Laporan Praktikum Bioproses
Laporan Praktikum Bioproses
Laporan Praktikum Bioproses
PRAKTIKUM BIOPROSES
I. Tujuan Percobaan
Untuk melihat bakteri jamur pada roti, tempe dan air.
1
2. Mikroskop
3. Pipet tetes
2
agar dapat diabsorpsi. Fungi yang multiseluler menghasilkan filament yaitu
struktur mikroskopis seperti benang yang disebut hifa. Kumpulan hifa
disebut miselium, fungi uniseluler yang terkenal adalah ragi dengan
berbagai bentuk seperti bulat hingga oval, elips hingga ke bentuk filament.
Jamur sudah tidak asing lagi bila kita lihat misalnya warna biru dan hijau
pada buah jeruk dan keju warna putih seperti bulu pada roti, jamur di
lapangan.
Jamur adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak
mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa
sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang
bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual,
dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Jamur
merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak
mampu untuk memproduksi makan sendiri karena jamur tidak bisa
memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal
dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu jamur
memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari
organisme hidup sehingga jamur dikatakan heterotroph. Jamur ini ada yang
hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup da nada pula yang
memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau
tumbuhan. Jamur hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati
dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari
organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan
nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk jamur biasanya
berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Jamur adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang
yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa micrometer, tetapi
dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang
tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat
dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Jamur yang
tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai
pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan
3
iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau
septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut
memanjang diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh
(Soekarto, 2008).
Saprofit merupakan jamur pelapuk dan pengubah susunan zat organic
yang mati. Jamur saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah
mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besaar jamur saprofit
mengeluarkan enzim hydrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga
mudah diserap oleh hifa. Selain itu juga hifa dapat langsung menyerap
bahan makanan organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan
inangnya. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang
kompleks menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih
sederhanameningkatkan kesuburannya. Sebaliknya mereka juga dapat
merugikan kita bilamana mereka mebusukkan kayu, tekstil, makanan dan
bahan-bahan lain (Anonim, 2008)
V. Prosedur Kerja
1. Siapakanlah mikroskop untuk pengamatan
2. Lalu bersihkan kaca preparat dengan menggunakan alcohol
3. Kemudian teteskan 1 air comberan ke atas kaca objek (preparat) dengan
menggunakan pipet tetes, lalu lakukan juga demikian juga pada roti
busuk, roti bagus, tempe bagus, dan tempe busuk, ambil sedikit bagian
lalu letakan pada objek (preparat).
4. Setelah itu tutup dengan kaca penutup
5. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x/1.25, 4x/0.10,
10x/0.25, 40x/0.65
6. Fokuskan gambar dengan makrometer lalu catatlah hasil pengamatan.
4
5 5
1. Roti Tidak Tidak Tidak
busuk terlihat terlihat terlihat
5
4. Tempe Tidak Tidak Tidak
bagus terlihat terlihat terlihat
6
2. Pada tempe bagus terdapat jamur menguntungkan yang membantu
proses pembuatan tempe dengan bantuan jamur rhizopus oryzae.
Selama masa pertumbuhan jamur rhizopus oryzae yang berbentuk
benang-benang hifa dan berwarna hitam, tekstur kompak dan flavor
spesifik, juga diperkirakan banyak jenis mikroorganisme lain yang
mungkin turun campur. Pada tempe busuk terbentuknya spora-spora
baru yang berwarna putih-kehitaman dengan aroma bau amoniak
terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar.
Pada Pembesaran 100x/1.25.
3. Pada air comberan terdapat habitat dari stylonychila mytillus yaitu
biasanya terdapat pada air tawar dan tanah, ditemukan pada lumut dan
juga partikel sedimen, yang memiliki cilia dikelompokkan menjadi
membran sel bersama dengan mulut dan ciri tubuh. Yang merupakan
karnivora dan memangsa protozoa lainnya seperti uroncentrum.
7
Palembang, 22 November 2018
Praktikum Asisten,
Diah Ayu Pertiwi ( ) 1. Eti Nurpita Purnamasari,M.T. ( )
2. Wida fatmasari, M.T. ( )
Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses
8
Judul Praktikum : Sterilisasi Pembuatan Media Pengenceran
Inokulasi
Asisten Laboratorium : 1. Eti Nurpita Purnamasari, M.T.
: 2. Wida Fatmasari, M.T.
