Tugas Penyelidikan Geoteknik
Tugas Penyelidikan Geoteknik
Tugas Penyelidikan Geoteknik
PENYELIDIKAN GEOTEKNIK
Untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
Mata kuliah SIA-355 Penyelidikan Geoteknik
Dosen:
Disusun oleh :
BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
Sifat dan karakteristik tanah yang tidak selalu sama
Keadaan muka air tanah
Seluruh infrastruktur dibangun di atas tanah.
2. Untuk mendapatkan contoh tanah asli (undisturbed) dan tidak asli (disturbed).
1.3.2 Sasaran
Sasaran penyelidikan geoteknik meliputi:
Hasil penyelidikan geoteknik adalah berupa data yang akan digunakan sebagai acuan
perencanaan dan perancangan infrastruktur. Data tersebut diantaranya :
3
Data Pengujian Lapangan
Data pengujian laboratorium
Data Sondir
1.5 Manfaat
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
setiap ayakan dikumpulkan sendiri sendiri. Kemudian masing masing ayakan beserta
tanahnya dikeringkan dalam oven, dan kemudian berat tangah kering tersebut ditimbang.
Hasil dari analisa ayakan biasanya dinyatakan dalam persentase dari berat total.
3. Analisa Hydrometer
Analisa hydrometer didasarkan pada prinsip sedimentasi (pengendapan) butir butir tanah
dalam air. Bila suatu contoh tanah dilarutkan dalam air, partikel partikel tanah akan
mengendap dengan kecepatan yang berbeda-beda tergantung pada bentuk, ukuran, dan
beratnya. Untuk mudahnya, dapat dianggap bahwa semua partikel tanah itu berbentuk bola
(bulat) dan kecepatan mengendap dari partikel partikel tersebut dapat dinyatakan dalam
hukum Stokes. Di dalam laboratorium, pengujian hydrometer dilakukan dalam silinder
pengendap yang terbuat dari gelas.
4. Batas-batas Atterberg
Batas batas Atterber (Atterberg Limit) atau Test Konsistensi terdiri dari batas cair(liquid
limit/LL), batas plastis (plastic limit/PL), dan batas susut (shrinkage limit/SL). Dari
parameter-parameter tersebut dapat ditentukan indek plastis (IP) yang besarnya merupakan
selisih antara batas cair dan batas plastis. Indek plastis merupakan rentang kadar air dimana
tanah dalam keadaan plastis. Parameter parameter LL dan PL sangat berguna untuk
klasifikasi tanah. Pada umumnya, tanah yang batas cairnya tinggi merupakan tanah lempung
dengan sifat teknis yang jelek. Indek plastis rendah menunjukkan tanah berbutir kasar dengan
sedikit atau tanpa kohesi dan plastisitas. Batas cair dan indek plastis biasanya dipakai sebagai
alat dalam menentukan kualitas material yang akan dipakai sebagai lapisan perkerasan suatu
jalan. Prosedur cara pengetesannya dapat dilihat didalam ASTM dan AASHTO.
6
adanya udara yang tertinggal diantara butiran karena hal ini akan menyebabkan kesalahan
pada hasil pengetesan.
6. Permeabilitas
Test ini berguna untuk mendapatkan koefisien permeabilitas (k) atau koefisien rembesan.
Koefisien rembesan mempunyai satuan yang sama seperti kecepatan. Koefisien rembesan
tanah adalah tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kekentalan cairan, distribusi ukuran
pori, distribusi ukuran butir, angka pori kekasaran permukaan butiran tanah, dan derajat
kejenuhan tanah. Pada tanah berlempung, struktur tanah memegang peranan penting dalam
menentukan koefisien rembesan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi sifat rembesan
tanah lempung adalah konsentrasi ion dan ketebalan lapisan air yang menempel pada butiran
lempung. Koefisien rembesan tanah yang tidak jenuh air adalah rendah; harga tersebut akan
bertambah dengan bertambahnya derajat kejenuhan tanah yang bersangkutan.
Ada dua macam uji standar dilaboratorium yang digunakan untuk menentukan harga k suatu
tanah, yaitu: uji tinggi konstan dan uji tinggi jatuh. Uji tinggi konstan adalah lebih cocok
untuk tanah berbutir dengan koefisien rembesan yang cukup besar, sedangkan uji tinggi jatuh
sangat cocok untuk tanah berbutir halus dengan koefisien rembesan kecil.
