Laporan Praktikum Identifikasi Jamur - Sheilia Siwi P. - 31101800087

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Dasar Jamur


a. Pengertian
Jamur sering juga disebut fungi yang termasuk dalam divis Mycota
(fungi). Mycota tersebut berasal dari kata “mykes” (bahasa Yunani),
disebut juga fungi (bahasa Latin). Jamur atau fungi merupakan
organisme eukariotik yang memiliki satu inti dan membran inti,
retikulum endoplasma, mitokondria dan aparatus sekresi. Biasanya
kebanyakan jamur bersifat aerob obligat atau fakultatif dan juga
bersifat kemoheterotrof, menyekresi enzim yang mendegradasi
berbagai substrat organik menjadi nutrien yang dapat larut yang
kemudian akan diabsorpsi secara pasif atau diambil ke dalam sel
dengan transpor aktif.
Menurut Hastono (2003) jamur dibagi menjadi 3 kelas, diantaranya
yaitu divisi Ascomycota (jamur dengan hifa tidak bersekat) dan
askuspora yang teridir dari 8 spora, dan juga Basidiomycota yang
ukurannya sangat makroskopis dan memiliki tudung (basidiokarp).
Biasanya, habitat jamur terdapat di air dan tanah dan hidup bebas atau
bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman,
hewan dan juga manusia.
b. Ciri-ciri Jamur
 Organisme eukaryotic.
 Bersifat kemoheterotrof.
 Tidak memiliki klorofil sehinga tidak dapat membuat makanan
sendiri.
 Dinding sel tersusun dari chitin.
 Reproduksinya bisa seksual dan juga aseksual.
 Jumlahnya bisa sampai 144.000 spesies dan beberapa memiliki
zat warna.
 Ada yang uniseluler dan multiseluler . Jamur uniseluler
berkembang biak dengan spora aseksual. Apabila yang
multiseluler dengan zoospora, endospora, fragmentasi, tunas,
dan juga konidia (aseksual).
 Hidup pada tempat lembab, mengandung zat organik, dan juga
sedikit asam.
 Jamur multiseluler tersusun dari benang benag hifa yang dapat
membentuk anyaman hifa yang disebut miselium.

1
C. Klasifikasi Jamur secara Umum
Jamur Penjelasan Contoh
Zygomycota Terdiri atas hifa Rhizophus stolonifer,
yang tidak Rhizophus oryzae, dan
bersekat, Rhizophus nigricans.
reproduksi
secara aseksual
dengan cara
fragmentasi
atau spora
aseksual dan
spora seksual
dengan
zigospora.
Ascomycota Multiseluler Saccharomyces
tetapi juga ada cereviceae, Penicilium
yang chrysogenum,
uniseluler , Aspergillus wentii.
saprofit, hifa
bersepta, spora
seksual dengan
askospora, dan
spora aseksual
dengan
konidiospora
Basidiomycota Memiliki tubuh - Volvariella
buah volvaceae,
(basidiokarp), - Auricularia
bentuk seperti polytricha,
payung,kuping - Ganoderma
dan setengah aplantum
lingkaran.
Reproduksi
seksual dengan
perkawinan
antar hifa atau
dengan
basidiospora.
Deuteromycota Hifa bersekat, Epidermophyton
reproduksi floocosum,
aseksual Microsporum sp.,
dengan Tinea versicolor.
konidium untuk
membentik
blastospora
(pembentukan

2
tunas) dan
artospora
(pembentukan
spora dengan
hifa), hidup
sebagai parasit,
tidak
berklorofil
(saprofit), dan
biasanya hidup
ditempat
lembab.

