Essay Etika Profesi BK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

URGENSI ETIKA PROFESI BK

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Bimbingan dan Konseling yang

diampu oleh Prof. Dr. Ahman, M.Pd & Dr. Ilfiandra, M.Pd

Muchamad Riduwan 1703065


Pani Aqilla Purnamasari 1701454
Shafira Salsabila 1701918

DEPARTEMEN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut Dr. Dede Rahmat Hidayat, M.Psi dan Herdi, M.Pd, salah satu isu yang
dihadapi oleh guru bimbingan dan konseling saat ini adalah dalam menentukan cara yang
paling baik dan tepat untuk memberikan layanan kepada konseli dalam situasi yang
semakin kompleks. Pergeseran nilai dan munculnya pandangan-pandangan baru dalam
masyarakat, terutama setelah reformasi membutuhkan cara pandang yang baru dalam
menangani persoalan. Isu HAM (Hak Asasi Manusia), demokrasi dan multikultur yang
kritis, globalisasi ekonomi dan budaya, instrumentalisme dan privatisasi pendidikan telah
mempengaruhi sekolah, yang pada gilirannya akan mempengaruhi kerja guru bimbingan
dan konseling atau konselor. Untuk itu, guru bimbingan dan konseling atau konselor
sekolah membutuhkan kode etik dalam menjalankan tugasnya, agar selalu dapat
melindungi konseli bahkan dari penyalahgunaan wewenang yang mungkin saja terjadi
dalam kegiatan bimbingan dan konseling.
BAB II

INTI

A. Definisi Etika Profesi


Etika adalah suatu sistem prinsip moral, etika suatu budaya. Aturan tentang tindakan
yang dianut berkenaan dengan perilaku suatu kelas manusia, kelompok, atau budaya
tertentu.
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling adalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi
rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada konseli. Kaidah-kaidah perilaku yang dimaksud
adalah (Yusuf, 2009):
1. Setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan penghargaan sebagai manusia; dan
mendapatkan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa, agama, atau budaya.
2. Setiap orang/individu memiliki hak untuk mengembangkan dan mengarahkan diri.
3. Setiap orang memiliki hak untuk memilih dan bertanggung jawab terhadap keputusan
yang diambilnya.
4. Setiap konselor membantu perkembangan setiap konseli, melalui layanan bimbingan
dan konseling secara profesional.
5. Hubungan konselor-konseli sebagai hubungan yang membantu yang didasarkan
kepada kode etik (etika profesi).

