Bab I
Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pulau yang tersebar di seluruh nusantara. Setiap pulau didiami oleh suku bangsa
yang memiliki budaya, adat-istiadat yang khas, yang berbeda dengan suku bangsa
yang lain yang mendiami pulau yang lain. Indonesia juga dijkenal sebagai negara
yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan
timbul sebagai usaha budaya rakyat Indonesia seluruhnya. Kebudayaan lama dan
asli terdapat yang terhitung sebagai budaya bangsa. Konsep tentang kebudayaan
yang diperoleh studi perbandingan, maka dapat memberi gambaran kepada kita
bahwa kebudayaan merupakan sifat yang esensial bagi manusia. Hanya manusialah
yang mampu berbudaya, hawan tidak memeliki kemampuan tersebut, sebab dasar
persatuan dengan tidak menolak bahan-bahan baru dari kebudayaan asing yang
daerah seluruh Indonesia melalui adat-istiadat dan budaya nagara ini makin dikenal
oleh dunia. Salah satu daerah yang kaya dengan budaya, adat-istiadat adalah
maluku. Setiap daerah dimaluku memeliki ciri khas tersendiri baik itu budaya dan
adat-istiadatnya. Ciri khas ini berbeda antara daerah yang satu dan daerah yang lain.
kesenian, cara hidup dan cara berpikir, ini menunjukan bahwa manusia dan
kebudayaan adalah salah satu kesatuan yanmg tidak dapat dilepas pisahkan satu
sama lain. Karena tidak ada manusia tanpa kebudayaaan dan sebaliknya tidak ada
atau arwah para leluhur, dan juga benda-benda yang dianggap memeliki kekuatan,
yang disebut juga kepercayaan kepada animism dan dinamisme. Mereka menyakini
bahwa roh-roh atau arwah para leluluhur ini tinggal di pohon-pohon besar, batu-
ketertiban suatu masyarakat. Hal ini membuat masyarakat maluku tidak terlepas
dari adat dan budaya. Bagi masyarakat maluku adat memeliki hubungan yang erat
dengan agama dan suku. Dapat dikatakan juga adat merupakan agama yang asli
dengan corak dan sifatnya sendiri, biarpun dalam kebudayaan beberapa rakyat
tertentu ada banyak kesamaan pula, namun cara berpikr sendiri, makahukum di
dalam tiap masyarakat yang mempunyak corak, dan sifatnya sendiri, sehingga
Hal ini juga dialami di Negeri Honitetu, dimana kepercayaan akan dampak
akan hukum dari masalah yang dilakukan pada masa lalu, yang dapat
mengakibatakan kutukan atau hukum yang tidak pernah terlepas dari orang yang
membuat masalah dan melangar denda. Yang biasa dinamakan masyarakat Negeri
biasanya dilakukan sesuai dengan budaya dan adat-istiadat yang dilakukan oleh
Manupu siwa-siwa ( denda 9-9 ) adalah aturan atau hukum yang berlaku di Negeri
Honitetu, aturan-aturan atau huku ini telah disepakati sejak leluhur ( tete-nenek
moyang ) dalam rangka menata kehidupan masyarakatnya. Hal ini berarti, manupu
siwa-siwa ( denda 9-9 ) merupaka warisan leluhur yang masi di pelihara dan di jaga
kelestarian hingga kini. Aturan atau hukum dalam bentuk manupu siwa-siwa (
denda 9-9 ) di sebut juga manupu pata siwa. Sebab denda ini berlaku hanya dalam
manupu siwa-siwa ( denda 9-9 ). Ketidak taatan terhadap manupu siwa-siwa ( 9-9
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
5
E. Penjelasan Istilah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang keliru terhadap istilah yang terdapat
1. Negeri atau Desa adalah kesatuan masyarakat berdasar pada adat dan
lahir batin yang sangat kuat, baik karena keturunan, maupun karena
sendiri-sendiri
siwa-siwa ini juga disebut dengan Manupa siwa-siwa atau Denda Pata
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Kebudayaan
dari budhi yang berarti “budi” atau “akal” dengan demikian budaya dapat
berarti “daya dari budi” sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti
“daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, dengan “kebudayaan”
yang berarti hasil dari cipta’ karsa dan rasa (Syarial Syarbaini, 2009:99).