D. Klasifikasi jamur berdasarkan morfologinya


Berdasarkan morfologinya, jamur dibagi menjadi 3 macam
diantaranya :
1. Yeast
Merupakan morfologi dasar dari fungi yang memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
 Uniseuler
 Yeast dibagi menjadi 2 :
o Pure yeast , merupakan yeast yang tidak
dapat membentuk pseudohifa. Contoh:
Saccharomyces cereviseae,Triptococcus
neuformans.
o Yeast like , merupakan yeast yang dapat
membentuk pseudohifa . contoh : Candida
albicans.
 Memiliki diameter 3-15 µm.
 Reproduksi aseksual dengan budding sel.
 Berbentuk spherical dan ovoid.
 Contoh : Saccharomyces sp., Candida albicans,
Yarrowia lipolytica, Schizosaccharomyces pombe.

3
2. Mould
Mould juga disebut kapang yang merupakan fungi
multiseluler yang struktur umunya berupa hifa dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
 Multiseluler
 Reproduksi bisa seksual dan aseksual
 Struktur umum berupa hifa berbentuk tabung
dengan panjang umumnya berkisar antara 1-2
µm atau 5-10 µm tetapi ada yang mencapai 30
µm.
 Dinding sel rigid/ kaku.
 Dapat membentuk suatu kumpulan (anyaman
hifa) yang disebut miselium.
 Contoh : Aspergillus sp., Mucor sp, Rhizopus.
3. Dimorfik
Dimorfik merupakan spesies dari fungi yang dapat
berkembang menjadi 2 bentuk, yaitu :
 Yeast , apabila berada di dalam sel inang dengan
suhu (350C-400C).
Contoh :
 Mould, apabila berada di luar sel inang, dengan
suhu ruang (25oC-30oC).
Contoh :

4
1.2 Reproduksi Jamur
Reproduksi pada jamur dapat terjadi secara seksual dan juga aseksual,
berikut adalah mekanisme nya :

a. Reproduksi seksual , yang meliputi 3 tahapan, yaitu :


1. Pada awalnya akan terjadi pertemuan dua hifa yang membentuk
gametangium yang merupakan organ yang membentuk gamet di
dalamnya.
2. Kedua gamet tersebut akan bertemu dan terjadi proses
Plasmogami. Yang mana, plasmogami itu sendiri adalah proses
penyatuan 2 sitoplasma (hifa) yang akan menghasilkan suatu
dikariotik yang ditandai dengan n+n, pada proses ini masih
nucleusnya masih haploid karena masing-masing induk
membentuk pasangan tetapi tidak menyatu.
3. Setelah itu, terjadi proses kariogami, dimana nucleus yang haploid
tadi akan menyatu membentuk 2n (diploid) yang kemudian akan
mengalami meiosis (pembelahan) dan menghasilkan spora.
4. Selanjutnya, spora tersebut akan mengalami germinasi
(perkecambahan) yang akan menjadi misellium.
b. Reproduksi Aseksual , mekanisme nya adalah sebagai berikut :
1. Misellium akan berubah menjadi sporangium, kemudian
sporangium akan menghasilkan spora.
2. Setelah itu, spora akan menyebar dan akan tumbuh pada temppat
yang cocok yang selanjutnya akan mengalami germinasi
(perkecambahan) dan akan membentuk misellium kembali.

1.3 Patogenesis jamur menginfeksi tubuh secara umum


Jamur masuk ke dalam tubuh bisa melalui luka kecil atau lesi pada
kulit, saluran epernafasan dan juga melalui kontak. Secara singkatnya,
jamur dapat meginfeksi tubuh manusia melalui beberapa tahap yaitu

5
adhesi (menempel), kolonisasi (berbiak), penetrasi (masuk ke dalam
tubuh), dan juga invasi (menyebar ke seluruh tubuh dan juga berkembang
biak). Ketika host dalam keadaan rusak sistem perlindungan atau
keseimbangannya terganggu maka dengan mudah spora-spora jamur
dengan mudah menginfeksi terutama ketika host dalam keadaan lembab.
Dimana penularan tersebut disebarkan oleh penderita mikosis melalui
spora-spora yang lepas bersama serpihan kulit penderita kelingkungan
sekitar salah satunya paling sering ada di tempat spa, kolam renang dan
tempat umum lainnya. Setelah spora menginfeksi maka akan tumbuh
menjadi mycellium dengan serpihan kulit sebagai sumber makanannya,
kemudian benang-benangnya akan meluas ke seluruh arah sehingga
permukaan infeksi meluas. Setelah itu jamur akan mengeluarkan enzim
yang menimbulkan peradangan berupa bercak kemerahan dengan diikuti
rasa gatal.

