Aljabar Linier Matriks

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 47

ALJABAR LINIER DAN MATRIKS

Diktat Kuliah
Oleh :
Sukma Puspitorini, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA STMIK NH JAMBI


TAHUN AJARAN 2007/2008

DAFTAR ISI

BAB 1 : MATRIKS
1.1 Pengertian
1.2 Operasi Pada Matriks
1.3 Transpose Matriks
1.4 Jenis-Jenis Matriks Khusus
1.5 Transformasi Elementer Pada Baris dan Kolom Suatu Matriks
1.6 Matriks Ekuivalen
1.7 Soal Latihan
BAB 2 : DETERMINAN
2.1 Permutasi
2.2 Determinan
2.2.1 Nilai Determinan
2.2.2 Sifat-Sifat Determinan
2.3 Soal Latihan
BAB 3 : INVERS MATRIKS
3.1 Pembagian Matriks dan Invers Matriks
3.2 Matriks Adjoin
3.3 Mencari Invers Matriks
3.3.1 Invers Matriks Dengan Adjoin
3.3.2 Invers Matriks Dengan Transformasi Elementer
3.4 Soal Latihan
BAB 4 : SISTEM PERSMAAN LINIER
4.1 Persamaan Linier
4.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier
4.2.1 Aturan Cramer
4.2.2 Metode Eliminasi Gauss
4.2.3 Metode Eliminasi Gauss-Jordan
4.2.4 Metode Faktorisasi LU
4.3 Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
4.4 Persamaan Linier Homogen
4.5 Soal Latihan
BAB 5 : VEKTOR
5.1 Definisi dan Notasi
5.2 Operasi Pada Vektor
5.3 Fungsi Linier Vektor Dalam Ruang 2 dan 3
5.3.1 Vektor Dalam Ruang 2
5.3.2 Vektor Dalam Ruang 3
5.4 Norma Vektor

1
5.5 Hasil Kali Titik; Proyeksi
5.5.1 Proyeksi
5.5.2 Hasil Kali Silang
5.6 Vektor Satuan
5.7 Garis dan Bidang Di Ruang 3
5.7.1 Persamaan Bidang Di Ruang 3
5.7.2 Persamaan Garis Di Ruang 3
5.8 Soal Latihan

2
BAB 1 : MATRIKS

1.1 PENGERTIAN

Beberapa pengertian tentang matriks :


1. Matriks adalah himpunan skalar (bilangan riil atau kompleks) yang
disusun atau dijajarkan secara empat persegi panjang menurut
baris-baris dan kolom-kolom.
2. Matriks adalah jajaran elemen (berupa bilangan) berbentuk empat
persegi panjang.
3. Matriks adalah suatu himpunan kuantitas-kuantitas (yang disebut
elemen), disusun dalam bentuk persegi panjang yang memuat
baris-baris dan kolom-kolom.
Notasi yang digunakan

Atau Atau

NOTASI MATRIKS

Matriks kita beri nama dengan huruf besar seperti A, B, C, dll. Matriks
yang mempunyai I baris dan j kolom ditulis A=(a ij ), artinya suatu matriks
A yang elemen-elemennya aij dimana indeks I menyatakan baris ke I dan
indeks j menyatakan kolom ke j dari elemen tersebut.

Secara umum :
Matriks A=(aij ), i=1, 2, 3,…..m dan j=1, 2, 3,……., n yang berarti bahwa
banyaknya baris m dan banyaknya kolom n.

Contoh : -1 -3
A= -3 B= C= 2 3 12 -1
-4
2 12

Ukuran matriks 2x2 2x1 1x4


Jumlah baris 2 2 1
Jumlah kolom 2 1 4

Matriks yang hanya mempunyai satu baris disebut MATRIKS BARIS,


sedangkan matriks yang hanya mempunyai satu kolom disebut MATRIKS
KOLOM. Dua buah matriks A dan B dikatakan SAMA jika ukurannya sama
(mxn) dan berlaku aij = bij untuk setiap i dan j

1.2 OPERASI PADA MATRIKS

PENJUMLAHAN MATRIKS

Penjumlahan matriks hanya dapat dilakukan terhadap matriks-


matriks yang mempunyai ukuran (orde) yang sama. Jika A=(a ij ) dan

3
B=(bij ) adalah matriks-matriks berukuran sama, maka A+B adalah suatu
matriks C=(cij ) dimana (cij ) = (aij ) +(bij ) atau [A]+[B] = [C] mempunyai
ukuran yang sama dan elemennya (cij ) = (aij ) +(bij )

Contoh :

3 1 0 2 1 0 2
A= 4 2 B= 1 3 C= 1 0 5 maka

3 1 0 2 3+0 1+2 3 3
A+B = 4 2 + 1 3 = 4+1 2+3 = 5 5

3 1 1 0 2
A+C = 4 2 + 1 0 5

A+C tidak terdefinisi (tidak dapat dicari hasilnya) karena matriks A


dan B mempunyai ukuran yang tidak sama.

PENGURANGAN MATRIKS

Sama seperti pada penjumlahan matriks, pengurangan matriks hanya


dapat dilakukan pada matriks-matriks yang mempunyai ukuran yang
sama. Jika ukurannya berlainan maka matriks hasil tidak terdefinisikan.

Contoh :
3 4 0 2
A= 4 5 B= 3 4
maka

3 4 0 2 3-0 4-2
A-B = 4 5 - 3 4
= = 3 2
4-3 5-4 1 1

PERKALIAN MATRIKS DENGAN SKALAR

Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(aij ) maka matriks kA=(kaij )
yaitu suatu matriks kA yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen
matriks A dengan k. Mengalikan matriks dengan skalar dapat dituliskan di
depan atau dibelakang matriks. Misalnya [C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij )

Contoh :
1 2 3 2* 1 2*2 2* 3
A= 0 -1 5 maka 2A= 2* 0 2*-1 2*5

Pada perkalian skalar berlaku hukum distributif dimana k(A+B)=kA+kB.

Contoh :
0 1 3 4
A= 2 -1 B= 1 1 dengan k=2, maka

4
K(A+B) = 2(A+B) = 2A+2B

0 1 3 4 3 5 6 10
2(A+B) = 2 2 -1 + 1 1 =2 3 0 = 6 0

0 1 3 4 6 10
2A+2B = 2 2 -1 + 2 1 1 = 6 0

PERKALIAN MATRIKS DENGAN MATRIKS

Beberapa hal yang perlu diperhatikan :


1. Perkalian matriks dengan matriks umumnya tidak komutatif.
2. Syarat perkalian adalah jumlah banyaknya kolom pertama matriks
sama dengan jumlah banyaknya baris matriks kedua.
3. Jika matriks A berukuran mxp dan matriks pxn maka perkalian A*B
adalah suatu matriks C=(cij ) berukuran mxn dimana
cij = ai1b1j + ai2b2j + ai3b3j + ………………….+ aipbpj
3
Contoh : 1) A= 3 2 1 dan B= maka
1
0
3
A x B= 3 2 1 * 1 = (3*3) + (2*1) + (1*0) = 11

0
3
3 2 1
2) A= dan B= 1 maka
1 2 1
0

(3*3) + (2*1) + (1*0) 11


AxB= =
(1*3) + (2*1) + (1*0) 5

Beberapa Hukum Perkalian Matriks :


1. Hukum Distributif, A*(B+C) = AB + AC
2. Hukum Assosiatif, A*(B*C) = (A*B)*C
3. Tidak Komutatif, A*B  B*A
4. Jika A*B = 0, maka beberapa kemungkinan
(i) A=0 dan B=0
(ii) A=0 atau B=0
(iii) A0 dan B0
5. Bila A*B = A*C, belum tentu B = C

1.3 TRANSPOSE MATRIKS

Jika diketahui suatu matriks A=aij berukuran mxn maka transpose


dari A adalah matriks AT =nxm yang didapat dari A dengan menuliskan
baris ke-i dari A sebagai kolom ke-i dari AT.

5
Beberapa Sifat Matriks Transpose :
(i) (A+B)T = AT + BT
(ii) (AT) = A
(iii) k(AT) = (kA)T
(iv) (AB)T = BT AT
Buktikan sifat-sifat transpose diatas !

1.4 JENIS-JENIS MATRIKS KHUSUS

Berikut ini diberikan beberapa jenis matriks selain matriks kolom dan
matriks baris

(i) MATRIKS NOL, adalah matriks yang semua elemennya nol


Sifat-sifat :
1. A+0=A, jika ukuran matriks A = ukuran matriks 0
2. A*0=0, begitu juga 0*A=0.

(ii) MATRIKS BUJURSANGKAR, adalah matriks yang jumlah baris dan


jumlah kolomnya sama. Barisan elemen a11, a22, a33, ….ann disebut
diagonal utama dari matriks bujursangkar A tersebut.
Contoh : Matriks berukuran 2x2
1 0
A=
2 3

(iii) MATRIKS BUJURSANGKAR ISTIMEWA


a. Bila A dan B merupakan matriks-matriks
bujursangkar sedemikian sehingga AB=BA maka A dan B disebut
COMMUTE (saing).
b. Bila A dan B sedemikian sehingga AB=-BA maka A
dan B disebut ANTI COMMUTE.
c. Mtriks M dimana Mk+1=M untuk k bilangan bulat
positif disebut matriks PERIODIK.
d. Jika k bilangan bulat positif terkecil sedemikian
sehingga Mk+1=M maka M disebut PERIODIK dengan PERIODE k.
e. Jika k=1 sehingga M2=M maka M disebut
IDEMPOTEN.
f. Matriks A dimana Ap=0 untuk p bilangan bulat
positif disebut dengan matriks NILPOTEN.
g. Jika p bilangan positif bulat terkecil sedemikian
hingga Ap=0 maka A disebut NILPOTEN dari indeks p.

