Proses PENGOLAHAN
Proses PENGOLAHAN
Proses PENGOLAHAN
pemerintah daerah yang bertugas mendistribusikan air bersih ke masyarakatnya. Nah, pernahkah
terpikir atau penasaran bagaimana PDAM memproses airnya hingga siap digunakan masyarakat.
Perlu diketahui, air yang diproduksi oleh PDAM selalu diperiksa secara berkala oleh laboratorium agar
terjaga kualitasnya. PDAM memiliki berbagai fasilitas yang dimiliki untuk mengolah air diantaranya
bangunan Intake, menara air baku, clarifier, bangunan pengaduk, dan masih banyak lagi. Semua
peralatan itu sekarang sudah bisa dioperasikan otomatis melalui sistem komputerisasi.
Intake adalah bangunan yang digunakan untuk menampung air dari sungai (atau mata air terbesar suatu
daerah) sesuai dengan jumlah yang diperlukan.
Menara air baku adalah sebuah bangunan yang mengontrol air baku supaya tetap konsisten, sehingga
proses proses selanjutnya bisa terlaksana maksimal.
Clarifier menjadi tempat proses bernama koagulasi. Di mesin clarifier, air akan melalui proses
pengendapan sehingga kotoran didalamnya akan terpisah dengan air.
Rapid Mixing bangunan pengaduk cepat ini merupakan tempat pencampuran antara koagulan dan air
baku.
Pulsator tempat ini akan memproses pengadukan lambat, dimana menaikkan dan menurunkan air, jadi
flok yang ada bisa bercampur. Lumpur yang mengendap akan dibuang otomatis oleh mesin setiap 20
menit sekali. Proses ini diharapkan dapat mengubah kekeruhan air menjadi 1 FTU sehingga siap untuk di
filter.
Filtrator atau bangunan filtrasi merupakan tempat penyaringan kotoran yang tidak mengendap pada 2
proses sebelumnya. Selain kotoran, proses ini juga akan menyaring berbagai bakteri dan
mikroorganisme yang larut dalam air. Didalam bangunan ini ada pasir silica hitam yang tebal serta
batuan batuan diantaranya kerikil yang akan menyaring air.
Reservoir Bangunan satu ini adalah bangunan untuk menampung air bersih yang telah diolah dan sudah
siap didistribusikan kemasyarakat yang berlangganan.
Tahap Pengolahan Air di PDAM
Proses ini adalah proses awal ketika air sungai datang ke PDAM. Air akan disaring dan diendapkan
dengan tujuan memisahkan air baku dari kotoran yang menyertainya seperti dedaunan, pasir, lumpur,
batuan kecil hingga sampah.
Koagulasi
Koagulasi merupakan tahap pencampuran bahan bahan kimia yang biasa disebut dengan tawas kedalam
air yang telah disaring agar kotoran yang berbentuk bakteri, jamur, lumpur halus dan partikel kecil yang
tidak dapat disaring dapat mengendap sehingga nantinya air menjadi bersih dan tidak berbau.
Flokulasi
Flokulasi merupakan tahap pembentukan flok setelah koagulasi. Setelah air baku dan koagulan (tawas)
dicampur, dilakukan flokulasi atau pengadukan cepat dan pengadukan lambat agar zat kimia benar
benar tercampur rata dalam air.
Sedimentasi
Setelah melewati tahapan tahapan tersebut, air harus didiamkan lagi selama kurang lebih 15 menit
hingga gumpalan kotor dalam air sudah mengendap didasar wadah. Ketika melewati proses ini, keluaran
air dari wadah ini tidak akan keruh dan tidak lagi berbau.
Filtrasi
Setelah mengalami beberapa tahap pengendapan diawal dan di tahap sedimentasi, air ternyata masih
mengandung kotoran. Kotoran yang biasanya masih terdapat di air adalah kotoran yang bermassa
ringan dan kecil seperti serpihan kayu kecil dan dedaunan kecil yang kering. Penyaringan dilakukan
dengan cara mengalirkan air secara vertikal kedalam bak bak penyaring yang berlapis sehingga saat
keluar, air akan benar benar bersih.