1.4 Faktor virulensi jamur menginfeksi tubuh


a. Phenotypic switching
Phenotypic siwtching ini sangat penting pada jamur karena
phenotypic switching ini untuk beradaptasi terhadap lingkungan
selama invasi pada host.
b. Dimorfisme morfologi
Dimormisfme morofolgi adalah sebuah kemampuan dari si jamur
untuk dapat berubah bentuk menjadi yeast atau sel berfilamen yang
sering disebut pseudohifa yang dipengaruhi oleh perubahan kondisi
lingkungan.
c. Adhesi
Adhesi ini snagat penting ketika jamur menginfeksi tubuh karena
dengan adhesi jamur akan lebih mudah melekat pada sel host.
d. Sekresi enzim hidrolitik
Produksi dan sekresi dari enzim hidrolitik misalnya, protease,
lipase, dan fosfolipase merupakan faktor salah satu faktor virulensi
yang sangat penting karena enzim ini berperan dalam perkembangan
nutrisi tetapi ia juga berperan untuk merusak jaringan dan
penyebarannya dalam organisme sel host.

1.5 Mikosis
A. Pengertian
Mikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur dan dapat
mengenai permukaan kulit sampai organ tubuh manusia, misalnya
otak, jantung, hati, ginjal dan juga limpa. Mikosis menyerang pada
individu yang sistem imun nya lemah.
B. Klasifikasi Mikosis

6
Mikosis dapat diklasifikasikan, sebagai berikut :
1. Mikosis superficial
Mikosis ini terjadi pada rambut, laposan superfisial dan juga
lapisan epidermis.
Contohnya :
 Pityrasis versicolor (Malassezia furfur)
 Tinea Nigra ( Hortaea werneckii)
 Black piedra (Piedraia hortai)
 White piedra (Trichosporum cutaneum)
2. Mikosis Sistemik
Mikosis ini menginfeksi organ internal dan juga jaringan . mikosis
ini disebabkan oleh jamur saprotik di tanah melalui inhalasi spora.
Contoh :
 Histoplasmosis (Histoplasma capsulatum)
 Blastomikosis (Blastomyces dermatitidis)
 Koksidioidomikosis (Coccidioides immitis)

3. Mikosis Subkutan
Mikosis subkutan biasanya terjadi pada tulang, muka, kulitm dan
juga jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur saprofitik,
geofilik yang masuk melalui misalnya, serpih atau duri, pengotoran
tanah yang cenderung terlokalisasi dengan jaringan subkutan.
Contoh :
 Sporotrikosis (Sporothrix schenkii)
 Kromoblastomikosis (Phialophora verrucosa)
4. Mikosis Kutan
Mikosis ini hanya menginfeksi bagian epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh jamur Dermatophytes seperti
Epidermophyton floccosum, microsporum sp dan tricophyton sp.
Penyakitnya dinamakan dermatofitosis atau dermatomikosis.
Contoh :
 Dermatofitosis (Microsporum sp, Trichophyton sp, dan
Epidermophyton floccosum)
 Kandidiasis kulit, mukosa, atau kuku (Candida albicans,
Candida sp lain)

