Aroma Terapi Holistik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AROMATERAPI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Holistik

Dosen Pengampu : Ns. Ahmad Syaripudin, S.Kep., MM

Disusun Oleh:

Anidah (216.C.0039)
Asiyah (216.C.0031)
Khoirunnisa (216.C.0038)
Retno Pratiwi (216.C.0007)
Siti Elfiyah (216.C.0075)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAHARDIKA

2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aroma terapi adalah cara pengobatan alternatif yang menggunakan
uap minyak esensial dari berbagai macam tanaman yang bisa dihirup
untuk menyembuhkan berbagai macam kondisi. Tujuannya untuk
meningkatkan kesehatan tubuh, mental, dan emosional. Sari tumbuhan
aromatik yang dipakai diperoleh melalui berbagai macam cara pengolahan
dan dikenal dengan nama minyak esensial (essential oil). Minyak esensial
ini dapat membantu mengurangi kecemasan yaitu dengan meningkatkan
suasana hati, mengurangi rasa sakit, mual, kelelahan atau peradangan.
Minyak yang digunakan untuk berbau (inhalasi) saja dan bau-bauan
tersebut dapat memberikan efek menenangkan (relaksasi). Gejala
gangguan kecemasan yaitu rasa panik dan ketakutan yang berlabih,
pemikiran-pemikiran obsesif yang tidak kekontrol, mual, berkeringat
dingin dan reaksi fisik lainnya yang tidak nyaman. (Sharma,2009).
Berbagai macam gangguan kecemasan yang dialami seseorang
dapat memicu sejumlah masalah kesehatan. Dampak lain yang akan terjadi
adalah terganggunya kehidupan sehari-hari, misalnya : nafsu makan
berkurang, hubungan dengan orang sekitar terganggu, jam tidur tidak
teratur, prestasi kerja menurun dan juga rentan untuk melakukan gaya
hidup berbahaya, seperti makan berlebihan, merokok, atau mengkonsumsi
alkohol dan obat-obatan. (Poerwadi, 2006).
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka penulis akan
membuat alat aroma terapi secara elektrik agar lebih praktis karena
pemanasan sebelumnya hanya menggunakan lilin. Sistem pemanasan
elektrik akan lebih efektif untuk memanaskan cairan minyak esensial serta
mempercepat penguapan sehingga akan memaksimalkan proses terapi.
Alat yang dibuat akan dilangkapi pemantau detak jantung pasien yang
dihubungkan ke finger sensor. Pemantauan detak jantung pasien bertujuan

2
untuk melihat perkembangan dari efek aroma terapi yang diberikan
sehingga dapat dilihat perubahan terhadap detak jantung pasien selama
proses terapi dilakukan. Penyempurnaan alat terapi yang akan dibuat yaitu
bernama Alat Aroma Terapi Elektrik Dilengkapi Monitoring Detak
Jantung Berbasis Atmega. (McLain DE, 2009)
.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Aroma Terapi?
2. Apa Pengertian Aroma Terapi?
3. Bagaimana Mekanisme Aroma Terapi?
4. Apa Manfaat Minyak Aromaterapi?
5. Apa Bunga Lavender?
6. Bagaimana Teknik Pemberian Aroma Terapi?
7. Bagaimana prosedur pemberian aroma terapi?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Holistik.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Sejarah Aroma Terapi
b. Untuk mengetahaui pengertian aroma terapi
c. Untuk mengetahui Mekanisme Aromaterapi
d. Untuk mengetahui Manfaat Minyak Aromaterapi
e. Untuk mengetahui Bunga Lavender
f. Untuk mengetahui teknik pemberian aroma terapi
g. Untuk mengetahui prosedur pemberian aroma terapi.

D. Manfaat Penulisan
Makalah ini dibuat selain untuk memnuhi tugas yang telah diberikan oleh
dosen pembimbing sebagai referensi untuk penulis dan juga para pembaca.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Sejarah Aroma Terapi


Aromaterapi telah digunakan sejak zaman Mesir kuno yang
memang terkenal dengan ilmu pengetahuan yang tinggi. Merekalah yang
menciptakan dan meramaikan dunia pengobatan, farmasi, parfum serta
kosmetik. Dari Mesir, aromaterapi dibawa ke Yunani, Cina, India serta
Timur Tengah sebelum masuk ke Eropa di abad pertengahan Pada abad ke
19 dimana ilmu kedokteran mulai terkenal, beberapa dokter pada zaman
itu tetap memakai minyak esensial dalam praktek sehari-hari mereka. Pada
zaman aromaterapi modern, aromaterapi digali oleh Robert Tisserand yang
meniulis buku The Art of aromatherapy (Poerwadi, 2006).
Dewasa ini, riset membuktikan aneka penggunaan minyak aroma.
Riset kedokteran pada tahun-tahun belakangan ini mengungkapkan fakta
bahwa bau yang kita cium memiliki dampak penting pada perasaan kita.
Menurut hasil penelitian ilmiah, bau berpengaruh secara langsung terhadap
otak seperti obat. Misalnya, mencium lavender meningkatkan frekuensi
gelombang alfa terhadap kepala bagian belakang dan keadaan ini dikaitkan
dengan relaksasi (Sharma,2009).

B. Definisi
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan
bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau
harum dan enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk
menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak
astiri (Craig Hospital, 2013).

4
Aromaterapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali esensial
tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki et al, 2012). Jenis minyak aromaterapi
yang umum digunakan yaitu :

a. Minyak Eukaliptus, Radiata (Eucalyptus Radiata Oil)


b. Minyak Rosemary (Rosemary Oil)
c. Minyak Ylang-Ylang (Ylang-Ylang Oil)
d. Minyak Tea Tree (Tea Tree Oil)
e. Minyak Lavender (Lavender Oil)
f. Minyak Geranium (Geranium Oil)
g. Minyak Peppermint
h. Minyak Jeruk Lemon (Lemon Oil)
i. Minyak Chamomile Roman
j. Minyak Clary Sage (Clary Sage Oil)

C. Mekanisme Aromaterapi
Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis : mereka
yang bertindak melalui stimulasi sistem saraf dan organ-organ yang
bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor
mekanisme (Hongratanaworakit, 2004).
Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan
minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak
yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang
respon fisiologis saraf, endokrin atau sistem kekebalan tubuh, yang
mempengaruhi denyut jantung, tekanan darah, pernafasan, aktifitas
gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.
Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang
sistem saraf, serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi
hormon. Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan,
sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk
kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial

5
memberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan
kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat
menjadi anti mikroba, antiseptik, anti jamur, atau anti inflamasi
(Hongratanaworakit, 2004).

