Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran Bermakna
Pembelajaran Bermakna
A. Latar Belakang
Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan di dalam kepribadian
yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, dan kepandaian. Perubahan ini bersifat
menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau
pengalaman. Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera dari
pada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Pembelajaran itu sendiri pada
hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak dengan
sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi
bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan
kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.
Pembelajaran pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan
anak, anak dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan
pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar
bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri individu
sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Pembelajaran yang
berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar.
Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu
memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian
target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan
mahasiswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang
fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta
didik lebih mudah mencapai target belajar.
1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian dan konsep Model Pembelajaran Bermakna ?
2. Apa saja karakteristik Model Pembelajaran Bermakna ?
3. Apa saja prinsip Model Pembelajaran Bermakna ?
4. Apa saja ciri-ciri Model Pembelajaran Bermakna ?
5. Apa saja langkah-langkah Model Pembelajaran Bermakna ?
6. Bagaimana implementasi Model Pembelajaran Bermakna ?
7. Apa saja kelebihan dan kekurangan Model Pembelajaran Bermakna ?
C. Tujuan
2
BAB II PEMBAHASAN
3
mereka memanipulasi objek dan lingkungan dan mengamati hasil sebagai
sebuah pengalaman bermakna.
2. Belajar Bermakna adalah Konstruktif. Pembelajaran yang berpusat pada
siswa, pengetahuan yang dipunyai oleh murid adalah hasil dari aktivitas yang
dilakukan oleh siswa dan bukan pembelajaran yang ditrerima secara pasif. Guru
sebagai fasilitator yang membantu siswa membina pengetahuan dan
menyelesaikan masalah.
3. Belajar Bermakna adalah Kolaboratif. Kebermaknaan dapat terjadi dari
hubungan kolaborasi diantara siswa, yaitu situasi dimana terdapat dua atau lebih
orang belajar atau berusaha untuk belajar sesuatu secara bersama-sama. Tidak
seperti belajar individual, orang yang terlibat dalam kolaborasi memanfaatkan
sumber daya dan keterampilan satu sama lain. Konsep ini didasarkan pada
model di mana pengetahuan dapat dibuat dalam suatu populasi di mana
anggotanya secara aktif berinteraksi dengan berbagi pengalaman dan
mengambil peran asimetri (berbeda). Kolaborasi dalam belajar mengacu pada
lingkungan dan metodologi kegiatan peserta didik melakukan tugas umum di
mana setiap individu tergantung dan bertanggung jawab satu sama lain.
Termasuk juga percakapan dengan tatap muka dan diskusi melalui komputer
atau internet.
4. Belajar Bermakna adalah Authentic Learning. Siswa belajar terbaik dengan
terlibat dalam tugas-tugas belajar otentik, dengan mengajukan pertanyaan, dan
dengan menggambar pada pengalaman masa lalu, untuk belajar terjadi bagi
siswa, itu harus dilakukan dengan cara dan di tempat yang relevan dengan
"nyata" kehidupan mereka, baik di dalam maupun di luar kelas. Pembelajaran
otentik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan
siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-
konsep dan hubungan-hubungan, yang melibatkan masalah nyata dan proyek
yang relevan dengan siswa. Pembelajaran ini dapat digunakan untuk siswa pada
semua tingkatan kelas, maupun siswa dengan berbagai macam tingkat
kemampuan.
5. Belajar bermakna merupakan Aspek Kesengajaan (Intentional). Semua
perilaku manusia diarahkan untuk mencapai tujuan (Schank, 1994). Artinya,
segala sesuatu yang kita lakukan adalah dimaksudkan untuk memenuhi tujuan
tertentu. Ketika peserta didik secara aktif dan sengaja berusaha untuk mencapai
4
tujuan kognitif, mereka berpikir dan belajar lebih banyak karena mereka
memiliki tujuan yang jelas. Cara yang tepat untuk memperoleh banyak
pengetahuan adalah dengan cara mengalami secara langsung. Proses mengalami
situasi yang nyata sebagai sumber terjadinya kebermaknaan dalam belajar.
Bermakna terjadi jika suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-
konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang, selanjutnya
bila tidak ada usaha yang dilakukan untuk mengasimilasikan pengertian baru pada
konsep-konsep yang relevan yang sudah ada dalam struktur kognitif, maka akan
terjadi belajar hafalan. Proses belajar bermakna terdiri dari dua proses yaitu proses
penerimaan dan proses penerimaan dan proses penemuan. Terdapat faktor yang
mempengaruhi belajar bermakna yaitu struktur kognitif yang ada, stabilitas dan
kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu.
Seseorang belajar dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang
telah ia punya. Dalam prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan
ditekankan pelajar mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru
kedalam system pengertian yang telah dipunyainya. Teori ini menekankan
pentingnya siswa mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru
kedalam sistem pengertian yang telah dipunyai. Keduanya menekankan pentingnya
asimilasi pengalaman baru kedalam konsep atau pengertian yang sudah dipunyai
siswa. Keduanya mengandalkan bahwa dalam pembelajaran itu aktif.
5
C. Prinsip Model Pembelajaran Bermakna
(1) Pengaturan Awal, dalam hal ini hal yang perlu dilakukan adalah
mengarahkan dan membantu mengingat kembali.
(2) Defrensiasi Progresif, dalam hal ini yang perlu dilakukan adalah
menyusun konsep dengan mengajarkan konsep-konsep tersebut dari
inklusif kemudian kurang inklusif dan yang paling inklusif.
(3) Belajar Subordinat, dalam hal ini terjadi bila konsep-konsep tersebut
telah dipelajari sebelumnya.
6
E. Langkah-langkah Model Pembelajaran Bermakna
7
G. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Pemerolehan Konsep
1. Informasi yang diperoleh dari belajar bermakna memiliki daya ingat lebih lama
dibandingkan hafalan, karena pemberian setiap konsep baru kepada siswa selalu
dikaitkan dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
2. Pembelajaran di sekolah dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien .
3. Belajar bermakna menurut Ausubel menuntun guru terbiasa menyajikan materi
pelajaran dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang kurang inklusif.
8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dengan adanya penyusunan makalah ini kami berharap semoga para pembaca
dapat memahami model pemebelajaran bermakna (Meaningful Learning) yang
diharapkan dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
9
Waly, Khaidir. 2016. Makalah Belajar Bermakna.
https://id.scribd.com/doc/314970664/Makalah-Belajar-Bermakna. Diakses pada 13
Oktober 2019.
10