Ortom Muhammadiyah (Final)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah fungsi perkaderan, karena


dalam sejarahnya sekolah atau lembaga pendidikan yang sejak awal dirintis oleh
KH Ahmad Dahlan, selain untuk mencerdaskan anak-anak bangsa juga didesain
untuk mencetak kader-kader Muhammadiyah. Meskipun demikian, dari sekian
ribu lembaga pendidikan dan amal usaha tersebut harus diakui masih
memerlukan kerja keras agar dapat terkalola dengan baik dan menjadi lembaga
amal usaha yang unggul atau bermutu.

Tujuan awal didirikannya Muhammadiyah oleh KH Ahmad Dahlan adalah


sebagai mediator pembelajaran agama Islam kepada masyarakat. Tantangan
memikirkan dan mengatasi nasib bangsa yang kian terpuruk menjadi agenda
yang lebih utama. Krisis yang melanda bangsa Indonesia, situasi politik yang
belum stabil, melonjaknya harga kebutuhan pokok, gizi buruk, bencana alam
dimana-mana, pengangguran dan kejahatan serta kerusuhan di berbagai daerah
dalam berbagai bentuk di tanah air menjadi tantangan dan harus diatasi segera
dengan serius. Oleh sebab itu melalui Milad satu abad tersebut seyogyanya
semakin kuat berpikir, berzikir dan bekerja keras agar krisis tersebut segera
teratasi. Kemudian tanpa menjadi partai politikpun maka pemikiran dan ijtihad
Muhammadiyah tetap di dambakan oleh ummat, bangsa dan negara, dan justru
gerakan inilah yang membuat Muhammadiyah tetap eksis dan survive.

Dalam rangka mencapai tujuan Perserikatan, Muhamadiyah membentuk


organisasi otonom. Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah sebagai badan
yang mempunyai otonomi dalam mengatur rumah tangga sendiri mempunyai
jaringan struktur sebagaimana halnya dengan Muhammadiyah, mulai dari tingka
pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan, tingkat desa, dan
kelompok-kelompok atau jama’ah – jama’ah. Organisasi Otonom Muhamadiyah
itu adalah Aisiyah, Pemuda Muhammadiyah, Nasiatul Aisyiah, Ikatan Pelajar
Muhamadiyah, Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, Tapak Suci Putra
Muhammadiyah, dan Hisbul Wathan
2

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut

1. Apakah pengertian organisasi otonomi muhammadiyah?

2. Bagaimana struktur organisasi otonomim muhammadiyah ?

3. Apakah hak dan kewajiban organisasi otonomi muhammadiyah?

4. Apakah tujuan pembentukan organisasi otonomi muhammadiyah?

5. Apakah fungsi masing-masing organisasi otonomi muhammadiyah?

C. TUJUAN

Penulisan makalah ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui pengertian organisasi otonomi muhammadiyah?

2. Mengetahui struktur organisasi otonomim muhammadiyah ?

3. Memahami hak dan kewajiban organisasi otonomi muhammadiyah?

4. Memahami tujuan pembentukan organisasi otonomi muhammadiyah?

5. Memahami fungsi masing-masing organisasi otonomi muhammadiyah?


3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Organisasi Otonom Muhammadiyah

1. Pengertian

Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah ialah organisasi atau


badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan
bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur
rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah
tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai
maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah.(Wikipedia)

2. Struktur organisasi

Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah sebagai badan yang


mempunyai otonomi dalam mengatur rumah tangga sendiri mempunyai
jaringan struktur sebagaimana halnya dengan Muhammadiyah, mulai dari
tingka pusat, tingkat propinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan,
tingkat desa, dan kelompok-kelompok atau jama’ah – jama’ah.
Ortom Muhammmadiyah dibentuk di lingkungan Persyarikatan
Muhammadiyah jika memenuhi persyaratan sebagai berikut :
1. Mempunyai fungsi khusus dalam Persyarikatan Muhammadiyah
2. Mampunyai Potensi dan ruang lingkup nasional
3. Merupakan kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah

Pembentukan Ortom Muhammadiyah ditetapkan oleh Tanwir


Muhammadiyah (Lembaga Permusyawaratan Tertinggi setelah Muktamar
Muhammadiyah) dan dilaksanakan dengan Keputusan Pimpinan Pusat
Muhammadiyah. Adapun tujuan pembentukan Ortom Muhammadiyah
adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah
2. Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
3. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
4. Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah
4