7
8
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1.Gambaran Umum

Uji laboratorium diagnostik mikosis


 Pengertian
Infeksi yang disebabkan oleh jamur biasanya
disebut dengan mikosis. Sedangkan mikologi adalah ilmu
yang mempelajari ciri-ciri dan fisiologi jamur. Untuk
menegakkan diagnosis mengenai mikosis biasanya
dilakukan pemeriksaan dalam labotaorium . Pada banyak
kasus, tipe fungi dan perjalanan penyakit infeksi mikotik
ditentukan oleh keadaan predisposisi pejamu. Sebagai
anggota flora mikroba normal, kandida dan fungi serumpun
merupakan oportunis endogen. Diagnosis yang dilakukan di
laboratorium di buat sedemikian rupa dengan cara
mendemonstrasikan jamur yang ada di kulit, eksudat,
ataupun jaringan yang lebih dalam. Untuk diagnosis infeksi
pada jamur yang superfisial dilakukan dengan pengamatan
unsur jamur pada keratin yang terinfeksi.
 Macam-macam Spesimen
a. Kerokan kulit dapat diambil dari kerokan seperti pustul,
papul dan juga skuama.
b. Kerokan kuku biasanya berasal dari tepi kuku atau
permukaan kuku.
c. Rambut
 Cara pengambilan Spesimen
a. Kerokan Kulit
 Bersihkan kulit yang akan dikerok dengan
menggunakan alkohol 70% untuk menghilangkan
segala bentuk kotoran yang menempel pada kulit
(lemak, debu).
 Kemudian, kerok dengan menggunakan scalpel,
dengan arah scalpel dari atas ke bawah (cara
memegangnya 45o keatas)
 Letakkan hasil kerokan kulit pada wadah yang akan
digunakan untuk identifikasi.
b. Kerokan Kuku
 Bersihkan bagian kuku yang akan dikerok dengan
menggunakan alkohol 70%

9
 Kerok pada bagian misal permukaan kuku, tepi
kuku, atau debris di bawah kuku.
 Letakkan kerokan tersebut pada wadah yang
digunakkan untuk diidentifikasi.
c. Rambut
 Cabut rambut dengan menggunakan pinset pada
daerah rambut yang sakit.
 Kemudian, letakkan hasil kerokan tersebut pad
wadah yang akan digunakkan untuk identifikasi.
 Macam Uji Laboratorium

Dalam uji laboratorium untuk mengidentifikasi


jamur terdapat dua cara, yaitu sebagai berikut :

 Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan dengan menggunakan KOH adalah
teknik pemeriksaan sederhana dengan menggunkan
mikroskop biasa. Pemeriksaan KOH ini bisa
mneggunakna dua jenis KOH yaitu, KOH 20% dan
KOH parker (KOH yang ditambahkan dengan tinta
hitam merk Parker). Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengamati gambaran mikroskopik jamur dan
membedakan jamur kulit dengan bakteri.
 Pengecatan LPCB
Pengecatan jamur ini menggunakna teknik LPCB
(Lactopenol Conten Blue). Dengan teknik ini, maka
jamur yang diamati akan tampak berwarna hijau
kebiru-biruan. Hal ini dikarenkan spora sederhana
bisa dilihat sebagai badan intraseluler. Sel tidak
diwarnai sebagai area tidak berwarna dalam sel
diwarnai dengan metode konvensional.pewarnaan
ini adalah metode yang paling banyak digunakna
dalam pewarnaan identifikasi jamur. Komposisi dari
LPCB yaitu Kristal, cotton blue 0,075gr yang
berfungsi memberi warna pada sel kapang, asam
laktat 20ml yang berfungsi menjernihkan latar
belakang dan mempertajam struktur kapang, gliserol
40ml berfungsi untuk menjaga fisiologi sel dan
menjaga sel agar tidak kering, kristal fenol dan air
panas 70oC untuk membunuh jamur.