D. Manfaat Minyak Aromaterapi


Beberapa manfaat minyak aromaterapi (esensial oil) :
1) Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua minyak
astiri.Lavender dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit
kepala, insomnia, ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan
dan mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidakinfeksi paru-
paru, sinus, termasuk jamur vaginal, radang tenggorokan, asma, kista
dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel,
luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi, dll.

2.1 Gambar Lavender (Sharma, S. (2009).

2) Jasmine : Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita,


mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan
radang selaput lendir.

6
2.2 Gambar Jasmine (Sharma, S. (2009).

3) Orange : Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak


lancar,debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.

2.3 Gambar Orange (Sharma, S. (2009).


4) Peppermint : Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di
pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan
produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena
kadas/kurap, herpes, kudis karena tumbuhan beracun.

2.4 Gambar Peppermint (Sharma, S. (2009).

5) Rosemary : Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran


darah, menurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik,
menghilangkan ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi
kulit kusam sampai di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering,
berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan.

7
2.5 Gambar Rosmary (Sharma, S. (2009).

6) Sandalwood : Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat


kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan,
membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.

2.6 Gambar Sandalwood (Sharma, S. (2009).

7) Green tea : Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati


penyakit paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut,
inveksi jamur, cacar air, ruam saraf serta melindungi kulit karena
radiasi bakar selama terapi kanker.

2.7 Gambar Green Tea (Sharma, S. (2009).

8) Ylang-Ylang/ Kenanga : Bersifat menenangkan, melegakan sesak


nafas, berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagai pembangkit
rasa cinta.

8
2.8 Gambar kenanga (Sharma, S. (2009).

9) Lemon : Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat
antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah
hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki
metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta
memperlambat kenaikan berat badan.

2.9 Gambar Lemon (Sharma, S. (2009).


10) Frangipani/ Kamboja : Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain,
bisa untuk mencegah pingsan, radang usus, disentri, basiler,
gangguan pencernaan, gangguan penyerapan makanan pada anak,
radang hati, radang saluran napas, jantung berdebar, TBC, cacingan,
sembelit, kencing nanah, beri-beri, kapalan, kaki pecah-pecah, sakit
gigi, tertusuk duri atau beling, bisul dan patekan. Aromaterapi dari
wewangian ini melambangkan kesempurnaan. Ini dapat digunakan
untuk meditasi dan memberikan suasana hening yang mendalam.

2.10 Gambar Kamboja (Sharma, S. (2009).

9
11) Strawberry : Dapat meningkatkan selera makan, mengurangi penyakit
jantung, tekanan darah tinggi dan kanker.

2.11 Gambar Strawberry (Sharma, S. (2009).

12) Lotus : Meningkatkan vitalitas, kosentrasi, mengurangi panas dalam,


meningkatkan fungsi limpa dan ginjal.

2.12 Gambar Lotus (Sharma, S. (2009).

13) Appel : Dapat menyembuhkan mabuk, diare, menguatkan sistem


pencernaan, menjernihkan pikiran, mengurangi gejala panas dalam.

2.13 Gambar Appel (Sharma, S. (2009).

14) Vanilla : Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu


menenangkan pikiran.

10
2.14 Gambar Vanilla (Sharma, S. (2009).

15) Nigth Queen : Membuat rasa nyaman dan rileks.

2.15 Gambar Night Queen (Sharma, S. (2009).

16) Opium : Menggembirakan, memberi energi dan semangat tertentu.

2.16 Gambar Opium (Sharma, S. (2009).

17) Coconut : Memberikan efek ketenangan, menghilangkan stress,


mampu mempertahankan keremajaan kulit wajah sehingga wajah
selalu nampak bersinar sepanjang masa.

11
2.17 Gambar Coconut (Sharma, S. (2009).

18) Sakura : Di antaranya, disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan,


tumor, insomnia, mimisan, sakit kepala, hipertensi.

2.18 Gambar Sakura (Sharma, S. (2009).

Dari uraian aromaterapi dan manfaatnya, aromaterapi yang mempunyai


manfaat meringankan nyeri adalah jenis aromaterapi lavender. Minyak lavender
di ekstrak dari tanaman yang disebut lavandula angustifolia. Dari semua
aromaterapi, lavender dianggap paling bermanfaat dari semua minyak atsiri

E. Bunga Lavender
Nama lavender berasal dari bahasa latin “lavera” yang berarti
menyegarkan dan orang-orang Roma telah memakainya sebagai parfum
dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Bunga lavender memiliki 25-30
spesies, beberapa diantaranya adalah lavandula angustifolia, lavandula
lattifolia, lavandula stoechas. Penampakan bunga ini adalah berbentuk
kecil, berwarna ungu kebiruan, dan tinggi tanaman mencapai 72 cm. Asal
tumbuhan ini adalah dari wilayah selatan Laut Tengah sampai Afrika
tropis dan ke arah timur sampai India. Tanaman ini tumbuh baik pada
daerah dataran tinggi, dengan ketinggian berkisar antara 600-1.350 m di
atas permukaan laut. (McLain DE, 2009)

12
Gambar 1 Bunga Lavender

Zat Yang Terkandung Pada Minyak Lavender.

