇒ (a ⇒ c)
B B B B B B B B B B B B B B
B B S B B B S B S S B B S S
B S B B S S S S B B B B B B
B S S B S S S S B S B B S S
S B B S B B B B B B B S B B
S B S S B B S B S S B S B S
S S B S B S B S B B B S B B
S S S S B S B S B S B S B S
Langkah ke 1 2 1 4 1 3 1 6 1 5 1
1.42 Matematika
Empat tautologi yang telah kita pelajari ini, yaitu modus ponens, modus
tollens, modus tollendo ponens dan silogisme, masing sangat berguna dalam
penyusunan argumen yang absah. Empat tautologi itu, masing-masing
merupakan implikasi, sehing masing-masing tautologi tersebut dinamakan
tautologi implikatif.
Perhatikan bahwa pendahulu dari tiap-tiap tautologi implikatif itu berupa
suatu konjungsi. Pernyataan majemuk atau pernyataan tunggal yang
membentuk konjungsi ini, masing-masing disebut premis, dan pengikut dari
tautologi implikatif itu dinamakan kesimpulan. Selanjutnya, kumpulan
premis-premis dan kesimpulan ini disebut argumen. Argumen yang absah
dibentuk dari tautologi implikatif dan disusun sebagai berikut.
a⇒b premis
a premis
∴ b kesimpulan
Contoh 1.21:
Jika Siti naik kelas, maka Siti dibelikan sepeda. (premis)
Siti naik kelas (premis)
∴ Siti dibelikan sepeda (kesimpulan)
a⇒b premis
~b premis
∴~a kesimpulan
PDGK4108/MODUL 1 1.43
Contoh 1.22:
Jika Andi lulus ujian, maka Andi memperoleh hadiah. (premis)
Andi tidak memperoleh hadiah. (premis)
∴ Andi tidak lulus ujian. (kesimpulan)
a∨b premis
~a premis
∴b kesimpulan
Contoh 1.23:
Pagi ini, Joni sedang mandi atau Joni sedang makan pagi. (premis)
Pagi ini, Joni tidak sedang mandi. (premis)
∴ Pagi ini, Joni sedang makan pagi. (kesimpulan)
a⇒b premis
b⇒c premis
∴a⇒c kesimpulan
Contoh 1.24:
Jika Toni rajin belajar, maka Toni naik kelas. (premis)
Jika Toni naik kelas, Toni mendapat hadiah (premis)
∴ Jika Toni rajin belajar, maka Toni mendapat hadiah. kesimpulan)
Contoh 1.25:
Periksa, apakah argumen berikut ini absah?
a⇒b (premis)
b (premis)
∴a (kesimpulan)
Tabel 1.19
Nilai Kebenaran [(a ⇒ b) ∧ b] ⇒ a
a b [(a ⇒ b) ∧ b] ⇒ a
B B B B B B B B B
B S B S S S S B B
S B S B B B B S S
S S S B S S S B S
Langkah ke 1 3 1 4 2 5 2
PDGK4108/MODUL 1 1.45
Tampak pada Tabel 1,19, kolom pada langkah ke-5 tidak semuanya
bernilai B (ada nilai S), maka implikasi tersebut bukan suatu tautologi.
Sehingga argumen tersebut tidak absah.
Contoh 1.26:
Periksa, apakah argumen berikut ini absah?
Untuk memeriksa, apakah argumen ini absah atau tidak, argumen ini
dinyatakan dalam bentuk implikasi.
Misalkan, a = Siti minum es
b = Siti sakit perut.
Bentuk implikasi dari argumen tersebut adalah [{a ⇒ b) ∧ ~a] ⇒ ~b. Seperti
cara pada Contoh 1.25, kita memeriksa apakah implikasi merupakan suatu
tautologi dengan menyusun tabel kebenarannya.
Tabel 1.20
Nilai Kebenaran [{a ⇒ b) ∧ ~a] ⇒ ~b
a b [(a ⇒ b) ∧ ~a] ⇒ ~b
B B B B B S S B S
B S B S S S S B B
S B S B B B B S S
S S S B S B B B B
Langkah ke 1 3 1 4 2 5 2
Tampak pada Tabel 1,20, kolom pada langkah ke-5 tidak semuanya
bernilai B (ada nilai S), maka implikasi tersebut bukan suatu tautologi.
Sehingga argumen tersebut tidak absah.
