Fikih Muamalah Tentang Hak Milik
Fikih Muamalah Tentang Hak Milik
Fikih Muamalah Tentang Hak Milik
Kata hak berasal dari bahasa Arab al-haqq, yang secara etimologi mempunyai
beberapa pengertian yang berbeda, di antaranya berarti : milik, ketetapan dan
kepastian, menetapkan dan menjelaskan, bagian (kewajiban), dan kebenaran.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) hak diartikan sebagai tentang
sesuatu yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu, derajat atau martabat.2
Contoh al- haqq diartikan dengan kebenaran sebagai lawan dari kebatilan
tercantum dalam surat Yunus ayat 35 :
1
Abdul, Rahman Ghazaly, dkk. Fiqh Muamalat. Prenadamedia. Jakarta. 2010. Hlm. 45.
2
http://id.m.wikipedia.org/wiki/hak. diakses pada tanggal 12 maret 2017. Pukul 22.10.
3
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yasin-ayat-1-12.html.#sthash.3MwoqDk8.dpuf. Diakses
pada 12, maret 2017. Pukul 22.42 wib.
1
2. Menurut sebagian ulama mutaakhkhirin
ان ؤلنح ق
ق هوُ النحكنم القثاَ بم ن
ت نشؤر عاَ ا
“ Hak adalah hukum yang tetap (pasti) menurut syara’
3. Menurut Syaikh Ali Al- Khafif
صلنحة ة نمؤستنمحققةا نشؤرعاَ ا ان ؤلنح ق
ق هوُ نم ؤ
“ Hak adalah suatu kemaslhatan yang dimiliki menurut syara’
4. Menurut Mushthafa Az- Zarqa
َع نسؤلطْةا أو تنؤكلمؤيفْا
ص ينقن ق مر نر به القشؤر ن ان ؤلنح ق
ق هوُ امؤخمتصاَ ة
b. Pengertian Milik
Sedangkan kata milik berasal dari bahasa Arab: َ ملكا- ملك اشيء, yang
secara etimologi berarti penguasaan terhadap sesuatu. 6Al-milk juga berarti
sesuatu yang dimiliki (harta). Milk juga merupakan hubungan seseorang
4
Ahmad, Wardi Muslich. Fiqh Muamalat. Amzah. Jakarta. 2015. Hlm. 21.
5
Ibid. Hal. 22.
6
Ibid. Hlm. 69.
2
dengan suatu harta yang diakui oleh syara’, yang menjadikannya mempunyai
kekuasaan khusus terhadap harta itu.7
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), milik diartikan
sebagai kepunyaan, peruntungan, nasib baik.8
Secara terminologi, al- milk didefinisikan oleh Muhammad Abu
Zahrah sebagai berikut :
“ Pengkhususan seseorang terhadap pemilik sesuatu benda menurut syara’
untuk bertindak secara bebas dan bertujuan mengambil manfaatnya selama
tidak ada penghalang yang bersifat syara’.
Jadi yang dimaksud dengan hak milik oleh Wahbah Zuhaili yaitu
“Hak milik adalah suatu ikhtishas (kekhususan) terhadap suatu yang dapat
mencegah orang lain untuk menguasainya, dan memungkinkan pemiliknya
untuk melakukan tasarruf terhadap suatu tersebut sejak awal kecuali ada
penghalang syar’i.”
3
1. Milk ‘ain atau milk al raqabah
Yaitu memiliki semua benda, baik benda tetap (ghair manqul) maupun
benda-benda yang dapat dipindahkan (manqul) seperti pemilikan terhadap
rumah, kebun, mobil.
2. Milk al-manfaah
Yaitu seseorang hanya memiliki manfaatnya saja dari suatu benda,
seperti benda hasil meminjam, wakaf, dan lainnya.