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas


beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram minyak
lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti : minyak esensial
(13%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%),
p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool
(26,12%),borneol (1,21%), terpinen-4-o1 (4,64%), linail acetate (26,32%),
geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data
diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender
adalah linail asetat dan linalool (C10H18O) (McLain DE, 2009)

F. Teknik Pemberian Aromaterapi


Teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan dengan cara :
1) Inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan
dan dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak
esensial ke dalam mangkuk air mengepul. Uap tersebut kemudian
dihirup selama beberapa saat, dengan efek yang ditingkatkan
dengan menempatkan handuk diatas kepala dan mangkuk sehingga
membentuk tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan
bau.
2) Massage/ pijat : Menggunakan minyak esensial aromatik
dikombinasikan dengan minyak dasar yang dapat menenangkan
atau merangsang, tergantung pada minyak yang digunakan. Pijat

13
minyak esensial dapat diterapkan ke area masalah tertentu atau ke
seluruh tubuh.
3) Difusi : Biasanya digunakan untuk menenangkan saraf atau
mengobati beberapa masalah pernafasan dan dapat dilakukan
dengan penyemprotan senyawa yang mengandung minyak ke udara
dengan cara yang sama dengan udara freshener. Hal ini juga dapat
dilakukan dengan menempatkan beberapa tetes minyak esensial
dalam diffuser dan menyalakan sumber panas. Duduk dalam jarak
tiga kaki dari diffuser, pengobatan biasanya berlangsung sekitar 30
menit.
4) Kompres : Panas atau dingin yang mengandung minyak esensial
dapat digunakan untuk nyeri otot dan segala nyeri, memar dan
sakit kepala.
5) Perendaman : Mandi yang mengandung minyak esensial dan
berlangsung selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk
masalah kulit dan menenangkan saraf (Craig hospital, 2013).
G. Prosedur Kerja Inhalasi Aromaterapi
Menurut Kim et al (2006), metode kerja inhalasi dengan kapas
basah berisi cairan aromaterapi lavender dengan konsetrat 2% yang
diletakkan disamping lubang masker oksigen. Pasien menghirup
aromaterapi yang masuk bersama oksigen dengan kecepatan 3-8 liter/
menit. Intervensi ini dilakukan kurang lebih 15 menit.

14
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

1. Tahap Prainteraksi

a. Persiapan diri mahasiswa

b. Cuci tangan

c. Persiapan alat

- Minyak esensial

- Anglo

- Lilin

- Korek Api

15
- Air

2. Tahap orientasi

a. Berikan salam terapeutik

b. Bawa alat ke dekat penderita

c. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan pada penderita

3. Tahap kerja

a. Berikan kesempatan penderita untuk bertanya sebelum kegiatan


dimulai

b. Menanyakan keluhan

c. Mulai tindakan dengan cara yang baik

d. Memberikan privacy pada penderita

e. Ciptakan lingkungan yang tenang

f. Usahakan responden tetap rileks dan tenang

g. Atur posisi responden senyaman mungkin

h. Tuangkan air sebanyak 5 cc kemudian teteskan minyak aromaterapi


pada alat pengharum sebanyak 3 tetes diatas tempat anglo

i. Kemudian nyalakan lilin dibawah anglo dengan suhu 600C sampai


aromaterapi tercium baunya dan dekatkan alat pada penderita

j. Anjurkan penderita menghirup selama 10 menit

k. Anjurkan penderita bernafas beberapa kali dengan irama normal

l. Membiarkan telapak tangan dan kaki rileks

m. Usahakan agar penderita tetap konsentrasi

16
n. Anjurkan pada penderita untuk mengulangi prosedur

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi tindakan dengan menggunakan lembar observasi tekanan


darah setelah diberikan aromaterapi selama 10 menit

b. Membenarkan posisi penderita kembali

c. Merapikan alat

d. Mengakhiri pertemuan

e. Dokumtasi

Sumber (Dwi, Rika. 2017)

BAB IV
ANALISA JURNAL

JURNAL 1

A. Identitas Jurnal
Judul jurnal : The Effectn of Aroma Therapy with Orange Essential Oil on
Anxiety and Pain in Patients with Fractured Limbs
Admitted to an Emergency Ward: A Randomized Clinical
Trial
Nama jurnal : Central European Journal Of Nursing And Midwifery
Penulis : Davood Hekmatpou
Tahun : 2017

B. Isi Jurnal

17
Kecemasan adalah gangguan mental yang paling umum di 15- 20%
pasien di klinik medis (Ghardashi et al., 2003). Prevalensi kecemasan pra
operasi pada orang dewasa adalah 11-80% (Agarwal, Ranjan, Dhirag,
2005). kecemasan pra operasi disebabkan oleh kekhawatiran tentang
masalah setelah operasi, termasuk nyeri, perubahan citra tubuh atau fungsi,
meningkatkan ketergantungan, kekhawatiran keluarga, atau perubahan
mungkin dalam gaya hidup (O'Brien, 2003). kecemasan pra operasi
mencegah pemulihan pasca operasi. kecemasan pra operasi yang
berlebihan berhubungan dengan peningkatan rasa sakit setelah operasi
(Kindler et al., 2000), mengurangi kemampuan untuk melawan infeksi,
peningkatan asupan obat penghilang rasa sakit setelah operasi, lambat-
penyembuhan luka (Granot, Ferber, 2005).
Kurangnya kontrol nyeri dapat mengaktifkan sistem saraf simpatik
dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada pasien. Memang, sistem
simpatis activitiy bisa meningkatkan miokard oksigen konsumsi dan
menyebabkan, dalam beberapa kasus, iskemia, dan bahkan miokard infark
(dengan menurunkan oksigen akibat kontraksi arteri koroner dan
penghambatan lokal mekanisme vasodilator) (Desborough, 2000; Kehlet,
Holte, 2001). Penting lainnyaefek samping dari stimulasi Sistem saraf
simpatik adalah keterlambatan dalam stimulasi sistem pencernaan (ileus)
(Desborough, 2000; Kehlet, Holte, 2001). Bahkan, nyeri juga memiliki
efek psikologis, dan dianggap sebagai alasan utama karena takut,
kecemasan, kesusahan, dan kekecewaan (Naghibi, 2001).
Fraktur menyebabkan sakit parah pada pasien, memerlukan
penggunaan analgesik narkotik (Ogunnaike et al, 2002 Marret et al, 2005).
Sejak analgesik narkotik memiliki efek samping umum, seperti masalah
pernapasan, sedasi, mual dan muntah, gejala toleransi, atau sindrom
penarikan pada pasien, penggunaan dari non-farmakologis metode sebagai
pelengkap, bukan intervensi alternatif, dianjurkan. Dalam hal ini, metode
komplementer yang perawat dapat digunakan untuk membantu pasien
(Stoelting, Miller, 2007; Ball, Bindler, Cowen, 2010).

