Aljabar Linier Matriks
Aljabar Linier Matriks
Aljabar Linier Matriks
Diktat Kuliah
Oleh :
Sukma Puspitorini, ST
DAFTAR ISI
BAB 1 : MATRIKS
1.1 Pengertian
1.2 Operasi Pada Matriks
1.3 Transpose Matriks
1.4 Jenis-Jenis Matriks Khusus
1.5 Transformasi Elementer Pada Baris dan Kolom Suatu Matriks
1.6 Matriks Ekuivalen
1.7 Soal Latihan
BAB 2 : DETERMINAN
2.1 Permutasi
2.2 Determinan
2.2.1 Nilai Determinan
2.2.2 Sifat-Sifat Determinan
2.3 Soal Latihan
BAB 3 : INVERS MATRIKS
3.1 Pembagian Matriks dan Invers Matriks
3.2 Matriks Adjoin
3.3 Mencari Invers Matriks
3.3.1 Invers Matriks Dengan Adjoin
3.3.2 Invers Matriks Dengan Transformasi Elementer
3.4 Soal Latihan
BAB 4 : SISTEM PERSMAAN LINIER
4.1 Persamaan Linier
4.2 Penyelesaian Sistem Persamaan Linier
4.2.1 Aturan Cramer
4.2.2 Metode Eliminasi Gauss
4.2.3 Metode Eliminasi Gauss-Jordan
4.2.4 Metode Faktorisasi LU
4.3 Penyelesaian Persamaan Linier Simultan
4.4 Persamaan Linier Homogen
4.5 Soal Latihan
BAB 5 : VEKTOR
5.1 Definisi dan Notasi
5.2 Operasi Pada Vektor
5.3 Fungsi Linier Vektor Dalam Ruang 2 dan 3
5.3.1 Vektor Dalam Ruang 2
5.3.2 Vektor Dalam Ruang 3
5.4 Norma Vektor
1
5.5 Hasil Kali Titik; Proyeksi
5.5.1 Proyeksi
5.5.2 Hasil Kali Silang
5.6 Vektor Satuan
5.7 Garis dan Bidang Di Ruang 3
5.7.1 Persamaan Bidang Di Ruang 3
5.7.2 Persamaan Garis Di Ruang 3
5.8 Soal Latihan
2
BAB 1 : MATRIKS
1.1 PENGERTIAN
Atau Atau
NOTASI MATRIKS
Matriks kita beri nama dengan huruf besar seperti A, B, C, dll. Matriks
yang mempunyai I baris dan j kolom ditulis A=(a ij ), artinya suatu matriks
A yang elemen-elemennya aij dimana indeks I menyatakan baris ke I dan
indeks j menyatakan kolom ke j dari elemen tersebut.
Secara umum :
Matriks A=(aij ), i=1, 2, 3,…..m dan j=1, 2, 3,……., n yang berarti bahwa
banyaknya baris m dan banyaknya kolom n.
Contoh : -1 -3
A= -3 B= C= 2 3 12 -1
-4
2 12
PENJUMLAHAN MATRIKS
3
B=(bij ) adalah matriks-matriks berukuran sama, maka A+B adalah suatu
matriks C=(cij ) dimana (cij ) = (aij ) +(bij ) atau [A]+[B] = [C] mempunyai
ukuran yang sama dan elemennya (cij ) = (aij ) +(bij )
Contoh :
3 1 0 2 1 0 2
A= 4 2 B= 1 3 C= 1 0 5 maka
3 1 0 2 3+0 1+2 3 3
A+B = 4 2 + 1 3 = 4+1 2+3 = 5 5
3 1 1 0 2
A+C = 4 2 + 1 0 5
PENGURANGAN MATRIKS
Contoh :
3 4 0 2
A= 4 5 B= 3 4
maka
3 4 0 2 3-0 4-2
A-B = 4 5 - 3 4
= = 3 2
4-3 5-4 1 1
Jika k adalah suatu bilangan skalar dan A=(aij ) maka matriks kA=(kaij )
yaitu suatu matriks kA yang diperoleh dengan mengalikan semua elemen
matriks A dengan k. Mengalikan matriks dengan skalar dapat dituliskan di
depan atau dibelakang matriks. Misalnya [C]=k[A]=[A]k dan (cij ) = (kaij )
Contoh :
1 2 3 2* 1 2*2 2* 3
A= 0 -1 5 maka 2A= 2* 0 2*-1 2*5
Contoh :
0 1 3 4
A= 2 -1 B= 1 1 dengan k=2, maka
4
K(A+B) = 2(A+B) = 2A+2B
0 1 3 4 3 5 6 10
2(A+B) = 2 2 -1 + 1 1 =2 3 0 = 6 0
0 1 3 4 6 10
2A+2B = 2 2 -1 + 2 1 1 = 6 0
0
3
3 2 1
2) A= dan B= 1 maka
1 2 1
0
5
Beberapa Sifat Matriks Transpose :
(i) (A+B)T = AT + BT
(ii) (AT) = A
(iii) k(AT) = (kA)T
(iv) (AB)T = BT AT
Buktikan sifat-sifat transpose diatas !