Kebudayaan selalu bertolak dari pikiran ideal tentang apa yang seharusnya
sehingga menurutnya pola kebudayaan ini sangat luas karena semua laku
adalah total dari pikiran, karya dan hasil karya manusia yang tidak berakar pada
7
nalurinya, dan karena itu hanya bias dicetuskan oleh manusia sesudah suatu proses
belajar.
(2009 : 102) yang bersifat universal yang dapat disebut sebagai isi pokok
5. Sistem pengetahuan
7. Religi.
Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan. Sifat-sifatnya abstrak, tak
disebut sistem sosial atau social sistem, mengenai tindakan berpola dari
manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktifitas-aktifitas manusia-
dari detik ke detik, dari hari ke hari, dan dari tahun ke tahun, selalu
menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Wujud ketiga
penjelasan. Karena berupa seluruh total dari hasil fisik dari aktifitas,
paling konkret, dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan lain. Kebudayaan ideal dan
kebudayaan adalah salah satu hasil karya manusia yang berlangsung secara
generasi.
9
B. Konsep Adat
Kata adat sebenarnya berasal dari bahasa Arab yang berarti kebiasaan.
Sansekerta a (berarti “bukan”) dan dato (yang artinya sifat kebendaan) dengan
Adat disebut pula uruf, berarti s esuatu yang dikenal, diketahui, dan diulang-
macam bentuk perbuatan. Pengertian adat adalah sesuatu yang telah menjadi
Adat secara umum dapat diartikan sebagai aturan kebiasaan dan hukum yang
secara umum adat adalah sisa-sisa agama asli yang terdapat secara luas, khususnya
aturan-aturan dan kekuatan gaib dan berhubungan dengan tempat keramat dan
objek-objek tertentu. Pengertian yang lebih khusus mengenai adat adalah kebiasaan
tata kehidupan yang telah ditirunkan dari para leluhur. Selain itu, dapat diartikan
hal-hal tertentu dianggap wajib bagi semua anggota masyarakat dan harus
Menurut B. TerHaar Bzn (2001: 246) adat berarti apa yang diberikan sebagai
keputusan hukum yang berlaku (kaidah hukum) dengan sebagai bahan ialah
waktu sekarang; bila dikatakan secara subjektif: memberi bentuk kepada apa
lain.
memberi pengertian tentang arti adat dan hukum sebagai berikut: adat adalah
tingkah laku yang ada dalam suatu masayarakat (sudah, sedang, akan)
diadakan, adat juga merupakan salah satu aspek kebudayaan yang sangat
hukum adat.
Selanjutnya, Van Dyk (1962: 20) menjelaskan pengertian adat sebagai semua
macam apapun juga menuntun tingkah laku dan kebiasaan orang Indonesia.
suatu adat itu mempunyai dasar bertata tingkat, yaitu: 1) tingkat nilai; 2)
C. Konsep Negeri
Menurut Z. Effendi (1987: 31), istilah Negeri bukan berasal dari bahasa asli daerah
ini atau “bahasa tanah”. Suatu negeri adalah suatu persekutuan territorial yang
terdiri dari beberapa soa yang pada umumnya berjumlah paling sedikit tiga buah.
tentang otonomi daerah, pasal 1 ayat 2 adalah desa atau yang disebut dengan nama
lain. Selanjutnya disebut desa adalah kesatuan masyarakat hokum yang memiliki
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Republik
Indonesia. Sedangkan untuk penjelasan kata “desa” terdapat pada bab penjelasan,
pasal 202, dikatakan bahwa “Desa” yang dimaksud antara lain : “Negeri” untuk
“Kampong” untuk Kalimantan Selatan, dan “Negeri” untuk Papua. dan Maluku.
