Makalah Wali Songo

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Wali adalah sekelompok manusia pilihan Allah SWT, yang di beri perintah untuk membawa
umat ke jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah. Wali yang terkenal dalam menyebarkan Islam
di tanah Jawa berjumlah sembilan orang. Oleh karena itu, saya membuat makalah, agar mendapat
gambaran tentang Waliyullah di Madura, baik silsilahnya, cara menyebarkan agama dan ajarannya,
letaknya, namanya, kisah dan usaha dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa dan pulau
Madura pada khususnya, Indonesia (Nusantara) pada umumnya.
Selain itu, yang melatar belakangi makalah ini adalah karena di wajibkan setiap orang untuk
membuat makalah, sehingga dengan penuh tanggung jawab kami semua melaksanakannya.
Dari hasil makalah ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang
Wali Songo yang ada di tanah Jawa dan Waliyulloh yang ada di Madura.

1.2 Tujuan Makalah

Tujuan Makalah merupakan arah yang menentukan suatu aktivitas agar berhasil, oleh karena
itu harus menentukan tujuan sesuai dengan karakteristik permasalahan.

Adapun tujuan dibuatnya makalah adalah :


1. Untuk mengetahui lebih dalam tentang para Wali Allah
2. Untuk menambah wawasan ke-islaman
3. Untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebaran Islam Di Tanah Jawa Oleh Wali Songo

Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad
ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-
Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.

Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara
untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia,
khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang
sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan
masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak
disebut dibanding yang lain.

2.2 Deskripsi Wali Songo

1. Sunan Gresik (Syekh Maulana Malik Ibrahim)


Syekh Maulana Malik Ibrahim berasal dari Turki, dia adalah seorang ahli tata negara yang
ulung. Syekh Maulana Malik Ibrahim datang ke pulau Jawa pada tahun 1404 M. Jauh sebelum
beliau datang, islam sudah ada walaupun sedikit, ini dibuktikan dengan adanya makam Fatimah
binti Maimun yang nisannya bertuliskan tahun 1082.
Dikalangan rakyat jelata Sunan Gresik atau sering dipanggil Kakek Bantal sangat terkenal
terutama di kalangan kasta rendah yang selalu ditindas oleh kasta yang lebih tinggi. Sunan
Gresik menjelaskan bahwa dalam Islam kedudukan semua orang adalah sama sederajat hanya
orang yang beriman dan bertaqwa tinggi kedudukannya di sisi Allah. Dia mendirikan pesantren
yang merupakan perguruan islam, tempat mendidik dan menggenbleng para santri sebagai calon
mubaligh.
Di Gresik, beliau juga memberikan pengarahan agar tingkat kehidupan rakyat gresik
semakin meningkat. Beliau memiliki gagasan mengalirkan air dari gunung untuk mengairi
sawah dan ladang.Syekh Maulana Malik Ibrahim seorang walisongo yang dianggap sebagai
ayah dari walisongo. Beliau wafat di gresik pada tahun 882 H atau 1419 M.