10
2.1.2 Dasar teori pengecatan KOH
Pengecatan kalium hidroksida ini dilakukan untuk
mengamati gambaran mikroskopik dari jamur dan
membedakan jamur kulit dengan bakteri. Selain itu, juga bisa
untuk menegakkan diagnosis pada kasus infeksi yang
disebabkan oleh jamur. KOH atau kalium hidroksida
merupakan basa kuat yang sering digunakan dalam praktikum
mikologi untuk menjernihkan specimen dari rambut, kuku,
dan juga kerokan kulit dari pasien yang terinfeksi jamur. Cara
untuk melakukan pengecatan dengan KOH, yaitu dengan
meletakkan spesimen jamur pada glass objek kemudian tetesi
dengan KOH (10%,20% atau 40%), kemudian didiamkan
kurang lebih selama 15 menit atau dilakukan pemanasan
dengan lampu spiritus. Setalah itu dapat diamati di bawah
mikroskop. Larutan KOH tersebut akan melisiskan kulit,
kuku dan rambut tanpa merusak morfologi dar jamur yang
hasilnya tersebut akan terlihat adanya hifa atau spora
dibawah mikroskop.

2.1.3 Pembahasan Materi FKG Klinis (Candidiasis Oral)


 Pengertian
Candidiasis oral merupan salah satu dari infeksi
oportunistik di dalam rongga mulut. Penyakit ini bisa
menjadi tanda –tanda adanya penyakit sistemik seperti
diabetes mellitus. Candidiasis oral paling umum disebabkan
oleh Candida albicans. Ada 5 tipe spesies candida yang
berada di kavitas oral, diantaranya :

a. Candida albicans (yang paling umum)


b. Candida tropicalis
c. Candida krusei
d. Candida parapsilosis
e. Candida guilliermondi

Candidia albicans merupakan komensal normal di


dalam rongga mulut yang umumnya tidak menimbulkan
masalah pada orang sehat. Tetapi pertumbuhan tidak
normal dari candida ini dapat menyebabkan
ketidaknyamanan, sensasi rasa yang berubah, disfagia.

Secara umum, candidiasis oral terbagi menjadi 5 bentuk,


diantaranya :

11
a. Candidiasis pseudomembran
Nama lain dari candidiasis pseudomembran adalah
thrush yang biasanya ditemukan pada neonatus, pasien
dengan terapi kortikosteroid, atau pasien dengan
immunosupresi. Gambaran klinisnya terapat plak
putih/kuning krem (berasal dari kumpulan hifa) apabila
tergores akan memperlihatkan mukosa yang eritematosa
atau berdarah. Biasanya, ditemukan pada daerah intra-
oral. Gejala yang biasa timbul nyeri, sensasi seperti
terbakar.

b. Candidiasis Atropik
Gambaran klinis berupa adanya kemerahan difus diikuti
dengan bagian mukosa yang relatif kering. Area
kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang berada
dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26%
pasien dengan gigi palsu terdapat kandidiasis atropik.
c. Candidiasis Hiperplastik
Nama lain dari candidiasis hiperplastik adalah
leukoplakia kandida. Salah satu faktor predisposisinya
adalah merokok. Gambaran klinis berupa bercak putih
yang tidak dapat dibersihkan. Paling sering terjadi di
mukosa bukal dengan dengan commisura labialis, di
palatum/lidah jarang ditemukan. Lesi ini dapat
disembuhkan dengan terapi antifungal.

12
d. Candidiasis Eritematosa
Gambaran klinis berupa daerah yang eitema atau
kemerahan dengan adanya sedikti perdarahan di daerah
sekitar lesi. Umumnya terjadi pada palatum durum dan
dorsum lidah, tetapi kadang juga muncul pada mukosa
bukal. Kandidiasis eritematosa dapat diklasifikasikan
dalam tiga tipe, yaitu :
Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint
hiperemia.
Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum
eritema lebih tersebar meliputi sebagian atau seluruh
mukosa yang tertutup gigi tiruan.
Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia)
umumnya meliputi bagian tengah palatum durum dan
alveolar ridge.

e. Angular cheilitis
Lesi ini berkaitan dengan infeksi akibat Staphylococcus
aureus. Ditandai dengan eritema, pecah pecah,
mengelupas maupun ulserasi yang mengenai bagian
sudut mulut atau comissure labialis.