18
Aromaterapi namanya berasal dari kata “aroma”, yang berarti
aroma atau bau, dan “terapi” yang berarti pengobatan. Ini adalah cara
alami penyembuhan pikiran person's, tubuh dan jiwa. Aromaterapi telah
memantapkan dirinya sebagai pengobatan untuk berbagai komplikasi dan
kondisi (Ali et al., 2015). Ini telah digunakan selama ribuan tahun untuk
menawarkan kenyamanan dan mempromosikan penyembuhan. akar
keperawatan dapat ditelusuri penggunaannya oleh Florence Nightingale
selama Perang Crimean. Lebih bukti terbaru mendukung aromaterapi
untuk menghilangkan nyeri, mual, dan kecemasan dalam berbagai
populasi pasien (Boyce, Natschke, 2016).
Aromaterapi adalah penggunaan dikendalikan dari minyak
aromatik alami untuk meningkatkan psikologis dan kesejahteraan fisik,
dan digunakan sebagai bagian dari keperawatan di banyak negara
termasuk Swiss, Jerman, Inggris, Kanada, dan Amerika (Buckle, 2002).
Minyak aromatik yang diekstrak dari tanaman aromatik, yang anti-
inflamasi, antimikroba, dan mengurangi rasa sakit dan stres (Cooke, Ernst
2000; Panjang, Huntley, Ernst, 2001; Buckle, 2002; Howarth, 2002).
Bahkan, aromaterapi di akui kedua yang paling umum metode pelengkap
yang digunakan oleh perawat, dan memiliki paling aplikasi klinis
(Marline, Laraine, 2008). Menghirup minyak esensial telah melahirkan
aromaterapi penciuman, dimana hasil inhalasi sederhana di
ditingkatkanemosional kesejahteraan, ketenangan, relaksasi atau
peremajaan tubuh manusia. Pelepasan stres dikaitkan dengan aroma
menyenangkan yang membuka kenangan aroma (Ali et al.,2015). Telah
terbukti bahwa inhalasi minyak esensial jeruk dapat mengurangi nyeri
persalinan (Rashidi Fakari et al., 2013). Selain itu, penelitian lain telah
menunjukkan efektivitas minyak ini dalam mengurangi kecemasan
(Lehrner et al, 2000;. 2005; Kanani et al, 2012)

Metode Penelitian

19
Selanjutnya, semua pasien adalah dialokasikan untuk salah satu
dari dua kelompok: kelompok eksperimen dan kontrol, dengan metode
acak memblokir sampling (n = 30). Penelitian ini dilakukan selama satu
shift kerja (pagi atau sore), selama enam jam. pasien gawat darurat dengan
anggota badan retak yang membutuhkan pembedahan ortopedi secara
sukarela berpartisipasi dalam studi ini (mereka cocok berdasarkan usia,
jenis kelamin, jenis fraktur, dan rasa sakit awal). Untuk intervensi, empat
tetes minyak esensial dituangkan ke sebuah pad disematkan dengan peniti
plastik untuk kerah pasien, sekitar 20 cm dari kepala. Bantalan diganti
dengan yang baru setiap jam selama enam jam. Rasa sakit pada pasien
diperiksa setiap jam selama enam jam. tingkat kecemasan diukur dengan
bagian negara dari kuesioner Spiel Berger, setelah satu jam pertama
(sebelum), dan setelah intervensi (Setelah enam jam). Selain aromaterapi
yang diberikan sebagai pengobatan komplementer pada kelompok
intervensi, pengobatan analgesik umum (misalnya tablet Acetaminophen)
diberikan untuk kedua kelompok untuk mengontrol rasa sakit.

Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data: The Skala Analog Visual (VAS 0-10)


digunakan untuk mengevaluasi nyeri. Pada skala ini, skor 0 menunjukkan
tidak ada rasa sakit; 1-3 menunjukkan nyeri ringan; 4-6 menunjukkan
nyeri sedang; 7-9 menunjukkan sakit parah; dan 10 menunjukkan nyeri
yang sangat parah (Soltani, 2005). Banyak penelitian dari Iran telah
membuktikan validitas dan kehandalan (Haji Akhondi, Baligh, 2005). Di
Iran, keandalan skala ini telah dikonfirmasi dengan koefisien korelasional
0,88 (Wilkinson, Simpson, 2002).

Trait Anxiety Inventory (oleh Charles D. Spiel Berger) adalah


inventarisasi psikologis introspektif yang terdiri dari 40 laporan diri item
berkaitan dengan efek dari kecemasan. Item ini dinilai pada empat pilihan
skala Likert, dimana 1 - hampir tidak pernah, 2 - kadang-kadang, 3 -

20
sering, dan 4 - hampir selalu. Total skor berkisar dari 40 sampai 160. Skor
di bawah 40 menunjukkan kecemasan ringan; 41-80 menunjukkan rata-
rata kecemasan; 81-120 menunjukkan lebih tinggi dari rata-rata
kecemasan; 121-140 menunjukkan kecemasan yang parah dan 141-160
menunjukkan kecemasan yang sangat parah. Validitas persediaan ini
diukur sebagai 0,95 dalam studi oleh Kumar, Singh (2007), dan Salehi,
Dehghan Nayeri (2011) melaporkan sebagai 0,94.