Berikut ini diberikan beberapa jenis matriks selain matriks kolom dan
matriks baris
6
(v) MATRIKS SATUAN/IDENTITY, adalah matriks diagonal yang semua
elemen diagonalnya adalah 1.
Contoh :
1 0 0
0 1 0
A=
0 0 1
A= 0 4 0
0 0 4
1. Penukaran tempat baris ke-i dan baris ke-j atau penukaran kolom
ke-i dan kolom ke-j dan ditulis H ij(A) untuk transformasi baris dan
Kij(A) untuk transformasi kolom.
Contoh :
a. Penukaran baris
1 2 0 2 3 1
A= 2 3 1 H12(A) 1 2 0
0 1 1 0 1 1
8
K13(A) berarti menukar kolom ke-2 matriks A dengan kolom ke-3
2. memperkalikan baris ke-i dengan suatu bilangan skalar h0, ditulis
Hi(h)(A) dan memperkalikan kolom ke-i dengan skalar k0, ditulis
Ki(k)(A).
Contoh :
1 2 0 1 2 0 1 2 0
A= 2 3 1 H2(-2)(A)= -4 -6 -2
K3(1/2)(A)= 2 3 1/2
0 1 1 0 1 1 0 1 1/2
3. Menambah kolom ke-i dengan k kali koom ke-j, ditulis K ij(k)(A) dan
menambah baris ke-i dengan h kali baris ke-j, ditulis H ij(h)(A).
Contoh :
1 2 0 1 2 0
H23(-1)(A)
A= 2 3 1 2 2 0
0 1 1 H2 + (-1*H3) 0 1 1
1 2 2
K31(2)(A)
2 2 4
K3 + (2*K1) 0 1 1
3 0 2 1 H12 5 1 3 1
5 1 3 1 3 0 2 1
9
Anxn disebut matriks elementer jika dengan sekali melakukan
transformasi elementer terhadap suatu matriks identity I diperoleh Anxn.
I3 = 0 1 0 H12(I) 1 0 0
0 0 1 0 0 1
1 0 0
H31(k)(I)
0 1 0
H3+(k* H2) k 0 1
1 0 0
H32(-4)(I)
0 1 0
H3+(-4* H2) 0 -4 1
1. Diketahui matriks P= 11 5 0 -4 2
3 7 3 5 -1
Carilah x1 , x2 , x3 , x4
2 3 2 0 -4
3 -2 6
10
2 -1
b. A= B=
5. Diketahui
-1 3 2 2 -1 -3
A= 2 0 7 B= 4 1 0
-2 3 1 1 3 2
Tentukan
a. 2A, 3B, 2A-B, 3B-A
b. (2A-B)(3B-A)
2 1 3 1 1 0
Carilah matriks
1 P2sedemikian
4 sehingga
10 AP=B.
2 0
8. Carilah 3A2+2A-3I2, jika A=
9. Carilah AT jika A 1 -1
4 2 3 1 0 0 2
-2 4 7 5 1 -2 3
a. b. c. d. -1 0 2 7 1
2 3 5 1 6
1 3 0 1 0 -1 -2 0 1
1 3
-1 3 5
10. Tunjukan bahwa matriks A idempoten jika A=1 -3 -5
-1 3 5
31 53 11 34 52 10
b. A= 2 0 3 dan B= 2 0 3
5 5 4 0 0 0
3 1 2 1
12. Diketahui A=4 1 0 2
1 3 0 1
Matriks B dihasilkan dari sederetan transformasi elementer H 31(-1), H2(2),
H12, K41(1), K3(2) terhadap A. Carilah B.
2 2 2 2
13. Diketahui6 0 4 2
1 2 3 1
11
Matriks B diperoleh dari A dengan sederetan transformasi elementer
H12, H31(1), K13, K2(2). Carilah B
BAB 2 : DETERMINAN
PERMUTASI
Definisi Permutasi
(i) Suatu permutasi himpunan bilangan bilat {1,2,3,……,n}
merupakan suatu penyusuan bilangan-bilangan bulat tersebut
dalam sutu urutan tertentu tanpa penghilangan (Omission)
ataupun perulangan (repetition).
