Laporan Kasus Sindrom Neuroleptik Maligna SL
Laporan Kasus Sindrom Neuroleptik Maligna SL
Laporan Kasus Sindrom Neuroleptik Maligna SL
Oleh
Pembimbing
KUPANG 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Pengasih dan Penyayang atas
SMF Neurologi, khususnya dr. Johana Herlin Sp.S dan dr.Yuliana Imelda Ora Aja
Neurologi ini sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan maksimal
kemampuan saya.
Saya menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, maka
saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki laporan
kasus ini sehingga boleh menjadi referensi yang dibutuhkan untuk memperdalam
dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi kami yang sedang
menempuh pendidikan.
2
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR ………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI …………………………………………………………………... 2
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………... 3
BAB II STATUS PASIEN
A. Identitas ……………………………………………………………… 6
B. Anamnesis ………………………………………………………….… 6
C. Pemeriksaan Fisik ………………………………………….…………. 8
D. Pemeriksaan Penunjang …………………………………………..….. 19
E. Resume ………………………………………….…………………... 22
F. Diagnosa dan Diagnosa Banding ………………………………….... 23
G. Terapi ……………………………………………………….……….. 24
H. Prognosis …………………………………………………………….. 24
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
(sense of reality). Kelainan seperti ini dapat diketahui berdasarkan gangguan pada
perasaan, pikiran, kemauan, motorik, dll yang berat sehingga perilaku penderita
tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita psikosis tidak dapat
dimengerti oleh orang normal, sehingga orang awam menyebut penderita sebagai
orang gila. Efek samping obat anti-psikosis jika diberikan dalam jangka panjang.
tremor,bradikinesia, rigiditas)
panjang
4
Sindrom neuroleptik maligna (SNM) merupakan suatu sindrom yang
sindrom ini memberikan gejala demam, kekakuan otot, perubahan status mental,
dan gangguan otonom. Sindrom ini mempunyai onset dalam waktu beberapa jam
setelah pemakaian obat neuroleptik, namun sebagian besar timbul dalam kurun
5
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. KT
Umur : 37 tahun
Bangsa : Indonesia
Agama : Khatolik
Alamat : Matani
Pekerjaan : Perawat
No. RM : 319256
B. ANAMNESA
terhadap pasien pada tanggal 15-03-2019 di ruang rawat inap Komodo RSUD
Prof.W.Z.Johannes Kupang
6
Keluhan Tambahan : Tremor, demam
Pasien diantar keluarga ke IGD RSU Prof. W.Z. Johannes dengan keluhan
lemah pada sisi tubuh sebelah kiri yang terjadi ± 1 hari sebelum masuk Rumah
sakit. Lemah pada sisi tubuh sebelah kiri terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang
istirahat, namun pasien tidak sampai terjatuh. Pasien mengatakan dirinya tetap
sadar saat kelemahan itu timbul. Kelemahan dirasakan pada tangan dan kaki pada
sisi tubuh sebelah kiri. Kemudian merasakan gemetar pada kedua tangan dan kaki
namun yang lebih berat adalah sebelah kiri. Pasien mengakui tidak ada sakit
kepala namun terjadi demam saat kejadian sampai masuk rumah sakit. Pasien
tidak mual maupun muntah. Makan dan minum pasien masih bisa dilakukan.
Buang air besar dan air kecil tetap lancar hingga saat ini. Keluhan terakhir saat ini
dalam perawatan hari ke-2 masih mengeluhkan kelemahan pada sisi tubuh sebelah
kiri, namun pasien bisa berjalan dengan dituntun meskipun tampak masih adanya
langkah kaki sebelah kiri yang lebih lamban dan lemah dari pada kaki sebelah
Tahun 2006 pasien sempat mengalami gejala diam dan tidak mau bicara lalu
dibawa ke dokter jiwa dan tidak dilakukan rawat jalan maupun inap. Kemudian
bulan oktober 2018 pasien diperiksakan lagi ke dokter jiwa di RS dedari dan
karena tidak bisa berdiri, gemetar dan sakit pada tangan dan kaki kanan disertai
7
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat kebiasaan :
C. PEMERIKSAAN FISIK
Tinggi : 171 cm
Tekanan Darah
Kiri :120/90
Nadi
Suhu : 37,8oC
Pernapasan : 20 kali/menit
8
Status Generalis
teraba hangat.