Diskusi

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aromaterapi dengan


minyak jeruk dapat mengurangi kecemasan pada kelompok eksperimen;
distribusi frekuensi yang berbeda tingkat kecemasan berbeda secara
signifikan dalam dua kelompok setelah intervensi. Hasil ini sejalan dengan
thosein studi oleh Goes et al. (2012). Mereka mempelajari efek
aromaterapi menggunakan minyak teh dan minyak jeruk mengurangi
kecemasan, menyimpulkan bahwa minyak jeruk lebih efektif daripada
minyak teh dalam mengurangi kecemasan. Lehrner et al. (2000)
mempelajari efek aromaterapi dengan minyak jeruk pada rasa sakit dan
kecemasan pada pasien dirujuk ke dokter gigi, dan menunjukkan bahwa
aromaterapi menggunakan minyak kecemasan berkurang oranye,
mengkonfirmasikan hasil penelitian ini. Kanani et al. (2012) melakukan
penelitian terhadap pasien dialisis, menunjukkan bahwa aromaterapi
dengan minyak jeruk dapat mengurangi kecemasan pada pasien ini. Hasil
ini juga sejalan dengan hasil penelitian kami. Jafarzadeh, Arman,
Menuangkan (2013) belajar itu efek aromaterapi dengan minyak oranye
pada kecemasan pada anak-anak yang telah dirujuk ke dokter gigi, dan
menemukan bahwa minyak jeruk dapat mengurangi kecemasan pada anak-
anak, lanjut mengkonfirmasikan hasil penelitian ini. Mean rasa sakit untuk
kontrol dan kelompok eksperimen sebelum intervensi adalah 8,3 dan 8,1,
masing-masing, menunjukkan sakit parah. Hasil ini menegaskan hasil
penelitian sebelumnya, mengungkapkan tingkat keparahan tinggi nyeri

21
ortopedi (Marret et al.,2005). Perubahan persepsi rasa sakit pada kelompok
intervensi menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik pada
yang berbeda waktu; lebih waktu, rasa sakit berkurang secara signifikan
pada kelompok intervensi. Temuan ini menunjukkan efek positif dari
minyak jeruk di nyeri pada pasien dengan patah tulang ortopedi, yang
sejalan dengan hasil studi oleh Lehrner pada prosedur gigi (Lehrner et al.,
2005). Yip, Tam (2008) menunjukkan bahwa aromaterapi dan pijat dengan
minyak jeruk dan jahe dapat mengurangi rasa sakit encok lutut, sesuai
dengan hasil penelitian ini. Namun, Małachowska et al. (2016)
mempelajari rasa sakit yang dihasilkan ketika lanset digunakan untuk
mengukur gula darah pada anak-anak dengan diabetes tipe I, mendapatkan
hasil yang berbeda dengan yang ada di tulisan ini. Perbedaan ini mungkin
karena sifat yang berbeda dari nyeri masing-masing. Ozgoli, Esmaeili,
Nasiri (2011) menunjukkan bahwa minyak jeruk bisa menghilangkan rasa
sakit payudara yang disebabkan oleh sindrom pramenstruasi. Rashidi
Fakari et al. (2013) juga menunjukkan bahwa minyak jeruk dapat
mengurangi nyeri persalinan, yang sejalan dengan hasil penelitian ini.
Dengan demikian, karena hal ini dan lainnya studi telah menunjukkan,
aromaterapi dapat menjadi aman, efektif, selain murah untuk sebuah
pasien- holistik Pendekatan yang berpusat kepada manajemen nyeri
(Boyce, Natschke, 2016).

Kesimpulan

Aromaterapi dengan minyak esensial jeruk mengurangi rasa sakit


dan kecemasan pada pasien dengan patah tulang tungkai. Hal ini dapat
menyebabkan pemulihan lebih cepat dan debit pasien, serta mengurangi
biaya rawat inap. Oleh karena itu penerapan aromaterapi dengan minyak
esensial jeruk sebagai terapi komplementer pada pasien tersebut
dianjurkan.

JURNAL 2

22
A. Identitas Jurnal
Judul : Aromatherapy Massage for Neuropathic Pain and Quality
of Life in Diabetic Patients
Nama Jurnal : jurnal of Nursing Scholarship
Penulis : Zehra Gok Metin, PhD, RN . Ayse Arikan Donmez, PhD,
RN . Nur Izgu, PhD, RN . Leyla Ozdemir, PhD, RN & Ismail Emre
Arslan, MDB
Tahun : 2017
B. Isi Jurnal
a. Latar Belakang
Pijat aromaterapi adalah layak dan metode nonfarmakologi aman
ditoleransi yang mudah diintegrasikan ke dalam pengaturan klinis oleh
staf perawat. Minyak esensial rosemary, geranium, lavender,
eucalyptus, dan chamomile dapat dengan aman digunakan oleh
perawat dalam pengaturan klinis, jika berlaku. Namun, pelatihan dan
pengalaman perawat di pijat aromaterapi sangat penting untuk
mencapai hasil yang positif. neuropati perifer adalah salah satu
komplikasi mikrovaskuler yang paling umum dan dapat berkembang
pada sampai dengan 50% dari pasien diabetes (Sahay & Srinagesh,
2011). Diabetes perifer memanifestasikan neuropati gejala klinis yang
berbeda, termasuk paresthesia, dysesthesia, perubahan dalam arti
getaran dan proprioception, hypoactive tendon, kelemahan motor, dan
nyeri neuropatik (Donnan & Ledger, 2006; Gedik & Demir, 2008).
Meskipun penggunaan modalitas pengobatan konvensional seperti
antikonvulsan, antidepresan, dan opioid, nyeri neuropatik tetap
merupakan masalah yang belum terselesaikan dipasien dengan diabetes
(BRIL et al, 2011;. Donnan & Ledger, 2006; Wong, Chung, & Wong,
2007). Ini pengobatan konvensional dapat menyebabkan banyak efek
samping, seperti sembelit, gangguan mood, dan sedasi dan hanya
memberikan bantuan parsial dalam keparahan nyeri neuropatik
(Tesfaye & Kempler, 2005). Oleh karena itu, metode tambahan yang

