Sop Pemasangan Fco Sesudah Arrester

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 37

SOP PEMASANGAN FCO SESUDAH

ARRESTER
SOP PEMASANGAN FCO SESUDAH ARRESTER

I. Jenis-Jenis Pemeliharaan

Jenis–jenis pemeliharaan peralatan adalah sebagai berikut :


a). Predictive Maintenance (Conditional Maintenance) adalah pemeliharaan yang dilakukan
dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya
peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat
diketahui gejala kerusakan secara dini. Cara yang biasa dipakai adalah memonitor kondisi
secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan
peralatan dan personil khusus untuk analisa. Pemeliharaan ini disebut juga pemeliharaan
berdasarkan kondisi (Condition Base Maintenance ).

b). Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk
mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini
dilaksanakan secara berkala dengan berpedoman kepada : Instruction Manual dari pabrik,
standar-standar yang ada ( IEC, CIGRE, dll ) dan pengalaman operasi di lapangan.
Pemeliharaan ini disebut juga dengan pemeliharaan berdasarkan waktu ( Time Base
Maintenance ).
c). Corrective Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada
waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah
pada saat menjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula
disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga Corective
Maintenance, yang bisa berupa Trouble Shooting atau penggantian part/bagian yang rusak
atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana.

d). Breakdown Maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadi kerusakan
mendadak yang waktunya tidak tertentu dan sifatnya darurat.
II. Fuse Cut Out

a. Pengertian

Fuse (pelebur) merupakan suatu peralatan pengaman yang telah dirancang

khusus dan akan akan bekerja (melebur) jika arus yang melewatinya melebihi suatu

nilai tertentu (arus nominal) yang telah ditentukan. Apabila terjadi gangguan maka

elemen pelebur yang terletak pada tabung fiber akan meleleh dan terjadi busur api yang akan

mengenai tabung fiber sehingga menghasilkan gas yang akan memadamkan busur api. Jika

sudah putus FCO akan membuka dan menggantung di udara (SPLN 64).

Karakteristik waktu/arus dari sebuah fuse adalah I2t. Karakteristik arus waktu dari berbagai
sambungan fuse yang berbeda, elemen-elemennya berbeda dan membutuhkan perhatian yang
hati-hati untuk memakainya pada sebuah sistem.

Fuse cut out sendiri meupakan suatu alat pengaman yang melindungi jaringan terhadap rus

beban lebih (over load current) dan yang mengalir melebihi dari batas maksimum.

Konstruksi dari fuse cut out ni jauh lebih sederhana jika dibandingkan dengan pemutus beban

(circuit breaker) yang terdapat pada gardu induk (sub-station). Akan tetapi fuse cut out ini

memiliki kemampuan yang sama dengan pemutus beban tadi. Fuse cut out ini hanya dapat

memutuskan satu saluran tiga fasa, maka dibutuhkan fuse cut out sebanyak tiga buah untuk

saluran tiga fasa. Selain itu Fuse cut out juga merupakan pengaman lebur yang ditempatkan
pada sisi TM yang gunanya untuk mengamankan jaringan TM dan peralatan kearah GI

terhadap hubungan singkat di trafo, atau sisi TM sebelum trafo tetapi sesudah cut out. Untuk

menentukan besarnya cut out yang harus dipasang, maka harus diketahui arus nominal trafo

pada sisi TM, sedangkan besarnya cut out harus lebih besar dari arus nominal trafo sisi TM

a. Prinsip Kerja

Pada sistem distribusi FCO yang digunakan mempunyai prinsip melebur, apabila

dilewati arus yang melebihi batas arus nominalnya. Biasanya FCO dipasang setelah PTS

maupun LBS untuk memproteksi feeder dari gangguan hubung singkat dan dipasang seri

dengan jaringan yang dilindunginya. FCO juga sering ditemukan pada setiap trafo.

Penggunaan FCO ini merupakan bagian yang terlemah di dalam jaringan sistem

distribusi karena FCO boleh dikatakan hanya berupa sehelai kawat yang memiliki

penampang yang disesuaikan dengan besarnya arus maksimum yang diperkenankan mengalir

di dalam kawat tersebut. Pemilihan kawat yang digunakan pada fuse cut out ini didasarkan

pada faktor lumer yang rendah dan harus memiliki daya hantar (conductivity) yang tinggi.

Faktor lumer ini ditentukan oleh temperatur bahan tersebut. Biasanya bahan-bahan yang

digunakan untuk FCO adalah kawat perak, kawat tembaga, kawat seng, kawat timbel atau

kawat paduan dari bahan – bahan tersebut. Pada umumnya diantara kawat diatas, yang sering

digunakan adalah kawat logam perak, hal ini karena logam perak memiliki Resistansi

Spesifik (µΩ/cm) yang paling rendah dan Titik Lebur (oC) yang rendah. Kawat ini

dipasangkan di dalam tabung porselin yang diisi dengan pasir putih sebagai pemadam busur

api, dan menghubungkan kawat tersebut pada kawat fasa, sehingga arus mengalir melaluinya.

Tabel 1. Tabel Titik Lebur dan Resistansi Spesifik Jenis Logam Penghantar Pada FCO

No Jenis Logam Titik Lebur (oC) Resistansi Spesifik (µΩ/cm)


1 Tembaga 1090 1,7

2 Aluminium 665 2,8

3 Perak 980 1,6

4 Timah 240 11,2

5 Seng 419 6,0

Jika arus beban lebih melampaui batas yang diperkenankan, maka kawat perak di

dalamtabung porselin akan putus dan arus yang membahayakan dapat dihentikan. Pada waktu

kawat putus terjadi busur api, yang segera dipadamkan oleh pasir yang berada di dalam

tabung porselin Karena udara yang berada di dalam porselin itu kecil maka kemungkinan

timbulnya ledakan akan berkurang karena diredam oleh pasir putih. Panas yang ditimbulkan

sebagian besar akan diserap oleh pasir putih tersebut. Apabila kawat perak menjadi lumer

karena tenaga arus yang melebihi maksimum, maka waktu itu kawat akan hancur. Karena

adanya gaya hentakan, maka tabung porselin akan terlempar keluar dari kontaknya. Dengan

terlepasnya tabung porselin ini yang berfungsi sebagai saklar pemisah, maka terhidarlah

peralatan jaringan distribusi dari gangguan arus beban lebih atau arus hubung singkat.

Umur dari fuse cut out initergantung pada arus yang melaluinya. Bila arus yang

melalui FCO tersebut melebihi batas maksimum, maka umur fuse cut out lebih pendek. Oleh

karena itu pemasangan FCO pada jaringan distribusi hendaknya yang memiliki kemampuan

lebih besar dari kualitas tegangan jaringan, lebih kurang tiga sampai lima kali arus nominal

yang diperkenankan. Fuse cut out ini biasanya ditempatkan sebagai pengaman tansformator

distribusi dan pengaman pada cabang – cabang saluran feeder yang menuju ke jaringan

distribusi sekunder.
b. Klasifikasi Pengaman Lebur

Fuse atau pengaman lebur tegangan tinggi menurut kekuatan dapat digolongkan

menjadi dua, yaitu:

1. Fuse Cut Out distribusi, mempunyai sifat:

a. Kekuatan isolasinya berada pada tingkat distribusi

b. Terutama digunakan dalam rangkaian distribusi

c. Konstruksi mekanis disesuaikan untuk dipasang diatas tiang

d. Batas tegangan operasinya berhubungan dengan tegangan sistem distribusinya

Cut out distribusi mempunyai penyangga yang bersifat menyekat dan memegang

pelebur yang dilapisi dengan bahan organik. Pemutusan karena arus lebih, akan terjadi pada

pemegang-pemegang oleh aksi ionisasi dari gas yang dihasilkan oleh lapisan bahan organik

sewaktu terkena busur panas api yang timbul karena mencairnya sambungan pelebur.

Dalam jaringan distribusi ada beberapa tipe cut out pelebur, yaitu :

a. FCO tipe plug

b. FCO tipe pintu

c. FCO tipe terbuka

2. Pengaman lebur tembaga, mempunyai sifat:

a. Kekuatan isolasi berada pada tingkatan tenaga

b. Digunakan terutama pada gardu induk dan distribusi

c. Konstruksi mekanis di sesuaikan dengan pemasangan dalam gardu

d. Tegangan kerjanya sesuai dengan di gardu dan tegangan sistem transmisinya

Pengaman lebur tembaga rating tegangan, arus beban dan rating arus yang lebih tinggi

daripada FCO disisi busi. Ada dua jenis pengaman lebur tambaga, yaitu:

a. Tipe ekspulsi, pemutusan arus lebih lewat arus diionisasi dari gas seperti pada FCO
b. Tipe pembatas arus, pemutusan arus lebih terjadi pada waktu busur api yang timbul karena

melelehnya elemen lebur dikalahkan pembatas mekanik dan aksi pendinginan dan pengisian

pasir disekitar elemen lebur.