Kemudian R. H. Unang Sunardjo (dalam Lilian Sandra Elly, 2014: 16) mengatakan
bahwa, Negeri atau Desa adalah kesatuan masyarakat berdasar pada adat dan
hukumnya menetap dalam suatu wilayah tertentu, mempunyai ikatan lahir batin
yang sangat kuat, baik karena keturunan, maupun karena kesamaan politik,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tipe Penelitian
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu
data untuk memberi gambaran penyajian laporan. Data tersebut berasal dari
B. Lokasi Penelitian
C. Sumber Data
3. Arsip, Dokumen yang terkait dengan permasalahan yang hendak diteliti yakni
peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya
narasumber atau informan akan dipilih dan ditetapkan secara selektif yang
yang sedang diteliti untuk mencari sumber data. Oleh karena itu informan
yang dipilih adalah tokoh-tokoh adat, tokoh pemuda, dan keluarga yang
1. Observasi
Observasi secara singkat menurut Hadari Nawawi dan Martini Hadari (1995:74)
unsur-unsur yang tampak pada suatu gejala pada objek penelitian” unsur-unsur
yang tampak itu disebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara
lengkap.
2. Wawancara.
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak yaitu
pemberi jawaban atas pertanyaan itu. selanjutnya ditegaskan oleh Lincoln dan Guba
F. Validitas Data
Adapun validitas data yang di ambil adalah sesuai dengan penglaman individu yang
di teliti. Pengalaman itu dapat membawa perubahan baik bagi peneliti maupun para
1990: 178) bahwa Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan Data sesuatu
yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding dari
data itu. Teknik trianggulasi yang paling banyak di gunakan adalah pemeriksaan
Hal ini untuk membandingkan kebenaran data yang di peroleh dari berbagai macam
kenyataan di lapangan.
16
tulis dari beberapa peneliti, yang di anggap mirip dengan tema yang penulis
observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda, maka
dengan jalan.
pendapat.
berkaitan.
Analisis Data yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk mengolah data
penelitian adalah sejalan dengan apa yang dikemukankan oleh Milles dan
Huberman (1992: 20). Yaitu analisis data kualitataif menggunakan model interaktif
17
keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul
menyusul.
Pengumpulan data
Sajian
data
Penarikan
Reduksi data
Kesimpulan/
Verifikasi
a. Pengumpulan Data
Data harus segera dianalisis setelah dikumpul dan dituangkan dalam bentuk laporan
masih baru
b. Reduksi Data
c. Sajian data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian data.penyajian
yang paling sering digunakan pada data kualitatif adalah bentuk teks naratif. Ini
d. Penarikan kesimpulan/verifikasi
Kegiatan analisis ketiga yang penting adalah menarik kesimpulan dan verifikasi.
penelitian mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal
namun juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
ada yang berupa deskripsi atau gambaran yang sebelumnya belum jelas menjadi
Huberman 1992:18-19).
19
BAB IV
1. Letak Georafis
Negeri Honitetu adalah salah satu negeri adat di Pulau Seram yang terletak didaerah
pegenungan dengan ketinggian ±500m dari permukaan lauta dan mempunyai luas
wilayah administrasi adalah 268 KM2. Secara geografis negeri Honitetu terletak
sebagai berikut:
Negeri Honitetu terletak di pegunungan yang mempunyai jarak dari tepi laut 26
Km2. Relief negeri Honitetu hamper sebagian besar berbukit, daerah pemukiman
daerah dataran, pada daerah yang berlereng oleh masyarakat dijadikan sebagai
lahan pertanian.
20
2. Keadaan Penduduk
Negeri Honitetu merupakan negeri dengan jumlah jiwa 303 jiwa, penduduk yang
mendiami Negeri Honitetu merupakan bagian dari penduduk asli suku wemale ada
juga pendatang yang berasal dari luar karena adanya perkawinan campuran, untuk
Tabel 1
(Tahun)
1 0-3 28
2 4-6 43
3 7-9 38
4 10-12 35
5 13-15 24
6 16-45 159
7 46-59 29
8 60-85 27
9 >86 -
Jumlah = 383
pendidikan semakin penting bagi setiap orang baik tua maupun muda, baik di desa
maupun di kota.
terdapat sarana pendidikan berupa satu buah gedung Sekolah Dasar (SD) dan
PAUD. Apabila anak-anak yang lulus dari SD mereka akan melanjutkan pendidikan
ke SLTP dan SMA. Untuk melanjutkan ke SLTP dan SMA mereka harus ke
Kairatu, Uraur ada juga yang melanjutkan studi di Ambon. Selain dari pendidikan
Pada tabel 4.2 dapat dilihat tingkat pendidikan masyarakat Honitetu pada Tahun
2019.