Disinfeksi
Setelah melewati berbagai tahapan diatas dan telah siap didistribusikan, air tentunya harus memenuhi
beberapa syarat yaitu bersi, tidak berbau, dan sehat. Sehat dalam hal ini adalah erhindar dari berbagai
bakteri dan jamur penyebab penyakit. Oleh karena itu, pada tahap terakhir, air akan diberi disinfektan
berupa gas khlor sehingga bebeas dari bakteri.
PROSES PENGOLAHAN AIR
1. Pengolahan Lengkap
a. Intake
Tempat pengambilan air baku dilengkapi dengan ‘Bar screen’ / penyaring yang bertujuan
untuk menyaring benda-benda terapung (sampah) agar tidak sampai masuk ruang intake
karena bisa mengganggu kinerja pompa.
b. Koagulasi & Flokulasi
Proses Koagulasi adalah proses pemberian koagulan CMA dengan maksud mengurangi gaya
tolak menolak antar partikel koloid sehingga partikel koloid tersebut bisa bergabung menjadi
flok-flok kecil.
c. Flokulasi
Flokulasi yaitu proses pemberian flokulan dengan maksud menggabungkan flok-flok kecil
yang telah terbentuk pada proses sebelumnya (koagulasi) sehingga menjadi besar dan
mudah untuk diendapkan. Dalam proses flokulasi mengalami pengadukan lambat
memberikan kesempatan flok-flok kecil menjadi semakin besar dan mencegah pecahnya
kembali flok-flok yang sudah terbentuk.
d. Sedimentasi
Di dalam proses sedimentasi partikel-partikel / flok- flok yang terbentuk dari flokulasi akan
mengendap pada bak sedimentasi. Pada bak sedimentasi dilengkapi ‘tube settler’ yang
bertujuan untuk mempercepat proses pengendapan.
e. Filtrasi
Proses filtrasi bertujuan untuk melakukan penyaringan flok-flok halus yang belum dapat
terendapkan pada bak sedimentasi. Proses filtrasi dilakukan dengan cara melewatkan air
melalui media porous yaitu; pasir silica/ kwarsa.
f. Chlorinasi
Adalah pembubuhan zat disinfektan (contoh ; gas Chlor, Sodium Hypochlorit) yang bertujuan
untuk membunuh bakteri yang mungkin ada, baik di reservoir, jaringan pipa distribusi
hingga sampai ke pelanggan.
terdapat pada air baku. Umumya dipakai jenis saringan yang kasar (coarse screen) dan bukan
saringan yang halus (fine screen). Proses ini penting untuk mengolah air permukaan karena
biasanya air permukaan digunakan untuk pembuangan sampah dan jenis buangan lainnya,
banyaknya tumbuhan air seperti eceng gondok. Dengan adanya proses screening maka bisa
instalasi pengolahan seperti pompa, valve (katup pengatur aliran) dan peralatan lainnya.
tolak menolak antara partikel colloid. Proses flokulasi adalah proses pemberian flokulan
dengan maksud menggabungkan flok-flok kecil sehingga menjadi besar dan semakin
Tujuan utama dari proses koagulasi dan flokulasi ialah untuk memisahkan colloid yang
ada di dalam air baku. Colloid adalah partikel halus, oleh karena itu sangat sukar untuk
diendapkan atau perlu waktu yang sangat lama. Colloid umumnya bermuatan istrik,
baik positif maupun negatif yang tergantung dari asalnya. Bila berasal dari anorganik
maka muatan listriknya adalah positif, sedangkan bila berasal dari organik maka
muatan listriknya adalah negatif. Agar colloid-colloid tersebut mudah diendapkan, maka
tersebut melalui proses koagulasi dan flokulasi dengan cara penambahan koagulan dan
flokulat. Colloid digolongkan menjadi hydrophobic colloid yang sulit bereaksi dengan air
dan hydrophilic colloid yang mudah bereaksi dengan air, karena sifat tersebut maka
colloid.
Partikel-partikel colloid yang bermuatan listrik sejenis (sama negatifnya) dalam air akan saling tolak
menolak sehingga tidak bisa saling mendekat dan kondisi dimana partikel tetap berada pada
tempatnya sering disebut kondisi stabil. Kondisi partikel yang stabil tidak memungkinkan
terbentuknya flok, maka air tersebut biasanya diberi muatan positif untuk mengurangi gaya tolak
menolak sesama koloid (gaya repulsion), sehingga akan terjadi kondisi destabilisasi dari partikel.