(ii) Barisan bilangan-bilangan (j1, j2, j3, …….jn) dimana
berlaku jijk untuk ik (i=1,2,3………,n dan k=1, 2, 3, …………m)
serta ji adalah salah satu bilangan asli (1,2,3, ……..,n).
Contoh :
1 2 3
2 3 1 3 1 2
3 2 3 1 2 1
Catatan
Apabila kita mempunyai n buah bilangan asli 1, 2, 3, ……, n maka
banyaknya permutasi yang dapat kita bentuk ada n!. misal n=3, maka
banyaknya permutasi = 3! = 3*2*1 = 6. jadi ada 6 buah permutasi
(seperti tampak pada contoh 1).
12
(ii) Suatu inversi dikatakan terjadi di dalam permutasi ((j 1, j2, …….,jn)
apabila ditemukan bilangan bulat yang lebih besar berada di depan
bilangan yang lebih kecil dalam urutan permutasi tersebut.
(iii) Sebuah permutasi dikatakan genap jika jumlah total inversi yang
terjadi genap dan dikatakan ganjil jika jumlah total inversi yang
terjadi ganjil.
(iv) Jika sebuah permutasi adalah permutasi genap maka tanda (sign)
dari permutasi tersebut adalah (+) dan jika suatu permutasi adalah
permutasi ganjil maka tanda dari permutasi tersebut adalah (-).
Contoh :
1. Misalkan ada permutasi (2,1,4,3), berapa banyaknya inversi pada
permutasi tersebut?
Penyelesaian
Misalkan 2 1 4 3
j1 j2 j3 j4
Terlihat bahwa : j1=2 mendahului j2=1, padahal 1<2
j3=4 mendahului j4=3, padahal 3<4
Total inversi adalah 2 dan termasuk inversi genap.
Penyelesaian
Misalkan 4 3 1 2
j1 j2 j3 j4
Terlihat bahwa : j1=4 mendahului j2=3, padahal 3<4
j1=4 mendahului j3=1, padahal 1<4
j1=4 mendahului j4=2, padahal 2<4
j2=3 mendahului j3=1, padahal 1<3
j2=3 mendahului j4=2, padahal 2<3
Total inversi adalah 5 dan termasuk permutasi ganjil.
Penyelesaian
DETERMINAN
13
an1 an2 ….……ann
A=
Definisi Determinan
Determinan dari matriks bujursangkar A berorde n adalah jumlah dari
semua permutasi n (n!) hasil kali bertanda dari elemen-elemen matriks
tersebut.
NILAI DETERMINAN
A. METODE SARRUS
14
Untuk lebih mudahnya dapat digambarkan
(-) (+)
a31 a32
Contoh : 1 2 3
1. Diketahui matriks A = hitunglah |A|
4 1 5
3 2 4
Penyelesaian
1 2 3 1 2
A= 4 1 5
3 2 4 4 1
= 1.1.4+2.5.3+3.4.2-3.1.3-1.5.2-2.4.4
= 4+30+24-9-10-32
3 2
=7
0 6 0
2. Hitunglah
8 6|A| jika
8 A=
3 2 2
Penyelesaian
0 6 0 0 6
A= 8 6 8
3 2 2 8 6
= 0.6.2+6.8.3+0.3.2-0.6.3-0.8.2-6.3.2
= 0+144+0-0-0-96
3 2
= 48
15
Sedangkan yang dimaksud dengan KOFAKTOR suatu unsur
determinan aij adalah Cij = (-1)i+j Mij.
Maka KOFAKTOR unsur a32 = C32 = (-1)3+2 M32
Contoh :
2 3 4
A= 5 6 7
8 9 1
2 4
Minor a32 =M32 = 5 7
= 2.7-4.5 = 14-20 = -6
n
|A|= aijcij = a1jc1j+a2jc2j+…………..+ anjcnj , dengan j sembarang. Disebut
j=1
uraian kolom ke-i (Ekspansi Kolom).
Contoh :
1 2 3
Hitung determinan matriks A= 2 3 4 dengan minor dan kofaktor
1 5 7
2 3
Minor a21=M21= = 2.7-3.5=-1
5 7
2 3
Minor a31=M31= = 2.4-3.3=-1
3 4
16
Mencari kofaktor dengan rumus Cij = (-1)i+j Mij.
Kofaktor a11 = C11 = (-1)1+1 M11 = (-1)2.1 = 1
Kofaktor a21 = C21 = (-1)2+1 M21 = (-1)3.(-1) = 1
Kofaktor a31 = C31 = (-1)3+1 M31 = (-1)4.(-1) =-1
n
Maka |A|= aijcij = a11C11+ a21 C21+ a31 C31 = 1.1+2.1+1.(-1)=1
j=1
Catatan
Dalam pemilihan kolom atau baris mana yang diekspansi , tidak menjadi
persoalan karena hasilnya akan sama saja.
