TU Cooling Tower
TU Cooling Tower
TU Cooling Tower
Cooling tower (CT) pada industri dikenal sebagai alat proses yang
berfungsi sebagai pendingin air proses. CT sangat diperlukan dalam suatu proses
industri, agar air yang setelah digunakan pada proses pendinginan masih dapat
digunakan kembali. Air yang digunakan untuk mendinginkan suatu proses pada
industri atau disebut air proses akan bekerja secara terus-menerus dan kemudian
mengalami perubahan berupa kenaikan pada temperatur. Air yang telah dipakai
pada proses pendinginan tersebut sudah tidak dapat digunakan lagi sebagai
pendingin sebelum air tersebut didinginkan kembali. Air pendingin tersebut harus
melalui proses yaitu pendinginan yang dilewatkan dalam CT (Ayyam dkk, 2018).
Penggunaan air pendingin terkadang juga menimbulkan beberapa masalah,
sehingga diharapkan sistem pendinginan yang digunakan harus memiliki kinerja
yang baik untuk diaplikasikan pada pabrik (Martha, 2011). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja CT diantaranya adalah pemilihan tipe packing, temperatur
CT, laju udara, tipe CT berdasarkan fan, losses, dan pipa sprinkle.
1. Packing
Alat yang dapat mendukung kinerja CT salah satunya adalah fill (packing).
Packing adalah bahan isian pada CT yang menggunakan bahan khusus, seperti
kayu sipres yang daya tahannya tinggi terhadap air dan juga udara (Coulson dan
Richardson, 2013). Penggunaan jenis packing yang tepat akan memaksimalkan
kemampuan CT. Karakteristik packing yang baik adalah tidak bereaksi dengan
fluida yang berada di dalam CT, karakteristiknya kuat tetapi tidak terlalu berat,
mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak cairan
yang terperangkap, memungkinkan terjadinya kontak yang luas antara fluida dan
udara, dan harganya tidak terlalu mahal (Abbas, 2012)
Menara pendingin pada awalnya berbentuk menara kosong tanpa bahan
isian. Butiran-butiran air panas dijatuhkan dari puncak menara sedangkan udara
dingin dihembuskan dari bawah, sehingga terjadi pertukaran kalor antara air dan
udara. Media pengisi diperlukan supaya perpindahan kalor tersebut di atas lebih
baik, dengan konfigurasi sedemikian sehingga terjadi kontak yang baik antara air
panas dengan udara sebagai media pendingin. Mekanisme perpindahan kalor
utamanya adalah kalor sensibel dan kalor laten penguapan, kerugian kalor radiasi
diabaikan serta prosesnya dianggap adiabatis. Dua faktor yang sangat menentukan
laju perpindahan kalor dari air panas ke udara pendingin adalah waktu kontak dan
luas permukaan antar fase (air dan udara), bila packing digunakan pada CT maka
kedua faktor di atas dapat diperbesar (Johanes, 2011).
Menurut Ayyam dkk (2018), bagian dari CT yang sangat berperan dalam
proses pendinginan adalah fill (packing) yang merupakan bahan pengisi dalam
CT. Bahan pengisi tersebut adalah sebagai jalannya air pada menara CT saat
terjadi proses pendinginan yang berguna untuk memaksimalkan kontak udara
dengan air. Jumlah sekat diperbanyak, maka semakin luas bidang kontak antara air
dan udara (dengan asumsi air yang terdistribusi merata). Banyaknya jumlah sekat
juga akan memperbanyak bidang-bidang vertikal yang menyebabkan air langsung
menuju ke dasar sehingga waktu kontak antara air dan udara menjadi sedikit. Pola
aliran juga dipengaruhi oleh jumlah sekat dan derajat horizontal pipa-pipa. Merata
tidaknya distribusi air juga berperan terhadap proses perpindahan kalor dan laju
perpindahan kalor (Johanes, 2011).
