Laporan Praktikum Identifikasi Jamur - Sheilia Siwi P. - 31101800087
Laporan Praktikum Identifikasi Jamur - Sheilia Siwi P. - 31101800087
Laporan Praktikum Identifikasi Jamur - Sheilia Siwi P. - 31101800087
PENDAHULUAN
1
C. Klasifikasi Jamur secara Umum
Jamur Penjelasan Contoh
Zygomycota Terdiri atas hifa Rhizophus stolonifer,
yang tidak Rhizophus oryzae, dan
bersekat, Rhizophus nigricans.
reproduksi
secara aseksual
dengan cara
fragmentasi
atau spora
aseksual dan
spora seksual
dengan
zigospora.
Ascomycota Multiseluler Saccharomyces
tetapi juga ada cereviceae, Penicilium
yang chrysogenum,
uniseluler , Aspergillus wentii.
saprofit, hifa
bersepta, spora
seksual dengan
askospora, dan
spora aseksual
dengan
konidiospora
Basidiomycota Memiliki tubuh - Volvariella
buah volvaceae,
(basidiokarp), - Auricularia
bentuk seperti polytricha,
payung,kuping - Ganoderma
dan setengah aplantum
lingkaran.
Reproduksi
seksual dengan
perkawinan
antar hifa atau
dengan
basidiospora.
Deuteromycota Hifa bersekat, Epidermophyton
reproduksi floocosum,
aseksual Microsporum sp.,
dengan Tinea versicolor.
konidium untuk
membentik
blastospora
(pembentukan
2
tunas) dan
artospora
(pembentukan
spora dengan
hifa), hidup
sebagai parasit,
tidak
berklorofil
(saprofit), dan
biasanya hidup
ditempat
lembab.
3
2. Mould
Mould juga disebut kapang yang merupakan fungi
multiseluler yang struktur umunya berupa hifa dengan
ciri-ciri sebagai berikut :
Multiseluler
Reproduksi bisa seksual dan aseksual
Struktur umum berupa hifa berbentuk tabung
dengan panjang umumnya berkisar antara 1-2
µm atau 5-10 µm tetapi ada yang mencapai 30
µm.
Dinding sel rigid/ kaku.
Dapat membentuk suatu kumpulan (anyaman
hifa) yang disebut miselium.
Contoh : Aspergillus sp., Mucor sp, Rhizopus.
3. Dimorfik
Dimorfik merupakan spesies dari fungi yang dapat
berkembang menjadi 2 bentuk, yaitu :
Yeast , apabila berada di dalam sel inang dengan
suhu (350C-400C).
Contoh :
Mould, apabila berada di luar sel inang, dengan
suhu ruang (25oC-30oC).
Contoh :
4
1.2 Reproduksi Jamur
Reproduksi pada jamur dapat terjadi secara seksual dan juga aseksual,
berikut adalah mekanisme nya :
5
adhesi (menempel), kolonisasi (berbiak), penetrasi (masuk ke dalam
tubuh), dan juga invasi (menyebar ke seluruh tubuh dan juga berkembang
biak). Ketika host dalam keadaan rusak sistem perlindungan atau
keseimbangannya terganggu maka dengan mudah spora-spora jamur
dengan mudah menginfeksi terutama ketika host dalam keadaan lembab.
Dimana penularan tersebut disebarkan oleh penderita mikosis melalui
spora-spora yang lepas bersama serpihan kulit penderita kelingkungan
sekitar salah satunya paling sering ada di tempat spa, kolam renang dan
tempat umum lainnya. Setelah spora menginfeksi maka akan tumbuh
menjadi mycellium dengan serpihan kulit sebagai sumber makanannya,
kemudian benang-benangnya akan meluas ke seluruh arah sehingga
permukaan infeksi meluas. Setelah itu jamur akan mengeluarkan enzim
yang menimbulkan peradangan berupa bercak kemerahan dengan diikuti
rasa gatal.
1.5 Mikosis
A. Pengertian
Mikosis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur dan dapat
mengenai permukaan kulit sampai organ tubuh manusia, misalnya
otak, jantung, hati, ginjal dan juga limpa. Mikosis menyerang pada
individu yang sistem imun nya lemah.
B. Klasifikasi Mikosis
6
Mikosis dapat diklasifikasikan, sebagai berikut :
1. Mikosis superficial
Mikosis ini terjadi pada rambut, laposan superfisial dan juga
lapisan epidermis.
