Sistem Informasi Keperawatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit mempunyai tantangan besar menghadapi persaingan yang


semakin terbuka sehingga perlu suatu upaya untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan yang merupakan
komunitas profesi paling besar mengalami perubahan paradigma dari pelayanan
yang hanya berorientasi pada pemberi layanan menjadi pelayanan yang berfokus
kepada pasien.Oleh karena itu dibutuhkan suatu metode untuk meningkatkan
kepuasan pasien.Isu yang berkembang saat ini adalah pengembangan pemanfaatan
sistem informatika kesehatan khususnya keperawatan (Shultz, 2014).

Teknologi informasi memberikan perubahan besar terhadap pengolahan data


dan dokumentasi di semua sektor industri termasuk pelayanan kesehatan.
Penggunaan sistem manajemen informasi berbasis komputer dalam bidang
kedokteran dan pelayanan kesehatan telah dimulai sejak tahun 1950. Bagian yang
sangat penting di sektor kesehatan adalah pelayanan keperawatan karena perawat
adalah kelompok besar yang sangat mempengaruhi langsung kualitas pelayanan
yang diterima oleh pasien. (Dhake, 2013).

Sistem Informasi Keperawatan (SIK) merupakan integrasi data, informasi,


dan pengetahuan untuk mendukung pasien dan perawat dalam pengambilan
keputusan diseluruh peran perawat dan pengaturan, dengan menggunakan struktur
informasi, proses, dan teknologi (Thompson, 2002). Sistem informasi
keperawatan (SIK) juga membantu sistem klinik dalam mengelola data
keperawatan dan juga kegiatannya. (Dhake, 2013).Selain itumemberikan manfaat
di lingkungan rumah sakit apabila dikelola dengan baik, yaitu menghemat waktu
dalam melakukan pendokumentasian, data yang tercatat akan lebih aman dan
resiko untuk hilang jauh lebih sedikit daripada manual sehingga dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari staf perawat (Cheryl, 2007).

1
SIK umumnya mempunyai beberapa program yang dipergunakan untuk
melaksanakan berbagai fungsi klinik, pendidikan dan manajemen. Kebanyakan
SIK mempunyai modul untuk klasifikasi pasien, ketenagaan, penjadualan,
manajemen personel dan pembuatan laporan. SIK juga dapat dipergunakan untuk
membuat perawatan pasien menjadi lebih efektif dan ekonomis. Biasanya
digunakan padakomponen klinik termasuk riwayat dan pengkajian pasien, rencana
dan pelayanan keperawatan, catatan perkembangan, pendidikan pasien dan
perencanaan pulang pasien. Semua ini dapat dilaksanakan di kantor keperawatan
atau dengan system yang lebih maju di sisi tempat tidur pasien. (Swansburg &
Swanburg, 2001).

B. Rumusan masalah
a. Pengertian sistem informasi keperawatan
b. Penerapan sistem informasi dalam dunia keperawatan
c. Peranan sistem informasi dalam keperawatan

C. Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah diharapkan mahasiswa mampu


menganalisis perkembangan teknologi keperawatan atau teknologi kesehatan yang
dapat dimanfaatkan oleh keperawatan.Serta mempermudah bagi tenaga medis
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif dan dapat
memepermudah bagi perawat dalam memonitor klien.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sistem Informasi Keperawatan

Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen


dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran
informasi. Sistem Informasi mempunyai komponen- komponen yaitu proses,
prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan, supplier,
dan rekanan. (Eko,I. 2001). Adapun sistem informasi keperawatan adalah
kombinasi ilmu komputer, ilmu informasi dan ilmu keperawatan yang disusun
untuk memudahkan manajemen dan proses pengambilan informasi dan
pengetahuan yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan asuhan keperawatan
(Gravea & Cococran,1989)

Sedangkan menurut ANA (Vestal, Khaterine, 1995) system informasi


keperawatan berkaitan dengan legalitas untuk memperoleh dan menggunakan
data, informasi dan pengetahuan tentang standar dokumentasi , komunikasi,
mendukung proses pengambilan keputusan, mengembangkan dan
mendesiminasikan pengetahuan baru, meningkatkan kualitas, efektifitas dan
efisiensi asuhan keperawaratan dan memberdayakan pasien untuk memilih asuhan
kesehatan yang diiinginkan. Kehandalan suatu sistem informasi pada suatu
organisasi terletak pada keterkaitan antar komponen yang ada sehingga dapat
dihasilkan dan dialirkan menjadi suatu informasi yang berguna, akurat,
terpercaya, detail, cepat, relevan untuk suatu organisasi.

