Rula

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS POSTUR KERJA PEKERJA KULI PANGGUL DI PASAR

BESAR MALANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE OVAKO WORK


POSTURE ANALYSIS SYSTEM (OWAS)

LAPORAN AKHIR SEMESTER

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Ergonomi dan Faal Kerja
Yang dibina oleh Bapak dr. Erianto Fanani

Oleh:
Kelompok 1
Achmad Yusril Ilmi 170612634037
Alis Tri Jayanti 170612634003
Anisa Cahyaningrum 170612634095
Arwinda Ulfa Adriazini 170612634068

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
OKTOBER 2019
ii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ................................................................................................1
B. Tujuan .............................................................................................................3
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ..................................................................................4
A. Pengertian Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)...........................4
B. Pengaplikasian OWAS....................................................................................4
C. Bagian Sikap Kerja yang Diamati...................................................................4
D. Fokus Penilaian OWAS ..................................................................................4
E. Klasifikasi Sikap Bagian Tubuh yang Diamati untuk Dianalisa dan
Dievaluasi ............................................................................................................5
F. Penilaian OWAS .............................................................................................6
G. Konsep perbaikan (Hierarchy of Controls) ....................................................7
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................9
A. Hasil ................................................................................................................9
B. Pembahasan...................................................................................................10
BAB IV. PENUTUP ..............................................................................................12
A. Kesimpulan ...................................................................................................12
B. Saran .............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................15

ii
iii

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Penilaian OWAS ...................................................................................6

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Sikap Punggung .................................................................................5
Gambar 2. Sikap Lengan .....................................................................................5
Gambar 3. Sikap Kaki .........................................................................................6
Gambar 4. Hierarchy of Controls ........................................................................7
Gambar 5. Saat Mengambil Barang ....................................................................9
Gambar 6. Saat Mengangkut Barang ...................................................................9
Gambar 7. Saat Meletakkan Barang ..................................................................10

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam rangka menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang maksimal,
pembangunan bangsa Indonesia saat ini lebih dikonsentrasikan pada
pengembangan dan pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM). Seiring dengan
program pengembangan dan pemberdayaan SDM tersebut, pemerintah juga
memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja melalui
berbagai bentuk peraturan dan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
Namun, dalam pelaksanaannya masih banyak ditemukan berbagai bentuk
penyimpangan, sehingga jaminan kesejahteraan, kesehatan dan keselamatan kerja
para pekerja sering diabaikan. Pekerjaan angkat dan angkut merupakan salah satu
contoh dari sekian banyak kondisi kerja yang masih perlu mendapat perhatian.
Seperti kita ketahui bahwa jenis pekerjaan angkat dan angkut merupakan salah satu
aktivitas tertua dari kegiatan manusia sehari-hari. Pekerjaan angkat dan angkut
memiliki risiko besar pada permasalahan sistem muskuluskeletal. Sebagai
contohnya adalah kuli angkut di Pasar besar Malang, mereka melakukan aktivitas
angkat dan angkut yang merupakan pekerjaan fisik berat (Tarwaka, dkk. 2004).
Kaitan antara pekerja kuli angkut dengan postur dan interaksinya terhadap sarana
kerja akan menentukan efisiensi, efektivitas, dan produktivitas kerja, selain
Standard Operating Prosedure (SOP) yang terdapat pada setiap jenis pekerjaan.
Postur tubuh dalam bekerja dikatakan ergonomi apabila memberikan rasa nyaman,
aman, sehat, dan selamat dalam bekerja (Budiono, dkk, 2003 dalam Agustin 2013).
Salah satu keluhan yang terjadi pada pekerja bidang angkat dan angkut seperti
kuli panggul adalah nyeri pada otot. Keluhan yang biasa diderita pekerja kuli
panggul adalah keluhan pada sistem muskuloskeletal. Apabila otot menerima beban
statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan
keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen, dan tendon. Kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan Musculoskeletal Disorders (MSDs) atau cedera pada
sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tawarka, 2010).
Sebagian besar muskuloskeletal disebabkan oleh pekerja itu sendiri atau lingkungan
2

kerjanya. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya gangguan ini adalah


pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang, sikap kerja yang tidak ergonomis,
adanya vibrasi, kurangnya pengetahuan tentang tempat kerja, pengorganisasian
kerja serta variasi kerja. Pada umumnya Musculoskeletal Disorders (MSDs)
dialami pada bagian punggung, leher, bahu, lengan atas, dan pinggang.
Musculoskeletal Disorders (MSDs) jarang dialami pada anggota tubuh bagian
bawah (Susila, 2001).
Di Indonesia, hasil studi yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan pada
tahun 2005, diketahui bahwa sekitar 40.5% penyakit yang diderita pekerja
berhubungan dengan pekerjaannya. Gangguan yang dialami pekerja menurut
penelitian yang dilakukan terhadap 482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia
umumnya berupa penyakit Musculoskeletal Disorders (16%), kardiovaskuler (8%),
gangguan saraf (5%), gangguan pernafasan (3%), dan gangguan THT (1.5%)
(Wandasari, 2010).
Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2009), pada tukang angkut barang
(porter) di Stasiun Kereta Jatinegara diperoleh hasil bahwa seluruh responden (106
orang) merasakan keluhan pada bagian tubuh, dan yang paling banyak dikeluhkan
adalah bagian kaki (31%) dan pinggang (23%), sedangkan sisanya mengeluhkan
pada bagian anggota tubuh lainnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Abdilah (2013), pada kuli angkut buah di Pasar
Johar Semarang diperoleh hasil bahwa keluhan-keluhan yang menyebabkan risiko
gangguan pada pekerja di agen buah Ridho Illahi terdiri dari gejala yang dirasakan
oleh responden adalah 20% tidak merasakan sakit, 60% merasakan sedikit sakit dan
20% sangat sakit, gejala-gejala yang dialami dan dirasakan oleh responden
disebabkan oleh postur tubuh yang tidak alamiah saat mereka bekerja. Bagian tubuh
yang paling sering merasakan sakit adalah bagian punggung, dan pinggang. Seluruh
responden mengaku keluhan rasa sakit atau pegal yang mereka alami ini muncul
tidak tentu.
Kuli panggul di Pasar besar merupakan salah satu bagian dari pekerjaan di
sektor informal yang berada di Pasar besar Malang. Kuli panggul merupakan
pekerja kasar atau orang yang bekerja dengan mengandalkan kekuatan fisiknya
seperti, melakukan kegiatan mengangkat dan mengangkut barang dagangan dari
3

satu tempat ke tempat lain. Hampir seluruh proses kerja melibatkan manual
handling yang dilakukan dengan tenaga fisik, sehingga kondisi ini dapat
mengakibatkan gangguan pada muskuloskeletal. Mengingat aktivitas manual
handling mempunyai peranan penting dalam menimbulkan keluhan
muskuloskeletal. Sekiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi dan
menganalisa postur kerja untuk mengetahui kondisi postur kerja saat ini. Pada
penelitian ini menggunakan metode Owas untuk mengidentifikasi postur kerja kuli
panggul. Ovako Work Posture Analysis System (OWAS) merupakan metode
analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung,
lengan, kaki, dan berat beban yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh tersebut
diklasifikasikan menjadi sikap kerja. Sikap bagian tubuh yang diamati adalah
punggung, lengan, kaki, dan berat beban yang diangkat (Pamula, 2012).

B. Tujuan
Untuk menganalisa postur kerja pekerja kuli panggul di Pasar besar Malang
dengan menggunakan metode OWAS.
4

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Ovako Work Posture Analysis System (OWAS)


Menurut Wijaya (2008) OWAS merupakan suatu metode untuk mengevaluasi
dan menganalisa sikap kerja yang tidak nyaman dan berakibat pada cidera
musculoskeletal.
Menurut Astuti dan Suhardi (2007) OWAS merupakan metode penilaian dan
evaluasi dari postur tubuh selama bekerja. Metode ini berlandaskan atas klasifikasi
sederhana dan sistematik atas postur tubuh yang dikombinasikan dengan observasi
atas pekerjaan yang dilakukan.

B. Pengaplikasian OWAS
Menurut Aryanto (2008) Metode OWAS dapat diaplikasikan di area:
a. Pengembangan lingkungan kerja atau metode kerja untuk mengurangi
beban pada musculoskeletal dan membuatnya lebih aman serta produktif.
b. Untuk merencakan tempat kerja baru maupun metode kerja yang baru.
c. Didalam melakukan survey ergonomic.
d. Didalam melakukan survey kesehatan kerja.
e. Didalam penelitian dan pengembangan.

C. Bagian Sikap Kerja yang Diamati


Menurut Astuti dan Suhardi (2007) indikator sikap kerja dari pekerja yang
diamati meliputi pergerakan tubuh dari bagian punggung, bahu, tangan, kaki
(termasuk paha, lutut, pergelangan kaki), dan beban berat.