Contohnya :
Pityrasis versicolor (Malassezia furfur)
Tinea Nigra ( Hortaea werneckii)
Black piedra (Piedraia hortai)
White piedra (Trichosporum cutaneum)
2. Mikosis Sistemik
Mikosis ini menginfeksi organ internal dan juga jaringan . mikosis
ini disebabkan oleh jamur saprotik di tanah melalui inhalasi spora.
Contoh :
Histoplasmosis (Histoplasma capsulatum)
Blastomikosis (Blastomyces dermatitidis)
Koksidioidomikosis (Coccidioides immitis)
3. Mikosis Subkutan
Mikosis subkutan biasanya terjadi pada tulang, muka, kulitm dan
juga jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur saprofitik,
geofilik yang masuk melalui misalnya, serpih atau duri, pengotoran
tanah yang cenderung terlokalisasi dengan jaringan subkutan.
Contoh :
Sporotrikosis (Sporothrix schenkii)
Kromoblastomikosis (Phialophora verrucosa)
4. Mikosis Kutan
Mikosis ini hanya menginfeksi bagian epidermis, rambut dan kuku
yang disebabkan oleh jamur Dermatophytes seperti
Epidermophyton floccosum, microsporum sp dan tricophyton sp.
Penyakitnya dinamakan dermatofitosis atau dermatomikosis.
Contoh :
Dermatofitosis (Microsporum sp, Trichophyton sp, dan
Epidermophyton floccosum)
Kandidiasis kulit, mukosa, atau kuku (Candida albicans,
Candida sp lain)
7
8
BAB II
HASIL PENGAMATAN
2.1.Gambaran Umum
9
Kerok pada bagian misal permukaan kuku, tepi
kuku, atau debris di bawah kuku.
Letakkan kerokan tersebut pada wadah yang
digunakkan untuk diidentifikasi.
c. Rambut
Cabut rambut dengan menggunakan pinset pada
daerah rambut yang sakit.
Kemudian, letakkan hasil kerokan tersebut pad
wadah yang akan digunakkan untuk identifikasi.
Macam Uji Laboratorium
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan dengan menggunakan KOH adalah
teknik pemeriksaan sederhana dengan menggunkan
mikroskop biasa. Pemeriksaan KOH ini bisa
mneggunakna dua jenis KOH yaitu, KOH 20% dan
KOH parker (KOH yang ditambahkan dengan tinta
hitam merk Parker). Pemeriksaan ini bertujuan
untuk mengamati gambaran mikroskopik jamur dan
membedakan jamur kulit dengan bakteri.
Pengecatan LPCB
Pengecatan jamur ini menggunakna teknik LPCB
(Lactopenol Conten Blue). Dengan teknik ini, maka
jamur yang diamati akan tampak berwarna hijau
kebiru-biruan. Hal ini dikarenkan spora sederhana
bisa dilihat sebagai badan intraseluler. Sel tidak
diwarnai sebagai area tidak berwarna dalam sel
diwarnai dengan metode konvensional.pewarnaan
ini adalah metode yang paling banyak digunakna
dalam pewarnaan identifikasi jamur. Komposisi dari
LPCB yaitu Kristal, cotton blue 0,075gr yang
berfungsi memberi warna pada sel kapang, asam
laktat 20ml yang berfungsi menjernihkan latar
belakang dan mempertajam struktur kapang, gliserol
40ml berfungsi untuk menjaga fisiologi sel dan
menjaga sel agar tidak kering, kristal fenol dan air
panas 70oC untuk membunuh jamur.
10
2.1.2 Dasar teori pengecatan KOH
Pengecatan kalium hidroksida ini dilakukan untuk
mengamati gambaran mikroskopik dari jamur dan
membedakan jamur kulit dengan bakteri. Selain itu, juga bisa
untuk menegakkan diagnosis pada kasus infeksi yang
disebabkan oleh jamur. KOH atau kalium hidroksida
merupakan basa kuat yang sering digunakan dalam praktikum
mikologi untuk menjernihkan specimen dari rambut, kuku,
dan juga kerokan kulit dari pasien yang terinfeksi jamur. Cara
untuk melakukan pengecatan dengan KOH, yaitu dengan
meletakkan spesimen jamur pada glass objek kemudian tetesi
dengan KOH (10%,20% atau 40%), kemudian didiamkan
kurang lebih selama 15 menit atau dilakukan pemanasan
dengan lampu spiritus. Setalah itu dapat diamati di bawah
mikroskop. Larutan KOH tersebut akan melisiskan kulit,
kuku dan rambut tanpa merusak morfologi dar jamur yang
hasilnya tersebut akan terlihat adanya hifa atau spora
dibawah mikroskop.