1. Rating Pengaman Lebur

Pengaman lebur memiliki rating tegangan, rating arus dan rating pemutus.

1. Rating direncanakan untuk beroperasi.tegangan

Adalah tegangan searah atau bolak-balik yang mana pengaman lebur

2. Rating arus

Adalah besarnya arus searah atau arus bolak-balik maksimum dalam Ampere pada rating

frekuensi yang mengalir tanpa menimbulkan kenaikan suhu yang melampaui batas.

3. Rating pemutus

Adalah arus hubung singkat maksimum yang ditunjuk pada tegangan rated yang dapat

memutus pelebur dengan aman.

2. Karakteristik Pengaman Lebur

Pelebur atau fuse mempunyai dua karakteristik yaitu:

1. Karakteristik pengaman, yaitu hubungan antara arus hubung singkat simetri atau asimetri

dengan arus pemutusan pelebur (arus cut out).

2. Karakteristik pencairan (melting) dan pemutusan (clearing), yaitu hubungan antara arus

gangguan dengan waktu mulai mencair dan pemutusan fuse. Untuk ini ada dua kurva yaitu

maksimum clearing time dan minimum melting time.

Karakteristik dari Fuse Cut Out (FCO) ialah lamanya waktu pemutusan yang tergantung

dari besarnya arus yang mengalir pada peleburnya. Perbedaan kurva antara kedua tipe
didasarkan pada “speed ratio”, yaitu perbandingan antar arus leleh minimum pada 0,1 detik

dan arus leleh minimum pada 300 atau 600 detik. Untuk fuse link tipe “K” (tipe cepat) speed

ratio = 6-8. Untuk fuse link tipe “T” (tipe lambat) speed ratio = 10-13.

Kurva karakteristik arus waktu memiliki dua macam karakteristik yaitu; Minimum

Melting (MM) dan Maximum Clearing atau Total Clearing (TC). Karakteristik MM

menunjukan kondisi link mengalami kerusakan sebagian, dan TC adalah kondisi ketika link

putus sempurna. Batas operasi minimum fuse link dikenal sebagai rating arus kontinyu

(continuous current), sedangkan batas operasi maksimum adalah symmetrical interrupting

rating .

Gambar 2.8 Konstruksi Fuse Cut Out

Keterangan:

1. Isolator porselin

2. Kontak tembaga (disepuh perak)

3. Alat pemadam/pemutus busur

4. Tutup yang dapat dilepas (dari kuningan)

5. Mata kait (dari perak)

6. Tabung pelebur (dari resin)

7. Penggantung (dari kuningan)


8. Klem pemegang (dari baja)

9. Klem terminal (dari kunin-gan)

1.

Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut :

1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi

tegangan rendah (380/200) Volt.

2. Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan

melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi

tegangan menengah (20 kV).

3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran

petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).

4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah

(220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena

hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.

5. Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih

karena sambaran petir dan switching.

6. Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila

terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.

7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.

prosedur pemasangan dan pelepasan

KOMBINASI Pemasangan ARRESTER DAN FUSE CUT OUT


Pada realita di lapangan, seringkali dijumpai beberapa desain kombinasi pemasangan FCO dan
Arrester, di beberapa daerah ada konstruksi pemasangan setelah SUTM (Saluran Udara Tegangan
Menengah ) dipasang Arrester kemudian FCO dan sebaliknya. Berikut kajian – kajian mengenai
pemasangan konstruksi tersebut :

1. Konstruksi Arrester sebelum FCO


Pemasangan Arrester sebelum FCO

Keuntungannya :

 Ketika ada gelombang petir yang merambat ke SUTM, maka gelombang petir akan mencari
pentanahan terdekat, dengan dipasangkan Arrester diparallel dengan FCO maka arrester akan
menchoping puncak gelombang petir. Namun masih ada sisa gelombang petir yang masuk ke
trafo. Arus yang masuk ini sangat kecil dibandingkan BIL Trafo.

Kerugiannya :

 Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang dan Penghantar LA lebih panjang


 Jika ada arrester rusak atau bocor maka akan merusak trafo

2. Pemasangan Lightning Arrester setelah FCO


Pemasangan LA Sebelum FCO

Keuntungan :

 Bila ada gelombang petir yang merambat pada SUTM maka FCO akan putus , jadi ketika LA
rusak atau gagal akan diamankan oleh FCO

Kerugiannya :

 Fuse link rentan terhadap surja petir, ketika ada satu fasa Fco putus maka akan ada beban tak
seimbang, maka akan merusak/ memanaskan beban 3 fasa seperti motor induksi

SISTEM DISTRIBUSI GARDU


TRAFO TIANG
January 20, 2016Uncategorized

1.Pendahuluan

 Latar Belakang

Gardu Trafo Tiang merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau
mendistribusikan tenaga listrik pada beban atau konsumen baik konsumen tegangan
menengah maupun konsumen tegangan rendah. Gardu Trafo Tiang adalah merupakan salah
satu komponen instalasi tenaga listrik yang terpasang di jaringan distribusi dan berlokasi
dekat dengan konsmen. Berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan
menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.
Mengingat fungsi dan harga trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan peralatan
distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif, dengan
kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh tenaga yang
terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.

 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana pengoperasian Gardu Trafo Tiang sesuai SOP (Standart Operasional Prosedur)?
2. Apa saja komponen Gardu Trafo Tiang?
3. Apa saja macam Gardu Distribusi?
4. Bagaimana cara pemeliharaan Gardu Trafo Tiang?

1.3 Tujuan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diperoleh tujuan penulisan sebagai berikut.

1. Menjelaskan pengoperasian Gardu Trafo Tiang sesuai SOP (Standart Opersional Prosedur).
2. Menjelaskan komponen Gardu Trafo Tiang.
3. Menjelaskan macam Gardu Distribusi.
4. Menjelaskan cara pemliharaan Gardu Trafo Tiang.

2.Pembahasan

2.1 SOP Pengoperasian Gardu Trafo Tiang

Standard Operation Prosedure (SOP) adalah suatu petunjuk pengoperasian/ pemeliharaan


GTT 20 kV dengan baik dan benar.

 GW = Ground Wire
 LA = Lighting Arrester

GW dan LA akan bekerja secara optimal apabila nilai tahanan tanah (grounding) mendekati
nol

1. SOP pengoperasian GTT yang dilengkapi dengan PHB-TR sebagai berikut :

 Melepas beban jaringan tegangan rendah


1. Melepas fuse jurusan JTR secara bertahap (no 11)
2. Melepas fuse utama JTR (no 9)
3. Melepas saklar utama JTR (no 8)
4. Melepas CO JTM secara bertahap (no 2)

 Memasukkan beban jaringan tegangan rendah

1. Masukkan CO bertahap (no 2)


2. Masukkan saklar utama (no 8)
3. Masukkan fuse utama (no 9)
4. Masukkan fuse jurusan bertahap (no 11)

Untuk mengoptimalkan operasi dan pengamanan GTT, penyaluran pentanahan harus


dipasang berdasarkan klasifikasi system. Saluran pentanahan netral trafo digabung dengan
saluran netral SUTR dan digrounding. Untuk saluran LA digabungan dengan rangka / body
trafo dan rangka PHB – TR serta ditanahkan secara tersendiri.

2. LIGHTING ARRESTER (LA)

LA digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap tegangan lebih surja petir, system
pemasangan LA, Sebagai berikut :

1. LA dipasang antara SUTM dan CO, apabila saluran terkena surja petir akan diamankan LA
dan disalurkan ke tanah, gambar a.
2. LA dipasang setelah CO, apabila SUTM tersambar surja petir akan diamankan CO, gambar b
(Sistem pada PLN distribusi Jatim)

2.2 Komponen Gardu Trafo Tiang

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga listrik
yang terpasang di jaringan distribusi. Berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari
tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke
konsumen. Mengingat fungsi dan harga trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan dengan
peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara intensif,
dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani oleh
tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut berjalan
dengan efektif.

Komponen-komponen utama GTT:


1. Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20kV) menjadi
tegangan rendah (380/200)Volt.
2. Fuse Cut Out (CO) : Sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan
melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO dipasang pada sisi
tegangan menengah (20kV)
3. Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh sambaran
petir dan switching (SPLN se.022/PTS/73)
4. NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang pada sisi tegangan
rendah (20kV), maupun karena beban lebih.
5. Grounding Arrester : Untuk menyalurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih
karena sambaran petir dan switching.
6. Grounding Trafo : Untuk menghindari tegangan lebih pada phasa yang sehat bila terjadi
gangguan satu phasa ke tanah maupun yang disebabkan oleh beban tidak seimbang.
7. Grounding LV Panel : sebagai pengaman apabila terjadi arus bocor yang mengalir pada LV
Panel.
8. Isolasi : sebagai penyekat antara bagian bertegangan dengan tidak bertegangan. Digunakan
sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat dengan tiang.

