Landfill System-WPS Office
Landfill System-WPS Office
Landfill System-WPS Office
LANDFILL SYSTEM
Dibuat oleh :
Paralel A
FAKULTAS TEKNIK
2019
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Landfill System
Pada umumnya lapisan terdiri atas dua lapisan tanah liat (clay) dengan
maksimum permiabilitas tertentu kemudian ditutup dengan plastik High Density
Paly Ethylene (HDPE). Lapisan bawah ditutup dengan pasir dan batu Pipa plastik
HDPE diletakkan pada lapisan granular untuk meningkatkan efisiensi sistem.
Sistem monitoring dilakukan terhadap air permukaan tanah untuk mengetahui
apakah terjadi pencemaran atau tidak oleh adanya kebocoran sistem landfill.
Gas dari landfill didapatkan dari hasil degradasi anaerobik limbah padat senyawa
organik dengan komposisi gas sebesar 60% gas metana dan 40% gas
karbondioksida dan gas metana mudah terbakar dan meledak. Oleh sebab itu,
pengendalian proses anaerobik limbah padat dilakukan secara kontinu.
Metabolisme landfill terdiri atas beberapa tahap proses, yaitu;
Tahap transisi yaitu terjadi konversi asam-asam organik oleh bakteri metan
menjadi asam organik sederhana seperti asam asetat, asam formiat, dan
metanol yang kemudian dikonversi menjadi gas metan, dan
Desain landfill
o Rancangan fondasi landfill yang cukup kuat,
Operasi landfill
o Merancang tata letak bahan pelapis dan limbah kimia B-3, dan
o Laju reaksi,
o Biodegradasi lambat,
o Non-biodegradasi.
Monitoring lingkungan
Limbah infeksius dari limbah yang berasal dari pasien dengan penyakit
menular, dan
Pada sistem landfill modern, limbah padat yang digunakan dapat berupa
limbah kimia wujud padat B-3 dan limbah kimia non B-3.
Mudah meledak,
Mudah terbakar, yaitu bahan mudah terbakar (flammable) dan bahan dapat
dibakar (combustible), bahan tidak dibakar atau membakar bahan lainnya.
Limbah bentuk ini perlu diwaspadai oleh titik nyala, konsentrasi, dan titik
bakar,
Korosif,
Nilai Ambang Batas (NAB) atau Treshold Limit Value (TLV) diberikan
dalan satuan ppm. Nilal NAB adalah konsentrasi pencemaran udara yang boleh
dihisap seseorang yang bekerja 8 jam per hari selama 5 hari. LD50 adalah dosis
yang berakibat fatal; pada konsentrasi 50%, hewan percobaan mati. Pemisahan
dan penanganan limbah padat tersebut di atas termasuk mengelola limbah padat
dari sumbemya sampai limbah padat ini masuk ke dalam kontainer.
Karakteristik sifat kimia yang meliputi nilai pH, eksplosif tidaknya, dan
reaktivitas, nilai panas, entalpi, udara yang diperlukan dan suhu
pembakaran adiabatik.
Gas yang keluar dari alat insinerator yaitu gas CO, CO2, N20, NO, air,
senyawa halogen, belerang, fosfor, dan senyawa lain yang mudah
menguap.
I. Bahaya Kebakaran
K. Zat Terbakar
Adanya titik nyala (flash point) yaitu suhu terendah dimana uap zat dapat
dinyalakan,
Titik bakar yaitu suhu dimana zat terbakar dengan sendirinya (ignition
paint),
Minimal hazard yaitu bahan stabil dan tidak akan terbakar jika tidak
dibakar,
Serious hazard artinya bahan mudah menyala pada keadaan suhu dan
tekanan normal termasuk cairan dengan titik nyala kurang 73oC dan titik
didih lebih dari 100°C.
Amat berbahaya berarti gas mudah terbakar dengan titik nyala kurang dari
73°C dan titik didih kurang dari 100oC [Wentz, C.A., 1999].
Kehati-hatian artinya bahan cairan mudah dibakar dengan titik nyala 100°-
200°C,
L. Material Terbakar
Gas mudah terbakar yaitu gas pada suhu dan tekanan normal dengan udara
mudah dibakar,
Cairan mudah terbakar jika memiliki titik nyala di bawah 100°C, dan
Bahan padat mudah terbakar artinya bahan padat terjadi friksi, perubahan
kimia spontan akan terbakar.
Bahan bakar fosil gas alam yang terdiri atas metana dan etana mempunyai
panas pembakaran tinggi jika dibandingkan dengan bahan bakar batu bara. Pada
perpindahan panas terjadi tiga mekanisme perpindahan panas, yaitu:
Konduksi
Konveksi
Q = h.A.(T1.T2)
T1 = suhu ambient
Pada reaksi pembakaran bahan bakar padat dengan kontaminan pirit maka
gas SO2 merupakan bahan berbahaya dan beracun (B-3). Gas SO2 adalah gas atau
cairan yang tidak berwarna, baunya sangat tajam menusuk hidung yang
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia, menyebabkan batuk-batuk,
sesak nafas, dan menyebakan pedihnya mata manusia. Gas SO2 sangat stabil dan
pada suasana lembab, maka terjadi asam sulfit dan asam sulfat sehingga
menyebabkan korosi terhadap alat dan mesin dunia industri.