3. Hak dan Kewajiban

Dalam kedudukannya sebagai organisasi otonom yang mempunyai


kewenangan mengatur rumah tangga sendiri, Ortom Muhammadiyah
mempunyai hak dan kewajiban dalam Persyarikatan Muhammadiyah
ialah sebagai berikut :
1. Melaksanakan Keputusan Persyarikatan Muhammadiyah
2. Menjaga nama baik Persyarikatan Muhammadiyah
3. Membina anggota-anggotanya menjadi warga dan anggota
Persyarikatan Muhammadiyah yamg baik
4. Membina hubungan dan kerjasama yang baik dengan sesama ortom
5. Melaporkan kegiatan-kegiatannya kepada pimpinan Persyarikatan
Muhammadiyah
6. Menyalurkan anggota-anggotanya dalam kegiatan gerak dan amal
usaha Persyarikatan Muhammadiyah sesuai dengan bakat, minat
dan kemampuannya.
Adapun hak yang dimiliki oleh Ortom Muhammadiyah ialah sebgai berikut:
1. Mengelola urusan kepentingan, aktivitas dan amal usaha yang
dilakukan organisasi otonomnya.
2. Berhubungan dengan organisasi/ Badan lain di luar Persyarikatan
Muhammadiyah.
3. Memberi saran kepada Persyarikatan Muhammadiyah baik diminta
atau atas kemauan sendiri.
4. Mengusahakan dan mengelola keuangan sendiri.

4. Tujuan Pembentukan Ortom Muhammadiyah

Ditetapkan oleh Tanwir Muhammadiyah (Lembaga Permusyawaratan


Tertinggi setelah Muktamar Muhammadiyah) dan dilaksanakan dengan
Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Adapun tujuan pembentukan
Ortom Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
a. Efisiensi dan efektifitas Persyarikatan Muhammadiyah
b. Pengembangan Persyarikatan Muhammadiyah
c. Dinamika Persyarikatan Muhammadiyah
5

d. Kaderisasi Persyarikatan Muhammadiyah

B. Jenis Organisasi Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah

Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah mempunyai karakteristik dan


spesifikasi bidang tertentu. Adapun Ortom dalam Persyarikatan Muhammadiyah
yang sudah ada ialah sebagai berikut :

1. Aisyiyah
Aisyiyah, organisasi perempuan Persyarikatan Muhammadiyah, merupakan
gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berazaskan Islam
serta bersumber pada Al-Quran dan Assunnah.

Aisyiyah sebagai salah satu organisasi ortonom bagi Wanita Muhammadiyah


yang didirikan di Yogyakarta pada 27 Rajab 1335 H bertepatan dengan 19 Mei
1917 oleh Nyai Ahmad Dahlan.

Menjelang usia seabad, 'Aisyiyah yang merupakan komponen perempuan


Persyarikatan Muhammadiyah telah memberikan corak tersendiri dalam ranah
sosial, pendidikan, kesehatan, dan keagamaan yang selama ini menjadi titik tolak
gerakannya.

Gerakan 'Aisyiyah dari waktu ke waktu terus berkembang dan memberikan


manfaat bagi peningkatan dan kemajuan harkat dan martabat perempuan
Indonesia. Hasil yang sangat nyata adalah wujud amal usaha yang terdiri atas
ribuan taman kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi.

‘Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir


bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Dalam
kiprahnya hampir satu abad di Indonesia, saat ini ‘Aisyiyah telah memiliki 34
Pimpinan Wilayah “Aisyiyah (setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah
‘Aisyiyah (setingkat kabupaten), 2332 Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah (setingkat
Kecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah (setingkat Kelurahan).

Selain itu, ‘Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak diberbagai bidang
yaitu: pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaan
6

masyarakat. Amal Usaha dibidang pendidikan saat ini berjumlah 4560 yang terdiri
dari Kelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak,
Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan lain-
lain.

Sedangkan amal usaha di bidang Kesehatan yang terdiri dari Rumah Sakit, Rumah
Bersalin, Badan Kesehatan Ibu dan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu
berjumlah hingga 280 yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial, ‘Aisyiyah hingga kini
juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang ini meliputi:
Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, Dana Santunan Sosial, Tim
Pengrukti Jenazah dan Posyandu.