(iv) MATRIKS DIAGONAL, adalah matriks bujursangkar yang semua


elemen diluar diagonal utamanya nol.
Contoh :
1 0 0
A= 0 2 0
0 0 3

6
(v) MATRIKS SATUAN/IDENTITY, adalah matriks diagonal yang semua
elemen diagonalnya adalah 1.
Contoh :
1 0 0
0 1 0
A=
0 0 1

Sifat-sifat matriks identitas :


1. A*I=A
2. I*A=A

(vi) MATRIKS SKALAR, adalah matriks diagonal yang semua elemennya


sama tetapi bukan nol atau satu.
Contoh :
4 0 0

A= 0 4 0
0 0 4

(vii) MATRIKS SEGITIGA ATAS (UPPER TRIANGULAR), adalah matriks


bujursangkar yang semua elemen dibawah diagonal elemennya = 0.
1 3 2 1
0 1 2 3
A=
0 0 4 0
0 0 0 1

(viii) MATRIKS SEGITIGA BAWAH (LOWER TRIANGULAR), adalah matriks


bujursangkar yang semua elemen diatas diagonal elemennya = 0.
1 0 0 0
4 2 0 0
A=
1 2 3 0
1 3 2 1

(ix) MATRIKS SIMETRIS, adalah matriks bujursangkar yang


elemennya simetris secara diagonal. Dapat juga dikatakan bahwa
matriks simetris adalah matriks yang transposenya sama dengan
dirinya sendiri.
1 2 0 1 2 0
Contoh :
A= 2 3 1 dan AT= 2 3 1
0 1 1 0 1 1

(x) MATRIKS ANTISIMETRIS, adalah matriks yang trnsposenya adalah


negatif dari matriks tersebut. Maka A T=-A dan aij=-aij, elemen
diagonal utamanya = 0
Contoh :
0 1 -3 0 0 -1 3 0
-1 0 4 2 1 0 -4 -2
A= maka AT =
3 -4 0 -1 -3 4 0 1
0 2 1 0 0 -2 -1 0
1 1
7
(xi) MATRIKS TRIDIAGONAL, adalah matriks bujursangkar yang semua
elemen-elemennya = 0 kecuali elemen-elemen pada diagonal utama
serta samping kanan dan kirinya.
Contoh :
1 2 0 0
1 2 3 0
A=
0 2 3 4
0 0 4 5
1
(xii) MATRIKS JODOH Ā, adalah jika A matriks dengan elemen-
elemen bilangan kompleks maka matriks jodoh Ā dari A didapat
dengan mengambil kompleks jodoh (CONJUGATE) dari semua
elemen-elemnya.
Contoh : 2+3i 2i 2-3i -2i
A= maka Ā=
5 3-i 5 3+i

(xiii) MATRIKS HERMITIAN. Matriks bujursangkar A=(a ij) dengan elemen-


elemen bilangan kompleks dinamakan MATRIKS HERMITIAN jika
(Ā)'=A atau matriks bujursangkar A disebut hermitian jika a ij = āij .
dengan demikian jelas bahwa elemen-elemen diagonal dari matriks
hermitian adalah bilangan-bilangan riil.
Contoh :
2 5+i 2 5-i 2 5+i
A= 5-i 3
maka 5+i 3
dan Ā'=
5-i 3

1.5 TRANSFORMASI ELEMENTER PADA BARIS DAN KOLOM


SUATU MATRIKS

Yang dimaksud dengan transformai pada baris atau kolom suatu


matriks A adalah sebagai berikut.

1. Penukaran tempat baris ke-i dan baris ke-j atau penukaran kolom
ke-i dan kolom ke-j dan ditulis H ij(A) untuk transformasi baris dan
Kij(A) untuk transformasi kolom.
Contoh :
a. Penukaran baris
1 2 0 2 3 1
A= 2 3 1 H12(A) 1 2 0
0 1 1 0 1 1

H12(A) berarti menukar baris ke-1 matriks A dengan baris ke-2


b. Penukaran kolom
1 2 0 1 0 2
A= 2 3 1 K23(A) 2 1 3
0 1 1 0 1 1

8
K13(A) berarti menukar kolom ke-2 matriks A dengan kolom ke-3
2. memperkalikan baris ke-i dengan suatu bilangan skalar h0, ditulis
Hi(h)(A) dan memperkalikan kolom ke-i dengan skalar k0, ditulis
Ki(k)(A).
Contoh :
1 2 0 1 2 0 1 2 0

A= 2 3 1 H2(-2)(A)= -4 -6 -2
K3(1/2)(A)= 2 3 1/2
0 1 1 0 1 1 0 1 1/2

3. Menambah kolom ke-i dengan k kali koom ke-j, ditulis K ij(k)(A) dan
menambah baris ke-i dengan h kali baris ke-j, ditulis H ij(h)(A).
Contoh :
1 2 0 1 2 0
H23(-1)(A)
A= 2 3 1 2 2 0
0 1 1 H2 + (-1*H3) 0 1 1

1 2 2
K31(2)(A)
2 2 4

K3 + (2*K1) 0 1 1

1.6 MATRIKS EKUIVALEN

Dua buah matriks A dan B disebut ekuivalen (A~B) apabila salah


satunya dapat diperoleh dari yang lain dengan transformasi-transformasi
elementer terhadap baris dan kolom. Kalau transformasi elementer hanya
terjadi pada baris saja disebut ELEMENTER BARIS, sedangkan jika
transformasi terjadi pada kolom saja disebut ELEMENTER KOLOM.
Contoh :
2 3 1 4 1 0
A= dan B= 2 3 1
4 1 0

A dan B adalah ekuivalen baris karena jika kita mempertukarkan


baris ke-1 dengan baris ke-2 pada matriks A atau H12(A), maka akan
didapat matriks B.
3 0 2 1 K12(1) 4 0 2 1 K42(-1)
A= 5 1 3 1
4 1 3 1
K1+(1*K2) K4+(-1*K2)

3 0 2 1 H12 5 1 3 1
5 1 3 1 3 0 2 1

1.7 MATRIKS ELEMENTER

9
Anxn disebut matriks elementer jika dengan sekali melakukan
transformasi elementer terhadap suatu matriks identity I diperoleh Anxn.

Contoh : Diketahui matriks


1 0 0 0 1 0

I3 = 0 1 0 H12(I) 1 0 0
0 0 1 0 0 1

1 0 0
H31(k)(I)
0 1 0

H3+(k* H2) k 0 1

1 0 0
H32(-4)(I)
0 1 0

H3+(-4* H2) 0 -4 1

1.8 SOAL LATIHAN


3 -2 9 7 11

1. Diketahui matriks P= 11 5 0 -4 2
3 7 3 5 -1

a. Berapakah ukuran matriks P?


b. Tentukan mana yang merupakan baris 1, baris 2, baris 3 kolom 4,
kolom 5 baris 1
c. Tentukan P11, P31, P23, P15, P35

2. Diketahui persamaan matriks sebagai berikut :


4 5 3 x3+1 5 3
2 x1 6
= 2 4 1/2x4
-1 2 x2+3 -1 2 5

Carilah x1 , x2 , x3 , x4

3. Misalkan (mxn) menyatakan ukuran matriks. Cari hasil perkalian


(kalau terdefinisi) dari ukuran-ukuran berikut.
a. (2x1)(1x3)
b. (4x5)(2x3)
c. (1x1)(1x3)
d. (3x3)(3x4)
e. (2x2)(3x2)

4. Carilah AB dan BA jika


1 -2 0
a. A= 2 1 B=
4 5 3

2 3 2 0 -4

3 -2 6
10
2 -1
b. A= B=

5. Diketahui
-1 3 2 2 -1 -3
A= 2 0 7 B= 4 1 0
-2 3 1 1 3 2

Tentukan
a. 2A, 3B, 2A-B, 3B-A
b. (2A-B)(3B-A)
2 1 3 1 1 0

6. Selidikilah bahwa ABBA untuk A=1 1 0 dan2 B= 1 3


0 2 1 0 2 1
1 3 5 13
7. Matriks A= B=

Carilah matriks
1 P2sedemikian
4 sehingga
10 AP=B.
2 0
8. Carilah 3A2+2A-3I2, jika A=

9. Carilah AT jika A 1 -1
4 2 3 1 0 0 2
-2 4 7 5 1 -2 3
a. b. c. d. -1 0 2 7 1
2 3 5 1 6
1 3 0 1 0 -1 -2 0 1
1 3
-1 3 5
10. Tunjukan bahwa matriks A idempoten jika A=1 -3 -5
-1 3 5

11. Periksalah apakah matriks A dan B berikut ekuivalen


3 1 2 3 1 2
a. A= 4 2 0 dan B= 1 3 1

31 53 11 34 52 10
b. A= 2 0 3 dan B= 2 0 3

5 5 4 0 0 0
3 1 2 1
12. Diketahui A=4 1 0 2

1 3 0 1
Matriks B dihasilkan dari sederetan transformasi elementer H 31(-1), H2(2),
H12, K41(1), K3(2) terhadap A. Carilah B.

2 2 2 2

13. Diketahui6 0 4 2

1 2 3 1

11
Matriks B diperoleh dari A dengan sederetan transformasi elementer
H12, H31(1), K13, K2(2). Carilah B

BAB 2 : DETERMINAN

PERMUTASI

Kita sudah cukup mengenal fungsi-fungsi sinus, fungsi kuadrat,


juga fungsi konstant yang memetakan suatu bilangan riil ke bilangan riil.
Pada bagian ini akan dipelajari mengenai suatu fungsi yang memetakan
suatu matriks ke bilangan riil yang disebut dengan fungsi determinan.
Untuk itu sebelumnya akan dibahas tentang konsep permutasi yang
menjadi dasar perhitungan determinan.

Definisi Permutasi
(i) Suatu permutasi himpunan bilangan bilat {1,2,3,……,n}
merupakan suatu penyusuan bilangan-bilangan bulat tersebut
dalam sutu urutan tertentu tanpa penghilangan (Omission)
ataupun perulangan (repetition).
(ii) Barisan bilangan-bilangan (j1, j2, j3, …….jn) dimana
berlaku jijk untuk ik (i=1,2,3………,n dan k=1, 2, 3, …………m)
serta ji adalah salah satu bilangan asli (1,2,3, ……..,n).

Contoh :

1. Terdapat 6 permutasi yang berbeda dari himpunan bilangan bulat


{1, 2, 3} yaitu (1, 2, 3), (1, 3, 2), (2, 3, 1), (2, 1, 3), (3, 1, 2), (3,
2, 1). Suatu metode yang sistematis untuk menampilkan semua
permutasi adalah dengan pohon permutasi.