3. Milk al- dayn
Yaitu pemilikan karena adanya utang, misalnya sejumlah uang
dipinjamkan kepada seseorang atau pengganti benda yang dirusakkan, Utang
wajib dibayar oleh orang yang berutang.9
Dari segi shurah (cara berpautan milik dengan yang dimiliki), milik dibagi
menjdi dua bagian yaitu :
1. Milk al- mutamayyiz
Yaitu sesuatu yang berpautan dengan yang lain, yang memiliki
batasan- batasan, yang dapat memisahkannya dari yang lain.
Misalnya, antara sebuah mobil dengan seekor kerbau sudah jelas
batasan- batasannya.
2. Milk al- sya’i atau Milk al- musya
Yaitu milik yang berpautan dengan sesuatu yang nisbi dari kumpulan
sesuatu, betapa besar atau kecilnya kumpulan itu.
Misalnya memiliki sebagian rumah, dan harta yang dikongsikan lainnya.10
C. Sebab-sebab Kepemilikan
Para ulama fiqh menyatakan bahwa ada empat cara kepemilikan harta yang
disyariatkan islam :
1. Melalui penguasaan terhadap harta yang belum dimiliki seseorang atau
lembaga hukum lainnya (Ihraz al-mubahat). Contohnya mengambil bebatuan
di sungai yang belum dimiliki oleh seorangpun atau lembaga hukum. Apabila
seseorang mengambil batu atau pasir di sungai tersebut kemudian membawa
kerumahnya, maka batu atau pasir tersebut menjadi miliknya, dan orang lain
tidak boleh mengambilnya tanpa seizin dari pengambil tersebut.
2. Melalui suatu transaksi yang dilakukan dengan orang atau lembaga hukum,
seperti jual beli, hibah,dan wakaf.
3. Kedua: Khalafiyah (penggantian)
Yaitu ‘’bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru bertempat di
tempat yang lama, yang telah hilang berbagai macam haknya’’
9
Hendi, Suhendi. Fiqh Muamalah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2014. Hlm. 41.
10
Ibid. 41.
4
1. Khalafiyah syakhsy’an syakhsy, yaitu si waris menempati tempat si
muwaris dalam memiliki harta benda yang ditinggalkan oleh muwaris,
harta yang ditinggalkan oleh muwaris disebut tirkah.
2. Khalafiyah syai’an syai’in, yaitu apabila seseorang merugikan milik
orang lain atau menyerobot barang orang lain, kemudian rusak di
tangannya atau hilamg, maka wajiblah dibayar harganya dan diganti
kerugian-kerugian pemilik harta. Maka khalafiyah syai’an syai’in ini
disebut tadlmin atau ta’widl (menjamin kerugian).11
4. Hasil atau buah dari harta yang dimiliki seseorang( Tawallud). Seperti buah
dari pohon, atau anak dari hewan ternak.
Sedangkan menurut pasal 18 kompilasi hukum ekonomi syariah, benda
dapat diperoleh dengan cara :
Pertukaran
Pewarisan
Hibah
Wakaf
Pertambahan alamiyah
Jual beli
Luqathah (barang temuan)
Cara lain yang dibenarkan menurut syariah
5
berhenti karena jatuhnya talak. Hak nafkah atas seorang anak dari bapaknya
berhenti karena ketidakmampuan ayah dalam usaha. Hak milik atas suatu benda
(rumah misalnya) berhenti karena batalnya kontrak atau habisnya masa kontrak.
Sebab-sebab berakhirnya kepemilikan ada beberapa macam yaitu selesainya
masa pengambilan manfaat yang dibatasi waktunya. Rusak benda yang diambil
manfaatnya atau terdapat cacat yang tidak memungkinkan dimanfaatkannya
benda tersebut, seperti robohnya rumah yang ditempati. Dan meninggalnya
pemilik barang.13
Daftar Pustaka
http://id.m.wikipedia.org/wiki/hak.
http://kbbi.web.id/milik.
http://www.tafsir.web.id/2013/03/tafsir-yasin-ayat-1-
12.html.#sthash.3MwoqDk8.dpuf.
13
Ibid. hlm. 81-84.