Jaringan Tegangan Menengah (JTM) atau Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
20kV. Karena tegangan masih tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara
langsung, kecuali pada beban yang didesain khusus. Ditribusi primer merupakan saluran yang
akan mensuplay ke Gardu Tiang Trafo(GTT), unit peralatan yang termasuk sisi primer, sbb:

 Saluran sambungan (jamper) dari SUTM ke unit trafo (Primer Trafo)


 Cut Out (CO)
 Ligthning Arrester (LA)
 Saluran masukan

1. Saluran Sambungan dari SUTM ke Unit Trafo

Besar arus sambungan SUTM menuju ke saluran trafo distribusi sisi primer dihitung
berdasarkan besar kapasitas daya trafo terpasang.

2. Cut Out

Cut Out berfungsi untuk opersai dan sebagai unit trafo, cara kerjanya sebagai berikut:

 Membuka dan menutup saluran ke GTT, untuk mengoperasikan harus memakai tongkat
khusus (stick) dan prinsip kerjanya seperti sakelar
 CO sebagai pengamanan trafo atau GTT, karena unit CO dilengkapi dengan Fuse Link dan
akan bekerja atau putus apabila dilewatioleh arus listrik yang lebih besar dari kapasitasnya
 Proses putusnya Fuse Link, bias disebabkan karena:
o SUTM terkena surja petir dan merambat pada saluran masukan GTT.
o Pada saat ada gangguan hubung singkat pada saluran ke trafo atau pada unit
trafonya.
o Saluran pengahantar dari SUTM ke CO memakai kabel jenis NYAF.
Besar kapasitas CO tergantung dari besar Fuse Link, dan besar Fuse Link harus disesuaikan
dengan daya trafo, dan berfungsi sebagai pengaman(seperti pada fuse atau sekering). Apabila
terjadi gangguan pada unit trafo maka fuse link akan putus, dan bisa diganti. Besar fuse link
dari PLN adalah 3, 6, 10 A., karena disuaikan dengan besar kapasitas Trafo Distribusi milik
PLN.

3. Ligthning Arrester (LA)

Lightning Arrester (LA) digunakan untuk pengamanan SUTM terhadap gangguan tegangan
lebih surja petir, system pemasangan LA, sbb:

 LA dipasang antara SUTM dan CO

Apabila SUTM terkena gangguan surja petir, maka arus gangguan akan diamankan LA dan
selanjutnya disalurkan ketanah.

 LA dipasang setelah CO

Apabila SUTM tersambar surja petir, maka arus gangguan akan diamankan CO lebih dan
arus sisa gangguan akan diamankan lebih lanjut oleh LA

2.3 Macam-macam Gardu Distribusi

Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal yang diantaranya :

1. Gardu Hubung

Gardu hubung adalah gardu yang berfungsi untuk membagi beban pada sejumlah gardu
atau untuk menghubungkan satu feeder TM dengan feeder TM yang lain. Dengan demikian
pada gardu ini hanya dilengkapi peralatan hubung dan bila perlu misalnya untuk melayani
konsumen TM dilengkapi dengan alat pembatas dan pengukur.

2. Gardu Trafo

Gardu Trafo adalah gardu yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada
konsumen yang memerlukan tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo
dipasang/ditempatkan satu atau dua trafodistribusi yang dipergunakan untuk merubah
tegangan menengah menjadi tegangan rendah selain dari peralatan hubungnya untuk
melayani konsumen tegangan rendah.

3. Gardu Open Type (Gardu Sel)

Gardu open type adalah gardu distribusi yang mempunyai peralatan hubung terbuka. Dimana
dalam bekerjanya pisau-pisau dalam peralatan hubung, dapat dengan mudah dilihat mata
biasa (dapat diawasi) baik pada saat masuk (menutup) atau saat keluar (membuka). Biasanya
tempat pemasangan peralatan hubung semacam ini diberi sekat antara satu dengan yang
lainnya yang terbuat dari tembok dan karena hal ini, gardu tembol open type sering disebut
gardu sel. Gardu Closed Type (Gardu Kubikel) Gardu closed type adalah gardu distribusi
baik gardu trafo atau gardu hubung yang memiliki peralatan hubung tertutup. Dimana
peralatan hubung baik untuk incoming, aut going, pengamatan trafo dan sebagainnya
ditempatkan dalam suatu lemari khusus yang tertutup sehingga bekerjanya pisau-pisau
peralatan hubung tidak dapat dilihat yang disebut kubikel, untuk ini gardu dengan type ini
sering disebut sebagai gardu kubikel.

4. Gardu Tembok (Gardu Beton)

Gardu tembok adalah gardu trafo /hubung yang secara keseluruhan konstruksinya tersebut
dari tembok/beton.

5. Gardu Kios (Gardu Besi)

Gardu kios adalah gardu yang bangunan keseluruhannya terbuat dari plat besi
dengan konstruksi seperti kios.

2.4 Pemeliharaan Gardu Trafo Tiang

Tenaga Listrik merupakan suatu kebutuhan pokok bagi masyarakat saat ini, oleh karena itu
Tenaga Listrik harus dapat tersedia secara terus menerus dengan mutu dan keadaan yang
tinggi, untuk dapat tercapainya hal tersebut salah satu usaha adalah dengan tetap
terpeliharanya instalasi Sistem Tenaga Listrik di sisi Pembangkitan, Penyeluran dan
Distribusinya.

Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam instalasi Tenaga Listrik
perlu dipelihara, hal ini bertujuan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan tersebut,
terpeliharanya instalasi tenaga listrik dengan baik dapat mempertahan mutu dan kendala
penyaluran tenaga listrik.

Gardu Trafo Tiang (GTT) adalah merupakan salah satu komponen instalasi tenaga listrik
yang terpasang di Jaringan Distribusi berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari
tegangan menengah ke tegangan rendah, dan selanjutnya tegangan rendah tersebut disalurkan
ke konsumen. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila dibandingkan
dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang dilakukan secara
intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen GTT dan ditangani
oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar pemeliharaan tersebut
berjalan dengan efektif.

1. PERALATAN
2. Peralatan Kerja

 Toolkit
 AVO meter
 Squencial
 Puller
 Tangga

l Peralatan K3 (helm, safety belt, sarung tangan, kacamata pengaman)

 Peralatan pembersih (kain lap, vaseline)

1. PELAKSANAAN PEMELIHARAAN
2. Pemadaman / Pembebasan Tegangan
3. Pelaksana telah siap dengan peralatan dan material pendukung
4. Melakukan pengetesan / pengukuran

 Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)


 Rotasi Meter
 Arus tiap phasa

3. Lapor ke operator gangguan terkait dengan rencana pemadaman listrik.


4. Jika sudah ada izin operator, maka dilakukan pelepasan beban pada sisi TR dengan cara :

 Melepas saklar utama bila LV panel dilengkapi dengan saklar utama.


 Melepas fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi dengan saklar utama.

5. Melepas fuse masing-masing jurusan pada masing-masing phasa.


6. Melepas fuse cut out (FCO) 20 kV.
7. Tes LV panel dengan voltmeter atau alat tester lainnya, apakah tegangan trafo sudah benar-
benar tidak ada.
8. Periksa / tes ulang pada JTR, apakah tidak ada tegangan dari luar.
9. Beri pengaman tegangan (grounding) pada sisi JTR.

2. Pelaksanaan Pemeliharaan
3. Periksa fisik trafo, apakah ada perubahan bentuk fisik trafo dan bila ada, sejauh mana dapat
diperbaiki segera.
4. Periksa paking dan baut penyikat.
5. Periksa minyak trafo, ambil contoh minyak trafo untuk tes.
6. Periksa kondisi bushing MV isolator .
7. Periksa kondisi bushing LV isolator.
8. Periksa semua terminal penghubung.
9. Periksa terminal netral / ground netral.
10. Periksa kran / saluran minyak trafo.
11. Bersihkan dan cuci bushing trafo dari kerak.
12. Bersihkan tabung trafo dari bekas minyak trafo yang merembes.
13. Bersikan semua terminal penghubung.
14. Tambah minyak trafo bila ada kekurangan.
15. Kencangkan semua baut pengikat.
16. Tes kondisi masing-masing phasa dengan netral menggunakan AVO meter.
17. Tes kondisi masing-masing kabel incoming yang menuju LV panel.
18. Periksa masing-masing terminal lug.
19. Periksa dan bersihkan masing-masing terminal pada fuse base.
20. Periksa dan bersihkan terminal pada main contactor.
21. Kencangkan semua baut pengikat pada main contactor.
22. Periksa dan bersihkan pisau / busur api pada main contactor.
23. Tes pentanahan / grounding system.
24. Bersihkan dan cuci LV panel dari debu dan kotoran lain yang melekat.