1 2 3

2 3 1 3 1 2

3 2 3 1 2 1

2. Tentukan banyaknya permutasi dari himpunan bilangan bulat {1, 2,


3, 4}

Catatan
Apabila kita mempunyai n buah bilangan asli 1, 2, 3, ……, n maka
banyaknya permutasi yang dapat kita bentuk ada n!. misal n=3, maka
banyaknya permutasi = 3! = 3*2*1 = 6. jadi ada 6 buah permutasi
(seperti tampak pada contoh 1).

Definisi Inversi Permutasi


(i) Yang dimaksud inversi pada suatu permutasi (j 1, j2, …….,jn) ialah
adanya jk<ji (jk mendahului ji) padahal ji<jk (i dan k=1, 2, …..n).

12
(ii) Suatu inversi dikatakan terjadi di dalam permutasi ((j 1, j2, …….,jn)
apabila ditemukan bilangan bulat yang lebih besar berada di depan
bilangan yang lebih kecil dalam urutan permutasi tersebut.
(iii) Sebuah permutasi dikatakan genap jika jumlah total inversi yang
terjadi genap dan dikatakan ganjil jika jumlah total inversi yang
terjadi ganjil.
(iv) Jika sebuah permutasi adalah permutasi genap maka tanda (sign)
dari permutasi tersebut adalah (+) dan jika suatu permutasi adalah
permutasi ganjil maka tanda dari permutasi tersebut adalah (-).

Contoh :
1. Misalkan ada permutasi (2,1,4,3), berapa banyaknya inversi pada
permutasi tersebut?

Penyelesaian

Misalkan 2 1 4 3
j1 j2 j3 j4
Terlihat bahwa : j1=2 mendahului j2=1, padahal 1<2
j3=4 mendahului j4=3, padahal 3<4
Total inversi adalah 2 dan termasuk inversi genap.

2. Diketahui permutasi (4,3,1,2). Tentukan banyaknya inversi


permutasi tersebut!.

Penyelesaian

Misalkan 4 3 1 2
j1 j2 j3 j4
Terlihat bahwa : j1=4 mendahului j2=3, padahal 3<4
j1=4 mendahului j3=1, padahal 1<4
j1=4 mendahului j4=2, padahal 2<4
j2=3 mendahului j3=1, padahal 1<3
j2=3 mendahului j4=2, padahal 2<3
Total inversi adalah 5 dan termasuk permutasi ganjil.

3. Tentukan inversi dari permutasi (1,2,3,4)!.

Penyelesaian

Karena urutannya sudah benar (terurut dari nilai terkecil ke nilai


terbesar) maka total inversinya adalah 0 dan termasuk permutasi
genap.

DETERMINAN

Konsep inversi permutasi yang sudah dijabarkan diatas akan


digunakan untuk menghitung determinan dari suatu matriks. Sekarang
pandang matriks bujursangkar A berorde (berukuran) n
a11 a12 ……….a1n

a21 a22 ……….a2n

13
an1 an2 ….……ann
A=

Definisi Determinan
Determinan dari matriks bujursangkar A berorde n adalah jumlah dari
semua permutasi n (n!) hasil kali bertanda dari elemen-elemen matriks
tersebut.

Determinan dari suatu matriks A dituliskan


det(A) atau |A| =   (j1, j2, …….,jn). a1j1, a2j2,……amjn
Contoh :
a11 a12
A= a21 a22

Maka n=2, terdapat 2! = 2*1=2

Hasil kalinya sebagai berikut :


1. a11 a22 permutasi (1,2), banyaknya inversi=0 (permutasi
genap). Maka  (1,2)= +1 jadi +a11 a22 .
2. a21 a12 permutasi (2,1), banyaknya inversi=1 (permutasi
ganjil). Maka  (2,1)= -1 jadi -a21 a12
3. Maka det(A)=|A|=+a11 a22 -a21 a12

NILAI DETERMINAN

Nilai atau harga suatu determinan dapat diperoleh dengan berbagai


cara antara lain :
 Langsung dengan aturan SARRUS (inversi permutasi)
 Metode ekspansi dengan MINOR dan KOFAKTOR.

A. METODE SARRUS

Metode Sarrus pada dasrnya menggunakan inversi permutasi, tetapi


metode ini hanya berlaku untuk menghitung nilai atau harga determinan
yang berorde sampai dengan 3. sedangkan untuk determinan matriks
berorde lebih dari 3 digunakan metode ekspansi.

Misalkan diketahui matriks berorde 3


a11 a12 a13

A= a21 a22 a23

a31 a32 a33

n=3 berarti hasil kalinya 3!=3.2.1=6, yaitu


a11a22 a33, permutasi (1,2,3). Banyaknya inversi=0 (+)
a12a23 a31 permutasi (2,3,1). Banyaknya inversi=2 (+)
a13a21 a32 permutasi (3,1,2). Banyaknya inversi=2 (+)
a13a22 a31 permutasi (3,2,1). Banyaknya inversi=3 (-)
a11a23 a32 permutasi (1,3,2). Banyaknya inversi=1 (-)
a12a21 a33 permutasi (2,3,1). Banyaknya inversi=1 (-)

14
Untuk lebih mudahnya dapat digambarkan

a11 a12 a13 a11 a12


= a11a22 a33 +a12a23 a31+a13a21a32-a13a22a31
a21 a22 a23
-a11a23 a32 -a12a21 a33
a31 a32 a33 a21 a22

(-) (+)
a31 a32
Contoh : 1 2 3
1. Diketahui matriks A = hitunglah |A|
4 1 5
3 2 4
Penyelesaian

1 2 3 1 2

A= 4 1 5
3 2 4 4 1

= 1.1.4+2.5.3+3.4.2-3.1.3-1.5.2-2.4.4
= 4+30+24-9-10-32
3 2
=7
0 6 0
2. Hitunglah
8 6|A| jika
8 A=
3 2 2

Penyelesaian

0 6 0 0 6
A= 8 6 8
3 2 2 8 6
= 0.6.2+6.8.3+0.3.2-0.6.3-0.8.2-6.3.2
= 0+144+0-0-0-96
3 2
= 48

B. METODE EKSPANSI MINOR dan KOFAKTOR

Andaikan ada sebuah determinan dengan orde ke-n maka yang


dimaksud dengan MINOR unsur aij adalah determinan yang berasal dari
determinan orde ke-n tadi dikurangi dengan baris ke-I dan kolom ke-j.
a11 a12 a13 a14

D= a21 a22 a23 a24

a31 a32 a33 a34

a41 a42 a43 a44


Maka MINOR unsur a33 adalah minor baris ke-3 kolom ke-2
a11 a13 a14

M32= a21 a23 a24

a41 a43 a44

15
Sedangkan yang dimaksud dengan KOFAKTOR suatu unsur
determinan aij adalah Cij = (-1)i+j Mij.
Maka KOFAKTOR unsur a32 = C32 = (-1)3+2 M32
Contoh :
2 3 4
A= 5 6 7
8 9 1

2 4
Minor a32 =M32 = 5 7
= 2.7-4.5 = 14-20 = -6

Kofaktor a32 = C32 = (-1)3+2.(-6) = 6

Untuk mencari harga suatu determinan dengan orde ke-n (n>2)


yang pad ahakekatnya melukiskan polinomial homogen dengan orde ke-n
dapat dilakukan dengan ekspansi menurut ekspansi baris atau kolom.

Menurut Teorema LAPLACE

“Determinan dari suatu matriks sama dengan jumlah perkalian elemen-


elemen dari sembarang baris atau kolom dengan kofaktor-kofaktornya”.

Dengan kata lain


n
|A|=  aijcij = ai1ci1+ai2ci2+…………..+ aincin , dengan i sembarang. Disebut
j=1
uraian baris ke-i (Ekspansi Baris).

n
|A|=  aijcij = a1jc1j+a2jc2j+…………..+ anjcnj , dengan j sembarang. Disebut
j=1
uraian kolom ke-i (Ekspansi Kolom).

Contoh :
1 2 3
Hitung determinan matriks A= 2 3 4 dengan minor dan kofaktor
1 5 7

Misalkan minor dan kofaktornya dicari dengan melakukan ekspansi kolom


ke-1 dari matriks A.
3 4
Maka minor a11=M11= = 3.7-4.5=1
5 7

2 3
Minor a21=M21= = 2.7-3.5=-1
5 7

2 3
Minor a31=M31= = 2.4-3.3=-1
3 4

16
Mencari kofaktor dengan rumus Cij = (-1)i+j Mij.
Kofaktor a11 = C11 = (-1)1+1 M11 = (-1)2.1 = 1
Kofaktor a21 = C21 = (-1)2+1 M21 = (-1)3.(-1) = 1
Kofaktor a31 = C31 = (-1)3+1 M31 = (-1)4.(-1) =-1
n
Maka |A|=  aijcij = a11C11+ a21 C21+ a31 C31 = 1.1+2.1+1.(-1)=1
j=1

Catatan
Dalam pemilihan kolom atau baris mana yang diekspansi , tidak menjadi
persoalan karena hasilnya akan sama saja.

SIFAT-SIFAT DETERMINAN

Diberikan beberapa sifat penting dalam determinan


1. Apabila semua unsur dalam satu baris atau satu kolom = 0, maka
harga determinan = 0.
0 0
Contoh : A= =0.5-0.4=0-0=0
4 5

2. Harga determinan tidak berubah apabila semua baris diubah menjadi


kolom atau semua kolom diubah menjadi baris. Dengan kata lain |A|=|
A|T .
2 1
Contoh : A = 5 7
maka |A|=2.7-1.5=9

2 5
AT= 1 7
maka |A|=2.7-5.1=9

3. Pertukaran tempat antara baris dengan baris atau kolom dengan kolom
pada suatu determinan akan mengubah tanda determinan.
1 2
Contoh : A= 3 4
maka |A|=1.4-2.3=-2

Jika baris 1 ditukar dengan baris 2 menjadi


3 4
A= 1 2 maka |A|=3.2-4.1=2

Jika kolom 1 ditukar dengan kolom 2 menjadi


2 1
A= 4 3 maka |A|=2.3-4.1=2

4. Apabila suatu determinan terdapat 2 baris atau 2 kolom yang identik,


maha harga determinan itu = 0.
1 2 0
Contoh : B= 1 2 0 maka |A|= 0
3 -1 1

17
5. Apabila semua unsur pada sembarang baris atau kolom dikalikan
dengan sebuah faktor (yang bukan 0), maka harga determinannya
dikalikan dengan faktor tersebut.
1 2
Contoh : A= maka |A|=1.4-2.3=-2
3 4

Misalkan baris 1 dikalikan dengan 2 maka


1*2 2*2 2 4
A1= = = 2.4-4.3=-4
3 4 3 4
Terlihat bahwa | A1|=2|A|

Misalkan kolom 1 dikalikan dengan 3 maka


1 *3 2 3 2
A2= = = 3.4-2.9=-6
3*3 4 9 4
Terlihat bahwa | A2|=3|A|

6. Tanpa mengubah harga determinan, semua unsur sembarang pada


baris atau kolom dapat dikalikan dengan sebuah faktor (bukan 0) dan
menambahkannya pada atau mengurangi dari sembarang baris atau
kolom yang lain.
1 2
Contoh : A= maka |A|=1.4-2.3=-2
3 4
1 2 H12(3) 10 14
A= A1= maka |A1|=-2
3 4 H1+3.H2 3 4

Terlihat bahwa |A1|=|A|

7. Bila A dan B bujursangkar maka |A.B|=|A|.|B|. Buktikan!

8. Jika suatu matriks merupakan matriks segitiga atas atau segitiga


bawah, maka hasil determinanya merupakan hasil kali dari elemen-
elemen yang terletak pada diagonal utamanya.