Tabel 2
1 TK 90
2 SD 78
3 SMP 59
4 SMA 47
5 PT 24
6 Belum sekolah 48
22
7 Putus Sekolah 37
Total 383
Pada umumnya penduduk Negeri Honitetu memiliki potensi sumber daya alam
yang sangat baik, yang terdapat pada daratan kecamatan Inamosol. Potensi sumber
daya alam ini merupakan sumber daya yang memberikan penghidupan bagi
hutan berupa damar, cengkih, coklat dan lain sebagainya disamping itu juga ada
Tabel 3.
1 PNS 18
2 Pedagang 25
3 TNI/POLRI 5
4 Petani 120
5 Pensiunan 5
6 Ojek 13
7 Tukang 18
9 Tidak Bekerja 35
Jumlah 383
Dari data di atas dapat dilihat bahwa pekerjaan utama masyarakat Negeri
Honitetu berkisar pada bidang pertanian, hal itu dapat dilihat dari komoditas
kayu, ubi jalar, dan tanaman holtikultura lainnya, komoditas perkebunan seperti
mangga, kelapa, kopi, coklat, durian, damar, cengkeh dan pala, sedangkan
Watmasa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel dibawa ini:
Tabel 2
No URAIAN KETERANGAN
24
Berdasarkan data penduduk Desa Watmasa Tahun 2019, tercatat jumlah penduduk
383 jiwa, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 249 orang dan perempuan sebanyak
134 orang, sedangkan jumlah kepala keluarga sebanyak 120 kepalah keluarga.
Dengan demikian jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari jumlah penduduk
d. Agama
Masyarakat Honitetu adalah sebagian dari masyarakat Alifuru yang mendiami Nusa
Ina/Pulau Ibu sejak dahulu saat itu masyarakat di Nunusaku hidup rukun aman
berdasarkan garis keturunan ayah (patrinial). Pada saat itu kepentingan pribadi yang
25
diutamakan dan diataur oleh kepala soa, setiap orang sudah mempunyai tugas
pada suatu ketika kehidupan mereka berubah yang tadinya rukun dan damai
Hal demikian ditemukan pada masyarakat Alifuru yang ada di Nusa Ina, berawal
dari terbunuhnya seorang putri cantik yang bernama Hanuwele yang tidak tentu
antara satu dengan yang lain, dampak dari pertuduhan ini adalah terjadi perang
sultanya terpaksa harus memasang strategi untuk mencari tempat kediaman baru
dengan cara meyusun kekuatan dan berperang dengan semua masyarakat yang
gunung), karena kehidupan pada zamzn dahulu itu masyarakat sangat bergantung
pada alam jadi ketika ketersediaan bahan makanan tela habis ditempat mereka
diami maka mereka harus mencari tempat pemukiman baru, hal demikian terjadi
pada masyarakat Negeri Honitetu juga. Perpindahan terjadi berulang-ulang kali dan
inilah daerah-daerah atau tempat-tempat yang pernah mereka diami setelah keluar
dari Ulate wa pulane,Wadama, Patu Yohini, Patetu, Sahulau Latale disini beberapa
wanita dari marga Silaka dan Makoto kawin di Tamilou tetapi tidak cocok dengan
pembayaran harta maka terjadi perang sehingga Honitetu harus keluar dan
26
Kemudian mereka mendiami daerah baru Nuetetu Putai disini terjadi konflik
musyawara kerena Honitetu yang berbuat salah. Perjalanan keluar tidak begitu saja