3. Pemasukan Tegangan Kembali


4. Periksa ulang kondisi peralatan dan pastikan bahwa semua komponen telah sesuai dengan
fungsinya.
5. Lapor ke operator gangguan bahwa pekerjaan pemeliharaan telah selesai dan siap untuk
dioperasikan kembali.
6. Jika telah mendapat izin operator, lepas grounding yang terpasang pada line SUTR.
7. Masukkan FCO 20 kV, pastikan trafo sudah bertegangan.
8. Masukkan tegangan pada sisi TR dengan cara :

 Masukkan saklar utama bila LV panel dilengkapi saklar utama.


 Masukkan fuse utama bila LV panel tidak dilengkapi saklar utama.

6. Masukkan fuse jurusan secara berurutan pada masing-masing phasa.


7. Melakukan pengetesan / pengukuran

 Tegangan (phasa to phasa, phasa to netral)


 Rotasi Meter
 Arus tiap phasa

1. Jika semua pengukuran sudah baik dan normal, berarti pekerjaan selesai.

3. Penutup
o Simpulan

Gardu Trafo Tiang merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang
berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan atau
mendistribusikan tenaga listrik. Standard Operation Prosedure (SOP) adalah suatu petunjuk
pengoperasian/ pemeliharaan GTT 20 kV dengan baik dan benar. Gardu Trafo Tiang (GTT)
berfungsi sebagai trafo daya penurun tegangan dari tegangan menengah ke tegangan rendah,
dan selanjutnya tegangan tersebut disalurkan ke konsumen.

Gardu distribusi dapat dibedakan dari beberapa hal yang diantaranya :

1. Gardu Hubung
2. Gardu Trafo
3. Gardu Open Type (Gardu Sel)
4. Gardu Tembok (Gardu Beton)
5. Gardu Kios (Gardu Besi)
6. Gardu Trafo
7. Gardu Open Type (Gardu Sel)
8. Gardu Tembok (Gardu Beton)
9. Gardu Kios (Gardu Besi)

Sebagaimana peralatan pada umumnya, peralatan yang operasi dalam instalasi Tenaga Listrik
perlu dipelihara. Mengingat fungsi dan harga dari trafo tersebut cukup mahal bila
dibandingkan dengan peralatan distribusi lainnya, maka pemeliharaan preventif yang
dilakukan secara intensif, dengan kriteria pemeliharaan yang jelas untuk setiap komponen
GTT dan ditangani oleh tenaga yang terampil dengan peralatan yang memadai agar
pemeliharaan tersebut berjalan dengan efektif.

3.2 Saran

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis dan pembaca yang
dapat diuraikan sebagai berikut.

 Bagi penulis

Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan bagi penulis mengenai
Sistem Distribusi Gardu Tiang.

 Bagi pembaca

Makalah ini diharapkan dapat memperluas wawasan pembaca mengenai Sistem Distribusi
Gardu Tiang serta dapat dijadikan referensi dan acuan dalam membuat inovasi baru sebagai
hasil dari aplikasi Sistem Distribusi Gardu Tiang

Daftar Rujukan
Mustafa. 2008. Gardu Tiang Trafo. (Online), (http://technoku.blogspot.com/2008/12/gardu-
tiang-trafo.html), diakses 20 April 2015.

Sahabat Blog. 2013. Pemeliharaan Gardu Trafo Tiang (GTT). (Online),


(http://infokitabersama123.blogspot.com/2013/02/pemeliharaan-gardu-trafo-tiang-gtt.html),
diakses 20 April 2015.

Tecnik Ichal. 2013. MAKALAH PERALATAN SISTEM TENAGA LISTRIK “Gardu Tiang / Gardu
Distribusi”. (Online), (http://ichaltecnik.blogspot.com/2013/06/makalah-peralatan-sistem-
tenaga-listrik.html) diakses pada 20 April 2015.

N Endro. 2013. SOP PEMELIHARAAN GARDU TRAFO TIANG (GTT). (Online),


(http://endron.blogspot.com/2013/11/sop-pemeliharaan-gardu-trafo-tiang-gtt.html), diakses
20 April 2015.

Nol Anak. 2010. Gardu Trafo Tiang (GTT) Distribusi. (Online),


(http://turunanilmu.blogspot.com/2010/12/gardu-trafo-tiang-gtt-distribusi.html), diakses 20
April 2015.

Udhin Zainudhin. 2013. Gardu Trafo Tiang. (Online), (Http://Elektroteknik-


Unm.Blogspot.Com/2013/10/Gardu-Trafo-Tiang.Html). Diakses 20 April 2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sistem distribusi dibedakan atas jaringan distribusi primer dan sekunder. Jaringan
distribusi primer adalah jaringan dari trafo gardu induk (GI) ke gardu distribusi, sedangkan
sekunder adalah jaringan saluran dari trafo gardu ditribusi hingga konsumen atau beban.
Jaringan distribusi primer lebih dikenal dengan jaringan tegangan menengah (JTM 20kV)
sedangkan distribusi sekunder adalah jaringan tegangan rendah ( JTR 220/380V ). Jaringan
distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang terdekat dengan pelanggan atau
beban dibanding dengan jaringan transmisi. Salah satu peralatan utama jaringan distribusi
yaitu trafo distribusi, trafo distribusi adalah peralatan tenaga listrik yang berfungsi untuk
menurunkan tegangan tinggi ke tegangan rendah, agar tegangan yang dipakai sesuai dengan
rating peralatan listrik pelanggan atau beban pada umumnya. Untuk mencapai performa yang
maksimal, keandalan trafo distribusi harus tetap dijaga dengan maintenance berkala dan
memiliki sistem proteksi yang baik.

1.2.Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :


 Untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Distribusi Tenaga listrik mengenai
Perencanaan Konstruksi JTM dan Gardu Trafo Distribusi.
 Mahasiswa mampu mengidentifikasi perencanaan kontruksi JTM, gardu trafo distribusi.
 Mahasiswa mampu merencanakan rancangan JTM gardu trafo distribusi.
BAB II
PERENCANAAN KONTRUKSI JTM GARDU TRAFO DISTRIBUSI

2.1. Jaringan Tegangan Menengah


Jaringan tegangan menengah berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari
pembangkit atau gardu induk ke gardu distribusi. Jaringan ini dikenal dengan feeder atau
penyulang. Tegangan menengah yang digunakan PT. PLN adalah 12 kv dan 20 kv antar fasa
(VL-L).
A. Kontruksi Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
Konstruksi JTM terdiri dari :
a. Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
SUTM merupakan jaringan kawat tidak berisolasi dan berisolasi. Bagian utamanya
adalah tiang (beton, besi), Cross arm dan konduktor. Konduktor yang digunakan adalah
aluminium (AAAC), berukuran 240 mm2, 150 mm2, 70 mm2 dan 35 mm2.
Beberapa keuntungan dan kerugian sistem hantaran udara :
a) Keuntungan :
 Pemasangan lebih mudah dibandingkan dengan sistem hantaran kabel bawah tanah.
 Pemeliharaan jaringan lebih mudah dibandingkan dengan sistem kabel bawah tanah.
 Biaya pemasangan jauh lebih murah.
 Lokasi gangguan langsung dapat dideteksi.
 Mudah untuk perluasan jaringan.

b) Kerugian
 Mudah mendapat gangguan
 Pencurian melalui jaringan mudah dilakukan.
Beberapa keuntungan dan kerugian hantaran bawah tanah:
a) Keuntungan :
 Tidak mudah mengalami gangguan.
 Faktor keindahan lingkungan tidak terganggu.
 Tidak mudah dipengaruhi keadaan cuaca, seperti : cuaca buruk, taufan, hujan angin, bahaya
petir dan sebagainya.
 Faktor terhadap keselamatan jiwa terjamin.
b) Kerugian :
 Biaya pembuatan mahal.
 Gangguan biasanya bersifat permanent.
 Pencarian lokasi gangguan jauh lebih sulit dibandingkan menggunakan sistem hantaran
udara.

b. Saluran Kabel Tegangan Menegah (SKTM)


Kabel yang digunakan adalah berisolasi XLPE. Kabel ini ditanam langsung di
tanah pada kedalaman tertentu dan diberi pelindung terhadap pengaruh mekanis dari luar.
Kabel tanah ini memiliki isolasi sedemikian rupa sehingga mampu menahan tegangan tembus
yang ditimbulkan. Dibandingkan dengan kawat pada SUTM maka kabel tanah banyak
memiliki keuntungan diantaranya :
 Tidak mudah mengalami gangguan baik oleh cuaca dan binatang.
 Tidak merusak estetika (keindahan) kota.
 Pemeliharaannya hampir tidak ada.