7
Kuat geser tanah lempung yang digunakan untuk hitungan kapasitas dukung tanah dapat
diperoleh dari pengujian triaksial tak terdrainasi (undrained)
2. Uji Tekan Bebas
Pengujian ini berguna untuk menentukan kuat geser tak terdrainasi pada tanah lempung
jenuh yang tidak mengandung butiran kasar, yang akan digunakan dalam hitungan
kapasitas dukung.
3. Uji Geser Baling-baling (vane shear test)
Vane Shear Test (VST) merupakan uji in-situ yang digunakan untuk menentukan nilai
kuat geser tak terdrainase (Su) dari suatu tanah. Kapasitas VST dapat mengukur kuat
geser tanah hingga 200 kPa pada tanah lunak jenuh air. Namun, beberapa peneliti
merekomendasikan agar VST dibatasi pada tanah yang memiliki nilai kuat geser tak
teralir (Su) tidak lebih dari 50 kPa dan untuk tanah yang memiliki permeabilitas yang
rendah. VST juga dapat digunakan pada tanah lanau, gembur dan material tanah lainnya
yang dapat diprediksi kekuatan geser tak terdrainase-nya. Metode penggunaan VST ini
tidak cocok diaplikasikan pada tanah pasir, kerikil, dan jenis tanah lainnya yang
memiliki permeabilitas tinggi.
4. Uji Konsolidasi
Pengujian ini hanya dilakukan untuk jenis tanah berbutir halus seperti lempung dan
lanau dan digunakan untuk mengukur besarnya penurunan konsolidasi dan kecepatan
penurunan. Pengujian dilakukan pada alat oedometer atau konsolidometer. Dari
nilai koefisien konsolidasi (Cv) yang dihasilkan, dapat ditentukan kecepatan penurunan
bangunannya. Data hubungan beban dan penurunan diperoleh dari penggambaran grafik
tekanan terhadap angka pori. Dari sini, dapat diperoleh koefisien perubahan
volume (mv) atau indeks pemampatan (Cc), yang selanjutnya digunakan untuk
menghitung estimasi penurunan akibat beban bangunan. Uji konsolidasi bisa tidak
dilakukan bila tanahnya berupa lempung terkonsolidasi sangat berlebihan (heavily
overconsolidated). Karena pada jenis tanah lempung tersebut, sepanjang beban yang
diterapkan tidak sangat berlebihan, penurunan yang terjadi sangat kecil sehingga dapat
diabaikan.
Pengujian labolatorium yang diuraikan di atas mengikuti Standar Nasional (SNI) seperti
diuraikan pada Tabel 1.
8
Tabel 1 SNI Pengujian Labolatorium Tanah
No Macam-macam Pengujian SNI
1 Kadar Air 03-1965-1990
2 Analisis Butiran 3423-2008
3 Batas Plastis 03-1966-1990
4 Batas Cair 1967-2008
5 Uji Triaksial 03-4813-1998
6 Uji Tekan Bebas 03-3638-1994
7 Uji Geser Baling-baling 03-2487-1991
8 Uji Konsolidasi 2812-2011
9
2.4 Uji Sondir Mekanis ( Cone Penetration Test , CPT )
10
Gambar 4 Beberapa Macam Alat Bor Tangan
Dengan tripod pemboran tangan mungkin dapat mencapai kedalaman
sampai 15 meter. Tanpa menggunakan tripod biasanya pemboran tangan hanya
mencapai kedalaman 6 sampai 10 meter. Bor tangan hanya dapat dilakukan dalam
bahan-bahan yang cukup lunak, terutama dalam lempung lunak sampai teguh.
11
BAB III
3.1 PENDAHULUAN
Untuk mendayagunakan kawasan Puspiptek Serpong sebagai percontohan (pilot plant)
pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan iptek yang langsung dirasakan oleh
masyarakat melalui peningkatan nilai tambah produk perikanan, pertanian dan pangan
Indonesia maka perlu dibangun Gedung Iradiator untuk pengawetan bahan pangan. Gedung
Iradiator tersebut akan dibangun di kawasan PUSPIPTEK Serpong yang
Ada beberapa macam penyelidikan tanah yang dilakukan dilapangan yaitu menggunakan
metode Sondir, Uji Boring, Uji Penetrasi Standar dan lain-lain. Dari sampel tanah yang diambil
dilapangan untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah maka dilakukan uji
laboratorium, compaction test. Pengetesan boring atau soil test untuk mengetahui daya dukung
dan karakteristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan tanah/sifat
tanah, mengetahui kekuatan lapisan tanah, kepadatan dan daya dukung tanah serta mengetahui
sifat korosivitas tanah. Metode pelaksanaan yang digunakan dalam penyelidikan ditapak
iradiator ini adalah: Deep Boring yang mencakup Disturbed, Undisturbed Sampling,
SPT(Standar Penetration Test), dan CPT (Cone Penetration Test/Sondir).