‘Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akan


meningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan.
Oleh sebab itu, berbagai amal usaha yang bergerak di bidang pemberdayaan
ekonomi ini di antaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, Toko/kios, BU EKA,
Simpan Pinjam, home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha
tersebut hingga 503 buah.

'Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia juga


memiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya
penyadaran terhadap kehidupan bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini
kegiatan yang mencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan
Haji (KBIH), badan zakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3785.

Peran dan Perkembangan

Setelah berdiri, 'Aisyiyah tumbuh dengan cepat. Sebagai organisasi perempuan


Muhammadiyah, 'Aisyiyah kemudian tumbuh menjadi organisasi otonom yang
berkembang ke seluruh penjuru tanah air.
7

'Aisyiyah, organisasi perempuan persyarikatan Muhammadiyah, merupakan


gerakan Islam dan dakwah amar makruf nahi mungkar, yang berasaskan Islam
serta bersumber pada Al Quran dan As-sunnah.

Program

Pemberdayaan

Sebagai organisasi perempuan yang bergerak dalam bidang keagamaan dan


kemasyarakatan, Aisyiyah diharapkan mampu menunjukkan komitmen dan
kiprahnya untuk memajukan kehidupan masyarakat khususnya dalam pengentasan
kemiskinan dan ketenagakerjaan.

Dengan visi “tertatanya kemampuan organisasi dan jaringan aktivitas


pemberdayaan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat”,
‘Aisyiyah melalui Majelis Ekonomi bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi
rakyat kecil dan menengah serta pengembangan-pengembangan ekonomi
kerakyatan.

Beberapa program pemberdayaan di antaranya: Mengembangkan Bina Usaha


Ekonomi Keluarga Aisyiyah (BUEKA) dan Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM). Saat ini Aisyiyah memiliki dan membina Badan Usaha Ekonomi
sebanyak 1426 buah di Wilayah, Daerah dan Cabang yang berupa badan usaha
koperasi, pertanian, industri rumah tangga, pedagang kecil/toko dan
8

a. Kesehatan

Sebagai organisasi sosial, masalah kesehatan dan lingkungan hidup telah


menempati posisi yang sangat serius dalam gerakan 'Aisyiyah. Dengan misi
sebagai penggerak terwujudnya masyarakat dan lingkungan hidup yang sehat,
‘Aisyiyah kemudian mengembangkan pusat kegiatan pelayanan dan peningkatan
mutu kesehatan masyarakat serta pelestarian lingkungan hidup melalui
pendidikan. Saat ini ‘Aisyiyah telah mengelola dan mengembangkan setidaknya
10 RSKIA (Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak), 29 Klinik Bersalin, 232
BKIA/yandu, dan 35 Balai Pengobatan yang tersebar di seluruh Indonesia

Beberapa program yang dikembangkan antara lain: Peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan yang terjangkau di seluruh Rumah Sakit, Rumah Bersalin,
Balai Pengobatan, Balai Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola oleh Aisyiyah
serta menjadikan unit-unit kegiatan tersebut sebagai agent of development yang
tidak hanya sebagi tempat mengobati orang sakit, tetapi mampu berperan secara
optimal dalam mengobati lingkungan masyrakat.

b. Pendidikan

Sejalan dengan pengembangan pendidikan yang menjadi salah satu pilar utama
gerakan Aisyiyah, melalui Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah serta Majelis
Pendidikan Tinggi, ‘Aisyiyah mengembangkan visi pendidikan yang berakhlak
mulia untuk umat dan bangsa.

ujuan memajukan pendidikan (formal, non formal dan informal) serta


mencerdaskan kehidupan bangsa hingga terwujud manusia muslim yang
bertakwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri sendiri, cinta tanah air dan
berguna bagi masyarakat serta diridhai Allah SWT, berbagai program
dikembangkan untuk menangani masalah pendidikan dari usia pra TK sampai
Sekolah Menengah Umum dan Keguruan.