Kondisi partikel colloid yang tidak stabil memungkinkan terbentuknya flok, dengan adanya muatan
positif yang cukup dan merata akan terbentuk flok¬flok kecil kumpulan dari colloid-colloid.
Untuk bisa mengendap maka flok-flok kecil tersebut harus terus bergabung sampai menjadi flok
yang besar sehingga bisa mengendap. Namun ada kalanya muatan positif yang diberikan tidak
mampu untuk menggabungkan flok-flok kecil karena flok-flok kecil tersebut mengalami kondisi
restabilisasi (kembali menjadi stabil), sehingga sulit menjadi flok yang cukup besar. Masalah ini bisa
diatasi dengan memberikan flokulan. Uraian diatas mengambarkan bahwa mekanisme koagulasi
dan flokulasi bisa terjadi berurutan atau secara bersamaan sehingga sulit memisahkan antara kedua
proses tersebut.
4. Sedimentasi
Sedimentasi adalah pengendapan partikel-partikel padat tersuspensi dalam cairan/zat cair dengan
menggunakan pengaruh gravitasi (gaya berat secara alami). Proses ini bertujuan untuk mereduksi
bahan-bahan tersuspensi (kekeruhan) dari dalam air dan dapat juga berfungsi mereduksi
kandungan mikrorganisme patogen tertentu dalam air.
Proses sedimentasi adalah proses untuk memisahkan partikel-partikel yang terdapat di dalam air
dengan airnya sendiri dengan cara diendapkan. Jenis partikel yang terbentuk dari pengolahasn air
minum, maka tujuan khusus dari pengendapan mungkin berbeda-beda, seperti untuk pengendapan
flok alum, flok kesadahan, flok besi.
Secara umum partikel dibedakan atas: (1) partikel diskrit yaitu partikel yang selama proses
pengolahannya tidak berubah ukuran, bentuk dan beratnya, dan (2) partikel flokulan yaitu partikel
yang selama proses pengendapannya berubah ukuran, bentuk dan beratnya. Proses pengendapan
partikel diskrit disebut proses prasedimentasi sedangkan proses pengendapan partikel flokulan
disebut proses sedimentasi yang terpisah dari bangunan pengolahannya.
5. Filtrasi
Proses filtrasi adalah proses penyaringan air melalui media berbutir yang porous. Dalam praktek
pengolahan air bersih dikenal beberapa macam filtrasi yaitu:
Rapid filtration (penyaringan cepat), ialah proses pengolahan air minum yang umumnya
dilakukan sesudah proses-proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi, media yang dipakai bisa
berbentu: (1) single media (1 media) misalnya, pasir; (2) dua media (2 media) misalnya,
anthracite dan pasir yang terpisah; (3) fifed media (2 atau lebih media) misalnya anthracite dan
pasir yang dicampur.
Slow sand filtration (penyaringan pasir lambat), ialah proses pengolahan air minum yang
umumnya dilakukan untuk air permukaan tanpa melalui unit koagulasi, flokulasi dan
sedimentasi. Jadi bahan baku sesudah melalui prasedimentasi langsung dialirkan ke saringan
pasir lambat. Disini proses koagulasi, flokulasi sedimentasi, dan filtrasi terjadi di saringan pasir
ini dengan bantuan mikroorganisme yang terbentuk di lapisan permukaan pasir.
Pressure filtration (penyaringan dengan tekanan), ialah proses pengolahan air minum yang
umumnya dilakukan untuk air tanah sebelum didistribusikan. Pompa distribusi yang memompa
air dari filter akan menyebabkan berkurangnya tekanan pada filter sehingga air tanah bisa
mengalir ke filter. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat pemompaan ganda.
Direct filtration (penyaringan langsung), ialah proses pengolahan air minum yang umumnya
dilakukan jika air baku kekeruhannya rendah, misalnya air baku yang berasal dari instalasi
pengolahan air buangan. Jika diperlukan, koagulant yang menuju flokulant bisa diinjeksikan
pada saluran yang menuju filter dan flok-flok yang ada langsung disaring tanpa melalui unit
sedimentasi. Keuntungan dari sistem ini adalah menghemat unit bangunan pengolahan.
