Proposal 15-05-2018
Proposal 15-05-2018
Proposal 15-05-2018
SKRIPSI
Oleh:
Putri Hanan Riyanta
15306141053
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pewarna pangan merupakan zat yang digunakan pada bahan makanan dan
memperbaiki tampilan produk tersebut. Awalnya zat warna yang digunakan merupakan
zat warna alami berasal dari tumbuhan dan hewan, namun semakin berkembangnya
ilmu dan teknologi penggunaan zat warna alami semakin berkurang dan tergantikan
oleh zat warna sintetik. Hal ini disebabkan bahan-bahan pewarna sintetik lebih murah
dan memberikan warna yang lebih stabil apabila dibandingkan dengan pewarna alami
(Rene, 2010: 1-9). Penambahan pewarna sintetik pada makanan sebenarnya bukanlah
suatu hal yang dilarang, namun pada pewarna sintetik sering terjadi ketidaksempurnaan
proses pembuatan sehingga mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan dan
berlebihan atau tingkat konsentrasinya melebihi anjuran dapat memicu timbulnya sel
kanker pada hewan dan manusia walaupun penggunaanya telah mendapat izin dari
Menimbang banyaknya tuntutan pasar akan penggunaan pewarna pada saat ini,
tidaklah mungkin untuk mengembalikan fungsi pewarna alami sebagai pewarna dalam
skala besar. Rekayasa ilmiah merupakan salah satu cara agar pewarna alami memiliki
kualitas yang sama atau bahkan melebihi pewarna sintetik. Antosianin merupakan
senyawa yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah sampai ungu pada
buah, sayur, dan bunga (SEAFAST, 2012: 23). Proses ekstraksi merupakan salah satu
cara mengikat antosianin dengan ukuran partikel padatan menjadi faktor yang
mempengaruhi hasil ekstraksi. Secara teoritis, semakin kecil ukuran partikel simplisia
2
maka semakin luas permukaannya sehingga kontak dengan cairan lebih besar dan lebih
optimal. Ini ditandai dengan semakin besarnya kadar antosianin dalam ekstrak (Hijriana,
2016: 1).
modifikasi pada struktur antosianin, pH, temperatur, dan cahaya (SEAFAST, 2012: 23-
24). Degradasi antosianin dapat terjadi selama proses ekstraksi, pengolahan makanan,
dan penyimpanan. Pigmen sering dijumpai di pasaran dalam bentuk serbuk atau larutan,
namun pigmen dalam bentuk serbuk memiliki kelebihan yaitu lebih awet, ringan, dan
Subtitusi beberapa gugus kimia pada rangka antosianin dapat mempengaruhi warna
Penambahan pengisi (filler) pada proses produksi sering digunakan untuk melapisi
Clitoria ternatea yang dikenal dengan nama lokal Bunga Telang merupakan
tumbuhan asli Asia Tenggara. Kuntum bunga Telang berpotensi sebagai pewarna alami
karena memiliki warna biru yang menarik (Rizka et al, 2017: 2). Tanaman ini mudah
Size Analiser (PSA) dan diuji kestabilannya terhadap cahaya dan suhu yang ditandai
3
Spektrofotometer UV-Vis. Untuk mengetahui kadar rendemen di dalamnya, larutan
B. Identifikasi Masalah
Sesuai latar belakang di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang dapat
diidentifikasi yaitu:
1. Perlu adanya alternatif pengganti pewarna sintesis berbahan alam agar terhindar
C. Batasan Masalah
1. Kuntum bunga Telang yang digunakan adalah kuntum yang diperoleh di Kebun
ultrasonikasi.
3. Metode yang digunakan untuk menghasilkan ukuran nanopartikel ialah top down
D. Rumusan Masalah
4
1. Bagaimana karakteristik nano pigmen antosianin hasil ekstraksi dari kuntum bunga
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa
2. Bagi universitas
3. Bagi masyarakat
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Bunga Telang
Bunga Telang adalah tanaman dari genus Clitoria yang memiliki nama ilmiah
Clitoria ternatea. Bunga Telang berwarna biru terang dan berbentuk seperti kupu-kupu
sehingga dalam bahawa inggris bunga ini disebut sebagai butterfly pea. Bunga Telang
berpotensi sebagai pewarna alami pada makanan karena warna biru pada bunga yang
Rizka (2017) dalam penelitiannya menyatakan bahwa warna yang dihasilkan dari
dibandingkan warna dari kuntum segar bunga telang. Setelah pengamatannya selama 7
hari, warna yang dihasilkan dari kuntum bunga dikeringkan memiliki warna lebih stabil.