13
 Etiologi,
Berikut adalah faktor- faktor yang mempengaruhi oral
candidiasis, diantaranya :

a. Faktor Patogen
Faktor-faktor yang dimiliki oleh jamur candida dapat
mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti
mannose, reseptor C3d, mannoprotein, dan saccharin.
Selain itu candida merupakan jamur yang bersifat
hidrofobik juga berperan penting terhadap infeksi ini.
b. Faktor Host
 Faktor lokal
Salah satu faktor lokal yang dapat menyebabkan
infeksi ini adalah saliva. Apabila fungsi kelenajr
saliva terganggu maka dapat menjadi faktor
predisposisi dari oral candidiasis. Karena sekresi
saliva berperan untuk melemahkan dan
membersihkan berbagai organisme dari mukosa.
Kandungan dari saliva itu sendiri adalah berbagai
protein-protein antimikrobial seperti laktoferin,
sialoperoksidase, lisosim dan antibodi antikandida
yang spesifik.
Selain itu, ada juga karena penggunaan obat-
obatan seperti inhalasi steroid yang menunjukkan
peningkatan resiko infeksi oral kandidiasis. Karena
obat-obatan tersebut dapat menyebabkan
tersupresinya imunitas seluler dan fagositosis.
Penggunaan gigi tiruan palsu juga merupakan
faktor predisposisi dari oral kandidiasis yang dapat
menyebabkan terbentuknya lingkungan yang
memudahkan perkembangan jamur kandida dalam
pH yang rendah, oksigen rendah, dan lingkungan
anaerobik. Selain itu, juga meningkatkan
kemampuan adhesi dari jamur candida tersebut.

14
 Faktor Sistemik
Faktor sistemik dipengaruhi karena penggunaan
antibiotik spektrum luas sehingga mempengaruhi
flora lokal oral menciptakan lingkungan dapat
menjadi proliferasi dari jamur candida.apabila
penggunaan obst ini dihentikan dapat mengurangi
infeksi dari jamur candida. Obat-obatan lain yang
dapat mempengaruhi perkembangan jamur candida
adalah agen antineopkastik yang bersifat
immunosupresi. Faktor predisposisi lain dari infeksi
oral candidiasis adalah merokok, diabetes. Sindrom
Cushing’s , dan juga infeksi HIV.

 Patogenesis,
Candida albicans memiliki faktor virulensi yang
dapat membantu penyebaran infeksi dan mendukung
patogenesisnya. Faktor virulensi ini dapat mendukung
terbentuknya pseudohifa dengan cara melekat pada sel
epitel dan sel endotel, enzim hidrolitik estraluler yaitu
proteinase dan fosfolipase yang merupakan faktor virulensi
dari candida. Selain itu, hemolysin juga merupakan faktor
virulensi yang berkontribusi dalam patogenesis candida.

Patogenesis dimulai pada saat kondisi lingkungan


rongga mulut yang memungkinkan C.albicans untuk
berubah menjadi patogen yang ditandai dengan
meningkatnya jumlah Candida spp. Setalah itu, C.albicans
adhesi/melekat pada dinding sel epitel mukosa rongga
mulut. Dinding sel dari Candida albicans mengandung
polisakarida mannan, glucan dan chitin. Perlekatan tersebut
dibantu oleh enzim Als1p, Als5p, Int1p dan Hwp1p dan
akan berikatan dengan matriks ekstraeluler dinding sel
inang seperti fibrinogen, laminin dan juga kolagen. Setelah
berhasil melekat Candida albicans akan melakukan
kolonisasi dan masuk ke fase selanjutnya yaitu invasi.
Candida albicans dapat melakukan penetrasi ke epitel
dengan cara merusak permukaan dari epitel, hifa Candida
spp memiliki enzim aspartyl proteinase, enzim ini bersifat
dapat melisiskan lapisan epitel rongga mulut sehingga
epitel rusak dan candida dapat menginvasi lapisan epitel
lebih dalam, kemudian candida spp akan melekat pada
complement receptor 3 (CR3) pada permukaan endotel.