2. Sunan Ampel (Raden Rahmat)


Raden Rahmat adalah putra Syekh Maulana Malik Ibrahim dari istrinya bernama Dewi
Candrawulan. Beliau memulai aktivitasnya dengan mendirikan pesantren di Ampel Denta,
dekat dengan Surabaya. Di antara pemuda yang dididik itu tercatat antara lain Raden Paku
(Sunan Giri), Raden Fatah (Sultan pertama Kesultanan Islam Bintoro, Demak), Raden Makdum
Ibrahim (putra Sunan Ampel sendiri dan dikenal sebagai Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan
Drajat), dan Maulana Ishak.
Menurut Babad Diponegoro, Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana
Manjapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana Raden Fatah, putra Prabu
Brawijaya, Raja Majapahit, menjadi murid Ampel. Sunan Ampel tercatat sebagai perancang
Kerajaan Islam di pulau Jawa. Dialah yang mengangkat Raden Fatah sebagai sultan pertama
Demak. Disamping itu, Sunan Ampel juga ikut mendirikan Masjid Agung Demak pada tahun
1479 bersama wali-wali lain.
Pada awal islamisasi Pulau Jawa, Sunan Ampel menginginkan agar masyarakat menganut
keyakinan yang murni. Ia tidak setuju bahwa kebiasaan masyarakat seperti kenduri, selamatan,
sesaji dan sebagainya tetap hidup dalam sistem sosio-kultural masyarakat yang telah memeluk
agama Islam. Namun wali-wali yang lain berpendapat bahwa untuk sementara semua kebiasaan
tersebut harus dibiarkan karena masyarakat sulit meninggalkannya secara serentak. Akhirnya,
Sunan Ampel menghargainya. Hal tersebut terlihat dari persetujuannya ketika Sunan Kalijaga
dalam usahanya menarik penganut Hindu dan Budha, mengusulkan agar adat istiadat Jawa
itulah yang diberi warna Islam.Dan beliau wafat pada tahun 1478 dimakamkan disebelah masjid
Ampel.

3. Sunan Bonang (Raden Makdum Ibrahim)


Nama aslinya adalah Raden Makdum Ibrahim. Beliau Putra Sunan Ampel. Sunan Bonang
terkenal sebagai ahli ilmu kalam dan tauhid. Beliau dianggap sebagai pencipta gending pertama
dalam rangka mengembangkan ajaran Islam di pesisir utara Jawa Timur. Setelah belajar di Psai,
Aceh, Sunan Bonang kembali ke Tuban, Jawa Timur, untuk mendirikan pondok pesantren.
Santri-santri yang menjadi muridnya berdatangan dari berbagai daerah.
Sunan Bonang dan para wali lainnya dalam menyebarkan agama Islam selalu
menyesuaikan diri dengan corak kebudayaan masyarakat Jawa yang sangat menggemari
wayang serta musik gamelan. Mereka memanfaatkan pertunjukan tradisional itu sebagai media
dakwah Islam, dengan menyisipkan napas Islam ke dalamnya. Syair lagu gamelan ciptaan para
wali tersebut berisi pesan tauhid, sikap menyembah Allah SWT. dan tidak menyekutukannya.
Setiap bait lagu diselingi dengan syahadatain (ucapan dua kalimat syahadat); gamelan yang
mengirinya kini dikenal dengan istilah sekaten, yang berasal dari syahadatain. Sunan Bonang
sendiri menciptakan lagu yang dikenal dengan tembang Durma, sejenis macapat yang
melukiskan suasana tegang, bengis, dan penuh amarah. Sunan Bonang wafat di pulau Bawean
pada tahun 1525 M.
4. Sunan Giri
Sunan Giri merupakan putra dari Maulana Ishak dan ibunya bernama Dewi Sekardadu
putra Menak Samboja. Kebesaran Sunan Giri terlihat antara lain sebagai anggota dewan
Walisongo. Nama Sunana Giri tidak bisa dilepaskan dari proses pendirian kerajaan Islam
pertama di Jawa, Demak. Ia adalah wali yang secara aktif ikut merencanakan berdirinya negara
itu serta terlibat dalam penyerangan ke Majapahit sebagai penasihat militer.
Sunan Giri atau Raden Paku dikenal sangat dermawan, yaitu dengan membagikan barang
dagangan kepada rakyat Banjar yang sedang dilanda musibah. Beliau pernah bertafakkur di goa
sunyi selama 40 hari 40 malam untuk bermunajat kepada Allah. Usai bertafakkur ia teringat
pada pesan ayahnya sewaktu belajar di Pasai untuk mencari daerah yang tanahnya mirip dengan
yang dibawahi dari negeri Pasai melalui desa Margonoto sampailah Raden Paku di daerah
perbatasan yang hawanya sejuk, lalu dia mendirikan pondok pesantren yang dinamakan
Pesantren Giri. Tidak berselang lama hanya daam waktu tiga tahun pesantren tersebut terkenaldi
seluruh Nusantara.Sunan Giri sangat berjasa dalam penyebaran Islam baik di Jawa atau
nusantara baik dilakukannya sendiri waktu muda melalui berdagang tau bersama muridnya.
Beliau juga menciptakan tembang-tembang dolanan anak kecil yang bernafas Islami, seperti
jemuran, cublak suweng dan lain-lain.