Telinga : Normotia (+/+), nyeri tekan (-/-), nyeri tarik (-/-), sekret (-
/-)
uvula di tengah
c. Pemeriksaan Leher
d. Pemeriksaan Toraks
Jantung
sinistra
9
b) Palpasi : Iktus kordis teraba kuat ± 2cm di bawah papilla mamae
sinistra
c) Perkusi :
redup
redup
redup
Paru
e. Pemeriksaan Abdomen
d) Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)
10
k. Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat (+/+), odem (-/-) ekstremitas atas dan ekstremitas bawah
dextra
Status Neurologis
GCS : E4 V5 M6
a. Rangsangan Meningeal
b. Nervus Kranialis
2. N-II (Optikus)
11
b. Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
medial (+/+), atas lateral (+/+), atas medial (+/+), bawah lateral
b. Ptosis :- /-
e. Refleks Pupil
langsung :+/+
4. N-V (Trigeminus)
a. Sensorik
N-V1 (ophtalmicus) : +
N-V2 (maksilaris) : +
N-V3 (mandibularis) : +
b. Motorik : +
5. N-VII (Fasialis)
b. Motorik
12
Angkat alis : + / +, terlihat simetris kanan dan kiri
Gerakan involunter : -
6. N. VIII (Vestibulocochlearis)
a. Keseimbangan
b. Pendengaran
a. Refleks menelan : +
b. Refleks batuk : +
8. N-XI (Akesorius)
a. Kekuatan M. Sternokleidomastoideus : + /+
13
b. Kekuatan M. Trapezius : + /+
9. N-XII (Hipoglosus)
a. Tremor lidah :-
b. Atrofi lidah :-
e. Fasikulasi :-
c. Pemeriksaan Motorik
Extremitas Atas :
• M.Deltoid : 4/5
• M.Biceps: 4/5
• M.Triceps : 4/5
Tonus Otot
• Tonus : spastik/spastik
• Trofik : normal/normal
Sensibilitas
14
• Raba : normal/ normal
• Suhu : tde
Badan
Sensibilitas :
• Suhu : normal/normal
Vegetatif
• BAK : normal
• BAB : normal
Ekstremitas Bawah
Reflek fisiologis :
• KPR : +2/+2
• APR : +2/+2
• Reflek patologis
a. Gordon : -/-
b. Gonda : -/-
c. Oppenheim : -/-
d. Babinski : -/-
15
e. Chaddock : -/-
f. Schaeffer : -/-
g. Bing : -/-
h. Rosolimo : -/-
• Sensibilitas
• Suhu : normal/normal
• Vibrasi : tde
d. Sistem Ekstrapiramidal
1. Tremor : +
2. Chorea : -
3. Balismus : -
e. Sistem Koordinasi
16
3. Finger to Finger Test : Tidak Dilakukan Pemeriksaan
17
f. Fungsi Kortikal
baik
18
Fungsi luhur
• Agrafia : (-)
• Alexia : (-)
• Apraxia : (-)
• Agnosia : (-)
• Akalkulia : (-)
Inkontinensia :-
Hipersekresi keringat :-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah lengkap
• Hb : 10,2 g/dL
• RBC : 4.76.10^3/ul
• PLT : 342.10^3/ul
19
• Kreatinin darah : 1.26 mg/dL
• GDS : 72 mg/dL
Elektrolit
CT-Scan kepala
Interpretasi;
20
3.Sulcy dan gyri tampak baik
9.Calvaria baik
21
E. RESUME
ANAMNESIS :
• Laki-laki 37 tahun dengan keluhan lemah sisi tubuh sebelah kanan yang
terjadi >24 jam. Tidak ada riwayat penurunan kesadaran, muntah (-),
nyeri kepala (-), demam (+), Hipertensi (-), Riwayat Merokok (+),
STATUS INTERNUS
STATUS NEUROLOGIS
• GCS : E4V5M6
• Meningeal sign : -
• GDS : 72 mg/dL
CT Scan :
22
9.Calvaria baik
ASSESMENT
• Diagnosa Topis :-
TERAPI
Planning terapi:
Terapi 5 B:
1.Breath
- Head up 30 derajat
-Pasang O2 2 lpm
2. Brain
3. Blood
-Aspilet 80 mg -0-0 PO
-Simvastatin 20 mg 0-0-1PO
4. Bowel
23
5. Bladder
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
24
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
status mental, dan disfungsi otonom. SNM sering terjadi segera setelah inisiasi
setelah terpapar obat neuroleptik. Rata-rata onset sekitar 4-14 hari setelah