1. Peralatan Kontruksi Untuk SKTM


 Kabel
Jenis kabel tegangan menengah adalah :
a. Poly Vinil Chlorida (PVC)
Digunakan untuk tegangan rendah dan tegangan menengah sampai 12 KV.
b. Poly Ethylene (PE)
Digunakan untuk tegangan diatas 10 KV.
Contoh : CPT dan VIC
c. X Cross Linked Poly Ethylene (XLPE)
Contoh : CVC5ZV

 Jointing
 Termination
 Sepatu kabel (Schoen cable)
 Instalasi Pembumian

2. Peralatan Konstruksi Untuk SUTM


a. Tiang Listrik
Tiang listrik untuk SUTM biasanya terdiri dari tiang tunggal, kecuali untuk gardu tiang
memakai tiang ganda. Pemasangan tiang biasanya dipasang di tepi jalan baik jalan raya
maupun gang. Pemasangan tiang dapat dikurangi dengan pemakaian sistem saluran bawah
tanah pada sistem distribusi. Tiang listrik biasanya berupa pipa makin ke atas makin kecil
diameternya, jadi tiang bawah mempunyai diameter besar. Tiang besi berangsur-angsur
diganti dengan tiang beton.
Perencanaan material dan ukuran tiang listrik ditentukan oleh faktor-faktor mekanis
seperti momen, kecepatan angin, kekuatan tanah, besar beban penghantar, kekuatan tiang dan
sebagainya. Jenis tiang listrik menurut kegunaanya :
 Tiang awal / akhir
 Tiang penyangga
 Tiang sudut
 Tiang Peregang / tiang tarik
 Tiang Topang
b. Cross Arm (Lengan Tiang)
Cross Arm dipakai untuk menjaga penghantar dan peralatan yang perlu dipasang diatas
tiang. Material Cross Arm terbuat dari besi. Cross Arm dipasang pada tiang. Pemasangan
dapat dengan memasang klem-klem, disekrup dengan baut dan mur secara langsung. Pada
Cross Arm dipasang baut-baut penyangga isolator dan peralatan lainnya, biasanya Cross Arm
ini dibor terlebih dahulu untuk membuat lubang-lubang baut.
c. Isolator
Isolator adalah alat untuk mengisolasi penghantar dari tiang listrik atau Cross Arm.
Jenis-jenis isolator yang digunakan biasanya dipakai untuk SUTM adalah isolator tumpu.
Isolator tarik biasanya dipasang di tiang tarik atau akhir dan isolator tumpu biasanya dipasang
pada tiang penyangga.
2.2. Jenis Gardu Yang Digunakan Untuk Tegangan Menegah

a. Gardu Hubung (GH)


Gardu hubung ini berfungsi sebagai penyalur daya dari gardu induk ke gardu distribusi
tanpa penurunan tegangan. Untuik membagi feeder menjadi beberapa jurusan dan bias juga
untuk pertemuan beberapa feeder dimana dapat digunakan manuver jaringan apabila
diperlukan.

b. Gardu Distribusi (GD)


Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi sebagai
pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa dengan kapasitas
antara 400 – 5000 KVA. Selain trafo terdapat juga peralatan penunjang lainnya., yaitu
arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah.
Ada tiga jenis Gardu Distribusi, yaitu :
 Gardu Tiang
Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang pada
jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :
 Gardu Cantol yang dicantolkan pada tiang
 Gardu yang menggunakan Platform
Trafo pada Gardu Cantol dapat berupa trafo satu fasa atau 1 buah trafo 3 fasa. Pada
gardu distribusi yang menggunakan trafo satu fasa, gardu jenis ini telah dilengkapi pengaman
yang berupa pelebur (fuse) TM dan pemutus (circuit Breaker) TR. Gardu Tiang sangat cocok
digunakan untuk beban-beban daerah yang sangat padat seperti perumahan-perumahan,
pertokoan, dan lain-lain.
Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun Gardu
Metal Clad. Kapasitas Gardu Tiang biasanya dibatasi sampai 250 kVA. Pembangunan Gardu
Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah dibandingkan Gardu Beton dan Gardu
Metal Clad.

b. Gardu Beton
Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang
dalam bangunan dari beton. Gardu beton memiliki kapasitas lebih besar dari Gardu Tiang dan
gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan. Kerugian
Gardu Beton ini adalah memerlukan tempat yang luas dan biaya lebih mahal serta
pembangunannya yang lebih mahal. Gardu ini pada umumnya digunakan untuk daya yang
besar, sehingga pada Gardu Beton ini dapat diletakkan beberapa trafo. Keuntungannya adalah
peralatan yang ada didalamnya terlindungi dari cuaca dan pengamanannya lebih mudah.
Gambar : gardu beton
Keterangan :
1. Kabel masuk-pemisah atau sakelar beban (load break)
2. Kabel keluar-sakelar beban (load break)
3. Pengaman transformator-sakelar beban+pengaman lebur.
4. Sakelar beban sisi TR.
5. Rak TR dengan 4 sirkit bekan.
6. Pengaman lebur TM (HRC-Fuse)
7. Pengaman lebur TR (NH - Fuse)
8. Transformator
Ketentuan teknis komponen gardu beton, komponen tegangan menengah (contoh
rujukan PHB tegangan menengah), yaitu; a) Tegangan perencanaan 25 kV; b) Power
frekuensi withstand voltage 50 kV untuk 1 menit; c) Impulse withstand voltage 125 kV; d)
Arus nominal 400A; e) Arus nominal transformator 50A; f) Arus hubung singkat dalam 1
detik 12,5 kA; g) Short circuit making current 31,5 kA.
Gambar 3.20 Bagan Satu Garis Gardu Beton

Komponen tegangan rendah (contoh rujukan PHB tegangan rendah), yaitu;


a) Tegangan perencanaan 414 Volt(fasa-fasa);
b) Power frekuensi withstand 3 kV untuk 1 menit test fasa-fasa;
c) Impulse withstand voltage 20 kV;
d) Arus perencanaan rel/busbar 800 A, 1.200 A, 1.800 A;
e) Arus perencanaan sirkit keluar 400A;
f) Test ketahanan tegangan rendah.

Tabel 3.1 Perhitungan Harga Efektif (RMS)

Harga Efektif (RMS)


Rel (Waktu 0.5 detik) Peak
800A 16 kA 32 kA
1200A 25 kA 52 kA
1800A 32 kA 72 kA

c. Gardu Metal Clad (MC)


Gardu Metal Clad (MC) sebagian besar kontruksinya terbuat dari plat besi dengan
bentuk menyerupai kios. Pembuatan gardu MC lebih cepat dibandingkan gardu Beton dan
peralatannya merupakan satuan set lengkap.

Gambar :
gardu
metal clat
2.3.Gard
u Trafo
Distribus
i
Gardu Trafo adalah gardu yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada
konsumen yang memerlukan tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo
dipasang/ditempatkan satu atau dua trafo distribusi yang dipergunakan untuk merubah
tegangan menengah menjadi tegangan rendah selain dari peralatan hubungnya untuk
melayani konsumen tegangan rendah.
Gardu trafo distribusi berlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang
pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator
dan sistemnya, gardu dilengkapi dengan unit-unit pengaman. Karena tegangan yang masih
tinggi belum dapat digunakan untuk mencatu beban secara langsung, kecuali pada beban
yang didisain khusus, maka digunakan transformator penurun tegangan ( step down) yang
berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah 20kV ke tegangan rendah 400/230Volt.
Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan
lain-lain.
Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer dan sisi sekunder. Sisi
primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang
termasuk sisi primer adalah :
a. Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo).
b. Fuse cut out.
c. Ligthning arrester.

1. Komponen Utama GTT


Secara umum komponen utama GTT adalah sebagai berikut
a) Transformator : berfungsi sebagai trafo daya merubah tegangan menengah (20 kV) menjadi
tegangan rendah (380/200) Volt.
b) Fuse Cut Out (CO) : sebagai pengaman penyulang, bila terjadi gangguan di gardu (trafo) dan
melokalisir gangguan di trafo agar peralatan tersebut tidak rusak. CO di pasang pada sisi
tegangan menengah (20 kV).
c) Arrester : sebagai pengaman trafo terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh samabaran
petir dan switching (SPLN se.002/PST/73).
d) NH Fuse : sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah
(220 Volt), untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena
hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih.
e) Grounding Arrester : untuk menyelurkan arus ketanah yang disebabkan oleh tegangan lebih
karena sambaran petir dan switching.
f) Graunding Trafo : untuk menghindari terjadi tegangan lebih pada phasa yang sehat bila
terjadi gangguan satu fasa ketanah mauoun yang disebutkan oleh beban tidak seimbang.
g) Grounding LV Panel : sebagai pengaman bila terjadi arus bocor yang mengalir di LV panel.

a. Transformator Distribusi
Tujuan dari penggunaan transformator distribusi adalah untuk mengurangi tegangan
utama dari sistem distribusi listrik untuk tegangan pemanfaatan penggunaan
konsumen.Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-down
20kV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah 380 V. Karena
terjadi drop tegangan, maka pada tegangan rendahnya dibuat diatas 380V agar tegangan pada
ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Sebuah transformator distribusi perangkat statis
yang dibangun dengan dua atau lebih gulungan digunakan untuk mentransfer daya listrik arus
bolak-balik oleh induksi elektromagnetik dari satu sirkuit ke yang lain pada frekuensi yang
sama tetapi dengan nilai-nilai yang berbeda tegangan dan arusnya. Transformator distribusi
yang terpasang pada tiang dapat dikategorikan menjadi :
 Transformator konvensional (Conventional transformers).
 Transformator lengkap dengan pengaman sendiri (Completely self-protecting ( CSP )
transformers).
 Transformator lengkap dengan pengaman pada sisi sekunder (Completely self-protecting for
secondary banking ( CSPB ) transformers).