tetapi dengan strategi perang, daerah yang diserang adalah Saka Lewa Patai
mendiami tempat tersebut sementara itu Raja meyuruh Kapitan Mutua Lumamuli
dengan pasukan 60 orang untuk berjalan meyusuri gunung Temilale sampai di air
Setelah diketahuai bahwa wasinate tidak yang dihuni maka kapitan megutus 10
orang untuk jemput raja dan seluruh masyarakat dating ke wasinate dan beberapa
23 April 2019).
f. Sistem pemerintahan
bersifat pemerintahan adat yang biasanya diperintah oleh kepala negeri, yang
biasanya dikenal dengan Raja, Patti, maupun Orang Kaya. Negeri Honitetu
BADA SEK.N
N EGERI
SANIR
I
KEPA
LA
DUSU
N
KEPAL
A SOA
Soa Soa Soa Soa Soa So So S S
Mo
Latu Ma Tita Laiu a a oa oa
ly
uwe H
luy teb Ta T
ne Masya iar ya an
ok
ej
rakat y ne i
at
w
e
el
Keterangan:
: Garis Komando
28
Tabel 4.
Laiuluy
Honitetu telah dipimpin oleh lima orang sultan, delapan orang raja dengan
dipimpin oleh dua orang kepala desa dan juga terdapat periode kepemimpinan yang
dipimpin oleh dua orang penjabat. Walaupun demikian apa yang telah
B. Pembahasan
seperti pencuri, membunuh, pemerkosaan dll. Oleh karena itu Raja dan Tua-Tua
menetapkan manupu siwa-siwa (denda 9-9) sebagai salah satu aturan yang
Manupu siwa-siwa (denda 9-9) dapat di sebut juga situpu siwa-siwa yang
artinya “denda sembilan-sembilan” atau “Manupu pata siwa”. Denda ini hanya
berlaku bagi kelompok atau persekuatan adat Sembilan atau yang dikenal dengan
sebutan pata siwa. Manupu adalah sebuah bentuk kenjaran bagi orang-orang yang
melangar peraturan adat. Dengan demikian manupu siwa-siwa ( denda 9-9 ) dapat
Menyangkut denda ini, bapak Edo Latu mengatakan bahwa : denda ini
berfungsi untuk mencega perbuata-perbuatan yang tidak terpuji yang tidak sesuai
dengan tatanan adat. Atau dalam ungkapan “ bajalang seng bole Sanai-sanai atau
tersebut, diantaranya:
dan 54 kapata milik persekutuan pata siwa. Sedangkan satu kapata lain-
waktunya.
31
baik dipulau seram, lease, ambon, dan daerah maluku tenggara. Denda
hanya tinggal 6 (enam) negeri yang kini terbagi dalam 5 (lima) dusun
menurut para informan, hal ini menjadi salah satu alasan mendasar
4. Bahwa di negeri Honitetu juga terdapat sembilan Soa. Hal ini pun yang
5. Selain itu, manupu siwa-siwa juga berkaitan dengan mitos putri Mulua
(denda).
32
Manupu siwa-siwa (denda 9-9) yang ada persekutuan masyarakat pata siwa
lebih khusus lagi dalam masyarakat wemale nudua siwa merupakan seperangkat
aturan tentang sanksi yang harus di tanggung oleh orang-orang yang melanggar
aturan adat. Praktek manupu siwa-siwa (denda 9-9) merupakan sala satu warisan
dari leluhur masyarakat wemale yang masi mereka gunakan sampai sekarang.
Dalam kaitan dengan tanggungan itu maka denda dapat juga dimaknai sebagai
bentuk tembusan atau bayaran dari orang orang yang melakukan kesalahan.
berkumpul dimata rumah atau keluarga “yang korban”. Setelah itu saudari
(perempuan tertua) mata rumah itu diberi kesempatan untuk mengajukan tuntutan
manupu (denda) yang harus mereka minta. Setelah mereka sepakati manupu
(denda) apa yang akan di minta ( semua yang di minta selalu berjumlah siwa (9)),
maka ada salah seorang (laki-laki) di tugaskan sebagai utusan keluarga untuk
Proses selanjutnya saniri negeri menetapka hari dan tanggal pertemuan adat
untuk pembicaraan manupu (denda) dengan keluarga pelaku pada saat (hari dan
tanggal yang telah ditentukan), wakil dari keluarga korban (anggota mata rumah
dan soa) ikut menghadap pada hari dan tanggal yang sama. Setelah tibah di baileo
(kantor desa), semua duduk bersama dan mulai membicarakan manupu (denda).