2 1 3
Contoh : A= 0 4 1 maka |A|=2.4.1=8
0 0 1

2 0 0
B= 1 3 0 maka |B|=2.3.2=12
4 1 2

18
SOAL LATIHAN

1. Carilah banyaknya inversi pada permutasi-permutasi


a. (4,1,2,3), (4,3,2,1), (1,3,2,4)
b. (5,3,2,1,4), (1,3,5,4,2), (2,3,5,4,1)

2. Hitunglah determinan matriks


2 3 -2 -1 - 2 3
a. b. c.
1 4 3 1 2 2 2

3. Carilah determinan dari matriks-matriks berikut


t-2 2 t-5 7
a. b.
-4 t-1 -1 t+3

4. Carilah determinan dari matriks-matriks berikut dengan


menggunakan metode sarrus.

2 1 1 3 -2 -4 2 -4 1
a. 0 5 -2 b. 2 5 -1 c. 1 -2 3
1 -3 4 0 6 1 5 1 -1

5. Carilah determinan dari matriks-matriks berikut dengan metode


ekspansi.
5 4 2 1 2 1 3 2
2 3 1 -2 3 0 1 -2
a. b.
-5 -7 -3 9 1 -1 4 3
1 -2 -1 4 2 2 -1 1

19
BAB 3 : INVERS MATRIKS

PEMBAGIAN MATRIKS DAN INVERS MATRIKS

Pada aljabar biasa, bila terdapat hubungan antara 2 besaran a


dengan x sedemikian sehingga ax=1, maka dikatakan x adalah kebalikan
dari a dan nilainya x=1/2a=a-1 .
Dalam aljabar matriks, matriks satuan (identity) I beroperasi
sebagai besaran 1 dalam aljabar biasa. Bila [A] dan [I] keduanya matriks
bujursangkar dan ordenya sama maka [I][A]=[A][I]=[A].
Apabila sekarang terdapat suatu matriks bujursangkar [X] yang
berorde sama sehingga [A][X]=[I] maka dikatakan bahwa [X] kebalikan
atau invers matriks dari [A] dan dituliskan [X]=[A]-1.

Contoh :
2 1
Carilah invers matriks dari A=
4 x1 x2
Menurut definisi invers [A][X]=[I]. Misalkan matriks X=
3 x3 x4
2 1 x1 x2 1 0
Maka [A][X]=[I] menjadi =
4 0 1
x3 x4

2\x
3 1+ x3 2 x 2 + x4 1 0
=
0 1
4x1 + x3 4 x2 +3 x4
3/2 -1/2
Didapat X= = A-1
-2 1

Ternyata bahwa matriks-matriks yang mempunyai invers adalah matriks-


matriks yang Non Singular yaitu matriks yang determinanya  0. invers
bila ada hanya satu (tunggal).
Berlaku sifat :
1. (A-1)-1 =A
2. (AB)-1=B-1 A-1

MATRIKS ADJOIN

Pandang matriks C=cij berikut


c11 c12 …….. .cn1

C= c21 c22 ……... cn2

cn1 cn2 ……… cnn


Adalah matriks kofaktor dari suatu matriks (misalkan matriks A), maka
transpose dari matriks kofaktor disebut MATRIKS ADJOIN Anxn.

Dalam mencari matriks adjoin, maka kita harus melakukan


ekspansi baris dan kolom untuk semua elemen. Tidak seperti dalam
mencari determinan dimana hanya satu baris atau kolom saja yang

20
diekspansi. Misal ada matriks bujursangkar berorde 3, maka akan ada 9
elemen yang harus dicari kofaktornya.

Contoh :
2 3 -4
Akan dicari matriks adjoin dari A= 0 -4 2
1 -1 5
c11 c12 c13

Maka kofaktornya CA = c21 c22 c23

c31 c32 c32


-4 2 3 -4 3 -4
C11= + = C21= - = C31= + =
-1 5 -1 5 -4 2

0 2 2 -4 2 -4
C12= - = C22= + = C32= - =
-1 5 -1 5 0 2

0 -4 2 3 2 3
C13= + = C23= - = C33= + =
1 -1 1 -1 0 -4

Maka CA = dan Adj A= CAT =

MENCARI INVERS MATRIKS

Mencari invers matriks dapat dilakukan antara lain dengan :


a. Adjoin matriks, yaitu menggunakan rumus

Adj A
-1
A = , dengan syarat det (A)  0
Det (A)

b. Transformasi elementer, invers matriks A dapat dicari dengan

[A|I]~[I|X]

Setelah melalui transformasi elementer.


-1
[A] = [X]

Catatan :
1. Yang dapat dicari matriksnya adalah matriks-matriks bujursangkar.
2. Merupakan matriks non singular (|A|  0).
3. Untuk pencarian invers dengan adjoin maka bila matriksnya
berorde 2x2 bisa langsung dicari inversnya dengan menggunakan
rumus 1 d -b
A-1 =
a.d-b.c
-c a

21
INVERS MATRIKS DENGAN ADJOIN

Contoh : 1 3 2
1 4 6
Hitung A-1 jika diketahui A=
2 5 7
Terlebih dahulu kita cari kofaktor-kofaktor matriks A diatas.
4 6 3 2 2
C11= + = -2 C21= - =-11 C31= + =16
5 7 5 7 6

1 6 1 2 1 2
C12= - =+5 C22= + =+3 C32= - =-4
2 7 2 7 1 6

1 4 1 3 1 3
C13= + = -3 C23= - = 1 C33= + =1
2 5 2 5 1 4

Maka CA = dan Adj A= CAT =

|A|=
Adj A
A-1 =
|A|

INVERS MATRIKS DENGAN TRANSFORMASI ELEMENTER

Contoh : 1 3 2
1 4 6
Hitung A-1 jika diketahui A= dengan transformasi elementer!
2 5 7
Terlebih dahulu dibentuk matriks [ A | I ] ~ [ I | X ]

1 3 2 1 0 0 1 0 0 x11 x12 x13


[A|I]~[I|X]= 1 4 6 0 1 0 ~ 0 1 0
x21 x22 x23
2 5 7 0 0 1 0 0 1
x31 x32 x32
Mengubah elemen a11=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tiidak perlu
dikalikan lagi) dan megubah a21 dan a31 menjadi 0. baris 1 menjadi basis
baris 1 dan 2 dikenai transformasi elementer.

1 3 2 1 0 0 basis
1 4 6 0 1 0 b( )+b2 b( )+b3 32

2 5 7 0 0 1 1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
3(-1)+4=1 3(-2)+5=-1
2(-1)+6=4 2(-2)+7=3
1(-1)+0=-1 1(-2)+0=-2
0(-1)+1=1 0(-2)+0=0
0(-1)+0=0 0(-2)+1=1

22
Menjadi
1 3 2 1 0 0
0 1 4 -1 1 0
0 -1 3 -2 0 1

Mengubah a22=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tidak perlu dikalikan


lagi) dan mengubah a32 menjadi 0. Baris 2 menjadi basis, baris 1 dan 3
dikenai transformasi elementer.
1 3 2 1 0 0
0 1 4 -1 1 0 basis
0 -1 3 -2 0 1 b( )+b3 b( )+b1
1(1)+(-1)=0 1(-3)+3=0
4(1)+3=7 4(-3)+2=-10
-1(1)+(-2)=-3 -1(-3)+1=4
1(1)+0=1 1(-3)+0=-3
0(1)+1=1 0(-3)+0=0
Menjadi
1 0 -10 4 -3 0
0 1 4 -1 1 0
0 0 7 -3 1 1

Mengubah a33=7 menjadi 1 (dikalikan 1/7) dan mengubah a 13 dan a23


menjadi 0. Baris 3 menjadi basis, baris 1 dan 2 dikenai transformasi
elementer.
1 0 6 0 1 0
0 1 4 -1 1 0
0 0 7 -3 1 1 Basis (kali 1/7) menjadi
1 0 -10 4 -3 0
0 1 4 -1 1 0
0 0 1 -3/7 1/7 1/7 Basis b( )+b2 b( )+b1
1(-4)+4=0 1(10)+(-10)=0
-3/7(-4)+(-1)=5/7 -3/7(10)+4=-2/7
1/7(-4)+1=3/7 1/7(10)+(-3)=3/7
1/7(-4)+0=-4/7 1/7(10)+0=-4/7
Menjadi
1 0 0 -2/7 3/7 -4/7 -2/7 3/7 -4/7
0 1 0
~ [ I | X ] maka A-1=x=
-5/7 1 0 -5/7 1 0
0 0 1 -3/7 1/7 1/7 -3/7 1/7 1/7

SOAL LATIHAN
1 1 3 6
1. Carilah matriks adjoin dari A= dan B=
2 1 2 4

2. Carilah x dan y dari susunan persamaan linier berikut dengan


menggunakan invers dari matriks koefisien x+y=1 dan 2x+y=1.