I. Tujuan Percobaan
Dapat melakukan inokulasi dan peremajaan biakan secara goresan
maupun tusukan dengan baik pada media padat maupun cair dengan teknik
kerja aseptis.
9
Tabung reaksi
Cawan petri
Bunsen
Inkubator
10
Jarum Ose Bulat dan Lurus
IV. Teori
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media
steril baik pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan
yang mengandun mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat. Tujuan
inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan, dan
menyimpan mikroba. Untuk meningkatkan keberhasilan inokulasi mikroba
diperlukan beberapa media yaitu media tumbuh, perlatan, dan metode
inokulasi.
Media tumbuh
Media ini merupakan media yang di persiapkan untuk digunakan
menumbuhkan mikroba. Komposisi media tumbuh disesuaikan
dengan mikroba yang akan ditumbuhkan. Berdasarkan bentuknya,
media tumbuh dapat dibagi menjadi cair (borth) dan media padat
(agar). Perbedaan dari kedua media ini yaitu penambahan tepung
adalah untuk memadatkan media. Sedangkan media padat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu media agak tegak (deep agar), agar miring
(slants agar), dan lempeng agar (plate agar).
Peralatan
Peralatan utama yang diperlukan dalam melaksanakan inokulasi dan
peremajaan biakan dalam media padat dan media cair ini adalah
perlatan sterilisasi, inokulasi, dan inkubasi. Peralatan sterilisasi
meliputi oven, alkohol, dan bunsen. Macam – macam peralatan
11
inokulasi adalah jarum Ose, swab stick, blend glass, tabung reaksi dan
cawan petri. Peralatan inkubasi adalah inkubator.
Metode inokulasi
Metode-metode yang dilakukan saat inokulasi adalah media cair dan
media padat.
Media cair
Pada media cair prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba
atau biakan adalah menumbuhkan mikroba tersebut dan mengamati
pola pertumbuhannya.
Media padat
Pada media padat prinsip utama dalam menginokulasikan mikroba
atau biakan adalah menumbuhkan mikroba yang sudah di tentukan
dalam praktikum dan mengamati karakteristik morfologisnya.
Inokulasi pada media padat dilakukan dengan teknik agar miring,
teknik agar tegak,dan teknik lempeng agar.
Inokulasi mikroba dengan teknik lempeng agar dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yaitu :
Metode gores (streak plate)
Metode gores ini termasuk kedalam media plat agar dan media
kering.
Metode tuang (pour plate)
Metode tusuk
Metode sebar (spread plate)
Sterilisasi adalah suatu usaha untuk membebaskan alat-alat baru untuk
membebaskan alat-alat baru dari segala macam bentuk kehidupan,
terutama mikroba. Alat-alat dari medium yang steril sangat diperlukan
dalam praktek mikrobiologi. Adanya pertumbuhan mikroorganisme
menunjukkan bahwa pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan proses
sterilisasi tidak sempurna. Sterilisasi dengan pemanasan di bedakan atas 4
macam, yaitu:
1. Sterilisasi dengan pemijaran
12
2. Sterilisasi dengan udara panas (kering) biasanya dipakai oven.
Pensterilisasian dengan menggunakan oven dilakukan selama 2 atm
dengan suhu 170 0C.
3. Sterilisasi dengan uap air panas, biasanya dipakai steamer.
4. Sterilisasi dengan uap air panas bertekanan, menggunakan autoclave.
Sampel air sangat dibutuhkan untuk hampir seluruh kejadian kasus
penyakit. Sampel air dapat digunakan untuk analisa kimia air seperti pH,
oksigen, BOD, total disolved solid, amoniak, nitrat, nitrit, phosfat, logam
berat, residu pestisida dan lain-lain yang sangat mendukung dalam
diagnosa penyakit. pH, oksigen dan suhu sebaiknya di periksa secara
langsung di lokasi karena kemungkinan akan terjadi perubahan selama
proses transportasi.
Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, diperlukan
suatu substrat yang disebut media. Sedangkan media itu sendiri sebelum
dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh
mikroba lain yang tidak diharapkan. Susunan bahan baik berbentuk bahan
alami (toge, kentang, daging, tahu, wortel) atau bahan buatan (senyawa
kimia organik atau anorganik) yang digunakan dan pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroba dinamakan medium. Medium adalah suatu
bahan yang terdiri dari campuran nutrisi yang dipakai untuk
menumbuhkan mikroba.