Sistem Informasi manajemen asuhan keperawatan sudah berkembang di luar


negri sekitar tahun 1992, di mana pada bulan September 1992, sistem informasi
diterapkan pada sistem pelayanan kesehatan Australia khususnya pada pencatatan
pasien. (Liaw, T.,1993). Pemerintah Indonesia sudah mempunyai visi tentang
sistem informasi kesehatan nasional yaitu Informasi kesehatan andal
2010(Reliable Health Information 2010 ). (Depkes, 2001). Pada Informasi

3
kesehatan andal tersebut telah direncanakan untuk membangun system informasi
di pelayanan kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di
masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

Penggunaan catatan pasien yang terkomputerisasi (computerized patient


records) yang berkembang pesat, membutuhkan bahasa yang baku dalam
menggambarkan masalah-masalah pasien. Diagnosis keperawatan melengkapi
kebutuhan tersebut dan membantu menetapkan lingkup praktik keperawatan,
dengan menggambarkan kondisi perawat yang dapat merawat secara mandiri.
Diagnosis keperawatan menyertakan pemikiran kritis dan pembuatan keputusan,
serta menyediakan istilah yang dipahami secara universal dan konsisten diantara
para perawat yang bekerja pada beragam tempat, termasuk rumah sakit, klinik
rawat jalan, fasilitas perawatan lain, fasilitas kesehatan okupasi, dan praktik
pribadi/swasta. (Doenges et al. 1999)

Pembakuan klasifikasi dalam asuhan keperawatan merupakan hal yang sangat


penting, apalagi jika kita bicara dalam konteks komputerisasi. Kesepakatan istilah
dan terminologi akan memperbaiki proses komunikasi, menghilangkan ambiguitas
dokumentasi serta memberikan manfaat lebih lanjut terhadap sistem kompensasi,
penjadwalan, evaluasi efektivitas intervensi maupun sampai kepada upaya
identifikasi error dalam manajemen keperawatan. Salah satu tantangan besar
dalam informatika kesehatan adalah disepakatinya standar klasifikasi dan
terminologi yang mencakup berbagai konsep (kedokteran, keperawatan,
laboratorium, obat, patient safety, images, pertukaran data, demografis) (Suparti,
2005)

Sistem Informasi Keperawatan yang di design dalam sistem ini adalah seluruh
dokumentasi yang diperlukan dalam aktifitas keperawatan di ruang rawat inap.
Dokumentasi Asuhan Keperawatan tentu menjadi yang paling utama dalam sistem
ini. Selain dokumen Askep, juga ada laporan-laporan yang lain :

1. 20 Diagnosa Perawatan Terbesar


2. 20 Tindakan Perawatan (NIC) terbesar
3. Resume Keperawatan (otomatis)

4
4. Format Discharge Planning
5. Laporan Tindakan Keperawatan
6. Standar Operating Procedure dari NIC, DLL

B. Penerapan sistem informasi dalam dunia keperawatan


Perkembangan teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke
berbagai sektor dalam kehidupan manusia, termasuk pada sektor kesehatan.
Sistem informasi membantu perawat mengerjakan berbagai tugas kaitannya
dengan pengambilan keputusan dengan DSS (Decision Support System). DSS
membantu membuat hubungan antara informasi yang didapatkan dari pasien ke
literature pilihan tindakan berdasarkan integrasi sistem. Sistem informasi juga
dapat meningkatkan keamanan dan keselamatan pasien, serta dapat mencegah
kesalahan dengan melaksanakan fungsi pengambilan keputusan dan mencegah
fungsi yang tidak tepat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
dewasa ini di Indonesia belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat
khususnya di dalam memberikan pelayanan keperawatan.

Teknologi informasi pertama kali diterapkan di rumah sakit El Camino,


California pada akhir tahun 1960-an. Di masa itu, komputer digunakan untuk
mengolah seluruh data klien yang diperoleh selama klien dirawat di rumah sakit.
Akan tetapi di Indonesia, sejak 2000-an, sebenarnya pemanfaatan teknologi
informasi untuk mendukung asuhan keperawatan sudah mulai diwacanakan.
Pada tahun 2002, RS Charitas Palembang mulai membuat model dokumentasi
asuhan keperawatannya dengan menggunakan komputer. Pada tahun 2004, rumah
sakit Fatmawati juga membuat model yang hampir sama dengan RS
Charitas Palembang. Sebuah terobosan yang luar biasa tentunya ditengah
ketidakpercayaan hampir sebagian besar manajemen rumah sakit bahwa teknologi
informasi mampu menunjang pelayanan keperawatan agar lebih baik dan
berkualitas.