6. Netralisasi
Netralisasi pH adalah suatu upaya agar pH air menjadi normal. Proses pengolahan air akan lebih
efektif apabila nilai pH telah mendekati normal. Pengaturan pH dalam instalasi air minum bertujuan
untuk mengendalikan korosif pada pipa sistem distribusi pada nilai < 6,5 atau > 9,5 (Anonim, 1991-
4). Tujuan proses netralisasi ialah untuk menetralkan kembali pH air yang turun karena
penambahan alum pada proses koagulasi, dimana akan terjadi hidrolisis.
7. Desinfeksi
Tujuan utama dari proses desinfeksi adalah untuk memenuhi persyaratan bakteriologis bagi air
minum, karena proses-proses pengolahan prasedimentasi, flokulasi-koagulasi, sedimentasi dan
filtrasi masih masih meloloskan bakteri/mikroorganisme yang tidak diharapkan ada dalam air minum.
Desinfektan yang dipakai misalnya klor dapat bermanfaat untuk mengoksidir zat organik sebagai
reduktor, mengurangi bau, mencegah berkembangbiaknya bakteri pada sistem distribusi air.
Menurut Razif (1985) desinfeksi dapat dilakukan antara lain dengan cara:
1. Pemanasan, air dididihkan sehingga bakteri mati. Cara ini tidak praktis untuk jumlah air yang
sangat banyak, misalnya di instalasi pengolahan air minum. Sangat dianjurkan untuk rumah
tangga khususnya yang akan dipakai untuk minum dan makan.
2. Sinar ultra violet, yaitu dengan melewatkan air yang telah diolah pada sinar ultra violet. Cara ini
tidak memberi bekas dalam air, akan tetapi tidak menjamin jika ada pertumbuhan bakteri,
karena tidak adanya sinar ultra violet yang tersisa dalam air.
3. Memberi getaran Ultrasonic. Cara ini juga tidak bisa memberikan pengamanan jika bakteri
berkembang biak pada istem distribusi air minum seperti halnya cara sinar ultra violet.
4. Menambahkan Ozon (O3), didalam air ozon akan terurai menjadi O2 + On dan On berfungsi
sebagai desinfektant. Cara ini hanya dilakukan untuk pilot plant dan penelitian saja mengingat
biayannya yang cukup tinggi.
5. Chlorinasi, yaitu menggunakan klor sebagai desinfektant yang diberikan kepada air yang telah
diolah. Cara ini yang umumnya dipakai karena lebih banyak keuntungannya daripada
kerugiannya. Salah satu keuntungannya adalah bisa mengamankan air sampai ke konsumen.
Salah satu kerugiannya adalah menimbulkan rasa tidak enak pada air jika harus dosis klor yang
tinggi. Maksud desinfeksi adalah membunuh bakteri pathogen (penyebab penyakit) yang
penyebarannya melalui air, seperti diare, thypus, kholera, desentri.
Bahan-bahan yang digunakan untuk klorinasi antara lain: Gas klor (Cl2), Kalsium Hipoklorit
Ca(OCl)2, Nitrogen Hipoklorit NaOCl atau klor dioksida. Kaporit merupakan desinfektant yang sering
digunakan di perusahaan-perusahaan air minum. Secara garis besar prinsip klorinasi adalah: (1)
pemakaian klorin yang merata dan tidak terputus-putus di seluruh bagian dari yang diolah, (2)
penentuan dosis klor yang sesuai dengan kebutuhan dari jenis air yang diolah, dan mengontrol hasil
klorinasi untuk menjamin serta menghasilkan air yang aman diminum. Menurut Depkes. RI (1991)
efektifitas bahan kimia yang digunakan untuk desinfeksi tergantung pada: (1) waktu kontak, semakin
lama semakin banyak bakteri yang terbunuh; (2) konsentrasi dan zat kimia; (3) temperatur, semakin
tinggi semakin cepat bakteri terbunuh; (4) tipe organisme (bakteri berbeda dengan virus), umumnya
yang membentuk spora lebih sulit; (5) jumlah organisme, organisme makin banyak, maka waktu
kontak yang diperlukan lebih lama; dan (6) keadaan medium air