Conventional transformers tidak memiliki peralatan proteksi terintegrasi terhadap


petir,gangguan dan beban lebih sebagai bagian dari trafo. Oleh karena itu dibutuhkan fuse
cutout untuk menghubungkan conventional transformers dengan jaringan distribusi primer.
Lightning arrester juga perlu ditambahkan untuk trafo jenis ini.
Completely self-protecting ( CSP ) transformers memiliki peralatan proteksi terintegrasi
terhadap petir, baban lebih, dan hubung singkat. Lightning arrester terpasang langsung pada
tangki trafo sebagai proteksi terhadap petir. Untuk proteksi terhadap beban lebih, digunakan
fuse yang dipasang di dalam tangki. Fuse ini disebut weak link. Proteksi trafo terhadap
gangguan internal menggunakan hubungan proteksi internal yang dipasang antara beliran
primer dengan bushing primer.Completely self-protecting for secondary banking ( CSPB )
transformers mirip dengan CSP transformers, tetapi pada trafo jenis ini terdapat sebuah
circuit breaker pada sisi sekunder, circuit breaker ini akan membuka sebelum weak link
melebur.Ada beberapa Macam-macam transformator distribusi yaitu :
Trafo yang umum dipakai distribusi yaitu trafo 3 fasa dan trafo satu fasa. Trafo tiga fasa
paling banyak pemakaiannya karena:

a. Tidak memerlukan ruangan yang besar


b. Lebih murah
c. Pemeliharaan persatuan barang lebih mudah dan lebih murah.

Transformator 1 Fasa dan 3 Fasa


Transformator distribusi 3 fasa dapat juga dibangun di antara3 pilihan, yaitu :
 3 x 1 fasa, dimana terdiri dari 3 transformator 1 fasa identik
 1 x 3 fasa, terdiri dari satu transformator konstruksi 3 fasa
 2 x 1 fasa, terdiri dari konstruksi 2 transformator satu fasa yang identik

Transformator 3 x 1 fasa mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


a) Kumparan primer dan sekunder dapat dibuat beberapa vektor grup dan angka lonceng sesuai
dengan yang diinginkan.
b) Ketiga transformator tersebut dapat juga dioperasikan ke beban menjadi satu fasa, yaitu
dihubungkan paralel (karena ketiga transformator tersebut identik)
c) Dengan daya yang sama untuk ketiga fasa, maka fasa untuk 3 x 1 fasa dibanding dengan 1 x
3 fasa lebih berat dan lebih mahal.
d) Tegangan-tegangan untuk ketiga fasanya, primer dan sekunder bener-benar seimbang.

Sedangkan transformator 1 x 3 fasa mempunyai cirri-ciri yaitu :


a) Konstruksinya sudah di rancang permanen dari pabrik pembuatnya
b) Dapat digunakan untuk mensuplai beban satu fasa, maka tiap fasa maksimal beban yang
dapat ditanggungnya hanya sepertiga dari daya tiga fasa.
c) Transformator ini lebih ringan, sehingga lebih murah karena bahan.materialnya lebih kecil.
d) Keseimbangan tegangan antara ketiga fasanya, primer dan sekunder tidak terlalu simetris.

Transformator.
1) Pemilihan tipe dan kapasitas.
a) Tipe transformador dapat dipakai:
 Konvensional tiga fasa
 CSP (completly self protection), tiga fasa
 Tegangan primer 20 kV antar fasa dan 11,54 kV fasanetral, tegangan sekunder 380 V antara
fasa dan 220 V fasa-netral.
 Model cantol, yaitu dicantolkan/digantungkan pada tiang SUTM.
b) Kapasitas trafo tiga fasa. Secara umum mulai dari : 25, 50, 100, 160, 200, 250 kVA.
2) Papan bagi dan perlengkapan.
(a) Papan bagi
 Pada trafo CSP fasa tiga tidak diperlukan papan bagi, SUTR langsung dihubungkan dengan
terminal TR dari Trafo. Hal ini dimungkinkan karena pada CSP trafo sudah dilengkapi
dengan saklar pengaman arus lebih.
 Tidak demikian halnya pada konvensional trafo, diperlukan pengaman arus lebih tegangan
rendah berupa fuse/pengaman lebur, atau pemutus tegangan rendah (LVCB/low voltage
circuit breaker) sehingga diperlukan almari fuse, sekaligus sebagai papan bagi untuk keluaran
lebih dari satu penyulang.
 Menyesuaikan dengan penyebaran konsumen, dapat dipilih papan bagi 2 group dan 4 group.

(b) Pengaman untuk trafo konvensional


 Pemisah lebur 20 kV / Fuse Cut Out, dengan rating arus kontinyu 100A, dan kawat lebur
disesuaikan dengan kapasitas trafo.
 Arrester 24 kV, 5 kA.
 Pentanahan, terpisah antara pentanahan arrester dan pentanahan trafo.
 Pemutus daya tegangan rendah (LVCB) untuk trafo sampai dengan dengan 50 kVA.

b. Konstruksi Transformator
Transformator merupakan alat listrik statis yang digunakan untuk memindahkan daya
dari satu rangkaian ke rangkaian yang lain dengan mengubah tegangan, tanpa mengubah daya
dan frekuensi. Transformator terdiri dari dua kumparan yang saling berinduksi ( mutual
inductance ). Kumparan ini terdiri dari lilitan konduktor berisolasi sehingga kedua kumparan
tersebut terisolasi secara elektrik antara yang satu dengan yang lain. Ratio perubahan
tegangan tergantung dari ratio perbandingan jumlah lilitan kedua kumparan itu. Kumparan
yang menerima daya listrik disebut kumparan primer sedangkan kumparan yang terhubung
ke beban disebut kumparan sekunder. Kedua kumparan itu dililitkan pada suatu inti yang
terbuat dari laminasi lembaran baja yang kemudian dimasukkan ke dalam tangki berisi
minyak trafo. Apabila kumparan primer dialiri arus listrik bolak – balik, maka akan timbul
fluks magnetik bolak – balik sepanjang inti yang akan menginduksi kumparan sekunder
sehingga kumparan sekunder akan menghasilkan tegangan. Konstruksi dasar transformator
ditunjukkan pada Gambar dibawah ini.
Gambar : Kontruksi dasar transformator

Apabila trafo diasumsi sebagai trafo ideal dimana tidak terjadi rugi-rugi daya pada trafo,
maka daya pada kumparan primer (P1) sama dengan daya pada kumparan sekunder (P2).
Besar tegangan dan arus pada kumparan sekunder diatur menggunakan perbandingan
banyaknya lilitan antara kumparan primer dan kumparan sekunder berdasarkan rumus :

dimana :
Np = Banyaknya lilitan kumparan sisi primer
Ns = Banyaknya lilitan kumparan sisi sekunder
Vp = Tegangan sisi primer (V)
Vs = Tegangan sisi sekunder (V)
Ip = Arus sisi primer (Amp)
Is = Arus sisi sekunder (Amp)

c. Prinsip Kerja Transformator


Transformator miliki dua kumparan yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder, dan
kedua kumparan ini bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun
berhubungan secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi ( reluctance ) rendah.
Apabila kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks
bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut
membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di
kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi ( self induction ) dan terjadi pula
induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan primer atau disebut
sebagai induksi bersama ( mutual induction ) yang menyebabkan timbulnya fluksmagnet di
kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika rangkaian sekunder dibebani,
sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan.

dimana :
e = Gaya gerak listrik (Volt)

N = Banyaknya lilitan
= Perubahan fluks magnetik (weber/sec)
Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi
reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).

d. Inti Transformator
Secara umum inti transformator dibedakan menjadi dua jenis, yaitu tipe inti (core
type), dan tipe cangkang (shell type). Tipe inti dibentuk dari lapisan besi berisolasi berbentuk
persegi panjang dan kumparan transformatornya dibelitkan pada dua sisi persegi. Sedangkan
tipe cangkang dibentuk dari lapisan inti berisolasi dan kumparan transformatornya di belitkan
di pusat inti. Transformator dengan tipe konstruksi shell memiliki kehandalan yang lebih
tinggi dari pada tipe konstruksi core dalam menghadapi tekanan mekanis yang kuat pada saat
terjadi hubung singkat. Kedua tipe inti transformator ini ditunjukkan pada Gambar dibawah
ini.