V. Prosedur Kerja
Pembuatan plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair dalam
tabung:
Bunsen dinyalakan, nyala api diatur hingga berwarna biru. Dibiarkan
menyala selama 10 menit.
Tabung reaksi steril disiapkan dan di letakkan pada rak tabung reaksi.
Cawan steril di letakkan diantara dua api bunsen.
a. Pembuatan plat agar
1. 20 ml media cair nutrien agar 50 0C di pepet.
2. Di masukkan cawan petri steril.
13
3. Dibiarkan memadat.
b. Pembuatan agar miring
1. 5 ml media cair nutrien agar 50 0C di pipet.
2. Tabung reaksi steril, diletakkan miring pada papan miring.
3. Dibiarkan memadat.
c. Pembuatan agar tegak
1. 10 ml media cair nutrien agar 50 0C di pipet.
2. Tabung reksi steril, diletakkan tegak pada rak tabung.
3. Dibiarkan memadat.
d. Pembuatan media cair dalam tabung
1. 10 ml media nutrien broth bersuhu kamar di pipet.
2. Tabung reaksi steril.
Teknik inokulasi pada plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair:
a. Inokulasi plat agar
1. Empat area plat agar di buat menggunakan spidol di permukaan
luar cawan petri bagian alas.
2. Inokulasi dengan jarum Ose bundar.
3. Bakteri di inokulasikan ke setiap bagian plat agar di goreskan
rapat.
b. Inokulasi agar miring
1. Inokulasi di ambil dengan jarum Ose bundar.
2. Bakteri di inokulasikan pada media, digores secara rapat secara
zig-zag dari bawah sampai atas media agar miring.
c. Inokulasi agar tegak
1. Inokulasi di ambil dengan jarum Ose lurus.
2. Bakteri di inokulasikanpada media, dengan cara jarum Ose di
tusuk tepat pada poros tengah tabung sampai mndekati dasar
tabung.
3. Ditarik perlahan
d. Inokulasi media cair
1. Bakteri di inokulasi pada media cair dengan pipet pasteur.
14
2. Bakteri yang di inokulasi dari agar miring diambil dengan jarum
Ose bundar.
3. Disuspensikan pada nutrien broth.
15
a. Bacillus subtilis posisi bakteri melayang menggumpal diatas
permukaan warna larutan bening.
b. Stapylococcus aureus posisi bakteri tersebut (serabut putih), warna
larutan bening.
c. Escherichia Coli posisi dibawah permukaan (putih menggumpal)
warna larutan putih keruh.
16
c. Pada media plat agar bakteri E.Coli terlihat jelas bentuk tumbuhnya
dengan menggunakan metode zig-zag yang sangat teratur sesuai
dengan awal mula dibiakan dan warna media menjadi kuning bening.
Dalam media agar tegak bakteri E. Coli tumbuh baik dengan
menggunakan metode tusuk, terlihat bakteri tumbuh sesuai dengan
sesuai posisi awal pada saat ditusuk, warna media pun menjadi kuning
keruh, sedangkan dengan media agar miring bakteri E.coli tumbuh
tidak rapi ketika melakukan metode gores secara zig-zag, warna media
menjadi putih keruh. Pada media cair bakteri E. Coli tidak terlihat
tumbuh, tetapi warna media berwarna putih keruh, sehingga bakteri E.
Coli bersifat aerob fakultatif.
d. Pada media plat agar bakteri P. Aeruginosa terlihat kurang jelas,
bentuk tumbuhnya zig-zag sesuai dengan awal mula dibiakan dengan
metode gores zig-zag, dan medianya berwarna putih bening.
17
coccus atau lingkaran seperti sterik dengan diameter sel mencapai 1
𝜇𝑚,dan koloninya seperti buah anggur. Peranannya adalah dapat
meghasilkan racun sebagai penyebab sindrom trauma yang diderita
pria, wanita, dan anak-anak. Sindrom racun trauma tersebut berupa
kejang, pingsan, turunannya tekanan darah. Bakteri ini bersifat aerob
fakultatif. Bakteri ini biasanya terdapat pada saluran pernapasan atas
dan kulit. Stapylococcus aerues juga menghasilkan katalise yaitu yang
mengkonversi H2O2 menjadi H2O dan O2 dan koagulase enzim yang
menyebabkan fibrin berkoagulasi dan menggumpal. Habitat bakteri ini
pada manusia di daerah kulit, hidung, mulut, dan usus besar.