15
Jika infeksi candida terus berlanjut menjadi lebih parah
maka melalui sistem pembuluh darah candida akan
menyebar ke jantung, ginjal

 Patofisiologi Didalam Tubuh,


Candida albicans merupakan jamur dimorfik dan flora
normal yang ada di dalam tubuh misalnya pada rongga
mulut, saluran pencernaan dan juga saluran genitalia
wanita. Jamur candida albicans umumnya memang
terdapat di dalam rongga mulut sebagai saprofit hingga
terjadi perubahan keseimbangan flora mulut atau perubahan
mekanisme pertahanan lokal dan sistemik yang
menurunkan daya tahan tubuh. Infeksi yang disebabkan
oleh C.albicans ini merupakan infeksi oportunistik yang
disebabkan karena infeksinya berasal dari flora normal host
atau dari mikroorganisme penghuni sementara pada seorang
individu dengan kondisi immunocompromised. Sehingga,
apabila sistem imun dalam keadaan yang lemah, jamur C.
Albicans ini tidak memberikan reaksi apapun pada tubuh
tetapi jamur ini akan berubah dan tumbuh tidak terkontrol
sehingga menyerang sistem imun seseorang yang bisa
menimbulkan oral candidiasis. Candida sp mengeluarkan
protein berupa Secreted Aspartyl Proteinases (SAPs) yang
memicu invasi ke mukosa dan peradangan. Sekresi
ekstraseluler SAP memerlukan gen protein prevakuola atau
vacuolar protein sorting 4-A (VPS4A) yang merupakan
kunci dari kandidiasis Flora normal ini bisa menjaid
patogen karena adanya faktor predisposisi, seperti

16
penurunan imunitas, kemudian oral hygiene yang buruk,
kebiasaan merokok dan lain-lainnya.

 Pengobatan Yang Dapat Dilakukan.


Pengobatan yang dapat dilakukan untuk infeksi ini terdiri
atas lini pertama dan lini kedua. Berikut adalah pengobtan
dengan lini pertama :

1. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama untuk
mengobati oral candidiasis dalam bentuk topikal.
Yang diberikan 1-2 ml selama 4-5x/ hari. Tidak
terdapat interaksi obat dan efek samping yang
signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti
kandidiasis.
2. Klotrimazol
Tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Obat
ini dapat mengurangi pertumbuhan jamur dengan
menginhibisi ergosterol. Efek utama pada obat ini
adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut,
peningkatan level enzim hati,mual dan muntah.
3. Mikonazol
Obat ini tersedia dalam oral gel 20 mg yang
diberikan 2,5 ml 4-5x/hari selama 14-21 hari. Efek
dari penggunaan obat ini adalah diare, sakit kepala,
mual dan muntah.

Adapun pengobatan kandidiasis lini kedua yaitu:


1. Ketokonazol
Obat ini bekerja dengan cara memblok sintesis
ergosterol yang ada pada membran sel fungal dan
diserap dari gastrointestinal yang metabolismenya
terjadi di hepar. Obat ini tersedia dalam bentuk
tablet 200 mg dengan dosis yang dianjurkan 200-400
mg diberikan 1/2x sehari selama 2 minggu.
2. Flukonazol
Flukonazol berbentuk suspensi (50 mg/5 mL; 200
mg/5 mL) yang diberikan dengan dosis 50-200
mg/ay selama 7-14 hari. Kemudian dalam bentuk
tablet diberikan dengan dosis 200 mg/hari selama 7-
14 hari. Obat ini menginhibisi sitokrom p450 fungal.
Efek samping utama pada pengobatan dengan

17
menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan
nyeri kepala.