D. Fokus Penilaian OWAS


Fokus yang dinilai adalah postur tubuh, pergerakan saat bekerja, frekuensi dari
struktur kerja, posisi kegiatan kerja didalam sebuah proses kerja, kebutuhan
intervensi pada disain pekerjaan dan lingkungan kerja, distribusi pergerakan tubuh,
beban dan tenaga yang dibutuhkan saat bekerja (Aryanto, 2008).
5

E. Klasifikasi Sikap Bagian Tubuh yang Diamati untuk Dianalisa dan


Dievaluasi
Menurut Karhu (1981) klasifikasi sikap bagian tubuh yang diamati untuk
dianalisa dan dievaluasi yakni:
a) Sikap Punggung
1. Lurus
2. Membungkuk
3. Memutar atau miring ke samping
4. Membungkuk dan memutar atau membungkuk ke depan dan
menyamping

Gambar 1. Sikap Punggung


b) Sikap Lengan
1. Kedua lengan berada di bawah bahu
2. Satu lengan berada pada atau di atas bahu
3. Kedua lengan pada atau di atas bahu

Gambar 2. Sikap Lengan


c) Sikap Kaki
1. Duduk
2. Berdiri bertumpu pada kedua kaki lurus
6

3. Berdiri bertumpu pada satu kaki lurus


4. Berdiri bertumpu pada kedua kaki dengan lutut di tekuk
5. Berdiri bertumpu pada satu kaki dengan lutut ditekuk
6. Berlutut pada satu arah atau kedua lutut
7. Berjalan, bergerak, atau berpindah

Gambar 3. Sikap Kaki


d) Berat Beban
1. Berat beban adalah kurang dari 10 Kg
2. Berat beban adalah 10 Kg – 20 Kg
3. Berat beban adalah lebih besar dari 20 kg

F. Penilaian OWAS
Tabel 1. Penilaian OWAS

Menurut Andi (2008) Hasil dari analisa postur kerja OWAS terdiri dari empat
level skala sikap kerja yang berbahaya bagi para pekerja, yakni:
7

1. Kategori 1: Pada sikap ini tidak ada masalah pada sistem musculoskeletal
(tidak berbahaya). Tidak perlu ada perbaikan.
2. Kategori 2: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur
kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang signifikan). Perlu
perbaikan di masa yang akan datang.
3. Kategori 3: Pada sikap ini berbahaya pada sistem musculoskeletal (postur
kerja mengakibatkan pengaruh ketegangan yang sangat signifikan). Perlu
perbaikan segera mungkin.
4. Kategori 4: Pada sikap ini sangat berbahaya pada sistem musculoskeletal
(postur kerja ini mengakibatkan resiko yang jelas). Perlu perbaikan secara
langsung atau saat itu juga.

G. Konsep Perbaikan (Hierarchy of Controls)

Gambar 4. Hierarchy of Controls


Menurut OHSAS 18001: 2007, Hierarchy of Control mencakup 5 hal yakni:
a. Eliminasi
Adalah mengurangi resiko dari peralatan dan pekerjaan dengan cara
membuat perubahan (rekayasa) pada peralatan atau pekerja sehingga tingkat
resiko dapat dikurangi sampai ke titik resiko yang dapat diterima.
8

Contohnya adalah memasang pelindung lampu pada mesin-mesin di tempat


muatan, bahaya jatuh, bahaya kimia, dll.
b. Substitusi
Adalah metode pengendalian yang bertujuan untuk mengganti bahan,
proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak
berbahaya. Contohnya adalah menurunkan kekuatan, ampere, tekanan,
suhu, dll).
c. Kontrol Teknik / Perancangan
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja, serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian
ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contohnya
adalah adanya penutup mesin guard, menginstal sistem ventilasi, mesin
penjagaan, interlock, dll.
d. Kontrol Administratif
Kontrol administratif ditujukan untuk mengendalikan dari sisi orang
yang akan melakukan pekerjaan dengan harapan orang tersebut akan
mematuhi, memiliki kemampuan, dan keahlian cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan secara aman. Contohnya adalah seleksi karyawan, adanya standar
operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, jadwal istirahat, manajemen
perubahan, rotasi kerja, dll.
e. Alat Pelindung Diri
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan hal yang
paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya, dan APD hanya berfungsi
untuk mengurangi resiko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya
mengurangi, maka perlu dihindari ketergantungan hanya mengandalkan alat
pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Contohnya adalah
penggunaan helm keselamatan, kacamata keselamatan, sarung tangan,
earplug¸ dll.
9

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Kuli panggul di pasar besar Malang menunjukkan beberapa posisi kerja, yaitu:
1) Saat mengambil barang,
2) Saat mengangkut barang, dan
3) Saat meletakkan barang.
Dari ketiga posisi kerja tersebut, akan dilakukan penilaian untuk setiap sikap
kerjanya dan ditentukan beban kerja pada pekerja kuli panggul menggunakan
metode OWAS.