Kestabilan ini ditandai dengan absorbansinya pada panjang gelombang 574 nm.
B. Antosianin
Antosianin merupakan pigmen yang larut dalam air, menghasilkan warna dari
merah sampai biru, dan tersebar luas dalam buah, bunga dan daun. Antosianin terdapat
pada vakuola yang merupakan organel sitoplasmik yang berisikan air, serta dibatasi
oleh membran yang identik dengan membran tanaman. Struktur utama antosianin
ditandai dengan adanya dua cincin aromatik benzena (C6H6) yang dihubungkan dengan
flavonoid termasuk senyawa polar dan dapat diekstraksi dengan pelarut yang bersifat
polar. Kondisi asam akan mempengaruhi hasil ekstraksi karena antosianin ini tidak
stabil dalam suasana netral atau basa. Dewi Kurniasih (2010) dalam penelitiannya
6
menyatakan bahwa pelarut mengandung HCl 5% dalam aquades yang digunakan untuk
ekstraksi cukup asam untuk memecah dinding vakuola dimana pigmen antosianin
terdapat namun tidak terlalu asam untuk mengakibatkan kerusakan pigmen tersebut.
pada bahan makanan maupun kemasannya serta bukan merupakan zat yang beracun
bagi tubuh sehingga secara internasional telah diijinkan sebagai zat pewarna makanan.
C. Ekstraksi
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi tergantung pada polaritas
senyawa yang akan diekstraksi. Prinsipnya adalah like dissolve like, yaitu pelarut polar
akan melarutkan senyawa polar dan pelarut nonpolar akan melarutkan senyawa
nonpolar. Pemilihan pelarut yang digunakan juga bergantung pada sifat kelarutan zat
terlarut tersebut. Metode ekstraksi yang paling konvensional adalah maserasi. Maserasi
adalah cara ekstraksi yang paling sederhana yaitu dengan melakukan perendaman
terhadap simplisia, dan rendaman tersebut disimpan terlindung dari sinar matahari
langsung (Khopkar, 2002). untuk mencegah reaksi dengan cahaya dan perubahan
warna) dan dikocok kembali. Pada proses ekstraksi terjadi dua fase yaitu fase
pembilasan dan fase ekstraksi. Fase pembilasan merupakan fase dimana sel-sel yang
rusak atau tidak utuh lagi dari simplisia bersentuhan langsung dengan pelarut sehingga
komponen di dalam sel semakin mudah untuk berpindah ke dalam pelarut. Fase
ekstraksi merupakan fase dimana cairan pelarut menembus membran sel yang masih
utuh sehingga terjadi pembengkakan pada sel dan disolusi komponen sel ke cairan
7
pelarut yang berhasil masuk, dengan adanya perbedaan konsentrasi antara pelarut di
dalam sel dan di luar sel maka akan terjadi difusi (Voigt, 1995).
D. Nanoteknologi
nanopartikel dengan material sejenis yang lebih besar adalah ukurannya yang kecil
sehingga memiliki perbandingan luas permukaan dan volume yang lebih besar.
Nanopartikel memiliki luas permukaan yang besar serta jumlah atom yang banyak di
rendah yang memudahkan partikel menembus ke dalam membran sel (Batubara et al,
2012: 316-324) . Material atau struktur yang mempunyai ukuran nano akan mempunyai
sifat-sifat yang berbeda dari material yang sebenarnya. Karakteristik spesifik dari
Nanopartikel dapat terjadi secara alami ataupun melalui proses sintesis oleh manusia.
Sintesis nanopartikel dapat dilakukan dalam fasa padat, dan cair. Proses sintesis pun
E. Ultrasonikasi
sebagai gelombang mekanik longitudinal yang dapat menjalar dalam medium padat,
cair dan gas. Ultrasonik adalah suara dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk bisa
didengar oleh telinga manusia, yaitu diatas 20 kHz. Reflektivitas dari gelombang
ultrasonik dipermukaan cairan hampir sama dengan permukaan padat, tapi pada tekstil
dan busa jenis gelombang ini akan diserap. Hal ini disebabkan karena gelombang
8
ultrasonik merupakan rambatan energi dan momentum mekanik sehingga merambat
sebagai interaksi dengan molekul dan sifat inersia medium yang dilaluinya. Frekuensi
oleh getaran elastis dari sebuah kristal-kristal yang diinduksikan oleh resonansi dengan
F. Spektroskopi UV-Vis
dalam suatu sampel dengan cara mengukur banyaknya cahaya yang diserap atau
dan Visible yaitu pada panjang gelombang 200 nm sampai 700 nm. Prinsip
dengan zat kimia yang merupakan seberkas sinar dilewatkan pada sampel yang akan
diukur. Cahaya yang dipancarkan pada sampel memiliki frekuensi yang sama dengan
partikel sampel sehingga terjadi resonansi. Energi cahaya yang sama dengan energi
transisi elektron sampel menyebabkan sebagian energi cahayanya diserap oleh sampel.