Packing memiliki karakteristik kinerja yang berbeda-beda. Karakteristik
tersebut memungkinkan pertimbangan dalam memilih packing yang akan dibuat
untuk berbagai beban panas dan laju aliran air. Jenis packing yang berbeda-beda
akan mempengaruhi waktu kontak dengan packing, hal tersebut merupakan faktor
yang mempengaruhi proses pendinginan air (Ayyam dkk, 2018).
Menurut Martha (2011), media pengisi berdampak pada pemakaian energi
yaitu digunakan listrik untuk memompa ke atas bahan pengisi dan untuk fan yang
menciptakan air draft. Packing yang dirancang secara efisien dengan distribusi air
yang cukup, drift eliminator, fan, gearbox dan juga motor dapat menyebabkan
pemakaian listrik yang lebih rendah. Packing terdiri dari tiga jenis yaitu splash
packing, film packing, dan low-clog film fills packing. Media pengisi splash
menciptakan area perpindahan panas yang dibutuhkan melalui cipratan air diatas
media pengisi menjadi butiran air yang kecil. Luas permukaan butiran air adalah
luas permukaan perrpindahan panas dengan udara.
Luas permukaan dari lembaran pengisi adalah luas perpindahan panas
dengan udara sekitarnya. Bahan pengisi atau film yang digunakan menara dapat
menghasilkan penghematan listrik secara signifikan, kebutuhan air lebih sedikit,
dan beban head pump yang lebih kecil. Low-clog film fills packing yaitu bahan
pengisi berupa sumbatan rendah dengan ukuran flute yang lebih tinggi yang saat
ini dikembangkan untuk menangani air yang keruh. Jenis ini merupakan pilihan
terbaik untuk air laut karena adanya penghematan daya dan kinerjanya lebih baik
dibandingkan tipe bahan pengisi penciprat konvensional (Martha, 2011).
2. Suhu
Suhu pada CT terdiri atas suhu udara wet bulb, suhu udara dry bulb, suhu
air masuk menara pendingin, suhu air keluar menara pendingin, dan suhu udara
masuk. Bulb temperature merupakan faktor yang penting dalam kinerja peralatan
pendingin air yang teruapkan, bulb temperature merupakan suhu terendah dimana
air akan didinginkan. Suhu wet bulb udara yang masuk ke menara pendingin
menentukan tingkat suhu operasi minimum seluruh pabrik, proses, atau pada
sistem. Suhu wet bulb harus dipertimbangkan saat perancangan menara pendingin.
Sebuah menara pendingin akan mendinginkan air yang lebih panas. Udara
berubah menjadi wet bulb sedangkan air menjadi lebih dingin. Prakteknya pada
industri, air didinginkan ke suhu yang lebih tinggi dari suhu wet bulb disebabkan
panasnya dibuang dari menara pendingin (Fauzi dan Rudiyanto, 2016).
Seleksi awal menara yang didasarkan pada desain wet bulb temperature
(WBT) harus mempertimbangkan kondisi lokasi menara. Suhu desain WBT juga
harus tidak boleh lebih dari 5 persen. Desain suhu yang dipilih umumnya
mendekati WBT maksimum rata-rata pada musim panas. Harus dikonfirmasikan
apakah suhu WBT ditentukan sebagai ambient (suhu di area menara pendingin)
atau sebagai saluran masuk. Dampak dari sirkulasi ulang yang tidak diketahui
sebelumnya maka suhu wet bulb ambient lebih disukai. Suhu air dingin harus
cukup rendah untuk dapat menukar panas atau mengembunkan uap pada tingkat
suhu optimum. Jumlah air yang disuplai, udara, dan suhu panas yang ditukar
harus dipertimbangkan dalam memilih menara pendingin supaya ukuran benar
dan biayanya rendah (Ananthanarayanan, 2006).
Dry bulb temperature (DBT) merupakan temperatur udara kering, tanpa
memperhitungkan adanya kandungan uap air yang mungkin terdapat pada udara
tersebut. Semakin rendah nilai approach akan semakin baik kinerja cooling tower.