Saat ini ‘Aisyiyah telah dan tengah melakukan pengeloaan dan pembinaan
sebanyak: 86 Kelompok Bermain/ Pendidikan Anak Usia Dini, 5865 Taman-
9

Kanak-Kanak, 380 Madrasah Diniyah, 668 TPA/TPQ, 2.920 IGABA, 399 IGA,
10 Sekolah Luar Biasa, 14 Sekolah Dasar, 5 SLTP, 10 Madrasah Tsanawiyah, 8
SMU, 2 SMKK, 2 Madrasah Aliyah, 5 Pesantren Putri, serta 28 pendidikan Luar
Sekolah. Saat ini Aisyiyah juga dipercaya oleh Pemerintah untuk
menyelenggarakan ratusan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) di seluruh
Indonesia. Sedangkan untuk pendidikan tinggi Aisyiyah memiliki 3 Perguruan
Tinggi, 2 STIKES, 3 AKBID serta 2 AKPER di seluruh Indonesia.

Selain itu, ‘Aisyiyah juga memperhatikan masalah kaderisasi dan pengembangan


sumber daya kader di lingkungan Angkatan Muda Muhammadiyah Putri secara
integratif dan professional yang mengarah pada penguatan dan pengembangan
dakwah amar makruf nahi mungkar menuju masyarakat madani.

2. Pemuda Muhammadiyah

Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom di lingkungan


Muhammadiyah yang merupakan gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi
mungkar di kalangan pemuda, beraqidah Islam, dan bersumber pada al-Quran
dan Sunnah Rasul. Organisasi ini didirikan dengan maksud dan tujuan untuk
menghimpun, membina, dan menggerakkan potensi Pemuda Islam serta
meningkatkan perannya sebagai kader untuk mencapai tujuan Muhammadiyah.

Pemuda Muhammadiyah adalah salah satu organisasi otonom Muhammadiyah,


yang merupakan gerakan Islam, amar ma'ruf nahi munkar, bersumber pada Al-
Quran dan As-Sunnah.

Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah berkedudukan di ibu kota Negara


Republik Indonesia.[1]

yang sekarang di pimpin oleh Cak Nanto (Sunanto) sebagai ketua Umum periode
2018-2022. yang sebelumnya di Pimpin oleh Dahnil Anjar Simanjuntak.

Sejarah

Awal berdirinya Pemuda Muhammadiyah secara kronologis dapat dikaitkan


denga keberadaan Siswo Proyo Priyo (SPP), suatu gerakan yang sejak awal
10

diharapkan K.H. Ahmad Dahlan dapat melakukan kegiatan pembinaan terhadap


remaja/pemuda Islam. Dalam perkembangannya SPP mengalami kemajuan yang
pesat, hingga pada Konggres Muhammadiyah ke-21 di Makasar pada tahun 1932
diputuskan berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda, yang merupakan bagian
dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara khusus mengasuh dan
mendidik para pemuda keluarga Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah
tersebut mendapat sambutan luar biasa dari kalangan pemuda keluarga
Muhammadiyah, sehingga dalam waktu relatif singkat Muhammadiyah Bagian
Pemuda telah terbentuk di hampir semua ranting dan cabang Muhammadiyah.
Dengan demikian pembinaan Pemuda Muhammadiyah menjadi tanggung jawab
pimpinan Muhammadiyah di masing-masing level. Misalnya, di tingkat Pimpinan
Pusat Muhammadiyah tanggung jawab mengasuh, mendidik dan membimbing
Pemuda Muhammadiyah diserahkan kepada Majelis Pemuda, yaitu lembaga yang
menjadi kepanjangan tangan dan pembantu Pimpinan Pusat yang memimpin
gerakan pemuda.

Selanjutnya dengan persetujuan Majelis Tanwir, Muhammadiyah Bagian Pemuda


dijadikan suatu ortom yang mempunyai kewenangan mengurusi rumah tangga
organisasinya sendiri. Akhirnya pada 26 Dzulhijjah 1350 H bertepatan dengan 2
Mei 1932 secara resmi Pemuda Muhammadiyah berdiri sebagai ortom.[1]

3. Nasyiatul Aisyiyah

Nasyiatul Aisyiyah adalah organisasi remaja putri yang merupakan salah satu
organisasi otonom Muhammadiyah.organisasi ini berdiri pada tanggal 28
Dzulhijjah 1345 H yang bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1931 Miladiyah di
Yogyakarta. (Wikipedia)

Program Nasylatul Aisylyah arah dan kebljakan bidang program Kebijakan NA


(2008-2012) diarahkan pada: "Pemantapan dan pengembangan sistem
organisasi yang efektif dan peningkatan capacity building kader Nasyiah dalam
menggerakkan aksi-aksi pendampingan terhadap permasalahan perempuan dan
11

anak." Sebagai tolak ukur bahwa arah periode ini tepat sasaran, maka
disusunlah beberapa indikator capaian tahapan sebagai berikut:
a) Terbentuknya kader Nasyiatul Aisyiyah yang memiliki ketrampilan utama