SIFAT-SIFAT DETERMINAN
2 5
AT= 1 7
maka |A|=2.7-5.1=9
3. Pertukaran tempat antara baris dengan baris atau kolom dengan kolom
pada suatu determinan akan mengubah tanda determinan.
1 2
Contoh : A= 3 4
maka |A|=1.4-2.3=-2
17
5. Apabila semua unsur pada sembarang baris atau kolom dikalikan
dengan sebuah faktor (yang bukan 0), maka harga determinannya
dikalikan dengan faktor tersebut.
1 2
Contoh : A= maka |A|=1.4-2.3=-2
3 4
2 1 3
Contoh : A= 0 4 1 maka |A|=2.4.1=8
0 0 1
2 0 0
B= 1 3 0 maka |B|=2.3.2=12
4 1 2
18
SOAL LATIHAN
2 1 1 3 -2 -4 2 -4 1
a. 0 5 -2 b. 2 5 -1 c. 1 -2 3
1 -3 4 0 6 1 5 1 -1
19
BAB 3 : INVERS MATRIKS
Contoh :
2 1
Carilah invers matriks dari A=
4 x1 x2
Menurut definisi invers [A][X]=[I]. Misalkan matriks X=
3 x3 x4
2 1 x1 x2 1 0
Maka [A][X]=[I] menjadi =
4 0 1
x3 x4
2\x
3 1+ x3 2 x 2 + x4 1 0
=
0 1
4x1 + x3 4 x2 +3 x4
3/2 -1/2
Didapat X= = A-1
-2 1
MATRIKS ADJOIN
20
diekspansi. Misal ada matriks bujursangkar berorde 3, maka akan ada 9
elemen yang harus dicari kofaktornya.
Contoh :
2 3 -4
Akan dicari matriks adjoin dari A= 0 -4 2
1 -1 5
c11 c12 c13
0 2 2 -4 2 -4
C12= - = C22= + = C32= - =
-1 5 -1 5 0 2
0 -4 2 3 2 3
C13= + = C23= - = C33= + =
1 -1 1 -1 0 -4
Adj A
-1
A = , dengan syarat det (A) 0
Det (A)
[A|I]~[I|X]
Catatan :
1. Yang dapat dicari matriksnya adalah matriks-matriks bujursangkar.
2. Merupakan matriks non singular (|A| 0).
3. Untuk pencarian invers dengan adjoin maka bila matriksnya
berorde 2x2 bisa langsung dicari inversnya dengan menggunakan
rumus 1 d -b
A-1 =
a.d-b.c
-c a
21
INVERS MATRIKS DENGAN ADJOIN
Contoh : 1 3 2
1 4 6
Hitung A-1 jika diketahui A=
2 5 7
Terlebih dahulu kita cari kofaktor-kofaktor matriks A diatas.
4 6 3 2 2
C11= + = -2 C21= - =-11 C31= + =16
5 7 5 7 6
1 6 1 2 1 2
C12= - =+5 C22= + =+3 C32= - =-4
2 7 2 7 1 6
1 4 1 3 1 3
C13= + = -3 C23= - = 1 C33= + =1
2 5 2 5 1 4
|A|=
Adj A
A-1 =
|A|
Contoh : 1 3 2
1 4 6
Hitung A-1 jika diketahui A= dengan transformasi elementer!
2 5 7
Terlebih dahulu dibentuk matriks [ A | I ] ~ [ I | X ]
1 3 2 1 0 0 basis
1 4 6 0 1 0 b( )+b2 b( )+b3 32
2 5 7 0 0 1 1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
3(-1)+4=1 3(-2)+5=-1
2(-1)+6=4 2(-2)+7=3
1(-1)+0=-1 1(-2)+0=-2
0(-1)+1=1 0(-2)+0=0
0(-1)+0=0 0(-2)+1=1
22
Menjadi
1 3 2 1 0 0
0 1 4 -1 1 0
0 -1 3 -2 0 1
SOAL LATIHAN
1 1 3 6
1. Carilah matriks adjoin dari A= dan B=
2 1 2 4
23
1 2 3
3. Diketahui matriks A=2 3 4 Carilah Adj A dan A-1
1 5 7
2 3 1
4. Carilah invers dari A=
3 0 2
1 -3 1
a b
5. Diketahui matriks A= Carilah Adj A dan selidikilah
bahwa Adj(Adj A)=a c d
3 2 5 6
11. Carilah invers matriks A dan B berikut jika A= dan B=
4 3 4 5
24
BAB 4 : SISTEM PERSAMAAN LINIER
x1
Persamaan diatas disebut persamaan linier karena pangkat-pangkat
dari x1 dan x2 paling besar adalah 1, sedangkan persamaan x 12+x2-3=0
bukan persamaan linier.