dimulainya terapi, 90% kasus terjadi dalam 10 hari. Namun, SNM dapat
B. Etiologi
25
Tabel 1. Pembagian obat-obatan yang dapat menyebabkan sindroma
neuroleptik maligna
Lainnya
Litium
Phenelzine
Dosulepin
Desipramine
Trimipramin
26
Kelainan otak organic
Pemberian obat Hiponatremia
neuroleptik secara Usia muda
parenteral Laki-laki
Defisiensi besi
Kombinasi 2 atau lebih
obat neuroleptik
Penggunaan obat
neuroleptik bersama
obat lain seperti litium
Riwayat SNM
sebelumnya
27
C. Patogenesis
28
Pusat kontrol sistem termoregulasi tubuh terletak di hipotalamus anterior
elevasi pada “set point”, yang dipicu oleh zat yang dikenal sebagai pirogen,
baik pirogen eksogen maupun endogen. Saat ini disepakati bahwa faktor-faktor
menunjukkan bahwa zat pirogen eksogen dapat berupa bakteri, virus, protozoa,
jamur, alkaloid atau lektin. Berdasarkan hal ini, obat neuroleptik dipikirkan
sebagai salah satu pirogen Eksogen yang mengaktivasi sintesis dan pelepasan
dan 18, interferon --, tumor necrosis factor -, dan sitokin lain seperti
29
saat ini tidak ada satupun teori yang dapat menjelaskan mengapa hanya pada
SNM. Selin itu juga belum dipahami mengapa penderita SNM biasanya
D. Diagnosis
1.Gambaran Klinis
a) Anamnesis
pemberian obat.
b) Pemeriksaan Fisik
c) Pemeriksaan laboratorium
atas 1000 IU/L (lebih dari 90% kasus), dan dapat mencapai hingga
30
2. Kriteria diagnosis
31
E. Penatalaksanaan(11,12,13)
32
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Resume
dengan keluhan lemah pada sisi tubuh sebelah kiri yang terjadi ± 1 hari sebelum
masuk Rumah sakit. Lemah pada sisi tubuh sebelah kanan terjadi secara tiba-tiba
saat pasien sedang istirahat, namun pasien tidak sampai terjatuh. Pasien
mengatakan dirinya tetap sadar saat kelemahan itu timbul. Kelemahan dirasakan
pada tangan dan kaki pada sisi tubuh sebelah kiri. Kemudian merasakan gemetar
pada kedua tangan dan kaki namun yang lebih berat adalah sebelah kiri. Pasien
mengakui tidak ada sakit kepala namun terjadi demam saat kejadian sampai
120/70 mmHg dan tekanan darah kiri 120/90 mmHg, nadi kanan 77 kali per menit
reguler kuat angkat dan nadi kiri 71 kali per menit reguler kuat angkat, suhu 37,8
°C, pernapasan 20 kali per menit. Dari pemeriksaan neurologis didapatkan: Pada
4.2 Diagnosis
Pada hemiparese terjadi kelemahan sebagian anggota tubuh dan lebih ringan
33
daripada hemiplegi. Hemiparase yang terjadi memberikan gambaran bahwa
adanya kelainan atau lesi pada korteks motorik atau pada sepanjang traktus
piramidalis. Febris terjadi akibat efek samping obat neuroleptik yang dikonsumsi
pasien.
2.Diagnosis Topis: -
neuroleptik. Hasil ct-scan kepala pasien menunjukan tidak ada kelainan di otak.
34
BAB V
KESIMPULAN
dan angka mortalitas berkisar 5-20% bila tidak ditangani dengan baik. Kematian
biasanya disebabkan oleh komplikasi aritmia, DIC, gagal jantung, gagal napas,
dan gagal ginjal. Deteksi awal dari gejala klinis SNM dan penanganan sesegera
mungkin dapat meningkatkan luaran. Sindroma ini biasanya tidak fatal dan
sebagian besar penderita akan pulih total dalam jangka waktu 2-14 hari.
sindroma ini, terapi suportif, koreksi factor metabolik bila ditemukan kelainan.
35
DAFTAR PUSTAKA
36