b. Bacillus subtilis
Bacillus subtilis merupakan bakteri yang berbentuk batang yang
gram positif bersifat aerob. Bakteri ini tersusun atas peptidoglikan,
yang nerupakan polimer dari gula dan asam amino. Peptidoglikan yang
di temukan di bakteri dikenal sabagai murein. Sel membentuk tembok
penghalang antara lingkungan dan bakteri sel yang berguna untuk
mempertahankan bentuk sel dan withstanding sel yang tinggi internal
tekanan turgor. Habitat endospora bakteri ini adalah tanah, mikroba
tersebut dalam bentuk spora yang kekurangan nutrisi. Organisme ini
dapat menghasilkan antibiotik, contohnya polymyxin,
difficidin,subtilin, dan mycobacillin. Banyak dari mikroba bacillus
dapat menurunkan polimer seperti protein,pati, dan pektin. Sehingga
bakteri ini merupakan penyumbang penting kepada siklus karbon dan
nitrogen, akan tetapi apabila terkontaminasi dapat menyebabkan
pembusukan. Berdasarkan pewarnaan sel vegetatif di dapatkan warna
kemerahan dan warna endosporanya adalah hijau.
c. Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa adalah bakteri gram negatif aerob
obligat, berkapsul, mempunyai flagella polar, berukuran sekitar 0,5-1,0
𝜇𝑚. Bakteri ini tidak menghasilkan spora dan tidak dapat
menfermentasikan karbohidrat. Pada uji bio kimia, bakteri ini
menghasilkan hasil negatif pada uji merah metil, dan Voges-Proskauer.
18
Bakteri ini secara luas dapat di temukan di lingkungan alam,
contohnya di tanah , air, tanaman, dan hewan P aeruginosa adalah
patogen oportunistik. Bakteri ini merupakan penyebab utama infeksi
pneumonia nosokomial. Meslipun begitu, bakteri ini dapat
berkolonisasi pada manusia normal tanpa menyebabkan penyakit.
d. Escherichia coli
Escherichia coli atau biasa disingkat E-Coli, adalah salah satu
jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang
ditemukan oleh Theodor Escherich ini hidup pada tinja, dan dapat
menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare,
muntaber, dan masalah pencernaan lainnya. E. Coli banyak digunakan
dalam teknologi rekayasa genetika, biasa digunakan sebagai vektor
untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang diinginkan untuk di
kembangkan E. Coli dipilih karena perumbuhannya sangat cepat dan
mudah dalam penanganannya.
Perbandingan bakteri dalam beberapa media diperoleh
berdasarkanpermukaan luas, volume media, dan metode inokulasi
yang baik. Pada media plat agar hampir semua bakteri memiliki
permukaan luas yang sama dan jumlah yang banyak, kecuali pada
bakteri Basillus Subtilis dan Eschericia coli. Karena pada B. Subtilis
tidak terlihat bakteri yang tumbuh dan media.
Sedangkan pada E. Coli permukaan luasnya hanya pada tengah cawan
petri saja, hal ini dikarenakan melakukan metode inokulasinya tidak
baik sehingga bakteri tidak merata.
Dalam tabung reaksi pada metode agar tegak dengan menggunakan
metode tusuk, semua bakteritumbuh banyak sesuai dengan pola
metode tusuk kecuali bakteri B. Subtilis. B Subtilis tumbuhnya tidak
baik sehingga bakteri ini tidak merata. Dalam tabung reaksi pada
bakteri ini tidak merata.
Dalam tabung reaksi pada media agar tegak dengan menggunakan
metode tusuk, semua bakteri tumbuh banyak sesuai dengan pola
metode tusuk kecuali bakteri B. Subtilis bersifat aerob, yaitu bakteri
19
yang memerlukan oksigen yang umbuh. Pada media agar miring
dengan menggunakan metode gores secara zig-zag semua bakteri
tumbuh dengan pola metode gores secara zig-zag kecuali B. Subtilis.
Hal ini terjadi pada saat menggoreskan bakteri pada media, metode
inokulasi yang di lakukan tidak baik sehingga hasil yang didapat tidak
sesuai.
VIII. Kesimpulan dan Saran
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptil kedalam media steril
baik pada media padat maupun media cair. Sedangkan inokula merupakan
bahan yang mengandung mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
Tujuan inokulasi yaitu untuk memurnikan , mengindentifikasi ,
meremajakan, dan menyimpan mikroba. Media yang digunakan dalam
inokulasi adalah media plat agar, media agar miring, media agar tegak ,
dan media cair dalam tabung. Metode –metode inokulasi mikroba yang
digunakan yaitu, metode gores, metode tusuk, dan metode sebar.