(1,0) x2
2. Diketahui garis
(0,1)
-x1+x2=1
x1+x2=1
(-1,0) (1,0)
25
3. Misalnya diketahui persamaan 2x+3y+z=5 maka solusi
persamaannya bisa x=0, y=1, dan z=2 karena nilai-nilai tersebut jika
disubtitusikan ke persamaan 2x+3y+z=5 menjadi 2.0+3.1+2=5.
Tetapi nilai-nilai tersebut bukan satu-satunya solusi. Misalnya saja kita
ambil x=0, y=0, dan z=5 sehingga 2.0+3.0+5=5 juga merupakan
solusi dari persamaan 2x+3y+z=5 dan masih ada solusi yang lain. Ini
berarti sistem persamaan tersebut mempunyai tidak terhingga banyak
penyelesaian.
Dari contoh-contoh diatas dapat kita lihat bahwa sistem persamaan linier
dalam dimensi 2 mempunyai beberapa alternatif penyelesaian, yaitu:
1. Mempunyai penyelesaian tunggal.
2. Mempunyai banyak penyelesaian.
3. Tidak mempunyai penyelesaian.
a
[A] adalah
m1
a ….…..a
m2matriksmn berorde (m,n), [x] adalah matriks berorde (n,1), dan
………………….. …..
am1 am2 ….…..amn bm
Ada 2 yang dapat dijumpai pada persamaan di atas
26
1. mn (banyaknya variabel dan banyaknya persamaan tidak sama).
2. m=n (banyaknya variabel dan banyaknya persamaan sama).
Pada pembahasan kali ini akan dibicarakan hal yang kedua saja yaitu jika
m=n yaitu persamaan yang berbentuk matriks bujursangkar.
Dimana
|Ak| adalah harga determinan unsur-unsur matriks bujursangkar
[A] dengan kolom ke k diganti unsur-unsurnya oleh unsur-unsur [B] .
|A| adalah harga determinan matriks-matriks bujursangkar [A].
Contoh :
1. Diketahui persamaan 3x+2y=5 dan x+y=2. Carilah nilai x dan y.
Penyelesaian
27
Persamaan diatas jika diubah dalam bentuk matriks menjadi
3 2 x 5
=
1 1 y 2
2 1
3 5
|A2|= = 3.2-5.1=1
1 2
Terdapat tiga buah operasi yang dapat dilakukan terhadap suatu sistem
persamaan linier tanpa mengubah penyelesaian yang sebenarnya yaitu :
1. Menukar urutan persamaan.
2. Perkalian suatu persamaan dengan bilangan tidak nol
3. Mengganti suatu persamaan dengan menjumlahkan persamaan
tersebut dengan kelipatan persamaan lainnya.
Ketiga operasi tersebut dapat dikenakan pada matriks-matriks lengkap
dan disebut dengan OPERASI BARIS ELEMENTER (OBE).
28
penyelesaiannya. Matriks yang memenuhi sifat demikian dinamakan
MATRIKS ESELON.
Suatu matriks disebut matriks eselon jika memenuhi 2 sifat berikut :
1. Jika terdapat baris yang seluruh elemennya nol, maka baris
tersebut harus diletakkan di bawah baris yang memuat elemen
tidak nol.
2. Pada baris yang memuat elemen tak nol, elemen tak nol pertama
harus terletak pada sebelah kanan elemen tak nol pertama baris
sebelumnya (Elemen tak nol pertama ini disebut dengan ELEMEN
UTAMA).