5. Sunan Drajat
Nama aslinya adalah Raden Syarifudin. Ada suber yang lain yang mengatakan namanya
adalah Raden Qasim, putra Sunan Ampel dengan seorang ibu bernama Dewi Candrawati. Jadi
Raden Qasim itu adalah saudaranya Raden Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Oleh ayahnya
yaitu Sunan Ampel, Raden Qasim diberi tugas untuk berdakwah di daerah sebalah barat Gresik,
yaitu daerah antara Gresik dengan Tuban.
Di desa Jalang itulah Raden Qasim mendirikan pesantren. Dalam waktu yang singkat
telah banyak orang-orang yang berguru kepada beliau. Setahun kemudian di desa Jalag, Raden
Qasim mendapat ilham agar pindah ke daerah sebalah selatan kira-kira sejauh satu kilometer
dari desa Jelag itu. Di sana beliau mendirikan Mushalla atau Surau yang sekaligus dimanfaatkan
untuk tempat berdakwah. Tiga tahun tinggal di daerah itu, beliau mendaat ilham lagi agar pindah
tempat ke satu bukit. Dan di tempat baru itu belaiu berdakwah dengan menggunakan kesenian
rakyat, yaitu dengan menabuh seperangkat gamelanuntuk mengumpulkan orang, setelah itu lalu
diberi ceramah agama. Demikianlah kecerdikan Raden Qasim dalam mengadakan pendekatan
kepada rakyat dengan menggunakan kesenian rakyat sebagai media dakwahnya. Sampai
sekarang seperangkat gamelan itu masih tersimpan dengan baik di museum di dekat makamnya.

6. Sunan Kalijaga
Nama aslinya adalah Raden Sahid, beliau putra Raden Sahur putra Temanggung Wilatika
Adipati Tuban. Raden Sahid sebenarnya anak muda yang patuh dan kuat kepada agama dan
orang tua, tapi tidak bisa menerima keadaan sekelilingnya yang terjadi banyak ketimpangan,
hingga dia mencari makanan dari gudang kadipaten dan dibagikan kpeada rakyatnya. Tapi
ketahuan ayahnya, hingga dihukum yaitu tangannya dicampuk 100 kali sampai banyak
darahnya dan diusir.
Setelah diusir selain mengembara, ia bertemu orang berjubah putih, dia adalah Sunan
Bonang. Lalau Raden Sahid diangkat menjadi murid, lalu disuruh menunggui tongkatnya di
depan kali sampai berbulan-bulan sampai seluruh tubuhnya berlumut. Maka Raden Sahid
disebut Sunan Kalijaga.
Sunan kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam, antara lain
dengan wayang, sastra dan berbagai kesenian lainnya. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh
para penyebar Islam seperti Walisongo untuk menarik perhatian di kalangan mereka, sehingga
dengan tanpa terasa mereka telah tertarik pada ajaran-ajaran Islam sekalipun, karena pada
awalnya mereka tertarik dikarenakan media kesenian itu. Misalnya, Sunan Kalijaga adalah
tokoh seniman wayang. Ia itdak pernah meminta para penonton untuk mengikutinya
mengucapkan kalimat syahadat. Sebagian wayang masih dipetik dari cerita Mahabarata dan
Ramayana, tetapi di dalam cerita itu disispkan ajaran agama dan nama-nama pahlawan Islam.