Kode etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang mengatur
mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi, atau ogranisasi
bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para pekerja atau anggota dengan
masyarakat. Kode etik suatu profesi muncul sebagai wujud self regulation dari profesi itu.
Suatu organisasi profesi harus mengembangkan kode etik secara fair. Kode etik
merupakan aturan yang melindungi profesi dari campur tangan pemerintah, mencegah
ketidaksepakatan internal di dalam suatu profesi, dan melindungi atau mencegah para
praktisi dari perilaku malpraktek . Etika profesi bimbingan dan konseling merupakan hal
yang esensial dalam profesi bimbingan dan konseling, karena etika profesi berguna
sebagai pedoman dalam melakukan praktik bimbingan dan konseling.
Seorang konselor profesional mesti menaruh kepedulian khusus terhadap klien,
karena klien atau monseli sangat awam untuk dieksploitasi. Etika konseling harus
melibatkan kesadaran dan komitmen untuk memelihara pentingya tanggung jawab
melindungi kepercayaan klien, dalam etika konseling juga seorang konselor harus mampu
mengarahkan klien atau konseli untuk mampu memnuhi kebutuhanya secara optimal dan
mampu mengarahkan klien secara tepat untuk menentukan masalahnya.
Kode etik konselor Indonesia yang telah dirumuskan dan disepakati, yang
memerlukan penegasan dalam implementasi dan supervisi. Penegasan identitas profesi
bimbingan dan konseling harus diwujudkan dalam implemntasi kode etiknya.
Implementasi kode etik tersebut
B. Dasar Hukum Etika Profesi Bimbingan dan Konseling
1. Pancasila dan Undang-Undang 1945
2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendididkan Nasional
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (pasal 28 ayat 1, 2 dan 3 tentang standar pendidik dan tenaga
kependidikan)
(1) Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen
pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
(2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tingkat
pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/ atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundangundangan yang berlaku.
(3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: a. Kompetensi pedagogik; b.
Kompetensi kepribadian; c. Kompetensi profesional; dan d. Kompetensi sosial.
(4) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/ atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan
diperlukan dapat diangkat .menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan
kesetaraan.
(5) Kualifikasi akademik dan kompetensi .sebagai agen pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan (4) dikembangkan oleh BSNP dan
ditetapkan dengan Peraturan Menteri.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27 tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
C. Tujuan Etika Porfesi Konselor
Kode etik Profesi Konselor Indonesia memiliki lima tujuan, yaitu:
1. Melindungi konselor yang menjadi anggota asosiasi dan konseli sebagai penerima
layanan
Melindungi konselor sebagai anggota asosiasi berati melindungi hak hak dan
batas kerja konselor, misalnya dalam sekolah sering kali jam guru BK tidak ada
ataupun hanya sedikit saja dan tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (pasal 28 ayat
1, 2 dan 3 tentang standar pendidik dan tenaga kependidikan) maka supervisor
sebaiknya menengaskan hak-hak guru bk sebagai implemntasi kode etik profesi
konselor.Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia.
2. Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia
Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia dapat dilakuka
dengan pelaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kode etik
serta memberi layanan secara profesional kepada masyarakat.
3. Kode etik merupakan prinsip yang memberikan panduan perilaku yang etis bagi
konselor dalam memberikan layanan
Panduan perilaku yang etis dalam memberikan layanan diantaranya
memahami secara nebdakan mengenai konseli seperti menjungjung nulai-nilai
kemanusiaan, individaliras, kebebasa memilih dan mengedepankan kepentingan
konseli, menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan konseli, dan
menguasai landasan teoritik bimbingan dan konseling untuk menunjang pemberian
layanan kepada konseling.
4. Kode etik membantu konselor dalam membangun kegiatan layanan yang profesional
Dalam kode etik juga dijelaskan adanya kegiatan profesional konselor seperti
penyimpanan dan penggunaan informasi dengan menggunakan wawancara, surat atau
data lain yang bersifat rahasia, lalu kegiatan testing dilakukan untu mengintegrasikan
informasi bagi konseli. Dalam proses layanan juga dijelaskan hubungan konselor
dengan konseli yang harus menempatkan kepentingan konseli di atas kepentingan
pribadinya
5. Kode etik menjadi landasan dalam menghadapi dan menyelesaikan keluhan serta
permasalahan yang datang dari anggota asosiasi
Sebagai dasar dalam melakukan profesi sebagai konselor. Dalam
melaksanakan hak dan kewajibanya konselor perly membantu konseli dalam rangka
kepentingan dan kebahagiaan konseli, menyelesaikan permasalahan dengan rekan
sejawat seperti memelihari dan membangun hubungan yang kooperatif dengan guru-
guru dan staf dalam rangka pelaksanaan program layanan bimbingan dan konseling.
D. Urgensi Etika Profesi Bimbingan dan Konseling
Etika Profesi Bimbingan dan Konseling Eadalah kaidah-kaidah perilaku yang menjadi
rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau tanggung jawabnya memberikan
layanan bimbingan dan konseling kepada konseli (Yusuf, 2009). Dalam etika profesi
bimbingan dan konseling dijelaskan bahwa profesi bimbingan dan konseling memiliki
kaidah perilaku yang menjadi rujukan dalam melaksanakan tugas atau tanggung
jawabnya. Kaidah perilaku tersebut diantaranya menjelaskan bahwa dalam praktiknya
konselor memberikan layanan konseling tanpa melihat suku bangsa, agama, atau budaya,
konselor juga mengetahui bahwa setiap orang memiliki hak untuk memilih dan
bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambilnya, lalu konselor juga membantu
perkembanga setiap konseli melalui layanan bimbingan dan konseling secara profesional
dan hubungan konselor dan konseli didasarkan kepada kode etik
Dengan adanya etika profesi bimbingan dan konseling, konselor mengetahui
kompetensi apa saja yang harus dipenuhinya dalam memberikan layanan konseling.
Kompetesi yang harus dipenuhi oleh konselor adalah pemahaman mendalam mengenal
konseli seperti menghargai dan menjungjung tinggi nila kemanusiaanya dan
mengaplikasikan perkembangan fisiologi dan psikologis perilaku konseli.
Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan melalui perancangan
program bimbingan dan konseling yang komphrehensif. Terakhir menguasai landasan
teoritik bimbingan dan konseling. Selain itu konselor juga perlu mengembangkan pribadi
dan profesionalitas secara berkelanjutan diantaranya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menunjukkan integritas dan stabilas kepribadian yang kuat dalam arti
konsisten dan sesuai dengan etika profesi bimbingan dan konseling,
mengimplementasikan kolaborasi dengan guru-guru dan staf di sekolah dalam rangka
pemberian layanan bimbingan dan konseling.
Dalam proses pemberian layanan bimbingan dan konseling diatur dalam etika profesi
bimbingan dan konseling, bahwa konselor memberikan layanan secara profesional
meliputi tata cara penyimpanan dan pengunaan informasi seperti catatan tentang konsep
diri, wawancara, testing, surat menyurat dan rekaman yang bersifat rahasia, informasi
yang dipercayakan kepada konselor dapat dijamin kerahasiaanya (Prof. Dr. Achmad
Juntika Nurihsan, 2016) dan asas ini bisa dikaakan sebagai asa kunci dalam kegiatan
pelayanan bimbingan dan konseling, karena dengan adanya asas kerahasiaan ini dapat
menimbukan rasa aman dalam diri konseli
Dalam praktiknya Konselor memiliki tanggung jawab kepada peserta didik, orang tua,
kolega sekolah, dan tanggung jawab kepada dirinya sendiri. Pemenuhan tanggung jawab
itu dilakukan agar tercapainya tujuan pemberian layanan bmbingan dan konseling.
Konselor juga secara aktif untuk memahami perbedaan latar belakang budaya yang
dimiliki konseli yang sedang dilayani. Konselor harus mengeksplorasi identitas budaya
dan dampaknya terhadap nilai dan kepercayaan dalam proses konseling.
BAB III