Matriks awal
a11 a12 a13 x1 b1
=
a21 a22 a23 x2 b2
Contoh :
Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut :
29
x1+x2+x3=6
x1+2x2-x3=2
2x1+x2+2x3=10
Akan dicari solusi untuk x1, x2, dan x3
Penyelesaian
1 2 -1 2
2 0 2 10
2. Mengubah matriks lengkap menjadi matriks eselon dengan OBE
Mengubah elemen a11=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tiidak
perlu dikalikan lagi) dan megubah a21 dan a31 menjadi 0. baris 1
menjadi basis baris 1 dan 2 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6 basis
b( )+b2 b( )+b3
1 2 -1 2
1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
2 1 2 10 1(-1)+2=1 1(-2)+1=-1
1(-1)+(-1)=-2 1(-2)+2=0
6(-1)+2=-4 6(-2)+10=-2
Menjadi
1 1 1 6
0 1 -2 -4
0 -1 0 -2
Mengubah a22=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tidak perlu
dikalikan lagi) dan mengubah a32=-1 menjadi 0. Baris 2 menjadi
basis, baris 3 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6
0 1 -2 -4
basis
b( )+b3
0 -1 0 -2 1(1)+(-1)=0
-2(1)+0=-2
-4(1)+(-2)=-6
Menjadi
1 1 1 6
0 1 -2 -4
0 0 -2 -6
Mengubah a33=2 menjadi 1 (dikalikan -1/2) maka a13=-6 juga
dikalikan -½
Menjadi
1 1 1 6
0 1 -2 -4
0 0 1 3
30
x1= b1’-a12x2- a13x3 x1= 6 - 1.2 -1.(3) = 1
Metode ini merupakan perluasan dari metode Gauss, hanya saja matriks
baru dikenai OBE berkali-kali sehingga matriks A menjadi matriks satuan
I. Bentuk umumnya :
a11 a12 a13 b1 1 0 0 b1”
x3= b3”
a21 a22 a23 b2 Menjadi 0 1 0 b2” x2= b2”
a31 a32 a33 b3 0 0 1 b3” x1= b1”
Contoh :
Diketahui sistem persamaan linier sebagai berikut :
x1+x2+x3=6
x1+2x2-x3=2
2x1+x2+2x3=10
Akan dicari solusi untuk x1, x2, dan x3
Penyelesaian
1 2 -1 2
2 0 2 10
2. Mengubah matriks lengkap menjadi matriks eselon dengan OBE
Mengubah elemen a11=1 menjadi 1 (karena sudah 1 maka tiidak
perlu dikalikan lagi) dan megubah a21 dan a31 menjadi 0. baris 1
menjadi basis baris 1 dan 2 dikenai transformasi elementer.
1 1 1 6 basis
b( )+b2 b( )+b3
1 2 -1 2
1(-1)+1=0 1(-2)+2=0
2 1 2 10 1(-1)+2=1 1(-2)+1=-1
1(-1)+(-1)=-2 1(-2)+2=0
6(-1)+2=-4 6(-2)+10=-2
Menjadi
1 1 1 6
0 1 -2 -4
0 -1 0 -2
Mengubah a12=1 dan a32=-1 menjadi 0, baris 2 menjadi basis.
b( )+b1 b( )+b3
1 1 1 6 1(-1)+1=0 1(1)+(-1)=0
0 1 -2 -4 basis -2(-1)+1=3 -2(1)+0=-2
-4(-1)+6=10 -4(1)+(-2)=-6
0 -1 0 -2
Menjadi
1 0 3 10
0 1 -2 -4
0 0 -2 -6
31
Mengubah a33=-2 menjadi 1 (dikalikan -1/2) maka a13=-6 juga
dikalikan -½
Menjadi
1 0 3 10
0 1 -2 -4
0 0 1 3
Menjadi
1 0 0 1
0 1 0 2
0 0 1 3
Mendapat jawaban SPL
Maka x3=3
x2= 2
x1= 1
32
1. Reduksi A dengan transformasi elemnter ke dalam bentuk U
matriks segitiga atas dan mencari jejak pengali untuk nilai 1 pada
diagonal utama dan 0 di bawah diagonal utama 1.
2. Kedudukan sepanjang diagonal utm matriks L, tempatkan bilangan
pengali yang saling berkebalikan dari hasil pembentukan matriks U.
3. Kedudukan di bawah diagonal utama matriks L, tempatkan bilangn
negatif pengali yang digunakan untuk menge-nol-kan matriks U.
4. Bentuk dekomposisi A=LU
Contoh :
Penyelesaian
Menjadi
1 3 1
0 1 3
0 -3 -2
1 3 1 x1 1 x3=2
0 1 3 x2 = 5 x2+3x3=5 x2+3.2=5
0 0 1 2 x2=-1
x3 1x1+3x2+1x3=1
x1+3.(-1)+2=1 x1=2
34
atau diselesaikan secara simultan dengan menggunakan eliminasi Gauss-
Jordan.