Selain penggunaan obat-obatan, dapat dilakukan


beberapa treatment lain, seperti :

o Penyuluhan tentang peningkatam gizi,


perawatan kesehatan mulut, pengurapan
asupan gula, dan mengurangi merokok.
o Apabila pasien memakai gigi palsu dengan
kondisi oral candidiasis, sebaiknya gigi
tiruan tersebut dibersihkan secara
menyeluruh baik secar fisik maupun kimia.
o Menggunakan obat kumur antimikroba
disertai kontrol plak dentogingival.
o Chlorhexidine gluconate sebagai obat
tambahan untu berkumur.

2.2.Pengecatan
2.2.1 Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Kaca penutup/deck glass
4. Ose
5. Lampu spiritus
6. Korek api
7. Spesimen jamur
8. Larutan KOH 20%

18
2.2.2 Cara Kerja

Panaskan ose Ambil spesimen


Siapkan alat dan
menggunakan dan letakkan pada
bahan
lampu spiritus objek glass

Diamkan selama
Tutup dengan deck 15 menit atau
Tetesi KOH 20%
glass panaskan jangan
sampai mendidih

Amati dengan
mikroskop dari
perbesaran rendah
100x hingga 400x

19
2.3. Identifikasi Masalah

2.3.1 Interpretasi : Hasil dari


pengamatan menggunakan mikroskop
dengan perbesaran 100x didaptkan
hasil bahwa jamur berbentuk hifa
(batang) memanjang dan terdapat
pesudohifa.

2.4.Pembelajaran
2.4.1 Kesalahan Saat Melakukan Pengecatan
Dalam melakukan praktikum beberapa specimen jamur tidak
dapat diamati dengan mikroskop dikarenakan terlalu banyak
memberikan KOH sehingga, sulit untuk kering ketika di diamkan
selama 15 menit dan dilewatkan pada api.

20
BAB III
SARAN DAN KESIMPULAN

3.1 Saran
Setelah dilakukan praktikum identifikasi jamur
diharapkan praktikan dapat memahami klasifikasi jamur
dan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Selain itu,
praktikan diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan
yang dikaitkan dengan infeksi jamur dengan uji
laboratorium.
3.2 Kesimpulan
Jamur dikalsifikasikan berdasarkan dua jenis yaitu
klasifikasi jamur secara umum dan klasifikasi jamur
berdasarkan morfologinya. Secara umum jamur dibagi
menjadi empat, yaitu : Zygomatica, Ascomycota,
Basidiomycota, dan Deuteromycota. Sedangkan
berdasarkan morfologinya jamur dibagi mejadi tiga, yaitu :
yeast, mould, dan dimorfik. Dari klasifikasi tersebut jamur
memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat menyebabkan
infeksi yang berbeda pula. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur atau sering disebut dengan mikosis di klasifikasikan
menjadi 5, yaitu : mikosis superfisial, mikosis subkutan,
mikosis kutan, mikosis sistemik, dan juga mikosis
oportunistik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ir.Achmad, Dr, M.S,dkk. 2011. Panduan Lengkap Jamur, Jakarta : Niaga


Swadaya.

Acivrida Mega, C,. 2012, Buku Ajar Mikologi, Surabaya : Unairpress.

Afif Nurul H,dkk. 2009. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 20032005.
Vol.21, No. 1.

Campbell,Nell.2003. Biologi Edisi Kelima Jilid 2, Jakarta : Erlangga.

Dwijoseputro.2005. Dasar-dasar Mikrobiologi, Jakarta : Djambatan.

Soraya Dewi I,drg. 2019. Catatan Oral Medicine, Semarang : EF Press Digimedia.

Singh, Gurjeet dkk. 2013. Candidal Infection : Epideiology, Pathogenesis and


Recent Adnvances For Diagnosis. A Pier Reviewed International Journal. Vol.1
Issue 3.

Hakim, Lukmanul dkk. 2016. Kandidiasis Oral. Majority Jurnal. Vol. 4 No.9

22
LAMPIRAN

23

Anda mungkin juga menyukai