Gambar : Inti Transformator

e. Minyak Transformator
Minyak transformator memegang peranan penting dalam sistem isolasi trafo dan juga
berfungsi sebagai pendingin untuk menghilangkan panas akibat rugi-rugi daya pada trafo.
Kandungan utama minyak trafo adalah naftalin, paraffin dan aromatik. Keuntungan minyak
trafo sebagai isolator dalam trafo adalah :
 Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi gas,
sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi.
 Isolasi cairakan mengisicelah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak melalui
proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi daya.
 Isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan
muatan (discharge).
Kekuatan dielektrik adalah ukuran kemampuan elektrik suatu material sebagai isolator.
Kekuatan dielektrik didefenisikan sebagai tegangan maksimum yang dibutuhkan untuk
mengakibatkan dielectric breakdown pada material yang dinyatakan dalam satuan Volt/m.
Semakin tinggi kekuatan dielektrik minyak trafo, maka semakin bagus kualitas minyak
tersebut sebagai isolator. Hasil uji kekuatan dielektrik yang rendah, menunjukkan adanya
benda-benda pengotor minyak seperti air atau partikel penghantar dalam minyak. Sebaliknya,
apabila hasil uji kekuatan dielektrik tinggi, bukan berarti bahwa tidak terjadi pengotoran
dalam minyak tersebut. Untuk mencegah kemungkinan timbulnya kebakaran pada peralatan,
perlu dipilih minyak dengan titik nyala yang tinggi. Titik nyala minyak baru tidak boleh lebih
kecil dari 135 °C, sedangkan untuk minyak bekas tidak boleh kurang dari 130 °C. Menurut
SNI 04 - 6954.2 - 2004 batas kenaikan suhu minyak bagian atas yang diperbolehkan adalah
60 °K pada suhu lingkungan sekitar normal ( 25°C sampai 40°C ).

f. Bushing Transformator
Untuk tujuan keamanan, konduktor tegangan tinggi dilewatkan menerobos suatu
bidang yang dibumikan melalui suatu lubang terbuka yang dibuat sekecil mungkin dan
biasanya membutuhkan suatu pengikat padu yang disebut bushing.Konstruksi suatu bushing
sederhana ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :
Gambar : Konstruksi
Suatu Bushing Sederhana

Bagian utama suatubushingterdiri dari inti atau konduktor, bahan dielektrik dan flans
yang terbuat dari logam. Inti berfungsi untuk menyalurkan arus dari bagian dalam peralatan
ke terminal luar dan bekerja pada tegangan tinggi. Dengan bantuan flans, isolator diikatkan
pada badan peralatan yang dibumikan.

g. Sistem Pendingin Transformator


Sistem pendinginan trafo dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1. ONAN ( Oil Natural Air Natural )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak dan sirkulasi udarasecara
alamiah. Sirkulasi minyak yang terjadi disebabkan oleh perbedaan berat jenis antara minyak
yang dingin dengan minyak yang panas.
2. ONAF ( Oil Natural Air Force )
Sistem pendingin ini menggunakan sirkulasi minyak secara alami sedangkan sirkulasi
udaranya secara buatan, yaitu dengan menggunakan hembusan kipas angin yang digerakkan
oleh motor listrik. Pada umumnya operasi trafo dimulai dengan ONAN atau dengan ONAF
tetapi hanya sebagian kipas angin yang berputar. Apabila suhu trafo sudah semakin
meningkat, maka kipas angin yang lainnya akan berputar secara bertahap.
3. OFAF ( Oil Force Air Force )
Pada sistem ini, sirkulasi minyak digerakkan dengan menggunakan kekuatan pompa,
sedangkan sirkulasi udara mengunakan kipas angin.

2.4. Pemasangan Transformator Distribusi


1. pemasangan dari luar
Transformator dapat dipasang dari luar dengan salah satu cara antara lain :
 Pemasangan langsung
Langsung diklem dengan klem yang cocok pada tiang . cara ini cukup baik untuk
transformator kecil sampai 25 KVA saja.

 Pemasangan pada tiang H


Transformator dipasang dengan lengan silang yang dipasang di antara dua tiang dan diikat
erat terhadapnya. Cara ini cocok untuk transformator berkapasitas sampai 200 KVA.

 Pemasangan pada platform


Sebuah platform dibuat pada suatu struktur terdiri dari empat tiang untuk menempatkan
transformator . cara ini dianjurkan bagi tempat tempat yang berbahaya bila menempatkan
transformator diatas tanah.

 Pemasangan dilantai
Cara ini cocok untuk semua ukuran transformator . permukaan lantai harus lebih tinggi dari
sekelilingnya guna mengatasi banjir . sebiknya dibuat pondasi dari beton. Jika jumlah
transformator ditempatkan berdekatan sekali , harus dibuat dinding pemisah yang tahan api
untuk mengurangi kerusakan yang timbul jika terjadi kecelakaan atas salah satu transformator
berikut. Disekeliling transformator yang terpasang dilantai harus direncanakan adanya aliran
udara bebas pada semua transformator. Jika mungkin transformator yang terpasang diluar
harus dilindungi terhadap sinar matahari secara langsung. Hal ini akan meningkatkan umur
cat dan juga memperpanjang umur transformator . untuk menjaga agar tidak terjadi gerakan
jika ada badai roda roda transformator harus diganjal sesudah dipasang ditempat yang tetap.
2. pemasangan di dalam
Bangunan untuk rumas transformator harus cukup luas agar dapat bebas masuk dari
setiap sisi dan cukup tinggi agar dapat membuka transformator tersebut. Jarak miimum
berikut ini dari sisi dinding dianggap memuaskan.
Jarak minimum dari
sisi dinding (m)
Dinding pada satu sisi saja 1,25
Dinding pada dua sisi 0,75
Dinding pada tiga sisi 1,00
Dinding pada empat sisi(dalam ruang tertutup) 1,25

Jalan dan pintu harus cukup lebar sehingga transformator yang paling besar dapat
dengn mudah dipindahkan untuk perbaikan dan lain lain. Transformator yang terpasang
didalam ruangan harus dilengkapi dengan ventilasi yang baik, karena hal ini sangat vital.
Aliran udara bebas pada semua sisi transformator dan didalam gedung harus terjamin.
Lubang pemasukan udara harus ditempatkan sedekat mungkin dari lantai, sedangkan lubang
pembuang udara setinggi mungkin agar udara panas dapat keluar. Menurut aturan ibu jari
luas ventilasi untuk pembuangan paling sedikit dua meter persegi dan satu meter persegi
untuk pemasukan udara, bagi setiap kapasitas transformator 1000 KVA. Bila hal ini tidak
mungkin , harus menggunakan kipas angin untuk memaksa aliran udara. Lubang masuk dan
keluarnya udara harus dilindungi terhadap percikan air hujan , burung , dan lain lain.

2.5. Gangguan Pada Gardu Trafo Distribusi

A. Gangguan Sambaran Petir


Gangguan sambaran petir dibagi atas dua, yaitu sambaran langsung dan sambaran tidak
langsung. Sambaran langsung adalah sambaran petir dari awan yang langsung menyambar
jaringan sehingga menyebabkan naiknya tegangan dengan cepat. Daerah yang terkena
sambaran dapat terjadi pada tower dan juga kawat penghantar. Besarnya tegangan dan arus
akibat sambaran ini tergantung pada besar arus kilat, waktu muka, dan jenis tiang saluran.
Sambaran tidak langsung atau sambaran induksi adalah sambaran petir ke bumi atau
sambaran petir dari awan ke awan di dekat saluran sehingga menyebabkan timbulnya muatan
induksi pada jaringan. Pada saluran udara tegangan menengah (SUTM), gangguan akibat
sambaran tidak langsung ini tidak boleh diabaikan. Gangguan akibat sambaran tidak langsung
ini pada umumnya lebih banyak terjadi dibandingkan akibat sambaran langsung, dikarenakan
luasnya daerah sambaran induksi. Spesifikasi gelombang petir ditunjukkan pada Gambar
dibawah ini :
Gambar : Spesifikasi Gelombang Petir

Spesifikasi dari suatu gelombang petir :


a) Puncak (crest) gelombang, E (kV), yaitu amplitudo maksimum dari gelombang.
b) Muka (front) gelombang, t1 (mikrodetik), yaitu waktu dari permulaan sampai puncak. Ini
diambil dari 10% E sampai 90% E.
c) Ekor (tril) gelombang, yaitu bagian belakang puncak. Panjang gelombang, t2 (mikrodetik),
yaitu waktu dari permulaan sampai titik 50% E pada ekor gelombang.