23
melengkapi modalitas pengobatan saat ini perlu dikembangkan.
berbasis bukti terapi komplementer dianggap sebagai safe semakin
sering digunakan dalam pengobatan diabetes dan komplikasinya
(Agrawal et al, 2007;. Akyuz & Kenis, 2014; Borman, 2009; BRIL et
al, 2011;.. Ceylan et al, 2009; Kumar, Bajaj, & Mehrotra, 2006;
Motilal & Maharaj, 2013; Zhang, Ma, & Yan). komponen kimia
minyak esensial melewati bagian hidung ke sistem penciuman dan
sistem limbik otak. Amigdala dan hippocampus sangat situs penting di
sistem limbik untuk pengolahan minyak atsiri. amigdala bertanggung
jawab untuk reaksi emosional untuk aroma individu, sedangkan
hippocampus mengatur memori penciuman, yang terlibat dalam
pembentukan dan pengambilan kenangan eksplisit (Buckle 2014;
Lindquist, Snyder, & Tracy, 2013; Takeda, Tsujita, Kaya, Takemura,
& Oku, 2008). Ketika molekul minyak esensial yang terhirup atau
diserap melalui kulit, Efek analgesik aromaterapi diduga terkait dengan
faktor-faktor berikut: (a) campuran kompleks bahan kimia yang mudah
menguap mencapai situs memori kesenangan dalam otak; (B)
komponen analgesik tertentu dalam minyak esensial yang dapat
mempengaruhi neurotransmitter dopamin dan serotonin, dan situs
reseptor noradrenalin di otak; (C) interaksi berhubungan dengan serat-
serat sensorik di kulit; dan (d) tingkat penyerapan minyak esensial ke
dalam aliran darah yang meningkat pijat (Buckle, 2014). Namun,
penelitian klinis menguji efek analgesik dari minyak esensial yang
digunakan dalam pengobatan nyeri neuropatik sangat terbatas (Motilal
& Maharaj, 2013). Rosemary (Rosmarinus dari fi cinalis), geranium
(Pelargonium graveolens), dan chamomile (Chamaemelum recutita)
memiliki analgesik, antinociceptive, anti-inflamasi, antineuralgic, dan
otot-santai efek; lavender (Lavandula angustifolia) dan kayu putih
(Eucalyptus citriodora) memiliki sejenis properti, termasuk analgesik,
saraf, antiradang, dan efek otot santai.
b. Tujuan

24
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti efek dari pijat aromaterapi
pada keparahan nyeri neuropatik dan kualitas hidup (kualitas hidup)
pada pasien yang menderita neuropati diabetes yang menyakitkan.
c. Metode
Penelitian ini adalah open-label uji terkontrol acak menyelidiki
efek dari pijat aromaterapi pada beratnya nyeri neuropatik dan kualitas
hidup pada pasien dengan diabetes. Penelitian dilakukan di klinik
rawat jalan endokrin dari rumah sakit yang terletak di ankara, turki.
Populasi penelitian terdiri dari pasien dengan neuropati diabetes yang
menyakitkan. pasien yang memenuhi syarat dengan diabetes termasuk
orang-orang yang 21-85 tahun, memiliki douleur Neuropathique
kuesioner (DN4) skor 4 poin, dan tidak memiliki riwayat penyebab
lain dari nyeri neuropatik. Para pasien berikut dikeluarkan dari
penelitian: mereka yang memiliki tangan atau kaki luka atau operasi
sebelumnya terkait, iritasi, ulkus, infeksi jaringan lunak, alergi minyak
esensial, atau gangguan pembekuan darah, atau hamil.
Kekuatan penelitian, dengan alpha 0,05 dan perbedaan berarti dalam
skala analog visual (VAS) skor 3,3 (intervensi 2.1; kontrol 5,4),
mengungkapkan 0.99 daya menggunakan SamplePower * software
(IBM Corp, Armonk, NY, USA). Sebuah metode sampling fikasi strati
digunakan untuk memberikan homogenitas antara kelompok belajar
sehubungan dengan durasi diabetes (<10 dan 10 tahun), tingkat HbA1c
(<7 dan 7%), dan penggunaan obat untuk dan 10 tahun), dan
penggunaan obat untuk neuropati (ya dan tidak). Sembilan puluh
empat pasien dinilai untuk kelayakan, di antaranya 48 dikeluarkan
karena tidak memenuhi syarat (tidak memenuhi kriteria inklusi atau
menurun untuk berpartisipasi). Oleh karena itu, 46 pasien secara acak
dialokasikan ke kelompok belajar (21 dan 25 di kelompok intervensi
dan kontrol, masing-masing; Gambar 1). Untuk mencapai pengacakan,
pasien dan kontrol, masing-masing; Gambar 1). pasien pertama
ditugaskan untuk kelompok intervensi dan berikutnya dengan

25
kelompok kontrol oleh peneliti utama (PI), dan sebagainya. Semua 46
pasien menyelesaikan studi. Data dikumpulkan dengan wawancara
tatap muka dengan pasien di klinik rawat jalan endokrin. Selama
wawancara ini, kuesioner pasien, DN4, VAS, dan Nyeri Saraf Dampak
terhadap Kualitas Hidup kuesioner (NePIQoL) yang digunakan.
Pelaksanaan prosedur penelitian :
Para pasien intervensi diundang ke klinik rawat jalan endokrin tiga kali
per minggu selama masa studi 4 minggu, sehingga setiap pasien
menerima 12 sesi pijat aromaterapi total (Motilal & Maharaj, 2013).
Durasi eachmassage adalah 30 menit, dengan 20 menit untuk kaki dan
10 menit untuk tangan. Intervensi dimulai dengan kaki kanan, pindah
ke kaki kiri, tangan kanan, dan tangan kiri. campuran minyak enam
mililiter penting dimanfaatkan-2 mL untuk setiap kaki dan 1 mL untuk
masing-masing tangan. pijat aromaterapi dilakukan di ruangan yang
tenang di klinik rawat jalan endokrin. Sebelum memulai pijat kaki,
pasien diminta untuk mengambil posisi terlentang di sofa pemeriksaan
sementara peneliti duduk di kursi menghadap kaki pasien, yang pada
tingkat dada peneliti. teknik pijat klasik yang digunakan selama
intervensi. Campuran minyak esensial adalah pertama dioleskan ke
kaki, dan effleurage dan gesekan dilakukan dari jari kaki ke
pergelangan kaki. Plantar effleurage, gesekan, dan teknik petrissage
kemudian diberikan (Tuna, 2011). Setelah selesai pijat kaki, pijat
aromaterapi dimulai untuk tangan. Selama pijat tangan, peneliti dan
pasien duduk tatap muka dan pasien menaruh tangan nya di atas
handuk yang ditempatkan pada lutut peneliti. intervensi dimulai pada
dorsum tangan, di mana effleurage diberikan, pindah ke semua jari-
jari. Pijat kemudian diberikan dari tangan ke pergelangan tangan
menggunakan teknik effleurage. Akhirnya, superfi gesekan resmi
untuk semua jari-jari dan telapak tangan, dan petrissage untuk tenar
dan otot hipotenar kelompok, dilakukan (Tuna, 2011). Kelompok
kontrol hanya menerima perawatan rutin.

26
d. Hasil
Sampel Demografi dan Penyakit Karakteristik
Usia rata-rata pasien dalam kelompok intervensi dan kontrol yang 54,3
± 8,8 dan 57,2 ± 9,7 tahun, masing-masing. Sebagian besar pasien
adalah perempuan baik di intervensi (61,9%) dan kontrol (88,0%)
kelompok, dan mayoritas pasien menikah (81,0% dan 84,0%, masing-
masing). Proporsi pasien yang telah menerima pendidikan dasar adalah
52,4% dan 60%, masing-masing ( Tabel 1).
Lamanya waktu sejak diagnosis diabetes adalah kurang dari 10 tahun
di kedua kelompok intervensi (64,0%) dan kelompok kontrol (57,1%).
nilai-nilai HbA1c yang sama atau lebih besar dari 7% pada sebagian
besar pasien pada kedua kelompok (90,5% dan 84,0%, masing-
masing). Mengenai obat saat ini, lebih dari setengah dari pasien
(57,1%) pada kelompok intervensi menggunakan obat oral antidiabetes
(OADs) dan insulin, sementara hanya di bawah setengah dari mereka
(44,0%) pada kelompok kontrol menggunakan OADs saja. Sebagian
besar pasien pada kedua kelompok memiliki gejala neuropati di kaki
dan tangan (95,2% dan 88,0% di intervensi dan kelompok kontrol,
masing-masing) mereka. Selain itu, mayoritas pasien pada kedua
kelompok tidak menerima pengobatan untuk nyeri neuropatik (61,0%
dan 64,0%, masing-masing; lihat Tabel 1).
Efek intervensi pada Keparahan neuropatik Nyeri dan kualitas
hidup
Skor nyeri VAS median dari pasien dalam kelompok kontrol 6.0 pada
awal, 5.0 pada minggu kedua, dan 5,5 pada minggu keempat
penelitian. Skor yang sesuai untuk kelompok intervensi adalah 6,5, 4,0,
dan 2,0 ( Gambar 2). Mengenai perbandingan skor VAS antara
intervensi dan kelompok kontrol, sedangkan uji statistik menunjukkan
tidak ada perbedaan yang signifikan untuk minggu kedua penelitian,
ada penurunan yang signifikan pada minggu keempat dalam
mendukung kelompok intervensi ( Meja 2). Mengenai kualitas hidup,

27
skor median NePIQoL untuk kelompok kontrol 122,0 poin pada awal
dan 120,0 menunjuk pada minggu keempat penelitian skor yang sesuai
untuk kelompok intervensi yang 116,0 dan 141,0 poin ( Gambar 3).
Pada akhir periode pemantauan, kelompok intervensi menghasilkan
secara signifikan skor kualitas hidup yang lebih tinggi dibandingkan
dengan kelompok kontrol pada minggu keempat penelitian ( Tabel 3).
e. Diskusi
Studi terkontrol secara acak ini meneliti efek dari pijat aromaterapi
pada beratnya nyeri neuropatik dan kualitas hidup pada pasien dengan
diabetes. Dalam penelitian ini, skor nyeri neuropatik secara signifikan
menurun dan skor kualitas hidup meningkat pada kelompok intervensi.
Skor nyeri median berkurang 4,5 unit VAS pada kelompok intervensi.
Sampai saat ini, tidak ada studi memiliki secara khusus meneliti efek
dari pijat aromaterapi pada beratnya nyeri neuropatik, meskipun
banyak telah menyelidiki efeknya pada tingkat keparahan nyeri pada
populasi pasien yang berbeda. Di antara studi ini, penurunan skor nyeri
VAS bervariasi antara 3,8 dan 4,5 (Bakhtshirin, Abedi, Yuse fi Zoj, &
Razmjooee 2015; Gok Metin & Ozdemir, 2016). Mengingat hasil ini,
penurunan skor nyeri dalam penelitian ini adalah sebanding dengan
yang dari laporan sebelumnya.
Aromaterapi dikombinasikan dengan terapi pijat baru-baru ini
mendapatkan popularitas, terutama dalam hal manajemen nyeri.
Minyak atsiri umumnya dilaporkan dalam literatur untuk manajemen
nyeri neuropatik termasuk lavender, kayu putih, rosemary, chamomile,
dan geranium (Li, 2010). Satu laporan menekankan bahwa minyak
esensial, bila dicampur dalam rasio yang disarankan, dapat membantu
mengurangi efek samping tertentu yang dialami oleh pasien diabetes,
seperti kehilangan integritas kulit, peningkatan glukosa darah, stres,
dan kecemasan (Pandey, Tripathi, Pandey, Srivatava, & Goswami,
2011). Satu studi terkontrol secara acak meneliti dampak dari
aromather topikal pada pasien diabetes, melaporkan penurunan skor

28
nyeri neuropatik setelah 4 minggu pengobatan (Motilal & Maharaj,
2013). Penelitian ini berbeda dari laporan bahwa sebagai mantan
aromaterapi digunakan dengan pijat. Secara signifikan penurunan skor
nyeri dalam penelitian kami dapat dikaitkan dengan penggunaan
gabungan dari aromaterapi dan pijat dan efek sinergis dari campuran
minyak esensial, yang termasuk analgesik, saraf, obat penenang, dan
fitur sirkulasi meningkatkan. Menurut hasil kami, sebuah pengurangan
signifikan dalam skor nyeri median pada kelompok intervensi diamati
pada minggu keempat. Bertentangan dengan perintisan ini, satu studi
pada aromaterapi mengungkapkan bahwa efek intervensi umumnya
dimulai setelah minggu kedua intervensi (Gok Metin & Ozdemir,
2016). Alasan potensi variasi yang ditemukan dalam waktu timbulnya
efek aromaterapi mungkin berhubungan dengan kedua karakteristik
nyeri neuropatik dan efek kumulatif dari campuran minyak esensial.
Namun, uji klinis lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi
kesimpulan ini. nyeri neuropatik dapat mengganggu kualitas hidup
dengan membatasi fungsi fisik, dan emosional dan kesejahteraan
sosial. Beberapa laporan menunjukkan bahwa pijat dan pijat
aromaterapi ditingkatkan kualitas hidup pada pasien yang berbeda
populasi (Ovayolu, Sevig, Ovayolu, & sevinc 2014; W andell,
Carlsson, g afvels, Andersson, & T ¨ ornkvist, 2011). Salah satu studi
yang meneliti efek dari pijat dan relaksasi terapi pada pasien dengan
diabetes tipe 2 menunjukkan bahwa mantan meningkat kualitas hidup
(W andell et al., 2011). Studi lain menyelidiki efek massage atau pijat
aromaterapi pada pasien kanker payudara menunjukkan bahwa metode
yang terakhir diperbaiki skor kualitas hidup (Ovayolu et al., 2014).
Konsisten dengan laporan-laporan ini, skor kualitas hidup secara
signifikan membaik setelah pijat aromaterapi dalam penelitian ini.
Selama periode intervensi, ia mengamati bahwa penurunan skor nyeri
kontribusi untuk kualitas hidup meningkat. Penelitian ini bahwa dalam
minggu keempat pijat aromaterapi, sebuah penurunan signifikan dalam