[A p q r] menjadi [I p’ q’ r’] maka [x]=[p’], [y]=[q’], dan [z]=[r’]
Contoh :
35
36
BAB 5 : VEKTOR
MACAM-MACAM VEKTOR
1. vektor bebas :
vektor yang dapat diubah-ubah ke segala tempat (titik pangkal
dapat diubah)
2. vektor meluncur ;
vektor yang hanya dapat bergerak sepanjang garis kerjanya (garis
yang ditentukan)
. > . > g
a a
3. Vektor terikat :
Vektor yang tidak dapat berubah-ubah tempatnya
4. Vektor nol :
Vektor yang mempunyai besar/panjang vektor adalah nol
ā -ā
37
3. jumlah/ resultan dari vektor ā dan b
Didapat suatu vektor c yang dibentuk dengan menempatkan titik
pangkal vektor b pada titik ujung vektor a dan menghubungkan
titik pangkal vektor ā dengan titik ujung vektor b
Jumlah ditulis sebagai a b atau c a b
ā b
ā ā
b c a b b
c a b c b a
b ā
4. Bila a = b , maka a – b = 0 (vektor nol)
JUMLAH VEKTOR
Tunggal:
ā+ b = c jumlah 2 buah vektor pasti menghasilkan vektor c
(tunggal)
Komutatif : ā + b = b + ā
Asosiatif : (ā + b ) + c = ā + ( b + c )
(ā+ b )+ c = ā+( b + c )
c
ā
b
ā 2ā
sifat-sifat
tunggal : m ā = c vektor sejajar ā dan |c| = |m ā| = m | ā|
komutatif : m ā = ā m
asosiatif : (mn) ā = m (n ā)
distributif penjumlahan
(m + n) ā = m ā + n ā
m (ā + b ) = m ā +m b
38
ā 3ā
2ā mc mb
5ā
c b
ā mā
2ā+3ā=5ā c= ā+ b m c =m ā + m b
VEKTOR DI RUANG 2
jika V-vektor pada bidang, titik awal adalah titik asal koordinat
V=(v1,v2) W=(w1,w2)
v1,v2-komponen-komponen V
VEKTOR DI RUANG 3
39
2 2
v v1 v2
2 2 2
v v1 v2 v3
Jika P1 (x1, y1, z1) dan P2 (x2, y2, z3) adalah dua titik di ruang 3, maka
jarak d diantara kedua titik tersebut adalah norma vektor P 1 P2
contoh:
40
Bukti :
(a) karena sudut θ diantara v dan v adalah 0, maka dapat diperoleh :
2 2
v.v = v v cos θ = v cos 0 = v
(b) karena u > 0 , v > 0 dan u.v = u v cos θ
berarti u.v < 0 cos θ < 0 θ tumpul
u.v > 0 cos θ > 0 θ lancip
u.v = 0 cos θ = 0 θ = π/2
Jika u v maka u dan v dikatakan orthogonal
TEOREMA :
Jika u,v dan w adalah vektor-vektor di ruang-2 atau ruang-3 dan k
adalah skalar, maka
(a) u.v = v.u
(b) u.(v+w) = u.v + u.w
(c) k (u.v) = (ku).v = u.(kv)
(d) v.v > 0 jika v ≠ 0 dan
v.v = 0 jika v = 0
PROYEKSI
PROYEKSI
TEOREMA
Jika u dan a adalah vektor-vektor di ruang-2 atau di ruang-3, dan jika a≠
0, maka
u. a
(w1 = ) Proya u = 2
a (komponen vektor u sepanjang a)
a
u. a
(w2 = ) u- Proya u = u - 2
a (komponen vektor u yang orthogonal
a
dengan a )
Contoh:
1. Tentukan sudut θ diantara u dan v, u = (2, -1, 1) dan v = (1, 1, 2)
Jawab:
u.v = (2) (1) + (-1)(1) + (1) (2) = 3
41
u = (2) 2 ( 1) 2 (1) 2 = 6
v = (1) (1) (2)
2 2 2
= 6
u. v 3 1
cos θ = 60o
u v 6 6 2
2. Carilah sudut diantara diagonal kubus dan salah satu sisinya
Jawab
z
z=(0,0,a)
u=(a,a,a)
Θ y
(0,a,0)
v=(a,0,0)
x
u. v a2 1
cos θ = 54o ,44
u v a a 3 3
Jika u = (u1, u2, u3) dan v = (v1, v2, v3) adalah vektor di ruang 3, maka
hasil kali silang u x v adalah vektor yang didefinisikan oleh
i j k
u1 u2 u3
v u1 u2 u3
1 v2 v3
v1 v2 v3
42
u u3 u1 u3 u1 u2
u x v 2 , ,
=
v2 v3 v1 v3 v1 v2
u 2 u3 u u3 u1 u2
i , j 1 , k
v
2 v3 v1 v3 v1 v2
TEOREMA
Jika u dan v adalah vektor di ruang-3 maka
(a) u.(u x v) = 0 (u x v ortogonal ke u)
(b) v.(u x v) = 0 (u x v ortogonal ke v)
2 2 2
(c) uxv u v (u.v) 2 = (Identitas Lagrange)
VEKTOR SATUAN
Tinjaulah vektor-vektor
i= (1,0,0) j=(0,1,0) k=(0,0,1)
masing-masing vektor ini mempunyai panjang 1 dan terletak sepanjang
sumbu koordinat. Vektor tersebut dinamakan vektor satuan di ruang 3.