KESIMPULAN

Kode Etik adalah seperangkat standar, peraturan, pedoman, dan nilai yang mengatur
mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu perusahaan, profesi, atau organisasi
bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi antara para pekerja atau anggota dengan
masyarakat. Etika bersifat normatif dan berfokus ada prinsip standar yang mengatur
hubungan antara individu. Pentingnya kode eti adalah untuk melindungi profesi dari
regulasi yang ada, mengeasi ketidaksepakan dan stabilitas profesi, dan melindungi praktisi
dari masyarakat, khususnya yang berhubungan dengan gangguan malpraktek.
Tujuan etika porfesi konselor indonesia memiliki lima tujuan, yaitu: (1) Melindungi
konselor yang menjadi anggota asosiasi dan konseli sebagai penerima layanan; (2)
Mendukung misi Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia; (3) Kode etik merupakan
prinsip yang memberikan panduan perilaku yang etis bagi konselor dalam memberikan
layanan; (4) Kode etik membantu konselor dalam membangun kegiatan layanan yang
profesional; (5) Kode etik menjadi landasan dalam menghadapi dan menyelesaikan
keluhan serta permasalahan yang datang dari anggota asosiasi
Setelah mengetahui pengertian, dasar hukum, dan tujuan etika profesi bimbingan dan
konseling, kemudian dapat diketahui urgensi etika profesi bimbingan dan konseling yaitu
dengan adanya etika profesi bimbingan dan konseling, konselor mengetahui kompetensi
apa saja yang harus dipenuhinya dalam memberikan layanan konseling. Kompetesi yang
harus dipenuhi oleh konselor adalah pemahaman mendalam mengenal konseli seperti
menghargai dan menjungjung tinggi nila kemanusiaanya dan mengaplikasikan
perkembangan fisiologi dan psikologis perilaku konseli. Menyelenggarakan bimbingan
dan konseling yang memandirikan melalui perancangan program bimbingan dan
konseling yang komphrehensif. Terakhir menguasai landasan teoritik bimbingan dan
konseling. Selain itu konselor juga perlu mengembangkan pribadi dan profesionalitas
secara berkelanjutan diantaranya beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan integritas dan stabilas kepribadian yang kuat dalam arti konsisten dan
sesuai dengan etika profesi bimbingan dan konseling, mengimplementasikan kolaborasi
dengan guru-guru dan staf di sekolah dalam rangka pemberian layanan bimbingan dan
konseling.
Berdasarkan pemaparan diatas, kode etik adalah seperangkat standar, peraturan,
pedoman, dan nilai yang mengatur mengarahkan perbuatan atau tindakan dalam suatu
perusahaan, profesi, atau organisasi bagi para pekerja atau anggotanya, dan interaksi
antara para pekerja atau anggota dengan masyarakat.
Kode etik bimbingan dan konseling Indonesia merupakan landasan moral dan
pedoman tingkah laku profesional yang dijunjung tinggi, di amalkan, dan diamankan oleh
setiap anggota profesi bimbingan dan konseling Indonesia. Kode etik tersebut setiap
anggota profesi memiliki tanggung jawab untuk menaati aturan atau norma-norma yang
telah ditetapkan dalam melaksanakan profesinya.
Urgensi etika dalam profesi bimbingan dan konseling dapat menjadi pedoman dalam
pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling, konselor mengetahui kompetensi apa saja
yang harus dipenuhi, konselor juga mengetahui hubungan dengan konseli dalam proses
konseling yakni mengarahkan konseli untuk menyelesaikan masalahnya. Selain itu
konselor juga mengetahui bahwa tujuan layanan konseling adalah untuk memandirikan
konseli melalui program program yang diberikan konselor.
Daftar Pustaka
Hidayat, D. &. (2014). Bimbingan dan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah. Bandung: Rosda.

Prof. Dr. Achmad Juntika Nurihsan, M. (2016). Bimbingan & Konseling Dalam Berbagai Latar
Kehidupan. Bandung: Refika Aditama.

Yusuf, S. (2009). Kode Etik Profesi Konselor. Bandung: ABKIN .

Anda mungkin juga menyukai