11
a. Candidiasis pseudomembran
Nama lain dari candidiasis pseudomembran adalah
thrush yang biasanya ditemukan pada neonatus, pasien
dengan terapi kortikosteroid, atau pasien dengan
immunosupresi. Gambaran klinisnya terapat plak
putih/kuning krem (berasal dari kumpulan hifa) apabila
tergores akan memperlihatkan mukosa yang eritematosa
atau berdarah. Biasanya, ditemukan pada daerah intra-
oral. Gejala yang biasa timbul nyeri, sensasi seperti
terbakar.
b. Candidiasis Atropik
Gambaran klinis berupa adanya kemerahan difus diikuti
dengan bagian mukosa yang relatif kering. Area
kemerahan biasanya terdapat pada mukosa yang berada
dibawah pemakaian seperti gigi palsu. Hampir 26%
pasien dengan gigi palsu terdapat kandidiasis atropik.
c. Candidiasis Hiperplastik
Nama lain dari candidiasis hiperplastik adalah
leukoplakia kandida. Salah satu faktor predisposisinya
adalah merokok. Gambaran klinis berupa bercak putih
yang tidak dapat dibersihkan. Paling sering terjadi di
mukosa bukal dengan dengan commisura labialis, di
palatum/lidah jarang ditemukan. Lesi ini dapat
disembuhkan dengan terapi antifungal.
12
d. Candidiasis Eritematosa
Gambaran klinis berupa daerah yang eitema atau
kemerahan dengan adanya sedikti perdarahan di daerah
sekitar lesi. Umumnya terjadi pada palatum durum dan
dorsum lidah, tetapi kadang juga muncul pada mukosa
bukal. Kandidiasis eritematosa dapat diklasifikasikan
dalam tiga tipe, yaitu :
Tipe 1 : inflamasi sederhana terlokalisir atau pinpoint
hiperemia.
Tipe 2 : eritematosa atau tipe sederhana yang umum
eritema lebih tersebar meliputi sebagian atau seluruh
mukosa yang tertutup gigi tiruan.
Tipe 3 : tipe granular (inflamasi papila hiperplasia)
umumnya meliputi bagian tengah palatum durum dan
alveolar ridge.
e. Angular cheilitis
Lesi ini berkaitan dengan infeksi akibat Staphylococcus
aureus. Ditandai dengan eritema, pecah pecah,
mengelupas maupun ulserasi yang mengenai bagian
sudut mulut atau comissure labialis.
13
Etiologi,
Berikut adalah faktor- faktor yang mempengaruhi oral
candidiasis, diantaranya :
a. Faktor Patogen
Faktor-faktor yang dimiliki oleh jamur candida dapat
mempengaruhi adhesi terhadap dinding sel epitel seperti
mannose, reseptor C3d, mannoprotein, dan saccharin.
Selain itu candida merupakan jamur yang bersifat
hidrofobik juga berperan penting terhadap infeksi ini.
b. Faktor Host
Faktor lokal
Salah satu faktor lokal yang dapat menyebabkan
infeksi ini adalah saliva. Apabila fungsi kelenajr
saliva terganggu maka dapat menjadi faktor
predisposisi dari oral candidiasis. Karena sekresi
saliva berperan untuk melemahkan dan
membersihkan berbagai organisme dari mukosa.
Kandungan dari saliva itu sendiri adalah berbagai
protein-protein antimikrobial seperti laktoferin,
sialoperoksidase, lisosim dan antibodi antikandida
yang spesifik.
Selain itu, ada juga karena penggunaan obat-
obatan seperti inhalasi steroid yang menunjukkan
peningkatan resiko infeksi oral kandidiasis. Karena
obat-obatan tersebut dapat menyebabkan
tersupresinya imunitas seluler dan fagositosis.
Penggunaan gigi tiruan palsu juga merupakan
faktor predisposisi dari oral kandidiasis yang dapat
menyebabkan terbentuknya lingkungan yang
memudahkan perkembangan jamur kandida dalam
pH yang rendah, oksigen rendah, dan lingkungan
anaerobik. Selain itu, juga meningkatkan
kemampuan adhesi dari jamur candida tersebut.
14
Faktor Sistemik
Faktor sistemik dipengaruhi karena penggunaan
antibiotik spektrum luas sehingga mempengaruhi
flora lokal oral menciptakan lingkungan dapat
menjadi proliferasi dari jamur candida.apabila
penggunaan obst ini dihentikan dapat mengurangi
infeksi dari jamur candida. Obat-obatan lain yang
dapat mempengaruhi perkembangan jamur candida
adalah agen antineopkastik yang bersifat
immunosupresi. Faktor predisposisi lain dari infeksi
oral candidiasis adalah merokok, diabetes. Sindrom
Cushing’s , dan juga infeksi HIV.