Gambar 5. Saat Mengambil Barang

Gambar 6. Saat Mengangkut Barang


10

Gambar 7. Saat Meletakkan Barang

Pada posisi kerja saat mengambil barang, barang yang diangkut oleh pekerja
panggul untuk tiap karungnya sebesar 10 kg, sedangkan untuk barang yang berupa
kardus memiliki berat yang bervariasi sekitar 5-10 kg.
Pada posisi kerja saat mengangkut barang, pekerja membutuhkan waktu sekitar
30-40 detik untuk menuju ke tempat peletakkan barang.
Setiap pekerja memiliki karakteristiknya masing-masing dalam melakukan
pekerjaannya, dapat dilihat dari berbagai gambar yang peneliti dapatkan. Posisi
kerja yang ditunjukkan antar pekerja yang satu dengan yang lainnya memiliki
perbedaan.

B. Pembahasan
Posisi Saat Mengambil Barang
1) Punggung: Tegak
2) Lengan Atas: Satu lengan berada di
atas level ketinggian bahu
3) Tungkai Bawah: Berdiri dengan
keadaan kedua kaki lurus
4) Beban: 10 – 20 kg
Maka, posisi ini menurut OWAS yaitu:
1 – 2 – 2 –2, yang memiliki nilai kategori
1.
11

Posisi Saat Mengangkut Barang


1) Punggung: Tegak
2) Lengan Atas: Kedua tangan berada di
atas level ketinggian bahu
3) Tungkai Bawah: Bergerak atau
berpindah
4) Beban: 10 – 20 kg
Maka, posisi ini menurut OWAS yaitu:
1 – 3 – 7 – 2, yang memiliki nilai kategori
1.

Posisi Saat Meletakkan Barang


1) Punggung: Membungkuk ke depan
atau ke belakang
2) Lengan Atas: Kedua tangan berada di
bawah level ketinggian bahu
3) Tungkai Bawah: Berdiri dengan
kedua kaki lutut sedikit ditekuk
4) Beban: 10 – 20 kg
Maka, posisi ini menurut OWAS yaitu:
2 – 1 – 4 – 2, yang memiliki nilai kategori
3.
12

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
OWAS adalah suatu metode untuk mengevaluasi dan menganalisa sikap kerja
yang tidak nyaman dan berakibat pada cidera musculoskeletal. Metode OWAS
dapat dilakukan untuk merencanakan tempat kerja maupun metode kerja yang baru
sehingga dapat mempermudah pekerja dalam melakukan kegiatan. Indikator sikap
kerja yang diamati dalam metode ini meliputi bagian punggung, bahu, tangan, kaki,
dan beban berat. Yang menjadi fokus penilaian OWAS seperti postur tubuh,
pergerakan saat bekerja, frekuensi dari struktur kerja dan faktor penilaian yang
lainnya. Klasifikasi bagian tubuh yang diamati dan dievaluasi yaitu sikap
punggung, sikap lengan, sikap kaki dan berat badan. Semua hal tersebut diamati
dan dinilai dari setiap gerakan.
Ada beberapa hal yang dinilai dalam OWAS yang dibedakan menjadi empat
kategori. Kategori satu sikap tidak terlalu bahaya dan tidak perlu adanya perbaikan.
Kategori dua pada posisi ini memiliki dampak bahaya pada sistem musculoskeletal
dan perlu adanaya perbaikan dimasa yang akan datang. Kategori tiga postur tubuh
mengaruh ketegangan yang signifikan pada sistem musculoskeletal dan perlu
adanya perbaikan segera mungkin. Kategori empat postur kerja ini mengakibatkan
reaiko yang jelas berbahaya pada sistem musculoskeletal dan perlu perbaiakn secara
langsung atau saat ini juga. Konsep perbaikan menurut hirarchy of controls ada
eliminasi, substitusi, kontrol teknik, kontrol administratif, serta alat pelindung diri.
Dari hasil pengamatan telah menunjukan beberapa posisi kerja kuli panggul di
pasar besar, seperti saat mengambil barang, saat mengangkut barang, dan saat
meletakkan barang. Berat beban karung yang dibawa kuli panggul sebesar 10kg
sedangkan untuk kardus memiliki berat 5-10kg dengan waktu kerja sekali angkut
30-40 detik.
Pembahasan dari hasil penelitian menunjukan hasil pada posisi satu memiliki
nilai kategori satu yang artinya tidak perlu perbaiakn secara langsung. Posisi kedua
menunjukan nilai kategori satu yang artinya tidak perlu adanya perbaikan secara
13

langsung. Posisi ketiga menunjukan nilai kategori tiga yang artinya perlu adanya
perbaikan sesegera mungkin.

B. Saran
1. Membagi jadwal kerja dan pemberian makanan dengan gizi yang cukup dan
seimbang pada setiap harinya, karena pekerjaan kuli angkut ini
membutuhkan fisik yang prima. Untuk mendapatkan fisik yang prima perlu
adanya istirahat yang cukup dan pemenuhan gizi yang baik dan seimbang
sehingga mendapatkan hasil pekerja yang tetap produktif setiap harinya.
2. Perlu adanya pengawasan yang baik dan peraturan yang telah ditetapkan
untuk mengawasi sebagai patokan kinerja setiap pekerja.
3. Adanya fasilitas penunjang untuk mempermudah pekerja dalam melakukan
pekerjaannya seperti gerobak dorong. Gerobak dorong dapat meringankan
pekerjaan pekerja, meminimalisir resiko cidera musculoskeletal dan
mempercepat waktu kerja.
Menurut penilaian Hirarcy of control
Penilaian Hirarcy of control Perlu atau Tidak Alasan
Eliminasi Tidak Tidak diperlukan, karena
jika menggunakan sistem
eliminasi maka pekerja
akan kehilangan
pekerjaannya dan dapat
menghilangkan sumber
daya manusia yang ada.
Substitusi Tidak Tidak karena bahan atau
barang yang diangkut tidak
dapat digantikan menjadi
bahan yang lebih aman
terhadap kuli panggul.
Kontrol Teknik Perlu Perlu adanya alat yang
dapat meminimalisir risiko
cidera atau kecelakaan,
14

yakni dengan
menggunakan gerobak
dorong untuk
mempermudah
pemindahan dan
pengangkutan barang dari
truk menuju gudang dan
sebaliknya.
Kontrol Administratif Perlu Perlu adanya jadwal kerja
dan jadwal istirahat
sehingga pekerja tidak
mengalami kelelahan yang
berpengaruh terhadap
produktivitas kerja.
Alat Pelindung Diri Perlu Pekerja perlu
menggunakan sarung
tangan untuk
meminimalisir risiko
cidera pada saat bekerja
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Fikri. 2013. Analisis Postur Kerja Dengan Metode Rapid Upper Limb
Assesment (RULA) Pada Pekerja Kuli ngkut Buah Di Agen Ridho Illahi
Pasar Johar Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat 2013, Vol. 2(1).
Agustin. 2013. Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan Musculoskeletal Dan
Produktifitas Kerja Pada Tenaga Kerja Bagian Pengepakan Di PT. Djitoe
Indonesia Tobako. [Skripsi]. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan. UMS.
Ariani. 2008. Gambaran Risiko Musculosceletal Disorders Pada TukangAngkut
Barang (porter) di Stasiun Jatinegara Jakarta Tahun 2008. Skripsi. Depok:
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Indonesia.
Aryanto, Dwi Pongki. Gambaran Risiko Postur Kerja Menggunakan Metode
REBA. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia
Astuti dan Suhardi. 2007. Analisis Postur Kerja Manual Material Handling
Menggunakan Metode OWAS (Ovako Work Postur Analysis System). Jurna
Teknik Industri. Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Karhu. 1981. Observing Working Posture in Industry: Example of OWAS
Application.
OHSAS 18001: 2007. Occupational Health and Safety Managemen System –
Guideline for the Implementation of OHSAS 18001.
Pamula, Achmad Riza. 2012. Analisis Postur Kerja Pada Aktivitas Manual
Material Handling Dengan Menggunakan Metode Penilaian Ovako Work
Analysis System (OWAS) Pada Pekerja Unit Di PT. X Wilayah Semarang.
Undergraduate thesis, Faculty of Public Health.
Susila, IGN. 2001. Computer Vision Syndrom. Ergonomics National –
International on Ergonomics – Sport Phisiology. Editor: Sutajaya, M.
Udayana University Press. Denpasar
Tarwaka, Solichul, Bakri, Lilik Sudiajeng. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan,
Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA Pers.
Wandasari, Nurul. 2010. Analisis Bahaya Pekerjaan/Job Hazard Analysis. (Online),
esaunggul.ac.id. Diakses pada 25 Oktober 2019.
Wijaya, Andi. 2008. Analisa Postur Kerja dan Perancangan Alat Bantu untuk
Aktifitas Manual Material Handling Industri Kecil. Jurnal Teknik Industri.
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anda mungkin juga menyukai