33
Ingatang jangan ose nganga kiri atau kanan, harus ose bikin bae-bae, sebab katong
semua orang sodara. Ose harus inga hati, harus inga diri atau inga, kita harus jujur
terhadap ketetapan adat, mari atur baik-baik, karena kita bersaudara, jadi harus hati-
hati dalam adat. (He, mine matane matasili peditekai mopai, leite ina akuseni kanu
Setelah hamana dari kepala adat, kesempatan di berikan kepada pihak korban
(seorang perempuan tertua dari mata rumah itu) untuk mengemukakan besaran
pembayaran adat yang telah mereka tetapkan. Namun besaran manupu (denda) ini
bukan merupakan keputusan final, karena ketua adat masi memberikan kesempatan
kepada pihak pelaku (yang di wakili juga oleh salah seorang perempuan) untuk
manupu (denda) tersebut. Inilah makna kekeluargaa atau orang sodara yang
Dalam konteks seperti ini (proses tawar menawar manupu atau denda) tentu
penawaran dari pihak pelaku diterima, maka prosesi penatapan ini selesai.
Demikian pula jika tidak diterima artinya keluarga korban telah mempertahankan
keputusan awal mereka, maka prosesi itipun diambil ahli oleh ketua adat dan
ahli oleh ketua adat, maka ketua adat kemudian mengingatkan kembali besaran
manupu (denda) yang harus ditanggung oleh sipelaku dan mata rumahnya.
Manupu (denda) merupakan cara penebusan perkara, tebusan yang biasa yang
rentang waktu pembayaran ditentukan 9 hari, 9 minggu, dan 9 bulan. Waktu 9 bulan
(tetap dengan batas terakhir 9 bulan), maka ketua adat menutup rangkaian
berkat:
“Selamat. Hari ini dong samua sudengar nasehat, dong su mangaku mau bayar
masalah manupu (denda). Katong sampe disini dolo. Selamat. (sou salamate!
Teliwade winihane manauna nawei tena minute saune. Mina matuka wedei
Proses ini berakhir, semua saling berjabat tangan dan kembali ke rumah
negeri. Jika waktu 9 bulan dilewati dan pelaku tidak juga melunasi pembayaran
mereka, maka kedua keluarga yang bertikai akan dipanggil kembali dalam rapat
35
sembilan hari kedua keluarga akan dipanggil lagi untuk pegecekan pembayaran,
jika belum lunas maka saniri akan menambah waktu 9 hari lagi.
Penambahan waktu 9 hari oleh saniri negeri ini dilakukan sebanyak 3 kali, jika
waktu penambahan itu tidak juga dimanfaatkan dengan baik oleh sipelaku dan
1. Nilai Religius
hanya dilaksanakan secara keagamaan tetapi juga secara adat. Itu berarti adat
peranan Leluhur yang dipandang sebagai bagian dari masyarakat. Apa yang
dilakukan dalam adat ini merupakan sikap mengharai yang telah menjadi tradisi.
Nilai adat tradisi merupakan suatu adat yang diwariskan turun temurun kepada
2. Nilai Edukasi
pendidikan, karena terlihat dari sikap-sikap penghargaan kepada Raja dan Tua-Tua
36
adat untuk mengantur setiap pelaksanaan manupu siwa-siwa (denda 9-9) dari awal
sampai selesai, Raja dan Tua-Tua adat sebagai penagung jawab dalam mengatur
semua hal-hal penting dalam pelaksanaan adat manupu siwa-siwa (denda 9-9)
tidak hanya terjadi dikalangan saudara berdasarkan pada garis keturunan ayah dan
ibu saja akan tetapi hubungan kekeluargaan, kekerabatan, kasih dan persaudaraan
3. Nilai Persaudaraan
siwa-siwa (denda 9-9) adalah nilai saling menghargai, menghormati dan solidaritas.