(core skill) dan kemampuan (capability) sebagai agen peru bahan datam

berdakwah dan bermasyarakat.

b) Terwujudnya sistem organisasi yang efektif dan sustainable dari aspek

manajemen dan administrasi, kepemimpinan, pendanaan, komunikasi, serta

pengelolaan program dan evaluasinya.

c) Menguatnya peran advokasi non-litigasi Nasyiah metalui gerakan aksi

pemberdayaanperempuan dan anak.

Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan
rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangat memerhatikan
keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalam membangun
umat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskan estafet
perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guru


Standart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan
Muhammadiyah, ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat
terdorong dengan adanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan
kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun
jasmaninya.

Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktik


kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan
Hadjid, seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka
pada tahun 1919 Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya
terdiri dari para remaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah.
Perkumpulan tersebut diberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa
Praja adalah menanamkan rasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam
agama.
12

Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang


ada, yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali
anggota SP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan
berjalan, diadakan pemisahan antara anggota laki-laki dan perempuan dalam SP.
Kegiatan SP Wanita dipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla
Aisyiyah Kauman). Kegiatan SP Wanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah
subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar
menjalankan kewajibannya yaitu salat subuh, mengadakan peringatan hari-hari
besar Islam, dan kegiatan keputrian.

Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulai


segmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah
diselenggarakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilul
Akhlak diadakan untuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat
diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah magrib bagi anak-anak kecil.
Jam'iatul Athfal dilaksanakan seminggu dua kali untuk anak-anak yang berumur
7-10 tahun. Sementara itu juga diselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu
bulan sekali.

Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam melakukan


emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarki
saat itu benar-benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah
tangga. Para orang tua seringkali melarang anak perempuannya keluar rumah
untuk aktivitas-aktivitas yang emansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita,
kultur patriarki dan feodal tersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat
dirasakan manfaatnya, karena SP Wanita membekali wanita dan putri-putri
Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.

Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah.


Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampu
mendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak laki-laki
dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah
dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku
13

nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926,
kegiatan SP Wanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta.

Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa


semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan
Aisyiyah Urusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah
ke-20 di Yogyakarta diputuskan semua nama gerakan dalam Muhammadiyah
harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabang-cabang
Muham-madiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat itu
Muhammadiyah telah mempunyai cabang kurang lebih 400 buah). Dengan adanya
keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanita diganti menjadi Nasyi'atul
Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah.

Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran


saat itu. Mereka mengadakan salat Jumat bersama-sama, mengadakan tabligh ke
berbagai daerah, dan kursus administrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan
aktivitas yang tidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu.

Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 tahun 1938 di Yogyakarta diputuskan


bahwa Simbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan
nyanyian Simbol Padi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada
tahun 1939 dengan diselenggarakannya Taman Aisyiyah yang
mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putri-putri NA untuk
dikembangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah juga menghimpun lagu-lagu yang
dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dan dibukukan dengan diberi
nama Kumandang Nasyi'ah.

4. Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) adalah organisasi otonom

Muhammadiyah yang merupakan gerakan Islam, dakwah amar ma'ruf nahi

mungkar dikalangan remaja, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan

Al-Sunnah. IPM berasaskan Pancasila dan memilki maksud dan tujuan sebagai
14

organisasi remaja untuk terbentuknya remaja Muslim yang berakhlak mulia dalam

rangka menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam, sehingga terwujud

masyarakat utama adil dan makmur yang diridhai Allah Subhanallahu Wa

Ta'ala.[1]

IPM memiliki lambang organisasi berupa segi lima berbentuk pena yang berwarna
hijau yang berarti keabadian dan keilahian, bergambar mata hari berwarna kuning
(melambangkan ortom Muhammadiyah dan keagungan) dan buku ditengahnya
berwarna putih (melambangkan pengetahuan dan kesucian). Pada bulatan
matahari terdapat tulisan Nuun Wal Qamali Wamaa Yasthuruun (demi pena dan
apa yang dituliskannya) yang merupakan semboyan IPM. Sementara tulisan IPM
sendiri berwarna merah yang berarti IPM berani secara aktif menyampaikan
dakwah Islam, sebab IPM merupakan pelopor, pelangsung dan penyempurna amal
usaha Muhammadiyah.

Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas dari latar belakang berdirinya
Muhammadiyah. Didirikannya IPM diperlukan Muhammadiyah untuk
mendukung misi Muhammadiyah di tengah situasi dan kondisi politik Indonesia
masa Orde Lama yang sedemikian berat dan sulit.

Rintisan pendirian organisasi pelajar Muhammadiyah sebenarnya telah ada sejak


tahun 1919, tetapi pada Konferensi Pemuda Muhammadiyah tahun 1958 di Garut
ditetapkan bahwa organisasi Pelajar Muhammadiyah berada dalam pengawasan
Pemuda Muhammadiyah.

Strategi perjuangan merupakan cara praktis bagi IPM untuk melakukan gerakan-
gerakan riil yang sesuai dengan basisnya. Harapannya, strategi gerakan ini
menjadi pintu pembuka agar nilai-nilai yang ada dalam IPM bisa segera
dijalankan oleh para pelajar di tingkat sekolah. Dengan strategi ini, IPM bisa
menanamkan nilai-nilai perjuangannya kepada parakaderdan anggotanya.
15

5. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah sebuah Organisasi Gerakan


Mahasiswa Islam, sekaligus Organisasi Otonom Muhammadiyah yang bergerak di bidang
Keagamaan, Kemahasiswaan, dan Kemasyarakatan. IMM berdiri di Surakarta, tanggal 14
Maret 1964 M / 29 Syawal 1384 H. Tujuan IMM adalah "mengusahakan terbentuknya
Akademisi Islam yang Berakhlak Mulia dalam rangka mencapai Tujuan
Muhammadiyah".
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah gerakan mahasiswa Islam yang
bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan kemahasiswaan. Tujuan
IMM adatah mengusahakan terbentuknyaakademisi Islam yang berakhlak mulia
dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.

6. Tapak Suci Putra Muhammadiyah

Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah atau


disingkat Tapak Suci, adalah sebuah aliran, perguruan, dan organisasi pencak silat
yang merupakan anggota IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia). Tapak Suci
termasuk dalam 10 Perguruan Historis IPSI, yaitu perguruan yang menunjang
tumbuh dan berkembangnya IPSI sebagai organisasi. Tapak Suci berasas Islam,
bersumber pada Al Qur'an dan As-Sunnah, berjiwa persaudaraan, berada di bawah
naungan Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi otonom yang ke-11.
Tapak Suci berdiri pada tanggal 10 Rabiul Awal 1383 H, atau bertepatan dengan
tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Tapak Suci memiliki motto
"Dengan Iman dan Akhlak saya menjadi kuat, tanpa Iman dan Akhlak saya
menjadi lemah". Organisasi Tapak Suci berkiprah sebagai organisasi pencak silat,
berinduk kepada Ikatan Pencak Silat Indonesia, dan dalam bidang dakwah
pergerakan Tapak Suci merupakan pencetak kader dari Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Tapak Suci Putera Muhammadiyah berkedudukan di Kauman,
Yogyakarta, dan memiliki kantor perwakilan di ibu kota Negara Tapak suci
mempunyai ketua umum Muhammad Afnan Hadikusumo, pbr

Aliran Tapak Suci adalah keilmuan pencak silat yang berlandaskan Al Islam,
bersih dari syirik dan menyesatkan, dengan sikap mental dan gerak langkah yang
16

merupakan tindak tanduk kesucian dan mengutamakan Iman dan Akhlak, serta
berakar pada aliran Banjaran-Kauman, yang kemudian dikembangkan dengan
metodis dan dinamis.

Perguruan Tapak Suci adalah perguruan yang merupakan peleburan sekaligus


kelanjutan dari tiga paguron yang pernah ada sebelumnya, yaitu: Kasegu,
Seranoman (baca: Sironoman), dan Kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa
ajaran KH. Ahmad Dahlan, membina pencak silat yang berwatak serta
berkepribadian Indonesia, melestarikan budaya bangsa yang luhur dan bermoral,
serta mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama, bangsa, dan negara.

Atas desakan murid-murid Perguruan Kasegu kepada Pendekar Moh. Barrie


Irsyad untuk mendirikan satu perguruan yang mengabungkan perguruan yang
sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kesegu). Perguruan Tapak Suci berdiri pada
tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta. Ketua Umum pertama Tapak Suci
adalah Djarnawi Hadikusumo.