Absorbsi inilah yang menyebabkan terjadinya transisi elektron dari orbital dasar
tereksitasi ke orbital yang lebih tinggi. Spektrometer mencatat panjang gelombang saat
terjadi absorbsi dan tingkat absorbsinya pada setiap panjang gelombang. Panjang
gelombang berkaitan dengan struktur kimia dan intensitas terkait dengan jumlah
9
G. Particle Size Analyzer (PSA)
Particle size analyzer (PSA) dapat digunakan untuk menentukan ukuran partikel
yang dinyatakan dalam jari-jari yang berbentuk bola. Pengukuran partikel dengan
dibandingkan dengan metode kering atau metode ayakan dan analisa gambar. Terutama
untuk sampel dalam orde nanometer dan submikron yang memliki kecenderungan
partikel yang terukur adalah ukuran dari single partikel. Selain itu hasil pengukuran
H. Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan mengekstraksi nano pigmen antosianin berbahan bunga telang
dan mengetahui stabilitasnya terhadap suhu dan cahaya. Pewarna merupakan suatu
kebutuhan pada industri pangan saat ini yang perannya selalu dipenuhi oleh pewarna
sintetis. Penggunaan pewarna sintesis dalam jangka waktu lama bukanlah hal baik
karena dapat memicu berbagai penyakit. Pewarna alami merupakan pilihan yang aman
dimulai dengan mengekstraksi antosianin bunga telang sebagai salah satu potensi
partikel menggunakan PSA, dan pengujian stabilitasnya terhadap cahaya dan suhu yang
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Penelitian dan pengujian dilakukan pada Agustus 2018 sampai Desember 2018
B. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel yang menjadi penyebab berubahnya variabel lain.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah suhu dan cahaya pada saat uji stabilitas
antosianin.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel
3. Variabel kontrol
Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat tetap sehingga tidak mempengaruhi
variabel terikat. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu massa bunga Telang,
waktu maserasi dan ultrasonikasi, volume pelarut, kecepatan dan suhu magnetic
11
C. Jenis Penelitian
Alat yang digunakan meliputi Neraca digital, tumbukan, magnetic stirrer, sentrifuge,
alumunium foil, Ultrasonic processor, pipet, gelas beker, botol kaca, Spektrofotometer
Bahan yang digunakan yaitu kuntum bunga telang yang sudah dikeringkan, bahan
E. Langkah Kerja
Pembuatan serbuk bunga Telang diawali dengan menyiapkan bunga segar yang
dipetik dari Kebun Biologi UNY. Bunga kemudian dikeringkan dengan cara
HCl dengan perbandingan 1:11 selama 150 menit (Endang, 2013: 50). Selama
12
30 menit (Hijriana, 2016: 8). Sampel kemudian dihomogenkan menggunakan
magnetic stirrer dengan kecepatan 500 rpm lalu disentrifus dengan kecepatan
maksimal 1 tetes. Sampel diukur dengan zeta nano particle analyzer dengan run
sebanyak 5 kali pengukuran per sampel. Pada atenuator lebar celah yang optimum
yaitu sekitar 6-8. Jika sampel keruh maka atenuator akan berada di bawah 6,
sehingga sampel perlu diencerkan. Untuk sampel yang terlalu transparan maka
(Hijriana, 2016: 9). Distribusi ukuran tersebut dapat diketahui dari gambar yang
dihasilkan.
diletakkan dibawah sinar lampu. Setiap 1 jam sekali selama 5 jam dilakukan
diletakkan pada 3 kondisi suhu, yaitu 50 ˚C, 60 ˚C dan 70 ˚C selama 1 jam lalu
13
Perhitungan rendemen antosianin dimaksudkan untuk mengukur kadar
mengurangi kerusakan antosianin akibat suhu panas. Suhu inlet yang digunakan
saat proses pengeringan ialah 180˚C dan suhu exhaust 109˚C dengan kecepatan
F. Diagram Alir
Ultrasonikasi
Pengukuran partikel
Penambahan filler
14
Preparasi serbuk nanopartikel bunga telang
15