hal ini terlihat dari bagaimana masyarakat mengikuti setiap aturan yang telah diatur
(denda 9-9)
Dilihat dari latar kebudayaan Negeri Honitetu ketika ada pelaksanaan adat
manupu siwa-siwa (denda 9-9) maka makna manupu siwa-siwa (denda 9-9) dapat
diformalasikan sebagai:
pelanggaran-pelanggaran.
sepenuhnya diserahkan atau menjadi milik sikorban dari manupu siwa-siwa (denda
9-9) akan di bagi rata untuk sembilan soa yang ada di Negeri Honitetu. Manupu
siwa-siwa (denda 9-9) perikat sosial atau sebagai pendorong integrase sosial
kurang berdampak pada level masyarakat sebab semua pranata sosial (soa)
menerima bagian dari manupu siwa-siwa (denda 9-9) itu tetap terwujud solidaritas
BAB V
38
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan dalam bab IV maka penulis dapat menarik
kesimpulan sbb.
seperti pencuri, membunuh, pemerkosaan dll. Oleh karena itu Raja dan Tua-Tua
menetapkan manupu siwa-siwa (denda 9-9) sebagai salah satu aturan yang
berkumpul dimata rumah atau keluarga “yang korban”. Setelah itu saudari
(perempuan tertua) mata rumah itu diberi kesempatan untuk mengajukan tuntutan
manupu (denda) yang harus mereka minta. Setelah mereka sepakati manupu
(denda) apa yang akan di minta ( semua yang di minta selalu berjumlah siwa (9)),
maka ada salah seorang (laki-laki) di tugaskan sebagai utusan keluarga untuk
Nilai Religius
hanya dilaksanakan secara keagamaan tetapi juga secara adat. Itu berarti adat
Nilai Edukasi
pendidikan, karena terlihat dari sikap-sikap penghargaan kepada Raja dan Tua-Tua
adat untuk mengantur setiap pelaksanaan manupu siwa-siwa (denda 9-9) dari awal
sampai selesai, Raja dan Tua-Tua adat sebagai penagung jawab dalam mengatur
semua hal-hal penting dalam pelaksanaan adat manupu siwa-siwa (denda 9-9)
Nilai Persaudaraan
siwa-siwa (denda 9-9) adalah nilai saling menghargai, menghormati dan solidaritas.
hal ini terlihat dari bagaimana masyarakat mengikuti setiap aturan yang telah diatur
(denda 9-9)
sepenuhnya diserahkan atau menjadi milik sikorban dari manupu siwa-siwa (denda
9-9) akan di bagi rata untuk sembilan soa yang ada di Negeri Honitetu.
B. Saran
40
1. Kepada Pemerintah Negeri Honitetu untuk lebih fokus dan lebih memperhatikan
warisan adat istiadat khususnya adat manupu siwa-siwa (denda 9-9). Sebagai
menghargai, manupu siwa-siwa (denda 9-9), dalam kehidupan mereka agar hal-
hal yang tidak di inginkan yang dapat merngakibatkan pelanggaran Hukum Adat
DAFTAR PUSTAKA
University Press.
Effendi, Ziwar. 1987. Hukum Adat Ambon Lease : PT. Pradya Paramita
41
Rosdakarya.
Jakarta.
Remaja Rosdakarya
Pradnya Paramita
Nawawi Hadari 2005. Metode Penelitian bidang Sosial. Yogyakarta: PT. Gadjah
Prasetya, Joko Tri, dkk. 2009. Ilmu Sosial Budaya Dasar, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan Dan
Jakarta: Erlangga
Bandung: Alfabeta
Penelitian.
Ter Haar Bzn. 2001. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat. Jakarta: PT.
Pradnya Paramita
Waridah, Siti Q, dkk. 2001. Antropologi Untuk SMU Kelas 3. Jakarta: PT.
Bumi Aksara