Perkembangan pemanfaatan PDA Personal Digital Assistant di dunia


keperawatan Indonesia nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar
negeri yang sudah berkembang pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya

5
yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia dengan teknologi informatika
khususnya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan dan pendidikan
perawat, dan belum terintegrasinya sistem informasi manajemen berbasis IT
dalam praktek keperawatan di klinik.

PDA memiliki potensi untuk mengurangi kesalahan dalam pengobatan dengan


menyediakan sumber referensi portabel dan nyaman bagi penyedia layanan
kesehatan. Penelitian terhadap etiologi kesalahan pengobatan telah menunjukkan
bahwa sebagian besar kesalahan terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang
status kesehatan pasien dan / atau kurangnya pengetahuan tentang obat yang
diresepkan (Leape et al., 1995).

Manfaat dan tantangan dalam penggunaan Personal Digital Assistant (PDA)


di Keperawatan:

1. Dapat digunakan di mana saja dan kapan saja


2. Memungkinkan akses mudah ke sejumlah besar data sehingga
mengurangi kejadian medication error.
3. Meningkatkan komunikasi antar perawat dan antara perawat dengan
anggota tim kesehatan lainnya.
4. Meningkatkan efisiensi dan akurasi dokumentasi keperawatan
5. Sangat berguna untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan data
pasien (Doran & Mylopoulos, 2008)
6. Mengurangi penggunaan kertas melalui transmisi nirkabel.

C. Peran sistem informasi dalam keperawatan


Perawat menggunakan sistem informasi keperawatan dengan tujuan untuk
mengkaji pasien secara jelas, menyiapkan rencana keperawatan,
mendokumentasikan asuhan keperawatan, dan untuk mengontrol kualitas
asuhan keperawatan. Perawat dapat memiliki pandangan terhadap data secara
terintegrasi (misalnya integrasi antara perawat dan dokter dalam rencana
perawatan pasien). Banyak manfaat yang didapatkan dalam penggunaan system
informasi. Manfaat tersebut tidak hanya mengurangi kesalahan dan meningkatkan

6
kecepatan serta keakuratan dalam perawatan, tetapi tetapi juga menurunkan biaya
kesehatan dengan koordinasi dan peningkatan kualitas pelayanan.

Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & zyga, 2009):

a. Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse station

b. Mengurangi penggunaan kertas

c. Dokumentasi keperawatan secara automatis

d. Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan)

e. Mengurangi biaya

f. Kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur

Teknologi informasi dapat mengurangi kesalahan dengan 3 cara, yaitu


mencegah kesalahan dan kejadian yang merugikan, memfasilitasi respon yang
lebih cepat terhadap kejadian yang merugikan dan memberikan arah serta
feedback terhadap kejadian yang merugikan (Bates & Gawande, 2003).

Strategi teknologi informasi dalam mencegah kesalahan dan kejadian yang


merugikan adalah:

a. Meningkatkan komunikasi
Kegagalan dalam komunikasi khususnya dalam serah terima pasien antar
shif baik oleh dokter dan perawat merupakan faktor yang berkontribusi
terhadap kesalahan dalam asuhan keperawatan. Dengan adanya sistem
informasi keperawatan, kesalahan dapat diminimalkan, karena seluruh
informasi yang berkaitan dengan pasien mudah diakses dan
terkomunikasikan dengan baik melalui sistem.

b. Memberikan akses informasi


Dengan meningkatnya akses terhadap referensi informasi yang dibutuhkan
dapat meningkatkan safety. Informasi yang dibutuhkan melaui textbook,

7
informasi obat- obatan, dan manajemen penyakit infeksi dengan mudah
dapat diakses melalui komputer.

c. Mengharuskan informasi dan membantu dalam kalkulasi


Informasi yang didapat melalui komputer lebih mudah dibaca dan lebih
lengkap karena sistem memaksa pengguna untuk memasukkan informasi
yang lengkap sesuai dengan aturan yang ada dalam sistem. Misalnya
instruksi dan resep dokter akan lebih mudah dibaca. Selain itu penggunaan
komputer juga dapat mengurangi kesalahan dalam penghitungan dosis
obat.

d. Monitoring
Dengan sistem komputerisasi monitoring keadaan pasien akan lebih
mudah dan akurat serta dapat mendeteksi adanya masalah pada
pasien. Misalnya “smart” monitor dapat mencari signal jika ada
permasalahan pada pasien. Sehingga kejadian yang tidak diinginkan dapat
terdeteksi secara dini untuk dapat dilakukan tindakan segera.

e. Mendukung pengambilan keputusan


Sistem informasi dapat membantu dalam pengambilan keputusan. Dengan
data-data yang terdeteksi melalui sistem, pemberi pelayanan kesehatan
baik dokter maupun perawat dapat dengan cepat menentukan tindakan
selanjutnya sesuai kondisi pasien.

f. Respon yang cepat terhadap kejadian yang tidak diinginkan


Sistem informasi dengan komputerisasi juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, melakukan intervensi dini, dan mengarahkan kejadian
yang tidak diinginkan.