Setiap vektor v = (v1, v2, v3) di ruang 3 dapat diungkapkan dengan i, j, k
dituliskan
v = (v1, v2, v3) = v1(1,0,0) + v2(0,1,0) + v3(0,0,1) = v1i+v2j+v3k
ixi=jxj=kxk=0
i x j = k, j x k = i , k x i = j
j x i = -k, k x j = -i, i x k = -j
43
P(x,y,z) n
P0(x0,y0,z0)
y
ax + by + cz + d = 0
Contoh:
1. Carilah persamaan bidang yang melalui titik (3, -1 7) dan tegak lurus
ke vektor (4, 2, -5)
Jawab:
4(x-3) + 2(y+1) – 5(z-7) = 0
4x + 2y - 5z + 25= 0
1 2 1 1 1 2 1 1 1 0 5 1
2 3 1 1 0 1 3 1 0 1 3 1
3 1 2 1 0 7 5 2 0 0 16 5
9
1 0 0
16
1 0 5 1
1
0 1 3 1 0 1 0
5 16
0 0 1 5
16 0 0 1
16
9 1 5
a=- t b= - t c= t d=t
16 16 16
misal t=16 maka akan menghasilkan persamaan 9x + y – 5z – 16 = 0
44
ALTERNATIF PEMECAHAN
z P(x, y, z)
l v(a,b,c)
x
Misal l garis melalui P0 (x0, y0, z0) dan sejajar dengan v(a,b,c) maka
P0P = t . v t = skalar
(x-x0 , y-y0 , z-z0) = (ta, tb, tc)
x = x0 + ta
y = y0 + tb -∞ < t <+∞
z = z0 + tc
Persamaan-persamaan ini dinamakan persamaan parametrik untuk l
yang melalui P0 dengan arah v.
Contoh:
1. Carilah persamaan garis yang melalui titik (1,2,-3) dan sejajar dengan
vektor (4,5,-7)
Jawab:
P0=(1,2,-3) v=(4,5,-7)
Persamaan parametriknya x=1+4t
y=2+5t -∞ < t <+∞
z=-3-7t
45
2. Carilah persamaan parametrik untuk garis l yang melalui titik-titik
P1(2,4,-1) dan P2(5,0,7). Dimanakah garis tersebut memotong bidang
xy?
Jawab:
Vektor P1P2 = (5-2, 0-4, 7+1) = (3, -4 8) sejajar dengan l , P 1 terletak
pada l, maka garis l diberikan oleh persamaan
x=2+3t
y=4-4t -∞ < t <+∞
z=-1+8t
2 4 16 26
1 2 1 0
3 2 4 6 3 3 11 11
1 3 2 4 6
0 11
2
2 0 1
2
3 3 11 11
26 16 6 16
x t y t zt -∞ < t <+∞
11 11 11 11
46
1. Diketahui vektor-vektor a, b, c, d, e dan f sebagai berikut
a b c
f
d e
Tentukan
a. a+b-c
b. a+d+2f
c. b+e+f
d. a+ 1/2 f
2. Diketahui vektor-vektor p, q, r, s, t, dan u sebagai berikut
r t
p q u
s
Carilah
a. p+q+r+s e. 2u-3p+1/2t
b. p-q+s-r f. –p+3u-r
c. u-p+q-r g. 3(p+q-r)-s+u-t
d. s+t+p-r h. p+q+r+s+t+u
3. Carilah x, y, dan z untuk soal berikut.
a. [4, y]=x[2,3]
b. [x, x+y]=[y-2, 3]
c. x[1, 2]=-4[y, 3]
d. [3, -1, 3]=x[1, 1, 1]+y[1, -1, 0]+z[1, 0, 0]
e. [-1, 3, 3]=x[1, 0, 0]+y[0, 0, -1]+z[0, 1, 1]
4. Tentukan
a. a*b jika a=[2, -3, 6] dan b=[8, 2, -3]
b. Jarak A(2, 4, 0) dengan B(-1, -2, 1)
c. Jarak vektor a=[1, 7] dan b=[6, -5]
5. Tentukan
a. k supaya a=[1, k, -2, 5] mempunyai panajng 39
b. Besar sudut antara a=[1, 2, 3, 4] dan b=[0, 0, 1, 1]
6. Diketahui u=[1, -2, 5] dan v=[3, 1, 2]
a. u+v g. d(u,v)
b. -6u h. Proyeksi u sepanjang v
c. uv
d. 2u-5v
e. |u||v|
f. Sudut antara u dan v
47