B. Gangguan Hubung Singkat


Hubung singkat dapat terjadi melalui dua atau tiga saluran fasa sistem distribusi. Arus
lebih yang dihasilkan hubung singkat tergantung pada besar kapasitas daya penyulang, besar
tegangan, dan besar impedansi rangkaian yang mengalami gangguan. Hubung singkat
menghasilkan panas yang cukup tinggi pada sisi primer trafo sebagai akibat dari naiknya
rugi-rugi tembaga sebagai perbandingan dari kuadrat arus gangguan. Arus gangguan yang
besar ini mengakibatkan tekanan mekanik (mechanical stress) yang tinggi pada trafo. Arus
hubung singkat pada trafo dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :

dimana :
S = Daya trafo (kVA)
%Z = Impedansi trafo dalam persen
V = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (kV)

Dari rumus

maka dapat diperoleh


dimana,
If3 = Arus gangguan 3 fasa (A)
IfL-L = Arus gangguan fasa ke fasa (A)
VL-N = Tegangan fasa ke netral (V)
Z1 = Impedansi total urutan positif (Ω)
Arus beban penuh dapat diketahui dengan menggunakan persamaan :

dimana,
S = Daya trafo 3 fasa (VA)
V = Tegangan fasa-fasa pada sisi tegangan rendah (V)

C. Gangguan Kegagalan Minyak Transformator


Kegagalan isolasi (insulation breakdown) minyak trafo disebabkan oleh beberapa hal
antara lain minyak trafo tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan dielektrik
dankarena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya tegangan pada isolator
merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus dilawan oleh gaya dalam isolator
itu sendiri agar isolator tersebut tidak gagal. Dalam struktur molekul material isolator,
elektron-elektron terikat erat pada molekulnya, dan ikatan ini mengadakan perlawanan
terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu
tempat maka sifat isolasi pada tempat itu akan hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut
diberikan tegangan akan terjadi perpindahan elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul
lainnya sehingga timbul arus konduksi atau arus bocor. Karakteristik isolator akan berubah
bila material kemasukan suatu ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau
kelembaban dalam isolasi yang dapat menurunkan tegangan tembus.
Oksigen yang terdapat di udara yang berhubungan dengan minyak yang panas dapat
mengakibatkan terjadinya oksidasi dan terbentuknya bahan asam dan endapan. Kadar asam
yang terdapat pada minyak trafo merupakan suatu ukuran taraf deteriorasi dan kecenderungan
untuk membentuk endapan. Endapan ini sangat mengganggu karena melekat pada semua
permukaan trafo dan mempersulit proses pendinginan. Endapan ini juga akan meningkatkan
kemungkinan terjadinya bunga api antara bagian-bagian trafo yang terbuka. Suatu endapan
setelah mencapai tebal 0,2 mm sampai 0,4 mm pada inti dan kumparan akan dapat
meningkatkan suhu sampai 10°C sampai 15°C. Bila dalam minyak terdapat kelembaban,
maka kelembaban tersebut dapat membentuk jalur-jalur yang membuka jalan terhadap
terjadinya hubung singkat. Kelembaban tidak saja menurunkan daya isolasi minyak,
melainkan kelembaban itu dapat pula diserap oleh bahan isolasi lainnya, sehingga seluruh
trafo menjadi terancam.

D. Proteksi Pada Gardu Trafo Distribusi

a) Fuse
Fuse adalah peralatan proteksi arus lebih yang bekerja dengan menggunakan prinsip
melebur. Terdapat dua tipe fuse berdasarkan kecepatan melebur elemen fusenya (fuse link),
yaitu tipe K (cepat) dan tipe T (lambat). Fuse yang didesain untuk digunakan pada tegangan
diatas 600V dikategorikan sebagai fuse cutout. Fuse cutoutjenis ekspulsi (expulsion type)
adalah jenis yang paling sering digunakan pada sistem distribusi saluran udara. Fuse jenis
inimenggunakan elemen fuse yang relatif pendek yang dipasang di dalam fuse catridge. Pada
umumnya fuse cutout dipasang antara trafo distribusi dengan saluran distribusi primer. Pada
saat terjadi gangguan, elemen fuse akan melebur dan memutuskan rangkaian sehingga akan
melindungi trafo distribusi dari kerusakan akibat gangguan dan arus lebih pada saluran
primer, atau sebaliknya memutuskan saluran primer dari trafo distribusi apabila terjadi
gangguan pada trafo atau jaringan sisi sekunder sehingga akan mencegah terjadinya
pemadaman pada seluruh jaringan primer.

b) Lightning Arrester
Penggunaan lightning arrester pada sistem distribusi adalah untuk melindungi peralatan
dari gangguan akibat sambaran petir. Arrester juga dipergunakan untuk melindungi saluran
distribusi dari flashover. Arrester dipasang pada peralatan yang dihubungkan dari fasa
konduktor ke tanah. Agar perlindungan saluran menjadi lebih efektif, arrester harus dipasang
pada setiap fasa pada tiap tiang. Pada saat sistem bekerja keadaan normal, arrester memiliki
sifat sebagai isolator. Apabila terjadi sambaran petir, arrester akan berubah menjadi
konduktor dan membuat jalan pintas (bypass) ke tanah yang mudah dilalui oleh arus petir,
sehingga tidak menimbulkan tegangan lebih yang tinggi pada trafo. Jalur ke tanah tersebut
harus sedemikian rupa sehingga tidak akan mengganggu aliran daya normal. Setelah petir
hilang, arrester harus menutup dengan cepat kembali menjadi isolator, sehingga tidak
mengakibatkan pemutus daya terbuka. Pada kondisi operasi normal, arus bocor pada arrester
tidak boleh melebihi 2 mA. Apabila arus bocor melebihi angka tersebut, kemungkinan besar
arrester mengalami kerusakan. Pada saluran distribusi, arrester yang biasanya digunakan
adalah arrester jenis katub (valve type). Arrester jenis katub terdiri dari sela percik dan sela
seri yang terhubung dengan elemen tahanan yang mempunyai karakteristik tidak linier.
Tegangan frekuensi dasar tidak dapat menimbulkan tembus pada sela seri. Apabila
sela seri tembus pada saat tibanya suatu surja yang cukup tinggi, sela tersebut berfungsi
menjadi penghantar. Sela seri tidak bisa memutuskan arus susulan. Dalam hal ini sela seri
dibantu oleh tahanan non linier yang mempunyai karakteristik tahanan kecil untuk arus besar
dan tahanan besar untuk arus susulan dari frekuensi dasar. Lightning arrester jenis katub
ditunjukkan pada Gambar dibawah ini :

Gambar : Lightning Arrester Jenis Katub


c) Pembumian ( Grounding )
Pembumian adalah penghubungan suatu bagian dari rangkaian listrik atau bagian yang
bersifat konduktor tetapi bukan bagian dari rangkaian listrik yang pada keadaan normal tidak
bertegangan ke bumi. Tujuan dari pembumian adalah :
 Mengurangi tegangan kejut listrik pada peralatan.
 Memberi jalan bagi arus gangguan, baik akibat terjadinya arus hubung singkat ke tanah
maupun akibat terjadinya sambaran petir.
 Untuk membatasi tegangan pada fasa yang tidak mengalami gangguan.
Sesuai dengan SNI 04-0225-2000 Pasal 3.13.2.10 dan Pasal 3.19.1.4, nilai tahanan
pembumian seluruh sistem tidak boleh lebih besar dari 5 Ω dan jarak antar elektroda
pembumian minimal 2 kali panjang elektroda. Resistivitas tanah dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:

dimana,
ρ = Resistivitas tanah (Ωm)
a = Jarak antara elektroda (m)
R = Tahanan (Ω)

d) Tiang
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang pada Saluran Udara Tegangan Menengah (
SUTM ) 20 kV terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Pemakaian tiang kayu sudah
jarang digunakan karena daya tahannya ( umurnya ) relatif pendek dan memerlukan
pemeliharaan khusus. Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang
pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan
isolator,sedangkan tiang tarik berfungsi untuk menarik konduktor. Pada SUTM 20 kV, jarak
antar tiang ditetapkan sebesar 40 meter, tetapi jarak tersebut perlu disesuaikan dengan kondisi
wilayah sehingga diberi standar yang jelas sejauh 30 - 50 meter. Untuk pemasangan tiang,
sudah ada standar untuk kedalaman tiang yang harus ditanam dibawah permukaan tanah yaitu
1/6 dari panjang tiang.

BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan.

Dari pembahasan diatas maka dapat kami simpulkan bahwa Gardu Trafo adalah gardu
yang akan berfungsi untuk membagikan energi listrik pada konsumen yang memerlukan
tegangan rendah. Dengan demikian pada gardu trafo dipasang/ditempatkan satu atau dua trafo
distribusi yang dipergunakan untuk merubah tegangan menengah menjadi tegangan rendah
selain dari peralatan hubungnya untuk melayani konsumen tegangan rendah.
Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka tempat trafo, LV
panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel, transformer band, peralatan grounding, dan
lain-lain.
Gardu trafo distribusi ini terdiri dari dua sisi, yaitu : sisi primer dan sisi sekunder. Sisi
primer merupakan saluran yang akan mensuplay ke bagian sisi sekunder. Unit peralatan yang
termasuk sisi primer adalah :
a. Saluran sambungan dari SUTM ke unit transformator (primer trafo).
b. Fuse cut out.
c. Ligthning arrester.

Anda mungkin juga menyukai