7. Sunan Kudus (Ja’far Sadiq)


Sunan Kudus menyiarkan agama Islam di daerah Kudus dan sekitarnya. Beliau memiliki
keahlian khusus dalam bidang agama, terutama dalam ilmu fikih, tauhid, hadits, tafsir serta
logika. Karena itulah di antara walisongo hanya ia yang mendapat julukan wali al-‘ilm (wali
yang luas ilmunya), dank arena keluasan ilmunya ia didatangi oleh banyak penuntut ilmu dari
berbagai daerah di Nusantara.
Ada cerita yang mengatakan bahwa Sunan Kudus pernah belajar di Baitul Maqdis,
Palestina, dan pernah berjasa memberantas penyakit yang menelan banyak korban di Palestina.
Atas jasanya itu, oleh pemerintah Palestiana ia diberi ijazah wilayah (daerah kekuasaan) di
Palestina, namun Sunan Kudus mengharapkan hadiah tersebut dipindahkan ke Pulau Jawa, dan
oleh Amir (penguasa setempat) permintaan itu dikabulkan. Sekembalinya ke Jawa ia
mendirikan masjid di daerah Loran tahun 1549, masjid itu diberi nama Masjid Al-Aqsa atau Al-
Manar (Masjid Menara Kudus) dan daerah sekitanya diganti dengan nama Kudus, diambil dari
nama sebuah kota di Palestina, al-Quds. Dalam melaksanakan dakwah dengan pendekatan
kultural, Sunan Kudus menciptakan berbagai cerita keagamaan. Yang paling terkenal adalah
Gending Makumambang dan Mijil.

Cara-cara berdakwah Sunan Kudus adalah sebagai berikut:


a. Strategi pendekatan kepada masa dengan jalan
1. Membiarkan adat istiadat lama yang sulit diubah
2. Menghindarkan konfrontasi dalam menyiarkan agama islam
3. Tut Wuri Handayani
4. Bagian adat istiadat yang tidak sesuai dengan mudah diubah langsung diubah.
b. Merangkul masyarakat Hindu seperti larangan menyembelih sapi karena dalam agama
Hindu sapi adalah binatang suci dan keramat.
c. Merangkul masyarakat Budha
Setelah masjid, terus Sunan Kudus mendirikan padasan tempat wudlu denga pancuran yang
berjumlah delapan, diatas pancuran diberi arca kepala Kebo Gumarang diatasnya hal ini
disesuaikan dengan ajaran Budha “ Jalan berlipat delapan atau asta sunghika marga”.
d. Selamatan Mitoni
Biasanya sebelum acara selamatan diadakan membacakan sejarah Nabi.
Sunan Kudus wafat pada tahun 1550 M dan dimakamkan di Kudus. Di pintu makan
Kanjeng Sunan Kudus terukir kalimat asmaul husna yang berangka tahun 1296 H atau
1878 M.

8. Sunan Muria (Raden Umar Said)


Salah seorang Walisongo yang banyak berjasa dalam menyiarkan agama Islam di
pedesaab Pulau Jawa adalah Sunan Muria. Beliau lebih terkenal dengan nama Sunan Muria
karena pusat kegiatan dakwahnya dan makamnya terletak di Gunung Muria (18 km di sebelah
utara Kota Kudus sekarang).
Beliau adalah putra dari Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh. Nama aslinya Raden Umar
Said, dalam berdakwah ia seperti ayahnya yaitu menggunakan cara halus, ibarat menganbil ikan
tidak sampai keruh airnya. Muria dalam menyebarkan agama Islam. Sasaran dakwah beliau
adalah para pedagang, nelayan dan rakyat jelata. Beliau adalah satu-satunya wali yang
mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah dan beliau pulalah yang
menciptakan tembang Sinom dan kinanthi. Beliau banyak mengisi tradisi Jawa dengan nuansa
Islami seperti nelung dino, mitung dino, ngatus dino dan sebagainya.
Lewat tembang-tembang yang diciptakannya, sunan Muria mengajak umatnya untuk
mengamalkan ajaran Islam. Karena itulan sunan Muria lebih senang berdakwah pada rakyat
jelata daripada kaum bangsawan. Cara dakwah inilah yang menyebabkan suna Muria dikenal
sebagai sunan yang suka berdakwak tapa ngeli yaitu menghanyutkan diri dalam masyarakat.

9. Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)


Nama aslinya Syarif Hidayatullah. Dialah pendiri dinasti Raja-raja Cirebon dan kemudian
juga Banten. Sunan Gunung Jati adalah cucu Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi.
Ia dinikahkan dengan putri Cakra Buana Nyi Pakung Wati kemudian ia diangkat menjadi
pangeran Cakra Buana yaitu pada tahun 1479 dengan diangkatnya ia sebagai pangeran dakwah
islam dilakukannya melalui diplomasi dengan kerajaan lain.
Setelah Cirebon resmi berdiri sebagai sebuah Kerajaan Islam yang bebas dari kekuasaan
Pajajaran, Sunan Gunung Jati berusaha mempengaruhi kerajaan yang belum menganut agama
Islam. Dari Cirebon, ia mengembangkan agama Islam ke daerah-daerah lain di Jawa Barat,
seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.
2.3 Penyebaran agama
Maulana Malik Ibrahim dianggap termasuk salah seorang yang pertama-tama menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa, dan merupakan wali senior diantara para Walisongo lainnya.[9]
Beberapa versi babad menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa orang. Daerah yang
ditujunya pertama kali ialah desa Sembalo, sekarang adalah daerah Leran, Kecamatan Manyar,
yaitu 9 kilometer ke arah utara kota Gresik. Ia lalu mulai menyiarkan agama Islam di tanah Jawa
bagian timur, dengan mendirikan mesjid pertama di desa Pasucinan, Manyar.
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergaulan. Budi
bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Ia tidak
menentang secara tajam agama dan kepercayaan hidup dari penduduk asli, melainkan hanya
memperlihatkan keindahan dan kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-
tamahannya, banyak masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Sebagaimana yang dilakukan para wali awal lainnya, aktivitas pertama yang dilakukan
Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang
dinamakan desa Roomo, Manyar.[11] Perdagangan membuatnya dapat berinteraksi dengan
masyarakat banyak, selain itu raja dan para bangsawan dapat pula turut serta dalam kegiatan
perdagangan tersebut sebagai pelaku jual-beli, pemilik kapal atau pemodal.
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian melakukan
kunjungan ke ibukota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit meskipun tidak masuk Islam tetapi
menerimanya dengan baik, bahkan memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik.
Wilayah itulah yang sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat Maulana Malik
Ibrahim hidup, di ibukota Majapahit telah banyak orang asing termasuk dari Asia Barat.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan perjuangan
menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka pesantren-pesantren yang
merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam di masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya
masih diziarahi orang-orang yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad
yang silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk berziarah.
Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12 Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat
pada prasasi makamnya. Pada acara haul biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan
(pembacaan riwayat Nabi Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.

2.4 Sunan Ampel


Sunan Ampel pada masa kecilnya bernama Raden Rahmat, dan diperkirakan lahir pada
tahun 1401 di Champa. Ada dua pendapat mengenai lokasi Champa ini. Encyclopedia Van
Nederlandesh Indie mengatakan bahwa Champa adalah satu negeri kecil yang terletak di Kamboja.
Pendapat lain, Raffles menyatakan bahwa Champa terletak di Aceh yang kini bernama Jeumpa.
Menurut beberapa riwayat, orang tua Sunan Ampel adalah Ibrahim Asmarakandi yang berasal
dari Champa dan menjadi raja di sana.
Ibrahim Asmarakandi disebut juga sebagai Maulana Malik Ibrahim. Ia dan adiknya, Maulana
Ishaq adalah anak dari Syekh Jumadil Qubro. Ketiganya berasal dari Samarkand, Uzbekistan, Asia
Tengah.
.
2.5 Sejarah dakwah
Syekh Jumadil Qubro, dan kedua anaknya, Maulana Malik Ibrahim dan Maulana Ishak
bersama sama datang ke pulau Jawa. Setelah itu mereka berpisah, Syekh Jumadil Qubro tetap di
pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, Vietnam Selatan, dan adiknya Maulana Ishak
mengislamkan Samudra Pasai.
Di Kerajaan Champa, Maulana Malik Ibrahim berhasil mengislamkan Raja Champa, yang
akhirnya merubah Kerajaan Champa menjadi Kerajaan Islam. Akhirnya dia dijodohkan dengan
putri Champa, dan lahirlah Raden Rahmat. Di kemudian hari Maulana Malik Ibrahim hijrah ke
Pulau Jawa tanpa diikuti keluarganya.
Sunan Ampel datang ke pulau Jawa pada tahun 1443, untuk menemui bibinya, Dwarawati.
Dwarawati adalah seorang putri Champa yang menikah dengan raja Majapahit yang bernama Prabu
Kertawijaya.
Sunan Ampel menikah dengan Nyai Ageng Manila, putri seorang adipati di Tuban yang
bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak, yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana
Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah, yang merupakan
isteri dari Sunan Kudus.Pada tahun 1479, Sunan Ampel mendirikan Mesjid Agung Demak.
Sunan Ampel diperkirakan wafat pada tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah
barat Masjid Ampel, Surabaya.

2.6 Penyebaran Islam Di Tanah Madura


Diantara penyebar agama Islam selain Wali Songo masih banyak penyebar lainnya.
Diantaranya adalah Syekh Kholil dan Syekh Damanhuri. Dalam buku ini akan diceritakan Syekh
Kholil dan Syekh Damanhuri serta silsilah Batu Ampar Madura.

1. Syekh Kholil
Syekh Kholil adalah penyebar ajaran agama Islam di tanah Madura, khususnya didaerah
Bangkalan. Beliau menyebarkan agama Islam dengan mendirkan Mesjid. Dan mengajar agama
kepada masyarakat. Makamnya banyak dikunjungi oleh para peziarah karena perjuangan dan
keunikan makam tersebut, pada patok makam antara b elakang dan depan bukan batu nisan,
melainkan dengan kubah yang kecil dan makam ini terdapat didepan Mesjid Syekh Kholil
sendiri, di sanapun terdapat fasilitas lengkap untuk para peziarah.
2. Syekh Damanhuri
Seperti halnya Syekh Kholil, beliau juga menyebarkan agama Islam di Madura, keadaan
wilayah makam Syekh Damanhuri sangat ramai karena dikunjungi banyak peziarah tepatnya di
Batu Ampar, adapun silsilah ahlinya Batu Ampar Madura adalah sebagai berikut:
1. Syekh Abdul Mannan / Bujuk Kesambi
2. Syekh Basyaniyah / Bujuk Tumpeng
3. Syekh Su’adi /Syekh Abu Syamsudin / Bujuk Lazhong
4. Syekh Romli
5. Syekh Damanhuri
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Wali Songo adalah kelompok para mubaligh atau Alim Ulama Islam yang menyiarkan
AgamaIslam di pilau jawa.

Maulana Malik Ibrahim


Maulana Malik Ibrahim berasal dari Persia,ia dating ke pulau Jawa pada tahun 1399 M,dan wafat
tahun 1419. Beliau menetap di pulau Jawa selama 20 tahun dalam usaha dakwahnya,beliau
menerapkan system pokok pesantren.

Sunan Ampel
Sunan Ampel adalah gelar dari Raden Rahmat.Beliau berasal dari Campa Aceh dan mulai tinggal
di pulau Jawa pada tahun 1431 M,maksud kedatangannya ke pulau Jawa adalah untuk berdakwah islam
melanjutkan Maulana Malik Ibrahim,di tinggal di Ampel Denta di Surabaya.

Sunan Bonang
Sunan boning yang nama aslinya makhdum ibrahim.Beliau dilahirkan pada tahun
1465M,Ayahnya bernama sunan ampel dan ibunya bernama Nyi Ageng Manila.Beliau berdakwah
melalui kesenian dan kebudayaan.

Sunan Drajat
Sunan drajat yang nama aslinya Raden Kosim.Beliau adalah putra Raden Rahmat adik dari Sunan
Bonang.Beliau berdakwah melalui pendekatan kesenian dan bidang social ekonomi, dan menolong
orang lain yang tidak mampu ,fakir miskin, anak yatim piatu, serta janda-janda yang tidak mampu
tetapi beliau hidupnya sangat sederhana.

Sunan Giri
Sunan giri yang nama aslinya Raden Ainun Yasin,adalah putra maulana ishak.Diberi nama Giri
karena pusat penyebaran islamnya di Giri dekat Gresik Jatim.Beliau berdakwahnya dengan
menggunakan cara pendidikan. Beliau bergelar Sultan Abdul Paqih,dan berdakwah tidak hanya di
Pulau Jawa saja tetapi melainkan Kalimantan,Sulawesi,Nusa Tenggara dan Maluku.

Sunan Kalijaga
Sunan kali jaga nama aslinya Raden Muhammad Sahid.Beliau adalah putra Adipati Ario Teja
yaitu raja kerajaan majapahit untuk wilayah Tuban dan sekitarnya. Beliau tinggal di Demak dan dikenal
sebagai politikus dan ahli dalam strategi berdakwahnya melalui kesenian dan kebudayaan yaitu wayang
kulit.
Sunan kudus
Sunan kudus dikenal juga dengan nama Ja’far Shodiq yang nama aslinya adalah raden Amir
Haji.Pada masa mudanya ia pernah menjabat sebagai panglima perang kerajaan Demak,dan
dilingkungannya yang taat beribadah dan patuh terhadap ajaran-ajaran syariat islam.Beliau berdakwah
denga memusatkan perhatian pada pelaksanaan hokum islam dikalangan penduduk.

Sunan Muria
Sunan Muria adalah nama aslinya Raden Umar Sa’id.Beliau adalah putra Raden Muhammad
syahid.Beliau berdakwah dengan menitikberatkan pada bidang tasawuf.Sunan muria tinggal di tempat
sunyi yang jauh dari keramaian kota.

Sunan Gunung Jati


Syarif Hidayatullahdemikian masa asli dari Sunan Gunung Jati.Beliau seorang negarawan dan
panglimaperang yang diseganioleh kawan maupun lawannya,dan beliau pernah menjabat panglima
islam Demak dan ia berhasil mengusir portugis dari wilayah Batavia menjadi Jakarta.Ia mendirikan
pusat pendidikan agama di Cirebon.

Saran-saran
Adapun saran-saran yang ingin penulis sampaikan, diantaranya yaitu:
1. Agar keterangan yang lebih lengkap dan rinci supaya pembaca lebih dalam menetahui silsilah
tentang kerajaan-kerajaan yang ada di Indonesia.
2. Kepada pembimbing khususnya,kami mengharapkan bimbingan terutama untuk perbandingan
antara teori dengan kenyataan –kenyataan yang ada disekitar lokasi-lokasi karya wisata.
3. Kepada rekan-rekan seangkatan tentang materi-materi yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
dari karya wisata.
DAFTAR PUSTAKA

1. MB. Rhimsyah. Tanpa tahun. Kisah Wali Songo Penyebar Agama Islam Di Pulau Jawa.
Surabaya Penerbit: Karya Gemilang Utama.
2. Kaset VCD Kisah Wali Songo.

Anda mungkin juga menyukai