Setelah berdiri Tapak Suci menerima permintaan untuk membuka cabang di


daerah-daerah. Secara otomatis TAPAK SUCI menjadi wadah silaturahmi para
pendekar yang berada di lingkungan Muhammadiyah. Pada tahun 1964, ketika itu
Pimpinan Pusat Muhammadiyah diketuai oleh KH Ahmad Badawi, Tapak Suci
diterima menjadi organisasi otonom Muhammadiyah. Nama perguruan menjadi
Tapak Suci Putera Muhammadiyah, disingkat Tapak Suci.

Keluarga I Tapak Suci berdiri di Jawa Timur, lalu disusul di Sumatra Selatan,
Jakarta, dan Sumatra Barat. Kini Tapak Suci telah menyebar ke Singapura,
Belanda, Jerman, Austria, dan Mesir.

Susunan organisasi Tapak Suci dibuat secara berjenjang dari tingkat Pimpinan
Pusat, Pimpinan Wilayah, Pimpinan Daerah, dan Pimpinan Cabang. Pimpinan
Pusat Tapak Suci adatah pimpinan tertinggi yang melaksanakan kepemimpinan
dan bertanggung jawab keluar dan ke dalam. Pimpinan Wilayah Tapak Suci
berkedudukan di ibu kota propinsi/daerah tingkat I, bertindak sebagai Pimpinan
17

Wilayah sekaligus Komisaris Pimpinan Pusat yang melaksanakan koordinasi


administrasi dan operasional daerah.
Pimpinan Daerah Tapak Suci berkedudukan di setiap kabupaten/kota
administrasi sebagai pelaksana administrasi dan bertindak secara operasional.
Untuk melancarkan tugas operasional, Pimpinan Daerah dapat mendirikan
cabang Tapak Suci di daerahnya. Pimpinan Pusat juga dapat membentuk
Perwakilan Wilayah di luar negeri sebagai pelaksana administrasi dan bertindak
secara operasional.Keanggotaan Tapak Suci terdiri dari siswa, anggota penuh,
dan anggota kehormatan

7. Hizbul Wathan

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satu


organisasi otonom (ortom) di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA),
Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah
(IPM).

HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M) atas


prakarsa KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah.
Prakarsa itu timbul saat dia selesai memberi pengajian di Solo, dan
melihat latihan Pandu di alun-alun Mangkunegaran. Gerakan ini kemudian
meleburkan diri ke dalam Gerakan Pramuka pada 1961, dan dibangkitkan
kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan SK Nomor 92/SK-
PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Sya'ban 1420 H (18 November 1999 M) dan
dipertegas dengan SK Nomor 10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah
1423 H (2 Februari 2003)

HW berasaskan Islam. HW didirikan untuk menyiapkan dan membina


anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu
dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan terwujudnya
pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kade
persyarikatan, umat, dan bangsa.
18

HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar


lingkungan keluarga dan sekolah

1. bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh


wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia.
2. bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan
masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar
belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia
hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota
dewasa (pembina)
3. bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah
suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
4. tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW
tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan
aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW adalah Persyarikatan
Muhammadiyah.

Identitas HW

1. HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang


dilakukan oleh HW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan
membentuk peserta didik berakhlak mulia.
2. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya
mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan

Ciri Khas HW

1. Ciri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode


Kepanduan, yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan.
Pelaksanaannya disesuaikan kepentingan, kebutuhan, situasi, kondisi
masyarakat, serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.
2. Prinsip Dasar Kepanduan adalah
a. pengamalan akidah Islamiyah;
b. pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;
19

c. pengamalan kode kehormatan pandu.


3. Metode Kepanduan
a. pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;
b. kegiatan dilakukan di alam terbuka;
c. pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan
menantang;
d. penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
e. sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu
puteri.

Susunan organisasi Hizbut Wathan dibuat secara berjenjang dari tingkat Kwartir
Pusat, Kwartir Wilayah, Kwartir Daerah/Kota, dan Kwartir Cabang. Kwartir Pusat
adalah kesatuan wilayah-wilayah dalam ruang lingkup nasional. Kwartir Wilayah
adalah kesatuan kwartir-kwartir daerah dalam satu propinsi. Kwartir Daerah/Kota
adalah kesatuan kesatuan kwartir-kwartir Cabang dalam satu daerah/kota.
Sedangkan Kwartir Cabang adatah kesatuan golongan-golongan (tempat
pelatihan).