Saran
Dibutuhkan ketelitian dan keseriusan mahasiswa dalam melakukan
praktikum. Alat dan bahan perlu di lengkapi di dalam laboratorium agar
mahasiswa/i bisa memaksimalkan praktikum yang di lakukan.
Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses
20
Hari/Tanggal : Kamis, 13 Desember 2018
Judul Praktikum : Sabun Kecantikan/Transparan
Asisten Laboratorium : 1. Eti Nurpita Purnamasari, M.T.
: 2. Wida Fatmasari, M.T.
I. Tujuan Percobaan
Diharapkan mahasiswa/i mengetahui cara pembuatan sabun transparan dan
menambah kreativitas mahasiswa/i.
21
III. Gambar Alat
Gambar Nama alat
Beaker Glass
Spatula
Hot plate
Gelas ukur
Pipet tetes
22
IV. Teori
Sabun transparan yang dibuat dari minyak kelapa murni atau VCO
(Virgin Coconut Oil) memiliki manfaat yang baik untuk wajah. Perbedaan
sabun transparan dan sabun biasa terletak pada penampilan fisiknya.
Sabun transparan terlihat lebih bening dibandingkan dengan sabun biasa.
Namun demikian, dasar teori pembuatan sabun transparan itu sama dengan
sabun biasa.
Saat ini, sabun bening atau transparan dianggap sebagai sabun
kecantikan yang memiliki nilai bisnis fantastis. Menurut M Yashleen,
sabun transparan adalah jenis sabun dari gliserin yang bagiannya tersusun
atas garam sabun dan pelarut. Natrium hidroksida yang digunakan dalam
pembuatan sabun menyebabkan terbentuknya kristal di dalam sabun.
Kristal tersebut mengakibatkan sabun menjadi buram (opaque).
Untuk membuat sabun jadi transparan, maka kristal di dalam sabun
harus dilarutkan dengan pelarut sehingga ukuran kristal menjadi sangat
kecil. Kecilnya ukuran kristal tersebut membuat cahaya bisa menembus
sabun dengan bebas, sehingga membuat sabun terlihat transparan
(transparent). Tidak ada ukuran pasti tentang berapa jumlah pelarut yang
dibutuhkan untuk membuat sabun menjadi transparan. Cara terbaik yang
bisa dilakukan untuk menemukan jumlah pelarut tersebut adalah dengan
menggunakan rasio (perbandingan). Anda bisa memulainya dengan rasio
pelarut dan sabun adalah 60:40. Selanjutnya anda bisa bereksperimen
dengan rasio pelarut sabun adalah 50:50 dan seterusnya. Sabun transparan
adalah salah satu jenis sabun unik karena tembus pandang yang digunakan
untuk wajah dan badan. Sabun kecantikan jenis ini memiliki kelebihan
dalam hal penampilannya yang transparan atau tembus cahaya sehingga
menarik mata pelanggan.
V. Prosedur Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
23
2. Memasukkan VCO dan asam stearat. Panaskan di hot plate pada suhu
75 0C sampai homogen.
3. Masukkan NaOH aduk sampai terjadi proses saponifikasi dan
menambahkan alkohol sebagai pelarut. Homogenkan.
4. Masukkan gliserin dan gula aduk sampai homogen.
5. Matikan hot plate, didinginkan dan tambahkan pewarna pada suhu 40
0
C.
6. Saring dan cetak.
7. Tunggu sampai keras.
24
karboksilat. Hidrolisis ester dalam suasana basa bisa disebut juga
saponnifikasi. Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai
berikut:
25
VIII. Kesimpulan dan Saran
Hasil sabun transparan yang dihasilkan cukup transparan walaupun
masih tergolong sabun translucent dengan massa sabun yang dihasilkan
sebesar 19,61 gram, dan pH hasil percobaan sebesar 9,3.
Saran
Untuk percobaan sabun transparan selanjutnya di harapkan
menggunakan variasi bahan berupa penambahan atau pengurangan
kuantitas gula yang di gunakan, penggantian jenis minyak yang digunakan
supaya terlihatnya perbedaan hasil yang didapatkan.
Mengetahui
Kepala Laboratorim Bioproses
26