23
1 2 3
3. Diketahui matriks A=2 3 4 Carilah Adj A dan A-1
1 5 7

2 3 1
4. Carilah invers dari A=
3 0 2
1 -3 1
a b
5. Diketahui matriks A= Carilah Adj A dan selidikilah
bahwa Adj(Adj A)=a c d

6. Carilah invers dari matriks A berikut dengan transformasi elementer


atau Adjoin. 2 4 3 2
3 6 5 2
A=
2 5 2 -3
4 5 14 14

7. Carilah harga x, y, z, dan w yang memenuhi susunan persamaan


linier berikut.
2x+4y+3z+2w=1
3x+6y+5z+2w=1
2x+5y+2z-3w=0
4x+5y+14z+14w=0

8. Carilah invers dari matriks-matriks berikut (bila ada).


a. 5 6 b. 2 1 c. 4 3 d. 2 2 e. 3 6
4 5 3 0 4 3 1 4
2 22

9. Carilah adjoin dari A dan invers dari A bila


1 1 0 1 2 2 4 0 5
a. A= 1 1 1
b. A= 3 1 0
c. A= 0 1 -6
0 2 1 1 1 1 6 0 8

10. Dengan menggunakan matriks-matriks invers pada soal no.9


diatas, carilah x, y, dan z dari susunan persamaan berikut.
a. x+y =3 b. x+2y+2z=0 c. 4x+5z=9
x+y+z=0 3x+y =0 y-6z=-14
2y+z =2 x+y+z =1 6x+8z=14

3 2 5 6
11. Carilah invers matriks A dan B berikut jika A= dan B=
4 3 4 5

12. Carilah invers matriks berikut dengan menggunakan transformasi


elementer.
2 1 3 5 0 1
a. 0 2 1 b.
2 3 3
1 1 3 6 3 3

24
BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER

4.1 PERSAMAAN LINIER

Matematika analitik membicarakan ilmu ukur secara aljabar.


Misalnya
x2 Garis lurus pada bidang x1 dan x2 dapat di-
nyatakan sebagai persamaan a1x1+a2x2+b=0

x1
Persamaan diatas disebut persamaan linier karena pangkat-pangkat
dari x1 dan x2 paling besar adalah 1, sedangkan persamaan x 12+x2-3=0
bukan persamaan linier.

Dalam ruang dimensi 3, persamaan linier dalam x1, x2, dan x3


berbentuk a1x1+a2x2+a3x3+b=0. Oleh karena itu persamaan linier dalam
ruang dimensi n dapat dinyatakan dalam bentuk a1x1+ a2x2………….
+anxn+b=bn.

Pandang contoh sederhana :


1. Persamaan x1+x2=1
x2
(0,1) x1+x2=1

(1,0) x2

Titik x1=1 dan x2=0 adalah penyelesaian persamaan garis di atas


karena nilai x1 dan x2 jika kita subtitusikan ke dalam persamaan
x1+x2=1 akan diperoleh 1+0=1. Demikian juga jika nilai x1 dan x2 kita
ubah menjadi x1=0 dan x2=1 juga merupakan penyelesaian dari
persamaan diatas.

2. Diketahui garis

(0,1)
-x1+x2=1
x1+x2=1

(-1,0) (1,0)

Maka penyelesaian persamaan dari persamaan garis diatas menjadi


x1+x2=1 Subtitusi x2=1 ke salah satu persamaan, misal x1+x2=1
-x1+x2=1 + Menjadi x1+1=1, maka x1=0
0+2x2=2
x2=1
Perhatikan bahwa x1=0 dan x2=1 adalah satu-satunya penyelesaian.

25
3. Misalnya diketahui persamaan 2x+3y+z=5 maka solusi
persamaannya bisa x=0, y=1, dan z=2 karena nilai-nilai tersebut jika
disubtitusikan ke persamaan 2x+3y+z=5 menjadi 2.0+3.1+2=5.
Tetapi nilai-nilai tersebut bukan satu-satunya solusi. Misalnya saja kita
ambil x=0, y=0, dan z=5 sehingga 2.0+3.0+5=5 juga merupakan
solusi dari persamaan 2x+3y+z=5 dan masih ada solusi yang lain. Ini
berarti sistem persamaan tersebut mempunyai tidak terhingga banyak
penyelesaian.

4. Jika terdapat 2 persamaan yaitu x1+x2=1 dan x1+x2=2, maka untuk


mencari nilai x1 dan x2
x1+x2=1
x1+x2=2 –
0+0 = -1 tidak mungkin
berarti tidak ada x1 dan x2 yang memenuhi penyelesaian sistem
persamaan linier tersebut.

Dari contoh-contoh diatas dapat kita lihat bahwa sistem persamaan linier
dalam dimensi 2 mempunyai beberapa alternatif penyelesaian, yaitu:
1. Mempunyai penyelesaian tunggal.
2. Mempunyai banyak penyelesaian.
3. Tidak mempunyai penyelesaian.

4.2 PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER

Bentuk umum persamaan linier


a11x1+ a12x2………….+a1nxn=b1
a21x1+ a22x2………….+a2nxn=b2
a21x1+ a32x2………….+a3nxn=b3
………………………………………………
am1x1+ am2x2………….+amnxn=bm
aij dan bi masing-masing merupakan koefisien-koefisien dan konstanta
persamaan linier tersebut. Persamaan-persamaan linier di atas dapat
diungkapkan dalam bentuk matriks AUGMENTED yaitu matriks yang terdiri
dari koefisien-koefisien x.

a11 a12 ……….a1n x1 b1

a21 a22 ……….a2n x2 b2


=
………………….. … …
x b
[A] [x]
n
[b]
m

a
[A] adalah
m1
a ….…..a
m2matriksmn berorde (m,n), [x] adalah matriks berorde (n,1), dan

[b] adalah matriks berorde (m,1). Bentuk matriks lengkapnya :


a11 a12 ……….a1n b1

a21 a22 ……….a2n b2

………………….. …..
am1 am2 ….…..amn bm
Ada 2 yang dapat dijumpai pada persamaan di atas

26
1. mn (banyaknya variabel dan banyaknya persamaan tidak sama).
2. m=n (banyaknya variabel dan banyaknya persamaan sama).
Pada pembahasan kali ini akan dibicarakan hal yang kedua saja yaitu jika
m=n yaitu persamaan yang berbentuk matriks bujursangkar.

Penyelesaian persamaan linier tidak lain adalah mencari harga variabel-


variabelnya. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan SPL antara lain :
1. Aturan Cramer
2. Metode Invers Matriks
3. Eliminasi Gauss
4. Metode Eliminasi Gauss Jordan
5. Metode Faktorisasi LU

4.2.1 ATURAN CRAMER

Apabila [A][X]=[B] maka nilai x dapat dicari dengan


|Ak|
xk =
|A|

Dimana
 |Ak| adalah harga determinan unsur-unsur matriks bujursangkar
[A] dengan kolom ke k diganti unsur-unsurnya oleh unsur-unsur [B] .
 |A| adalah harga determinan matriks-matriks bujursangkar [A].

Misal diketahui persamaan


a11x1+ a12x2+a13x3=b1
a21x1+ a22x2+a23x3=b2
a21x1+ a32x2+a33x3=b3
Untuk mencari nilai x1, x2, x3 maka terlebih dahulu dicari |A| dan |Ak|.
a11 a12 a13 a11 a12

|A|= a21 a22 a23 = a11a22 a33 +a12a23 a31+a13a21a32-a13a22a31


a31 a32 a33 a21 a22 -a11a23 a32 -a12a21 a33

|Ak| yaitu mencari determinan kolom ke k=(1,2,3)


a31 a32
b1 a12 a13 a11 b1 a13 a11 a12 b1

|A1|= b2 a22 a23 |A2|= a21 b2 a23 |A3|= a21 a22 b2

b3 a32 a33 a31 b3 a33 a31 a32 b3


Sehingga
|A1| |A2| |A3|
x1= x2= x3=
|A| |A| |A|

Contoh :
1. Diketahui persamaan 3x+2y=5 dan x+y=2. Carilah nilai x dan y.
Penyelesaian

27
Persamaan diatas jika diubah dalam bentuk matriks menjadi
3 2 x 5
=
1 1 y 2

Mencari determinan matriks A


3 2
|A|= = 3.1-2.1=1
1 1

Mencari determinan matriks Ak


|A1|= 5 2 = 5.1-2.2=1

2 1
3 5
|A2|= = 3.2-5.1=1
1 2

Mencari nilai x dan y


|A1| 1 |A2| 1
x1= = =1 x2= = =1
|A| 1 |A| 1

2. Tentukan nilai x, y, dan z jika diketahui persamaan sebagai berikut.


2x+y+z=4
x-2y-z=-4
x+y+2z=4

Sebelum dilanjutkan pembahasan penyelesaian persamaan linier terlebih


dahulu akan dibicarakan sekilas tentang OPERASI BARIS ELEMENTER.
Meskipun dalam pembahasan lalu telah disinggung sedikit penggunaannya
untuk menghitung invers matriks dengan transformasi elementer.

OPERASI BARIS ELEMENTER

Terdapat tiga buah operasi yang dapat dilakukan terhadap suatu sistem
persamaan linier tanpa mengubah penyelesaian yang sebenarnya yaitu :
1. Menukar urutan persamaan.
2. Perkalian suatu persamaan dengan bilangan tidak nol
3. Mengganti suatu persamaan dengan menjumlahkan persamaan
tersebut dengan kelipatan persamaan lainnya.
Ketiga operasi tersebut dapat dikenakan pada matriks-matriks lengkap
dan disebut dengan OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE).

Operasi Baris Elementer pada suatu matriks


OPERASI NOTASI
1. Menukarkan baris ke-i dengan baris ke-j. Ri  Rj
2. Mengalikan suatu baris dengan konstanta c cRj
(0) Ri + cRj
3. Penggantian baris ke-I tersebut dengan
kelipatan baris yang lain.

Dengan menggunakan OBE, matriks lengkap diubah menjadi suatu


matriks dari suatu sistem persamaan linier yang mudah dicari

28
penyelesaiannya. Matriks yang memenuhi sifat demikian dinamakan
MATRIKS ESELON.
Suatu matriks disebut matriks eselon jika memenuhi 2 sifat berikut :
1. Jika terdapat baris yang seluruh elemennya nol, maka baris
tersebut harus diletakkan di bawah baris yang memuat elemen
tidak nol.
2. Pada baris yang memuat elemen tak nol, elemen tak nol pertama
harus terletak pada sebelah kanan elemen tak nol pertama baris
sebelumnya (Elemen tak nol pertama ini disebut dengan ELEMEN
UTAMA).