Banyak manfaat yang dapat dirasakan terhadap penggunaan teknologi


informasi dalam keperawatan yang antara lain meningkatkan jumlah waktu
perawat bersama pasien, mengurangi penggunaan kertas sehingga mengurangi
biaya perawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan secara cepat dan

8
akurat. Beberapa penelitian juga telah membuktikan bahwa penggunaan sistem
informasi dapat mengurangi kesalahan dalam memberikan asuhan keperawatan
baik yang dirawat di rumah sakit maupun di rawat jalan. Melalui teknologi
informasi dapat meningkatkan komunikasi antara pemberi pelayanan kesehatan,
mempermudah akses informasi yang dibutuhkan, melakukan penghitungan
dengan cepat dan akurat, monitoring, mendukung pengambilan keputusan serta
memfasilitasi respon secara cepat terhadap kejadian yang tidak diinginkan.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama


dalam memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat
standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat keperawatan di
Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas
pelayanan keperawatan yang berbasis teknologi informasi.

Teknologi dalam kesehatan mempunyai peran yang sangat penting,terutama


dalam memberikan kualitas atau mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi seakan telah membuat
standar baru yang harus di penuhi. Hal tersebut membuat keperawatan di
Indonesia menjadi tertantang untuk terus mengembangkan kualitas pelayanan
keperawatan yang berbasis teknologi informasi. Namun demikian, tidak
dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi informasi
untuk manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf
pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data administratif, keuangan
dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian, jika
sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar.

Di sisi lain, persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal.


Pemahaman tenaga kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi
lemah karena pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek
pengetahuan dan ketrampilan merupakan salah satu kuncinya. Disamping itu,
tentu saja adalah masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli
yang baik, terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada
nilai lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,
konfidensialitas dan privacy data medis.

10
Dalam penggunaan TI terutama computer dapat berpengaru negative jga bagi
kesehatan pnggunanya apabila dalam penggunaannya tidak baik. Yaitu dari Posisi
duduk, jarak pandang monitor dengan mata, intensitas cahaya monitor, sirkulasi
udara ruangan, keamanan kabel jaringan, dan cara menggunakan computer.
Apabila hal ini tidak diperhatikan dapat mngakibatkan gangguan kesehatan.

B. Saran

Pemerintah atau lembaga kesehatan hendaknya segera meningkatkan standar


dan mutu sistem kesehtan di Indonesia, terutama yang berhubungan dengan
teknologi karena bila di bandingkan dengan negara lain ini masih
sangat tertinggal.Untuk membenahi hal tersebut maka harus di butuhkan solusi
cerdas.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cheryl, et al. (2007). Improving program documentation qualitythrough the


application of continuous improvement processes. The Journal of
Continuing Education in Nursing Vol 38 No 6. Diunduh pada tanggal 20
Juni 2019 dari
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=16&did=1382110771&SrchMod
e=1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName.

Dhake, K.. (2013) Advantages nad disadva ntages of nursing information system.
Journal Health care system : Buzzle diunduh tanggal 21 juni 2019 dari
http://www.buzzle.com/articles/advantages-and-disadvantages

Hariyati, S. T. (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hukum dari perawat


dan karakteristik perawat terhadap kualitas dokmentasi keperawatan di
RS.Bhakti Yudha,Tidak dipublikasikan

Kozier, E. 1990. Fundamentals of Nursing. Addison Wesley Co., Redwood City.


Liaw, T.1993. The Computer Based Patient Record: An Historical
Perpective. Diambil dari http://www.hisavic.aus.net/hisa/mag/nov93
/the.htm. di akses 20 Juni 2019

Shultz, C. M. (2009). Preparing to Work in an Informatics-Based World.Diunduh


pada tanggal 7 September 2014 dari www.nsa.org.

Swansburg & Swansburg, (2009) Pengembangan staf keperawatan : suatu


komponen pengembangan SDM.EGC : Jakarta

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai