Referat Hiponatremia
Referat Hiponatremia
Referat Hiponatremia
HIPONATREMIA
Pembimbing:
Penyusun:
FAKULTAS KEDOKTERAN
2018
1
LEMBAR PENGESAHAN REFERAT
HIPONATREMIA
Referat dengan judul “HIPONATREMIA” telah diperiksa dan disetujui sebagai salah
satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi kepaniteraan klinik Dokter Muda di
bagian Ilmu Penyakit Dalam di RSAL DR RAMELAN Surabaya.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Tingkat sodium yang rendah dalam darah mengakibatkan kelebihan air
atau cairan dalam tubuh, mengencerkan jumlah yang normal dari sodium
sehingga konsentrasinya nampak rendah. Tipe hiponatremia ini dapat menjadi
hasil dari kondisi-kondisi kronis seperti gagal ginjal (ketika kelebihan cairan tidak
dapat diekskresikan secara efisien) dan gagal jantung, dimana kelebihan cairan
terakumulasi dalam tubuh. SIADH (sindrom of inappropriate anti-diuretik hormon)
adalah penyakit dimana tubuh menghasilkan terlalu banyak hormon anti-diuretik,
berakibat pada penahanan air dalam tubuh. Mengkonsumsi air yang berlebihan,
contohnya selama latihan yang berat, tanpa penggantian sodium yang cukup,
dapat juga berakibat pada hiponatremia.
Hiponatremia juga terjadi ketika sodium hilang dari tubuh atau ketika
sodium dan cairan hilang dari tubuh, contohnya selama berkeringat yang
berkepanjangan dan muntah atau diare yang parah. Kondisi-kondisi medis
adakalanya dihubungkan dengan hiponatremia adalah kekurangan adrenal,
hypothyroidism dan sirosis hati Sejumlah obat-obatan juga dapat menurunkan
tingkat sodium dalam darah contohnya adalah obat-obatan diuretik, vasopresin,
dan sulfonylurea.1
2
C. FAKTOR RISIKO
Pada kondisi normal, kadar natrium yang seharusnya adalah 135 hingga
145 mEq/liter (miliequivalen per liter). Jika angkanya kurang dari 135 mEq/liter,
maka dianggap mengidap hiponatremia. Terdapat sejumlah faktor yang bisa
memicu hiponatremia. Beberapa di antaranya adalah:
Pengaruh usia. Lansia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami
hiponatremia. Selain lansia, bayi juga berisiko lebih tinggi mengalami
hiponatremia. Kedua kelompok usia ini kurang bisa menyadari rasa haus dan
kurang bisa mengendalikan asupan cairan tubuh mereka.
Diare atau muntah yang parah dan kronis. Kondisi ini bisa memicu
berkurangnya kadar natrium serta elektrolit lain dari tubuh.
Terlalu banyak minum atau kurang minum. Konsumsi terlalu banyak air
umumnya akan memicu hiponatremia. Natrium dikeluarkan tubuh dalam
bentuk keringat. Produksi keringat yang berlebihan pada orang-orang yang
melakukan lari maraton, akan menyebabkan kandungan natrium dalam darah
akan berkurang. Sedangkan kekurangan minum akan memicu kehilangan
cairan serta elektrolit-elektrolit lainnya.
Obat-obatan tertentu, seperti pil diuretik, antidepresan, serta obat pereda
sakit.
Obat-obatan terlarang, khususnya ekstasi.
Kondisi kesehatan tertentu, contohnya gagal jantung, penyakit ginjal, sirosis
hati, syndrome of inappropriate anti-diuretic hormone atau SIADH (kondisi
yang muncul ketika produksi hormon anti-diuterik sangat tinggi), serta
rendahnya kadar hormon tiroid akibat gangguan pada kelenjar adrenal. 1
D. PATOFISIOLOGI
Etiologi hiponatremia dapat dikategorikan dalam tiga cara patofisiologi
utama berdasarkan osmolalitas plasma.
3
1. Hipertonik hiponatremia, disebabkan oleh penyerapan air yang ditarik oleh
osmol seperti glukosa (hiperglikemia atau diabetes) atau manitol (infus
hipertonik).
E. MANIFESTASI KLINIS
4
dalam waktu kurang dari 48 jam. Penelitian eksperimental juga menunjukkan
bahwa otak memerlukan waktu sekitar 48 jam untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang hipotonik. Sebelum adaptasi terjadi, terdapat risiko edema otak,
akibat osmolalitas cairan ekstraselular yang lebih rendah yang memicu terjadinya
perpindahan air kedalam sel. Tetapi, setelah adaptasi selesai, sel-sel otak dapat
kembali mengalami kerusakan jika kadar natrium plasma meningkat terlalu
cepat. Kerusakan pada selaput mielin yang menyelimuti neuron dapat
menimbulkan kondisi yang disebut sebagai sindrom demielinisasi osmotik.
Dengan demikian penting untuk membedakan antara hiponatremia akut dan
kronik untuk dapat menilai apakah seseorang memiliki risiko edema otak yang
lebih tinggi dibandingkan demielinisasi osmotik. Dalam praktik klinis, perbedaan
antara hiponatremia akut dan kronik sering tidak jelas, terutama pada pasien
yang datang ke unit gawat darurat. Jika penggolongan akut ataupun kronik sulit
dilakukan atau jika ada keraguan, sebaiknya dianggap kronik, kecuali ada alasan
untuk menganggapnya sebagai kondisi akut
5
SEDANG 120 – 129 mmol/l - kram otot
- kelamahan otot
- ataksia
- perubahan kepribadian
BERAT ≤ 120 mmol/l - rasa mengantuk ,
- fungsi reflex berkurang
- kejang
- koma
- kematian
F. DIAGNOSIS
6
7
G. TATALAKSANA
Pengobatan hiponatremia harus dipertimbangkan dari kronisitasnya,
keseimbangan cairan pasien, dan potensi etiologinya. Dalam hiponatremia akut
(durasi ≤ 48 jam '), pengobatan yang cepat dan koreksi natrium disarankan untuk
mencegah edema serebral. Hal ini berbeda dengan hiponatremia kronis, di mana
koreksi harus lambat untuk mencegah central pontine myelinolysis yang dapat
menyebabkan kerusakan saraf permanen. Target yang harus dicapai untuk
8
meningkatkan natrium ke tingkat yang aman (≥ 120 mmol / l). Natrium tidak
harus mencapai level normal dalam 48 jam pertama.4
Pada pasien dengan hiponatremia akut dan gejala sisa neurologis (kejang
atau koma)
Kehilangan Na total =
9
Pada keadaan hiponatremia yang disertai hipokalemia (diare, muntah, diureti),
dengan melakukan koreksi K saja, hiponatremia dapat kembali normal. Jadi
pada dasarnya bila hiponatremia menimbulkan gejala, pengobatan dalam larutan
dalam larutan NaCl 3 % baru perlu diberikan dengan segera (kadar Na dalam
larutan ini adalah 513 meq/L). Bila tidak menimbulkan gejala, pengobatan
ditujukan pada penyebabnya yaitu larutan NaCl isotonis pada kehilangan natrium
dan retriksi cairan pada kasus dengan kelebihan cairan. Sebagai dasar
pengobatan dapat diberikan gambaran seperti di bawah ini :
- Deplesi cairan
- Insufisiensi adrenal
- SIADH
- Gagal ginjal
10
11
12
13
BAB III
KESIMPULAN
Proses menua normal disertai dengan perubahan berikut yang berpengaruh pada
regulasi cairan dan natrium:
14
DAFTAR PUSTAKA
15