4.2.2 METODE ELIMINASI GAUSS

Apabila [A][X]=[B] maka dengan menyusun matriks baru yaitu matriks


[A.B] akan didapat matriks berorde (n, n+1) dimana matriks baru
tersebut dikenai transformasi elementer berdasarkan baris secara berkali-
kali sehingga diperoleh matriks [A] menjadi matriks segitiga atas yang
diagonal utama elemennya bernilai 1.

Metode penyelesain SPL dengan menggunakan metode Eliminasi Gauss.


1. Membentuk matriks lengkap SPL.
2. Mengubah matriks lengkap menjadi matriks eselon denagn
sejumlah OBE.
3. Mendapat jawaban SPL.

Misalnya diketahui sebuah persamaan


a11x1+ a12x2+a13x3=b1
a21x1+ a22x2+a23x3=b2
a21x1+ a32x2+a33x3=b3

Matriks awal
a11 a12 a13 x1 b1
=
a21 a22 a23 x2 b2

a31 a32 a33 x3 b3

Matriks lengkap SPL


a11 a12 a13 b1

a21 a22 a23 b2

a31 a32 a33 b3

Matriks lengkap tsb dikenai OBE sehingga membentuk matriks eselon.


1 a12 a13 b1’ Nilai 1 pada diagonal utama adalah variabel x-nya
sehingga diperoleh x3= b3’
0 1 a23 b2’
x2+ a23x3 =b2’  x2=b2’- a23x3
0 0 1 b3’ x1+ a12x2+ a13x3 =b1’x1= b1’-a12x2- a13x3

Contoh :
Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut :

29
x1+x2+x3=6
x1+2x2-x3=2
2x1+x2+2x3=10
Akan dicari solusi untuk x1, x2, dan x3
Penyelesaian

1. Matriks lengkap SPL nya


1 1 1 6

1 2 -1 2

2 0 2 10
2. Mengubah matriks lengkap menjadi matriks eselon dengan OBE
 Mengubah elemen a11=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tiidak
perlu dikalikan lagi) dan megubah a21 dan a31 menjadi 0. baris 1
menjadi basis baris 1 dan 2 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6 basis
b( )+b2 b( )+b3
1 2 -1 2
1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
2 1 2 10 1(-1)+2=1 1(-2)+1=-1
1(-1)+(-1)=-2 1(-2)+2=0
6(-1)+2=-4 6(-2)+10=-2

Menjadi
1 1 1 6

0 1 -2 -4

0 -1 0 -2
 Mengubah a22=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tidak perlu
dikalikan lagi) dan mengubah a32=-1 menjadi 0. Baris 2 menjadi
basis, baris 3 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6

0 1 -2 -4
basis
b( )+b3
0 -1 0 -2 1(1)+(-1)=0
-2(1)+0=-2
-4(1)+(-2)=-6
Menjadi
1 1 1 6

0 1 -2 -4

0 0 -2 -6
 Mengubah a33=2 menjadi 1 (dikalikan -1/2) maka a13=-6 juga
dikalikan -½
Menjadi
1 1 1 6

0 1 -2 -4

0 0 1 3

 Mendapat jawaban SPL


Maka x3=3
x2=b2’- a23x3  x2 = -4 – 2.(3)=2

30
x1= b1’-a12x2- a13x3  x1= 6 - 1.2 -1.(3) = 1

4.2.3 METODE ELIMINASI GAUSS-JORDAN

Metode ini merupakan perluasan dari metode Gauss, hanya saja matriks
baru dikenai OBE berkali-kali sehingga matriks A menjadi matriks satuan
I. Bentuk umumnya :
a11 a12 a13 b1 1 0 0 b1”
x3= b3”
a21 a22 a23 b2 Menjadi 0 1 0 b2” x2= b2”
a31 a32 a33 b3 0 0 1 b3” x1= b1”

Contoh :
Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut :
x1+x2+x3=6
x1+2x2-x3=2
2x1+x2+2x3=10
Akan dicari solusi untuk x1, x2, dan x3
Penyelesaian

1. Matriks lengkap SPL nya


1 1 1 6

1 2 -1 2

2 0 2 10
2. Mengubah matriks lengkap menjadi matriks eselon dengan OBE
 Mengubah elemen a11=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tiidak
perlu dikalikan lagi) dan megubah a21 dan a31 menjadi 0. baris 1
menjadi basis baris 1 dan 2 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6 basis
b( )+b2 b( )+b3
1 2 -1 2
1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
2 1 2 10 1(-1)+2=1 1(-2)+1=-1
1(-1)+(-1)=-2 1(-2)+2=0
6(-1)+2=-4 6(-2)+10=-2

Menjadi
1 1 1 6

0 1 -2 -4

0 -1 0 -2
 Mengubah a12=1 dan a32=-1 menjadi 0, baris 2 menjadi basis.
b( )+b1 b( )+b3
1 1 1 6 1(-1)+1=0 1(1)+(-1)=0
0 1 -2 -4 basis -2(-1)+1=3 -2(1)+0=-2
-4(-1)+6=10 -4(1)+(-2)=-6
0 -1 0 -2

Menjadi
1 0 3 10

0 1 -2 -4

0 0 -2 -6

31
 Mengubah a33=-2 menjadi 1 (dikalikan -1/2) maka a13=-6 juga
dikalikan -½

Menjadi
1 0 3 10

0 1 -2 -4

0 0 1 3

 Mengubah a13=3 dan a23=-2 menjadi 0, baris 3 menjadi basis.


1 0 3 10 b( )+b1 b( )+b2
1(-3)+3=0 1(2)+(-2)=0
0 1 -2 -4 3(-3)+10=1 3(2)+(-4)=2
0 0 1 3 basis

Menjadi
1 0 0 1

0 1 0 2

0 0 1 3
 Mendapat jawaban SPL
Maka x3=3
x2= 2
x1= 1

4.2.4 METODE FAKTORISASI LU

Dengan metode eliminasi Gauss dan Gauss-Jordan, suatu SPL dapat


dipecahkan dengan mengoperasikan matriks yang diperbesar secara
sistematis. Pendekatan yang dipakai pada metode LU didasarkan atas
pemfaktoran matriks koefisien ke dalam hasil kali matriks segitiga bawah
dan matriks segitiga atas. Metode ini sangat bermanfaat untuk komputer
digital dan merupakan basis untuk banyak pemrograman komputer
praktis.

SPL dapat dipecahkan sebagai berikut :


1. Tulis kembali sistem [A][x]=[b] sebagai Lux=b dimana L adalah
matriks segitiga bawah dan U adalah matriks segitiga atas.
2. Definisikan matriks baru y yang berukuran nx1 dengan Ux=y.
3. Gunakan Ux=y untuk menulis kembali Lux=b dan pecahkan ini
untuk mencari y.
4. Subtitusikan y dan pecahkan untuk mencari nilai x.
[A][x]=[b]  Ly=b, Ux=y

Langkah-langkah pemfaktoran A=LU

32
1. Reduksi A dengan transformasi elemnter ke dalam bentuk U
matriks segitiga atas dan mencari jejak pengali untuk nilai 1 pada
diagonal utama dan 0 di bawah diagonal utama 1.
2. Kedudukan sepanjang diagonal utm matriks L, tempatkan bilangan
pengali yang saling berkebalikan dari hasil pembentukan matriks U.
3. Kedudukan di bawah diagonal utama matriks L, tempatkan bilangn
negatif pengali yang digunakan untuk menge-nol-kan matriks U.
4. Bentuk dekomposisi A=LU

Contoh :

Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut :


2x1+6x2+2x3=2
-3x1-8x2 =2
4x1+9x2+2x3=3
Carilah solusi untuk x1, x2, dan x3 dengan menggunakan faktorisasi LU

Penyelesaian

1. Matriks SPL nya


2 6 2
-3 -8 0
4 9 2

2. Menyusun matriks U yaitu matriks segitiga atas


 Mengubah a11=2 menjadi 1 (dikali ½). Semua baris 1 dikali ½
2 6 2  (dikali ½) menjadi 1 3 1
-3 -8 0 -3 -8 0
4 9 2 4 9 2

 Mengubah a21=-3 dan a41=4 menjadi 0. Baris 1 menjadi basis. Baris


2 dan 3 dikenai OBE.
1 3 1  Basis
-3 -8 0  b( )+b2 b( )+b2
4 9 2
1(3)+(-3)=0 1(-4)+4=0
3(3)+(-8)=1 3(-4)+9=-3
1(3)+0=3 1(-4)+2=-2

 Menjadi
1 3 1
0 1 3
0 -3 -2

 Mengubah a22=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tidak perlu


dikalikan lagi) dan mengubah a32=-3 menjadi 0. Baris 2 jadi basis
dan baris 3 dikenai OBE
1 3 1 1 3 1
0 1 3  Basis
b( )+b3 Menjadi 0 1 3
0 -3 -2 1(3)+(-3)=0 0 0 7
3(3)+(-2)=7
 Mengubah a33=7 menjadi 1 (dikali 1/7). Menjadi
1 3 1
0 1 3
0 0 1
33
3. Menyusun matriks L yaitu matriks segitiga bawah
 Mencari jejak pengali untuk nilai 1 pada diagonal utama yaitu
Pengali untuk a11 adalah ½
Pengali untuk a22 adalah 1
Pengali untuk a33 adalah 1/7
 Mencari jejak pengali untuk nilai 0 di bawah diagonal utama 1.
Pengali untuk a21 adalah 3
Pengali untuk a31 adalah -4
Pengali untuk a32 adalah 3
 Tempatkan jejak pengali untuk nilai 1 pada diagonal utama yaitu
½, 1, dan 1/7 sepanjang diagonal utama matriks segitiga bawah L
tetapi nilainya berkebalikan.
2 0 0
0 1 0
0 0 7

 Tempatkan jejak pengali untuk nilai 0 yaitu 3, -4, dan 3 dibawah


diagonal utama matriks segitiga bawah L dan kalikan dengan (-1).
2 0 0
-3 1 0
4 -3 7