29
tingkat keparahan nyeri neuropatik dan peningkatan kualitas hidup
ditemukan pada pasien dengan diabetes. Namun, lanjut dirancang
dengan baik terkontrol acak uji klinis dengan jangka waktu pengobatan
yang lebih lama dijamin untuk memvalidasi temuan penelitian.
Implikasi untuk Praktek Klinis
Tidak ada efek samping yang berhubungan dengan aromaterapi yang
diamati selama periode penelitian. kepatuhan pasien dengan intervensi
tinggi dan tidak ada putus sekolah. Oleh karena itu, pijat aromaterapi
ditemukan untuk menjadi ditoleransi dengan baik, layak, dan aman
metode nonfarmakologi pengobatan. Selain risiko rendah pijat
aromaterapi dengan kepatuhan tinggi, manfaat efek resmi pada
keparahan nyeri dan kualitas hidup diperoleh dengan intervensi.
Berdasarkan hasil ini, pijat aromaterapi dapat membantu untuk pasien
dengan neuropati perifer diabetes. Perawat dapat menerapkan pijat
aromaterapi sebagai komponen mengurus manajemen nyeri
neuropatik. Rosemary, geranium, lavender, eucalyptus, dan chamomile
minyak esensial dapat dengan aman digunakan oleh perawat dalam
pengaturan klinis jika berlaku. Untuk mencapai hasil positif, pelatihan
keperawatan dan pengalaman dengan pijat aromaterapi sangat penting.
Perawat dan profesional kesehatan lainnya dapat belajar teknik pijat
dan metode administrasi aromaterapi dengan menghadiri program
mereka dapat memperbarui mereka pengetahuan tentang aromaterapi
dengan cara kegiatan pelatihan ini. Dengan cara ini, mereka dapat
mengintegrasikan informasi terbaru ke dalam pengaturan klinis dan
memperpanjang penggunaan aromaterapi untuk mencapai hasil
berbasis bukti.
Keterbatasan
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Yang pertama ini adalah
penerapan protokol penelitian lebih dari 4 minggu tanpa pasca tindak
lanjut dengan demikian, efek jangka panjang dari pijat aromaterapi
tidak diperiksa. keterbatasan lainnya termasuk ukuran sampel yang

30
kecil dan penggunaan hanya satu pusat klinis. Oleh karena itu, temuan-
temuan dari penelitian ini tidak digeneralisasikan untuk semua pasien
dengan neuropati diabetes yang menyakitkan. Satu batasan lebih lanjut
adalah tidak adanya kelompok kontrol menerima pijat dengan minyak
diberi wewangian.
Kesimpulan
bahwa pijat aromaterapi mengurangi skor nyeri neuropatik dan
ditingkatkan kualitas hidup setelah 4 minggu intervensi. Selanjutnya,
uji coba terkontrol acak pengujian bahan individu dari campuran
minyak esensial yang digunakan dalam percobaan ini (misalnya,
lavender, eucalyptus, chamomile) dan membandingkan efek dari pijat
klasik dan pijat aromaterapi akan membantu untuk memperjelas
kegunaannya dalam pengelolaan nyeri neuropatik.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan
bau-bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau
harum dan enak. Dalam teknik pemberian aroma terapi bisa digunakan
dengan cara inhalasi, massage, difusi, kompres dan perendaman.
Menurut Kim et al (2006), metode kerja inhalasi dengan kapas
basah berisi cairan aromaterapi lavender dengan konsetrat 2% yang
diletakkan disamping lubang masker oksigen. Pasien menghirup
aromaterapi yang masuk bersama oksigen dengan kecepatan 3-8 liter/
menit. Intervensi ini dilakukan kurang lebih 15 menit.

B. Saran

31
Penulis menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami materi
keperawatan holistik yang ada di dalam makalah ini. Bagi pembaca dan
mahasiswa lain yang ingin mengetahui dan memahami lebih dalam lagi
mengenai materi ini, maka dapat menjadikan makalah ini sebagai
referensi. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Craighospital. (2013). Aromatherapy. Retrievedfrom


http://www.craighospital.org/respiratorydocuments/heathinfo/PDFs/801.CAM.Ar
omatherapy.pdf.

Hongratnatowarkit, T. (2004). Physological effect aromatherapy,


songklanakarin J. Sci thecnol. Vol 26. No 1 .

Kim T. W., Seo J. N., Suh Y. H., Park H.J., Kim J.H., Kim J.Y.et al. 2006.
Involvement of lymphocytes in dextran sulfate sodium-induced experimental
colitis.World J. Gastroenterol.12(2): 302-305.

McLain DE. (2009). Chronic Health Effects Assessment of Spike


Lavender Oil. Walker Doney and Associates

Poerwadi, R. 2006. Aromaterapi Sahabat Calon Ibu.Jakarta: Dian Rakyat

32
Posadzki, P., Watson, L., Ernst, E., 2012, Herb-Drug Interactions: an
overview ofsystematic reviews. British Journal of Pharmacology

Sharma, S. (2009). Aromaterapi. Jakarta: Karis.

33

Anda mungkin juga menyukai