12
BAB IV
DATA-DATA
4. Pengambilan sample dilakukan pada 3 (tiga) titik sondir (S1, S2, S3) dan 1 (satu) titik
boring (BH1).
Pada titik bor S1 di dapat tanah keras pada kedalaman 14,2 m, titik bor S2 di dapat
tanah keras pada kedalaman 22,4 m, titik bor di dapat tanah kedalaman 21,4 m. titik bor S3
di dapat tanah keras pada kedalaman 21,4 m.
Dari grafik CPT di gambar 2 terlihat bahwa pada titik bor S1, dicapai nilai perlawanan
konus qc >100 (tanah keras) pada kedalaman 14 m. pada titik bor S2, dicapai nilai qc >100
(tanah keras) pada kedalaman 22 m. pada titik bor S3, dicapai nilai qc >100 (tanah keras)
pada kedalaman 21 m. Data dari grafik CPT selanjutnya dianalisa untuk menentukan
kedalaman pondasi dan jenis pondasi. Pada gambar 3 memperlihatkan kegiatan pengeboran
di tiga titik bor yaitu titik S1, S2, S3, dan BH1. Kegiatan tersebut dilaksanakan di kawasan
Puspiptek Serpong Tangerang Selatan.
13
Gambar 1. Grafik CPT (Sondir)
14
Uji boring dilakukan pada titik BH1 ditemukan lapisan tanah keras pada kedalaman 32 m,
dengan nilai SPT maksimal 16.
Menurut SNI 02-1726-2012, lapisan tanah yang mempunyai nilai uji SPT antara 0-
14 tanah lunak, SPT antara 15 – 50 merupakan tanah sedang dan di atas 50 merupakan
tanah keras. Jadi dari hasil penelitian/uji boring didapat nilai SPT maksimal 16, maka lokasi
yang akan dibangun gedung Iradiator termasuk tanah sedang.
15
Gambar 4. Hasil Tes Mekanika Tanah
4.2 Pembahasan
Semakin besar kadar air akan mengakibatkan derajat kejenuhan meningkat, angka
pori akan membesar, berat volume kering menurun dan tegangan air pori negatif akan
mengecil. Kadar air mengakibatkan perubahan kekuatan tanah lempung atau kohesi tanah.
Penambahan kadar air akan menurunkan nilai kohesi tanah begitu pula sebaliknya,
pengurangan kadar air akan meningkatkan nilai kohesi tanah.
Dengan adanya perubahan nilai kohesi tanah maka akan mempengaruhi daya
dukung friction pile, karena daya dukung friction pile merupakan fungsi dari kohesi.
Semakin besar nilai kohesi tanah maka daya dukung friction pile juga semakin besar.
Perubahan parameter tanah akibat adanya variasi kadar air menyebabkan daya dukung
friction pile berubah. Semakin besar kadar air mengakibatkan daya dukung friction pile
semakin kecil, begitu pula sebaliknya [10].
Panjang tiang pancang yang berada pada lapisan tanah yang basah mempengaruhi
daya dukung friction pile. Semakin panjang tiang pancangnya, maka semakin besar
penurunan daya dukungnya.
16
4.3 Pondasi Tiang Pancang
Persyaratan pondasi tiang pancang dapat dipakai dengan ketentuan sebagai
berikut : elevasi tanah tidak diukur jadi semua titik dari permukaan tanah asli yang ada
dilapangan (berdasarkan peta kontur yang ada), kedalaman pemancangan berbeda
minimum berkisar antara -15 m s/d -23 meter, atau sampai final set pada 10 pukulan
hammer terakhir 1 cm (dengan kedalaman yg bervariasi), jika tidak diperkenankan
digunakan tiang pancang karena alasan lingkungan, maka dapat digunakan pondasi
Injection Pile.
17
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
Makalah Penyelidikan Struktur dan Karakteristik Tanah untuk Desain Pondasi Iradiator
Gamma Kapasitas 2 Mci
19