4. Mencari nilai x dan y, terlebih dahulu mencari nilai y karena [U]


[x]=[y] sedangkan [L][y]=[b]
 Mencari nilai y  [L][y]=[b]
2 0 0 y1 2
2y1=2  y1=1
-3 1 0 y2 = 2 -3y1+1y2=2  -3.1+y2=2
4 -3 7 3 y2=5
y3
4y1+(-3)y2+7y3=3
4.1+(-3).5+7.y3=3  7y3=14
y3=2
 Mencari nilai x  [U][x]=[y]

1 3 1 x1 1 x3=2
0 1 3 x2 = 5 x2+3x3=5  x2+3.2=5
0 0 1 2 x2=-1
x3 1x1+3x2+1x3=1
x1+3.(-1)+2=1  x1=2

4.3 PENYELESAIAN PERSAMAAN LINIER SIMULTAN

Untuk menyelesaikan sistem persamaan linier [A][x]=[b] dengan


koefisien matriks A yang sama tetapi matriks kolom b berbeda.
Misalnya suatu SPL mempunyai persamaan sebagai berikut :
[A][x]=[p], [A][x]=[q] dan [A][x]=[r] maka untuk lebih efisien
penyelesaiannya dengan satu matriks A augmented dan 3 vektor kolom b

34
atau diselesaikan secara simultan dengan menggunakan eliminasi Gauss-
Jordan.
[A p q r] menjadi [I p’ q’ r’] maka [x]=[p’], [y]=[q’], dan [z]=[r’]

Contoh :Diketahui persamaan

2x1-4x2 =10 2y1-4y2 =10


x1-3x2 + x4=-4 Dan y1-3y2 + y4=-4
x1 -x3+2x4= 4 y1 -y3+2y4= 4
3x1-4x2+3x3- x4=-11 3y1-4y2+3y3- y4=-11

4.4 PERSAMAAN LINIER HOMOGEN

Suatu persamaan linier dikatakan homogen jika koefisien matriks b


adalah 0 yaitu jika mempunyai bentuk umum :
a11x1+ a12x2………….+a1nxn=0
a21x1+ a22x2………….+a2nxn=0
a21x1+ a32x2………….+a3nxn=0
………………………………………………
am1x1+ am2x2………….+amnxn=0

mempelajari sistem yang homogen mempunyai banyak keuntungan


dalam mempelajari sistem yang aslinya. Istem non homogen
dimungkinkan tidak konsisten, namun sistem yang homogen selalu
konsisten karena selalu mempunyai penyelesaian minimal satu yaitu
vektor nol, yang bisa disebut dengan penyelesaian TRIVIAL (TRIVIAL
SOLUTION), yaitu penyelesaian berbentuk x1=0, x2=0,…….., xn=0.
sedangkan jika ada penyelesaian lain dinamakan dengan penyelesaian
NON TRIVIAL. Jadi sistem persamaan linier homogen mempunyai dua
kemungkinan yaitu :
1. Mempunyai penyelesaian TRIVIAL
2. Mempunyai penyelesaian BANYAK

Contoh :

4.5 SOAL LATIHAN

35
36
BAB 5 : VEKTOR

DEFINISI DAN NOTASI

Vektor adalah suatu kuantita yang mempunyai besar dan arah


Contoh : kecepatan, percepatan, dsb
Skalar adalah suatu kuantita yang hanya mempunyai besar
Contoh : massa, panjang
Cara penyajian
g =garis kerja
AB atau a A = titik pangkal vektor AB
. > g B = titik ujung vektor AB
A B
AB = notasi untuk vektor yang
 Bertitik pangkal di A
 Bertitik ujung di B
 Arah vektor menuju B
 Besar vektor ditunjukkan oleh panjang garis AB

|AB| = AB = panjang vektor AB = Magnitude AB

MACAM-MACAM VEKTOR
1. vektor bebas :
vektor yang dapat diubah-ubah ke segala tempat (titik pangkal
dapat diubah)
2. vektor meluncur ;
vektor yang hanya dapat bergerak sepanjang garis kerjanya (garis
yang ditentukan)
. > . > g
a a
3. Vektor terikat :
Vektor yang tidak dapat berubah-ubah tempatnya
4. Vektor nol :
Vektor yang mempunyai besar/panjang vektor adalah nol

OPERASI PADA VEKTOR


1. a = b keduanya mempunyai panjang vektor dan arah yang sama,
dengan tidak memperhatikan kedudukan titik pangkal
a b

2. – a vektor-vektor yang mempunyai arah berlawanan dengan


vektor a tetapi mempunyai panjang yang sama dengan panjang
vektor a
| -a | = | a | = a

ā -ā

37
3. jumlah/ resultan dari vektor ā dan b
Didapat suatu vektor c yang dibentuk dengan menempatkan titik
pangkal vektor b pada titik ujung vektor a dan menghubungkan
titik pangkal vektor ā dengan titik ujung vektor b
Jumlah ditulis sebagai a  b atau c  a  b

ā b

ā ā
b c  a b b

c  a b c b a

b ā
4. Bila a = b , maka a – b = 0 (vektor nol)
JUMLAH VEKTOR
 Tunggal:
ā+ b = c jumlah 2 buah vektor pasti menghasilkan vektor c
(tunggal)
 Komutatif : ā + b = b + ā
 Asosiatif : (ā + b ) + c = ā + ( b + c )

(ā+ b )+ c = ā+( b + c )

c
ā
b

 Elemen identitas jumlah vektor : ā + 0 = 0 + ā = ā


 Elemen invers jumlah vektor : ā + (-ā) = (-ā)+ ā = 0

Selisih vektor tidak berlaku sifat-sifat


 Komutatif : ā - b ≠ b - ā
 Asosiatif : (ā - b ) - c ≠ ā - ( b - c )

PERKALIAN VEKTOR DAN SKALAR


 m ā vektor sejajar ā dan mempunyai panjang vektor m kali
panjang vektor ā
|m ā| = m | ā|

ā 2ā

 sifat-sifat
tunggal : m ā = c vektor sejajar ā dan |c| = |m ā| = m | ā|
komutatif : m ā = ā m
asosiatif : (mn) ā = m (n ā)
distributif penjumlahan
(m + n) ā = m ā + n ā
m (ā + b ) = m ā +m b

38
ā 3ā

2ā mc mb

c b

ā mā
2ā+3ā=5ā c= ā+ b m c =m ā + m b

FUNGSI LINIER VEKTOR DALAM RUANG 2 DAN 3

Vektor dalam ruang 2 dan 3 dimensi dilokasikan sehingga titik


awalnya berada di titik asal sistem koordinat siku-siku, maka koordinat
titik terminal tersebut dinamakan komponen-komponen vektor.

VEKTOR DI RUANG 2
jika V-vektor pada bidang, titik awal adalah titik asal koordinat
V=(v1,v2) W=(w1,w2)
v1,v2-komponen-komponen V

Sifat-sifat yang berlaku pada vektor di ruang 2 adalah:


Ekivalen bila: v1=w1 dan v2=w2
Penjumlahan: V+W = (v1+w1 , v2+w2)
Perkalian skalar: kV = (kv1, kv2)
Pengurangan: V-W = (v1-w1 , v2-w2)

VEKTOR DI RUANG 3

jika V, W-vektor di ruang dimensi 3


V=(v1,v2,v3) W=(w1,w2,w3)

Sifat-sifat yang berlaku pada vektor di ruang 3 adalah:


Ekivalen bila: v1=w1 , v2=w2 dan v3=w3
Penjumlahan: V+W = (v1+w1 , v2+w2 , v3+w3)
Perkalian skalar: kV = (kv1, kv2, kv3)
Pengurangan: V-W = (v1-w1 , v2-w2 , v3-w3)
NORMA VEKTOR; ILMU HITUNG VEKTOR

Panjang sebuah vektor v sering dinamakan norma v dan dinyatakan


dengan

39
2 2
v  v1  v2
2 2 2
v  v1  v2  v3
Jika P1 (x1, y1, z1) dan P2 (x2, y2, z3) adalah dua titik di ruang 3, maka
jarak d diantara kedua titik tersebut adalah norma vektor P 1 P2

P1 P2 = (x2-x1, y2-y1, z2-z1)


p1 p2  d  ( x2  x1 ) 2  ( y2  y1 ) 2  ( z2  z1 ) 2

contoh:

1. Berapakah P1 P2 apabila P1 (6,5,8) P2 (8,-7,-3) kemudian hitunglah


jarak diantara titik P1 dan P2?
P1 P2 = P2 - P1= (8-6, -7-5, -3-8) = (2,-12,-11)
d  (8  6) 2  (7  5) 2  (3  8) 2  269 = 16 13
2. norma vektor v = (-3,2,1) adalah
v  ( 3) 2  2 2  12  14

HASIL KALI TITIK; PROYEKSI

Jika u dan v adalah vektor-vektor di ruang 2 atau ruang 3 dan θ adalah


sudut diantara u dan v, maka hasil kali titik (dot product) atau hasil kali
dalam Euclidis (Euclidean inner product) u.v didefinisikan oleh
 u v cos  jika u  0, v  0
u.v  
 0 jika u  0, v  0
u.v = u1 v1 + u2 v2 + u3 v3 θ
θ v
u u v u
θ v

Sifat-sifat hasil kali titik:


Misalkan u dan v adalah vektor di ruang-2 atau di ruang-3
2
(a) v.v = v , i.e., v = (v.v)1/2
(b) Jika u ≠ 0 dan v ≠ 0, θ sudut antara kedua vektor tersebut, maka
θ lancip jika dan hanya jika u.v > 0
θ tumpul jika dan hanya jika u.v < 0
θ = π/2 jika dan hanya jika u.v = 0

40
Bukti :
(a) karena sudut θ diantara v dan v adalah 0, maka dapat diperoleh :
2 2
v.v = v v cos θ = v cos 0 = v
(b) karena u > 0 , v > 0 dan u.v = u v cos θ
berarti u.v < 0  cos θ < 0  θ tumpul
u.v > 0  cos θ > 0  θ lancip
u.v = 0  cos θ = 0  θ = π/2
Jika u  v maka u dan v dikatakan orthogonal
TEOREMA :
Jika u,v dan w adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k
adalah skalar, maka
(a) u.v = v.u
(b) u.(v+w) = u.v + u.w
(c) k (u.v) = (ku).v = u.(kv)
(d) v.v > 0 jika v ≠ 0 dan
v.v = 0 jika v = 0