Contoh 1.27:
Buatlah suatu kesimpulan dari premis-premis berikut ini, sehingga
diperoleh suatu argumen yang absah. Sebutkan nama argumen yang Anda
gunakan!
1.46 Matematika
Jika Adi tidak merokok, maka Adi sehat. Jika Adi tidak minum alkohol,
maka Adi tidak merokok. Ternyata, Adi tidak sehat.
Jawab:
Jika Adi tidak minum alkohol, maka Adi tidak merokok
Jika Adi tidak merokok, maka Adi sehat
Jika Adi tidak minum alkohol, maka Adi sehat
Ternyata, Adi tidak sehat
Jadi, Adi minum alkohol.
LAT IH A N
3) Bedakan secara tajam dan buat ciri-ciri khusus antara modus ponen,
modus tollens dan modus tollendo ponens, dan cocokkan jawaban Anda
dengan kunci berikut ini!
a) Tidak absah, buatlah tabel nilai kebenaran dari [{a ⇒ b) ∧ ~a] ⇒ ~b
b) Absah, modus tollens.
c) Absah, modus ponens.
d) Absah, modus tollendo ponens.
e) Absah, silogisme.
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
9) Diketahui premis-premis: Jika Gita tidak rajin, maka Gita tidak kaya.
Gita anak tidak pandai atau Gita tidak rajin. Ternyata Gita adalah anak
pandai. Kesimpulannya adalah Gita ....
A. tidak kaya
B. tidak rajin
C. kaya
D. rajin
Tes Formatif 1
1) D. Semua kalimat itu mempunyai nilai kebenaran.
2) D. Bukan kalimat deklaratif.
3) A. 97 bukan bilangan prima.
4) B. 3 bukan faktor prima dari 52.
5) C. 38 tak terbagi habis oleh 3 dan 8.
6) A. Disjungsi bernilai benar, jika sekurang-kurangnya satu pernyataan
tunggalnya bernilai benar.
7) B. Konjungsi bernilai salah, jika sekurang-kurangnya satu dari
pernyataan tunggal bernilai salah.
8) A. Seperti nomor 6.
9) B. Ingat negasi suatu konjungsi.
10) D. Ingat nilai kebenaran dari suatu disjungsi.
Tes Formatif 2
1) C. Ingat nilai kebenaran dari suatu implikasi yang hanya diketahui nilai
kebenaran salah satu pernyataan tunggalnya.
2) D. Sama dengan nomor 1.
3) A. p ⇒ ~q bernilai S, hanya jika p dan q masing-masing bernilai B.
4) B. Ingat konvers suatu implikasi.
5) C. Ingat negasi dari suatu implikasi.
6) A. Ingat kontraposisi dari suatu implikasi.
7) B. Implikasi yang pendahulunya bernilai S, maka implikasi itu bernilai
B.
8) D. Biimplikasi bernilai S, jika nilai dari pernyataan-pernyataan
tunggalnya berbeda.
9) B. Kontraposisi suatu implikasi ekuivalen dengan implikasi tersebut.
10) A. Biimplikasi adalah suatu konjungsi dari implikasi dan konversnya.
1.54 Matematika
Tes Formatif 3
1) D. Suatu disjungsi bernilai B, jika sekurang-kurangnya satu pernyataan
tunggalnya bernilai B.
2) C. Ingat bentuk dari modus ponens.
3) B. Ingat bentuk dari modus tollens.
4) A. Ingat bentuk dari modus tollendo ponens.
5) A. Ingat nilai kebenaran suatu implikasi yang hanya diketahui nilai
kebenaran salah satu pendahulu atau pengikutnya.
6) D. Tidak alasan untuk menyimpulkannya.
7) C. (a ⇒ b) ∧ ~b disimpulkan ~a dan dengan ~a ⇒ d disimpulkan d.
8) B. Ingat modus tollens.
9) A. Gunakan modus tollendo ponens dan modus ponens.
10) A. p ⇒ q dan ~q disimpulkan ~p dan dengan ~p ⇒ r disimpulkan r.
PDGK4108/MODUL 1 1.55
Daftar Pustaka
Billstein, Rick. Libeskind, Shlomo and Lott, Johnny W. 1990. A Problem
Solving Approach to Mathematics for Elementary School Teachers.
Fourth Edition. Redwood City California: The Benjamin/Cummings
Publishing Company, Inc.