Range dan approach harus dipantau, tetapi approach merupakan indikator yang
lebih baik untuk kinerja cooling tower. Kelembaban tinggi udara yang digunakan
akan menyebabkan proses penguapan berlangsung lamban dan WBT yang identik
dengan DBT. Kelembaban rendah yang terjadi maka sebagian air akan menguap,
jadi WBT akan semakin jauh perbedaannya dengan DBT (Wibisono, 2005).
3. Laju udara
Rasio laju aliran air per udara yang rendah maka nilai karakteristik menara
pendingin dengan packing, dapat mencapai dua kali lebih besar nilainya daripada
karakteristik menara pendingin tanpa packing (Johanes, 2011). Nilai rasio air per
udara adalah parameter yang sangat penting dalam pemilihan jenis suatu menara
pendingin. Terutama dalam pemilihan kapasitas, jenis, dan jumlah fan. Rasio ini
merupakan perbandingan antara debit air dengan udara yang hendak didinginkan
CT banyak digunakan di industri sebagai sistem pendinginan air, proses
pada CT air ingin didinginkan oleh udara. Panas yang akan dilepaskan air ke
udara terdiri dari panas sensibel dan panas laten. Besarnya pelepasan panas dari
air ke udara menentukan performa dari CT. Beberapa faktor yang mempengaruhi
performa dari CT diantaranya adalah kondisi distribusi aliran air dan udara di
dalam CT. Semakin merata distribusi aliran air dan udara maka performa CT akan
semakin baik. Distribusi aliran air dalam menara pendingin dan laju udara akan
merata bila dilakukan pemeliharaan terhadap CT (Johanes, 2011).
4. Penggunaan Fan
Kipas (fan) merupakan bagian yang penting dari sebuah menara pendingin
karena berfungsi untuk menarik atau mendorong udara dingin, udara dingin
tersebut akan diserkulasikan di dalam menara. Udara dingin tersebut dikontakkan
dengan air yang lebih panas. Kipas yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik
akan membuat kinerja menara pendingin tidak maksimal. Kipas digerakkan oleh
motor listrik dan di kopel langsung oleh poros kipas (Putra, 2015). Pembagian
jenis cooling tower berdasarkan penggunaan fan dapat dibagi menjadi dua jenis:
1) Natural draft cooling tower
2) Mechanical draft cooling tower
Natural draft cooling tower merupakan menara yang tidak menggunakan
kipas dan aliran udaranya bergantung pada tekanan dorong udara. Udara mengalir
ke atas karena adanya perbedaan massa jenis antara udara atmosfer dengan udara
lembab di dalam menara pendingin. Udara di dalam cooling tower memiliki suhu
yang lebih tinggi daripada udara atmosfer sekitarnya (Putra, 2015).
Perbedaan massa jenis udara menyebabkan tekanan dorong yang
mendorong udara ke atas. Menara pendingin alami ini memiliki tinggi yang dapat
mencapai puluhan meter. Proses pendinginan yang tidak menggunakan fan, hanya
akan membuat sedikit perubahan pada temperatur air (Ardani dkk, 2018). Aliran
udara pada cooling tower jenis natural draft cooling tower dipengaruhi oleh udara
yang masuk secara alami ke dalam menara pendingin. Perpindahan panas terjadi
di dalam menara dikarenakan prinsip temperatur yang akan mengalir dari
temperatur yang lebih tinggi ke temperatur lebih rendah.
Proses pendinginan dengan natural draft cooling tower terjadinya aliran
massa udara yang diperlukan disebabkan oleh perbedaan kepadatan (daya apung).
Bentuk perancangan menara pendingin natural draft terbagi menjadi sistem
pendingin sirkuit tertutup dan terbuka. Perbandingannya dengan sistem konsep
mekanis adalah menara pendingin konsep alami tidak membutuhkan daya kipas.
Hasilnya adalah dampak positif pada keseimbangan yang dicapai dari seluruh
pembangkit listrik (Hoffschmidt dkk, 2012).