8. KOKAM (Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah)

Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah atau disingkat


KOKAM adalah salah satu bidang program kerja organisasi otonom dari
Muhammadiyah adalah Pemuda Muhammadiyah, yaitu program kerja bidang
KOKAM dan SAR.[1]

Atas usul pimpinan dan disambut dengan suara bulat oleh peserta kursus untuk
membentuk Kesatuan Perjuangan di dalam Muhammadiyah Jakarta Raya
dengan nama Komando Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan Muhammadiyah yang
disingkat KOKAM. Tepat jam 21.30 tanggal 01 Oktober 1965 diproklamirkan
berdirinya KOKAM.

Kemudian Pak Prodjokusumo selaku Komandan KOKAM mengeluarkan instruksi


sebagai berikut:

1. Di setiap Cabang Muhammadiyah segera dibentuk KOKAM


20

2. Seluruh pimpinan cabang setiap hari harus memmberikan laporan ke


Markas Besar KOKAM di Jl. Limau Kebayoran Baru.
3. Angkatan Muda Muhammadiyah disetiap cabang bertanggungjawab atas
keselamatan semua keluarga Muhammadiyah di Cabangnya masing-
masing
4. Seluruh pimpinan Angkatan Muda Muhammadiyah siap dan waspada
menghadapi segala yang terjadi guna membela Agama, negara dan
bangsa
5. Mengadakan kerjasama yang sebaik-baiknya dengan kekuatan-kekuatan
yang anti Gerakan 30 September.

KOKAM adalah Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah, yang


betugas mengamankan setiap even yang diselenggarakan oleh muhammadiyah
baik ditingkat ranting, daerah bahkan wilayah pusat. Peran kokam dalam tugas
keamanan ternyata tidak hanya dalam lingkup Muhammadiyah saja akan tetapi
bersama dengan unsur keamanan lain telah diberi kepercayaan untuk ambil
peran di dalamnya.
21

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah melihat pembahasan tentang Muhammadiyah, maka kita dapati


bahwasannya organisasi ini bergerak dalam banyak bidang untuk kegiatan
da’wah. Sehingga pada realitanya organisasi ini bisa berpengaruh besar dan
tetap eksis di kalangan masyarakat Indonesia.

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW. sehingga
Muhammadiyah juga dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut
Nabi Muhammad SAW. Latar belakang KH Ahmad Dahlan memilih nama
Muhammadiyah yang pada masa itu sangat asing bagi telinga masyarakat
umum adalah untuk memancing rasa ingin tahu dari masyarakat, sehingga ada
celah untuk memberikan penjelasan dan keterangan seluas-luasnya tentang
agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.

B. Saran
Sebagai makhluk yang beragama khususnya bagi kita yang beragamaIslam
sudah sepantasnyalah kita lebih mengenal dan memahami tentang Organiisasi
Muhammadiyah, karena Organisasi Muhammadiyah menagajarkan Islam yang
murni dan memurnikan segala bentuk penyimpangan agama, selain itu ada
beberapa amal usaha dan organisasi otonom Muhammadiyah yang patut kita
ketahaui pula.
22

DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Nasril ,2008. Pedoman Hidup Islami warga Muhammadiyah. Jakarta:


Suara Muhammadiyah
Harun, Lukman. 1990. Muhammadiyah dalam Undang-Undang Pendidikan Nasional.
Jakarta: Matraprint Edy
Soeratno,Siti Chamamah .2009. Muhammadiyah sebagai gerakan Seni dan
budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Hamid,Suandi.2005.Profesionalisme dan Akuntanbilitas Amal Usaha Muhammadiyah
.Jakarta: LPTP PP Muhammadiyah
‘Aisyiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org >wiki> ‘Aisyiyah
Pemuda Muhammadiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org >wiki> Pemuda Muhammadiyah
Nasiatul Aisyiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org >wiki> Nasiatul Aisyiyah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org >wiki> Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org >wiki> Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Tapak Suci Putra Muhammadiyah-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org .>wiki>Tapak Suci Putra Muhammadiyah
Hisbul Watan-Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
https://id.wikipedia org .>wiki> Hisbul Watan

Anda mungkin juga menyukai