Patogenesis,
Candida albicans memiliki faktor virulensi yang
dapat membantu penyebaran infeksi dan mendukung
patogenesisnya. Faktor virulensi ini dapat mendukung
terbentuknya pseudohifa dengan cara melekat pada sel
epitel dan sel endotel, enzim hidrolitik estraluler yaitu
proteinase dan fosfolipase yang merupakan faktor virulensi
dari candida. Selain itu, hemolysin juga merupakan faktor
virulensi yang berkontribusi dalam patogenesis candida.
15
Jika infeksi candida terus berlanjut menjadi lebih parah
maka melalui sistem pembuluh darah candida akan
menyebar ke jantung, ginjal
16
penurunan imunitas, kemudian oral hygiene yang buruk,
kebiasaan merokok dan lain-lainnya.
1. Nistatin
Nistatin merupakan obat lini pertama untuk
mengobati oral candidiasis dalam bentuk topikal.
Yang diberikan 1-2 ml selama 4-5x/ hari. Tidak
terdapat interaksi obat dan efek samping yang
signifikan pada penggunaan obat nistatis sebagai anti
kandidiasis.
2. Klotrimazol
Tersedia dalam bentuk krim dan tablet 10 mg. Obat
ini dapat mengurangi pertumbuhan jamur dengan
menginhibisi ergosterol. Efek utama pada obat ini
adalah rasa sensasi tidak nyaman pada mulut,
peningkatan level enzim hati,mual dan muntah.
3. Mikonazol
Obat ini tersedia dalam oral gel 20 mg yang
diberikan 2,5 ml 4-5x/hari selama 14-21 hari. Efek
dari penggunaan obat ini adalah diare, sakit kepala,
mual dan muntah.
17
menggunakan flukonazol adalah mual, muntah dan
nyeri kepala.
2.2.Pengecatan
2.2.1 Alat dan Bahan
1. Mikroskop
2. Objek glass
3. Kaca penutup/deck glass
4. Ose
5. Lampu spiritus
6. Korek api
7. Spesimen jamur
8. Larutan KOH 20%
18
2.2.2 Cara Kerja
Diamkan selama
Tutup dengan deck 15 menit atau
Tetesi KOH 20%
glass panaskan jangan
sampai mendidih
Amati dengan
mikroskop dari
perbesaran rendah
100x hingga 400x
19
2.3. Identifikasi Masalah
2.4.Pembelajaran
2.4.1 Kesalahan Saat Melakukan Pengecatan
Dalam melakukan praktikum beberapa specimen jamur tidak
dapat diamati dengan mikroskop dikarenakan terlalu banyak
memberikan KOH sehingga, sulit untuk kering ketika di diamkan
selama 15 menit dan dilewatkan pada api.
20
BAB III
SARAN DAN KESIMPULAN
3.1 Saran
Setelah dilakukan praktikum identifikasi jamur
diharapkan praktikan dapat memahami klasifikasi jamur
dan infeksi yang disebabkan oleh jamur. Selain itu,
praktikan diharapkan dapat mengidentifikasi permasalahan
yang dikaitkan dengan infeksi jamur dengan uji
laboratorium.
3.2 Kesimpulan
Jamur dikalsifikasikan berdasarkan dua jenis yaitu
klasifikasi jamur secara umum dan klasifikasi jamur
berdasarkan morfologinya. Secara umum jamur dibagi
menjadi empat, yaitu : Zygomatica, Ascomycota,
Basidiomycota, dan Deuteromycota. Sedangkan
berdasarkan morfologinya jamur dibagi mejadi tiga, yaitu :
yeast, mould, dan dimorfik. Dari klasifikasi tersebut jamur
memiliki ciri-ciri yang berbeda dan dapat menyebabkan
infeksi yang berbeda pula. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur atau sering disebut dengan mikosis di klasifikasikan
menjadi 5, yaitu : mikosis superfisial, mikosis subkutan,
mikosis kutan, mikosis sistemik, dan juga mikosis
oportunistik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Afif Nurul H,dkk. 2009. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 20032005.
Vol.21, No. 1.
Soraya Dewi I,drg. 2019. Catatan Oral Medicine, Semarang : EF Press Digimedia.
Hakim, Lukmanul dkk. 2016. Kandidiasis Oral. Majority Jurnal. Vol. 4 No.9
22
LAMPIRAN
23