Jika karbon dari batu bara dibakar dengan sejumlah udara maka akan
terjadi dua kemungkinan, yaitu reaksi pembakaran sempurna dan reaksi
pembakaran tak sempurna sehingga terbentuk senyawa gas CO.
2C + O2 → 2CO
Jika reaksi pembakaran karbon pada bahan bakar padat batu bara dengan
oksigen berlebihan, maka akan terjadi reaksi pembakaran sempurna menurut
reaksi sebagai berkut:
2C + 2O2 → 2CO2
Pada pembakaran gas alam yang terdiri atas CH4, C2H6, C3H8 dengan
oksigen dari udara secara berlebihan, maka akan lenjadi reaksi menurut
persamaan reaksi sebagai berikut:
Suhu nyala bahan bakar padat dipengaruhi oleh ukuran bahan bakar padat,
laju alir udara, dan kecepatan pemanasan. Kombinasi ketiga komponen bahan
bakar, oksigen dan sumber nyala harus ada untuk dimulainya kebakaran.
Gambar 1.2. Pembakaran senyawa hidrokarbon gas alam
Q. Kebakaran Tetrahedron
Pada proses pembakaran terjadi pelepasan panas melalui oksidasi bahan bakar
oleh oksigen dalam udara. Reaksi rantai merupakan radikal bebas yang sangat
penting untuk dimulainya reaksi pembakaran. Pembentukan radikal bebas akan
menentukan kecepatan nyala. Jika radikal bebas dipindahkan dari reaksi rantai,
maka kebakaran akan mudah terjadi.
Gambar 1.3. Interaksi antara oksigen, bahan bakar, dan titik bakar [Wentz, C.A.,
1999].
PV = nRT
dengan V = Volume untuk n mol gas, L
P = Tekanan, atm
𝑐𝑢𝑓𝑡−𝑎𝑡𝑚
R = 0,729 𝑙𝑏𝑚𝑜𝑙 𝑜𝑅
Bahan bakar terdiri atas senyawa hidrokarbon baik berwujud cair, atau gas
misal alkana yang terdiri atas unsur karbon dan hidrogen serta jumlah atom
karbon dalam senyawa hidrokarbon menentukan karakteristik pembakaran. Gas
metana sangat mudah terbakar jika dibandingkan dengan khlorometana.
Tabel 1.1 Pengaruh substitusi khlorin dalam gas metana terhadap tingkat nyala
Zat padat yang mudah terbakar (flammable solid) ialah zat padat yang
dapat menyebabkan kebakaran melalui:
Friksi,
Absorpsi campuran,
Pihak supervisor perlu melatih dan mendidik karyawan tentang alat pelindung
personal dan diwajibkan menggunakannya dengan tepat di tempat kerja. Kinerja
keselamatan karyawan dievaluasi oleh supervisor dan jika terjadi penyimpangan
maka akan diperbaiki.
PPE merupakan salah satu enam prinsip pengendalian risiko bahaya. Enam
prinsip pengendalian risiko bahaya adalah:
Penggunaan PPE
PPE berfungsi melindungi tubuh manusia seperti mata, kepala, tangan dan
kaki kontak dengan benda asing yang berbahaya. Pada manajemen limbah padat
baik limbah kinmia B-3 maupun non-B-3 maka para operator di lapangan
diwajibkan memakai alat pelindung diri terhadap limbah padat agar tidak
terganggu kesehatannya. Alat pelindung diri atau PPE bertujuan agar karyawan
dapat dilindungai antara daerah berbahaya dan karyawan. Alat PPE merupakan
pertahanan terakhir bagi para karyawan dari daerah berbahaya. Oleh sebab itulah
pemilihan dan kriteria alat PPE sangat diperlukan dan berbasis pada peraturan
keselamatan kerja yang berlaku baik nasional maupun internasional. Helm yang
kuat dan keras dan sepatu kerja di lapangan dan kacamata pelindung mata
merupakan PPE yang banyak digunakan untuk melindungi diri dari bahaya fisik
atau jatuhnya benda keras dari atas maupun kimia. Alat goggles untuk melindungi
mata dari tebaran debu halus. Sarung tangan untuk melindungi dari benda
abrasive dan jarum. Bendera yang digunakan karyawan untuk meningkatkan jarak
pandang sesama karyawan.
Sarung tangan,
Masker hidung,
Helm/topi pengaman,
Pelindung debu,
Alat pelindung telinga dapat berupa ear plug yang disisipkan ke dalam
telinga, hearing band dan earmuffs. Hearing band berbentuk seperti
silinder karet busa yang dipasang di telinga dan dapat dipakai berulang-
ulang. Earmuffs berbentuk silinder karet busa dipasang di telinga dan
dilengkapi dengan tali pengikat melingkar di kepala [Wentz, C.A., 1999].
Helm/topi pengaman
Pelindung debu,
Respirator,
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PPE merupakan salah satu enam prinsip pengendalian risiko bahaya. Enam
prinsip pengendalian risiko bahaya adalah: mengeliminasi daerah bahaya,
memodifikasi proses, penggunaan sistem keselamatan kerja, membina
kebiasaan kerja karyawan, penggunaan PPE, dan monitoring tempat kerja