PROYEKSI

PROYEKSI

w1 dinamakan proyeksi orthogonal u pada a (komponen vektor u


sepanjang a)  Proya u
w2 dinamakan komponen vektor u yang orthogonal terhadap a
w2 = u – w1 = u - Proya u

TEOREMA
Jika u dan a adalah vektor-vektor di ruang-2 atau di ruang-3, dan jika a≠
0, maka
u. a
(w1 = ) Proya u = 2
a (komponen vektor u sepanjang a)
a
u. a
(w2 = ) u- Proya u = u - 2
a (komponen vektor u yang orthogonal
a
dengan a )

Contoh:
1. Tentukan sudut θ diantara u dan v, u = (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2)
Jawab:
u.v = (2) (1) + (-1)(1) + (1) (2) = 3

41
u = (2) 2  ( 1) 2  (1) 2 = 6
v = (1)  (1)  (2)
2 2 2
= 6

u. v 3 1
cos    θ = 60o
u v 6 6 2
2. Carilah sudut diantara diagonal kubus dan salah satu sisinya
Jawab

z
z=(0,0,a)

u=(a,a,a)

Θ y

(0,a,0)
v=(a,0,0)
x

u = (a) 2  (a) 2  (a) 2 = a 3 v =a


u . v = a.a + a.0 + a.0 = a2

u. v a2 1
cos     θ = 54o ,44
u v a a 3 3

3. u = (2, -1, 3) a = (4, -1, 2) Carilah komponen vektor u sepanjang a


jawab:
u.a = (2)(4)+(-1)(-1)+(3)(2)=15
= 42 + (-1)2 + 22 = 21
2
a
u. a 15 20 5 10
Proya u = a 2 a = ( 4,1,2)  ( , , )
21 7 7 7

HASIL KALI SILANG (CROSS PRODUCT)

Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vektor di ruang 3, maka
hasil kali silang u x v adalah vektor yang didefinisikan oleh

i j k
u1 u2 u3 
v  u1 u2 u3 
 1 v2 v3 
 v1 v2 v3 

42
u u3 u1 u3 u1 u2 
u x v   2 , , 
 =
 v2 v3 v1 v3 v1 v2 
 u 2 u3 u u3 u1 u2 
i , j 1 , k 
 v 
 2 v3 v1 v3 v1 v2 

TEOREMA
Jika u dan v adalah vektor di ruang-3 maka
(a) u.(u x v) = 0 (u x v ortogonal ke u)
(b) v.(u x v) = 0 (u x v ortogonal ke v)
2 2 2
(c) uxv  u v  (u.v) 2 = (Identitas Lagrange)

TEOREMA (sifat-sifat hasil kali silang)


Jika u, v dan w adalah sebarang vektor di ruang-3, dan k adalah
sebarang skalar, maka :
(a) u x v = - (v x u)
(b) u x (v+w) = (u x v) + (u x w)
(c) (u + v) x w = (u x w) + (v x w)
(d) k (u x v) = (k u) x v = u x (kv)
(e) u x 0 = 0 x u = 0
(f) u x u = 0

VEKTOR SATUAN

Tinjaulah vektor-vektor
i= (1,0,0) j=(0,1,0) k=(0,0,1)
masing-masing vektor ini mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang
sumbu koordinat. Vektor tersebut dinamakan vektor satuan di ruang 3.
Setiap vektor v = (v1, v2, v3) di ruang 3 dapat diungkapkan dengan i, j, k
dituliskan
v = (v1, v2, v3) = v1(1,0,0) + v2(0,1,0) + v3(0,0,1) = v1i+v2j+v3k

ixi=jxj=kxk=0
i x j = k, j x k = i , k x i = j
j x i = -k, k x j = -i, i x k = -j

GARIS DAN BIDANG DI RUANG 3

PERSAMAAN BIDANG DI RUANG 3

43
P(x,y,z) n

P0(x0,y0,z0)
y

n= (a, b, c) sebagai normal


P0 P = (x-x0, y-y0, z-z0)
n . P0 P = 0
a(x-x0) + b(y-y0) + c(z-z0) = 0

ax + by + cz + d = 0

Contoh:

1. Carilah persamaan bidang yang melalui titik (3, -1 7) dan tegak lurus
ke vektor (4, 2, -5)
Jawab:
4(x-3) + 2(y+1) – 5(z-7) = 0
4x + 2y - 5z + 25= 0

2. Carilah persamaan bidang yang melalui titik P 1(1, 2, -1), P2(2, 3, 1)


dan P3(3, -1, 2)
Jawab:
P1 a + 2b – c + d = 0
P2 2a + 3b +c + d = 0
P3 3a + (-b) + 2c + d = 0

1 2  1 1 1 2  1 1  1 0 5  1
2 3 1 1  0  1 3  1   0 1  3 1  
 

3  1 2 1 0  7 5  2 0 0  16 5 
 9 
  1 0 0
16 
1 0 5 1  
1 
0 1  3 1   0 1 0 
 5  16 
0 0 1    5
 16  0 0 1  
 16 

9 1 5
a=- t b= - t c= t d=t
16 16 16
misal t=16 maka akan menghasilkan persamaan 9x + y – 5z – 16 = 0

44
ALTERNATIF PEMECAHAN

P1(1, 2, -1), P2(2, 3, 1) dan P3(3, -1, 2)


Vektor P1P2 = (2-1, 3-2, 1+1) = (1,1,2)
Vektor P1P3 = (3-1, -1-2, 2+1) = (2,-3,3)
Kedua vektor diatas merupakan vektor yang sejajar bidang
P1P2 x P1P3 = (9,1,-5) normal pada bidang
Persamaan bidang yang melalui titik normal P1
9(x-1) + (y-2) – 5(z+1)=0
9x + y -5z -16 = 0

PERSAMAAN GARIS DI RUANG 3

z P(x, y, z)

P0 (x0, y0, z0)

l v(a,b,c)

x
Misal l garis melalui P0 (x0, y0, z0) dan sejajar dengan v(a,b,c) maka
P0P = t . v t = skalar
(x-x0 , y-y0 , z-z0) = (ta, tb, tc)
x = x0 + ta
y = y0 + tb -∞ < t <+∞
z = z0 + tc
Persamaan-persamaan ini dinamakan persamaan parametrik untuk l
yang melalui P0 dengan arah v.

Contoh:

1. Carilah persamaan garis yang melalui titik (1,2,-3) dan sejajar dengan
vektor (4,5,-7)
Jawab:
P0=(1,2,-3) v=(4,5,-7)
Persamaan parametriknya x=1+4t
y=2+5t -∞ < t <+∞
z=-3-7t

45
2. Carilah persamaan parametrik untuk garis l yang melalui titik-titik
P1(2,4,-1) dan P2(5,0,7). Dimanakah garis tersebut memotong bidang
xy?
Jawab:
Vektor P1P2 = (5-2, 0-4, 7+1) = (3, -4 8) sejajar dengan l , P 1 terletak
pada l, maka garis l diberikan oleh persamaan
x=2+3t
y=4-4t -∞ < t <+∞
z=-1+8t

Garis tersebut memotong bidang xy di titik dimana z = 0 maka


z= -1 + 8t
0= -1 + 8t
1
t=
8
dengan mensubstitusikan nilai t dalam persamaan parametrik, maka
akan menghasilkan
 19 7 
(x, y, z) =  , ,0
 8 2 

3. Carilah persamaan parametrik untuk garis perpotongan bidang-bidang


3x+2y-4z-6=0 dan x-3y-2z-4=0
Jawab:
3x + 2y – 4z = 6
x - 3y – 2z = 4

 2 4   16 26 
 1  2 1 0 
3 2 4 6  3 3 11 11 
1  3  2 4    6
  0  11 
2
2  0 1
2
 
 3 3   11 11 
26 16 6 16
x  t y  t zt -∞ < t <+∞
11 11 11 11

4. Carilah dua bidang yang perpotongannya adalah garis


x = 3 + 2t
y = -4 +7t -∞ < t <+∞
z = 1 +3t
jawab:
Persamaan simetrik untuk garis ini adalah
x3 y4 z 1
 
2 7 3
maka garis ini adalah perpotongan bidang-bidang
x3 y4 y4 z 1
 dan 
2 7 7 3
7x – 2y -29 = 0 dan 3y – 7z +19 = 0
Pemecahan lain dapat diperoleh dengan memilih pasangan-pasangan
persamaan yang berbeda.

5.8 SOAL LATIHAN

46
1. Diketahui vektor-vektor a, b, c, d, e dan f sebagai berikut
a b c
f
d e
Tentukan
a. a+b-c
b. a+d+2f
c. b+e+f
d. a+ 1/2 f
2. Diketahui vektor-vektor p, q, r, s, t, dan u sebagai berikut
r t
p q u
s

Carilah
a. p+q+r+s e. 2u-3p+1/2t
b. p-q+s-r f. –p+3u-r
c. u-p+q-r g. 3(p+q-r)-s+u-t
d. s+t+p-r h. p+q+r+s+t+u
3. Carilah x, y, dan z untuk soal berikut.
a. [4, y]=x[2,3]
b. [x, x+y]=[y-2, 3]
c. x[1, 2]=-4[y, 3]
d. [3, -1, 3]=x[1, 1, 1]+y[1, -1, 0]+z[1, 0, 0]
e. [-1, 3, 3]=x[1, 0, 0]+y[0, 0, -1]+z[0, 1, 1]
4. Tentukan
a. a*b jika a=[2, -3, 6] dan b=[8, 2, -3]
b. Jarak A(2, 4, 0) dengan B(-1, -2, 1)
c. Jarak vektor a=[1, 7] dan b=[6, -5]
5. Tentukan
a. k supaya a=[1, k, -2, 5] mempunyai panajng 39
b. Besar sudut antara a=[1, 2, 3, 4] dan b=[0, 0, 1, 1]
6. Diketahui u=[1, -2, 5] dan v=[3, 1, 2]
a. u+v g. d(u,v)
b. -6u h. Proyeksi u sepanjang v
c. uv
d. 2u-5v
e. |u||v|
f. Sudut antara u dan v

47

Anda mungkin juga menyukai