Laporan Iktiologi 1 Morfologi Ikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN IKTIOLOGI

PRAKTIKUM I
“MORFOLOGI IKAN”

OLEH:

NAMA : SUKMA HIJRIYANTI


STAMBUK : I1E118008
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
ASISTEN PEMBIMBING :ZAMRUN RABU

JURUSAN PERIKNANAN TANGKAP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu

organisme.Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang

mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme.Adapun yang

dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di

dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya bentuk luar

dari ikan dan berbagai jenis hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan

tersebut tua dapat berubah-ubah, terutama pada ikan dan hewan air lainnya

yang mengalami metamorfosis dan mengalami proses adaptasi terhadap

lingkungan (habitat). Namun demikian pada sebagian besar ikan bentuk

tubuhnya relatif tetap, sehingga kalaupun terjadi perubahan, perubahan bentuk

tubuhnya relatif sangat sedikit (Sudarmanto, 2003).

Morfologi adalah bentuk tubuh (termasuk warna) yang kelihatan dari

luar.Bentuk tubuh pada mahluk hidup, termasuk pada hewan air erat

kaitannya dengan anatomi.Pada dasarnya morfologi dari setiap jenis hewan air

yang masih dekat kekerabatanya mempunyai kemiripan-kemiripan, seperti

anatomi dan morfologi udang, kepiting dan lobster hampir mirip. Hal yang

sama juga akan kita dapati pada berbagai jenis ikan serta pada berbagai jenis

hewan lainya (Djuanda, 1981).

Ikan merupakan hewan vertebrata aquatik berdarah dingin dan

bernafas dengan insang.Ikan didefinisikan sebagai hewan bertulang belakang


(vertebrata) yang hidup di air dan secara sistematik ditempatkan pada Filum

Chordata dengan karakteristik memiliki insang yang berfungsi untuk

mengambil oksigen terlarut dari air dan sirip digunakan untuk berenang.Ciri-

ciri umum dari golongan ikan adalah mempunyai rangka bertulang sejati dan

bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal atau berpasangan dan mempunyai

operkulum, tubuh ditutupi oleh sisik dan berlendir serta mempunyai bagian

tubuh yang jelas antara kepala, badan, dan ekor.Ukuran ikan bervariasi mulai

dari yang kecil sampai yang besar.Kebanyakan ikan berbentuk torpedo, pipih,

dan ada yang berbentuk tidak teratur (Thaib Rizwan, 2016).

B. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan dalam praktikum ini yaitu untuk mengenal berbagai bentuk luar

ikan, mengamati morfologi dan letak posisi bagian tubuh ikan secara in

situ.

2. Manfaat diadakanya praktikum ini yaitu untuk menambah wawasan dan

ilmu pengetahuan mengenai berbagai bentuk luar ikan, morfologi dan

posisi atau letak bagian luar tubuh ikan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, jumlah ikan yang diamati berjumlah

4 individu diantaranya yaitu:

 Ikan Rao

Kingdom : Animalia

Fillum : chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Beloniformes

Famili : Gemiramphidae

Genus : Gemiramphus Sp.

Spesies : Gemiramphus
Brasiliensis

Gambar 1. Morfologi ikan Hemiramphus brasiliensis


(Sumber: Dok. Pribadi, 2019)
 Ikan Layang

Kingdom : Animalia

Fillum : Vertebrata

Class : Actinoptreygii

Ordo : Perciformes

Famili : Carangidae

Genus : Decapterus

Spesies : Decapterus Sp

Gambar 2. Morfologi ikan Decapterus russeli


(Sumber: Dok. Pribadi, 2019).
 Ikan Ekor Kuning

Kingdom: Animalia

Phylum : Chordata

Class : Osteichtyes

Order : Perciformes

Family : Caesionidae

Genus : Caesio

Species : Caesio Cuning

Gambar 3. Morfologi ikan Caesio sp


(Sumber: Dok. Pribadi, 2019)
 Ikan Kakatua

Kingdom : Animalia

Fillum : Chordata

Class : Actinopterygii

Ordo : Perciformes

Famili : Scaridae

Genus : Scarus

Spesies : Scarus Sp.

Gambar 4. Morfologi Ikan Kakaktua (Scarus sp)


(Sumber: Dok. Pribadi,2019)
B. Morfologi Dan Anatomi

Ikan layang (Decapterus spp) yang terdiri dari 2 (dua), yakni Decapterus

russelli (Rupell,1928) dan Decapterus macrosoma (Bleeker,1851) merupakan salah

satu hasil terpenting dari sumberdaya perikanan pelagis kecil di Laut Jawa, dan

mempunyai nilai ekonomis penting, sehingga banyak dicari dan ditangkap oleh

armada purse seine sebagai target utama hasil tangkapan. Ikan Layang selain

mempunyai nilai ekonomis penting di Jawa, dagingnya memiliki tekstur yang

kompak dengan citarasa yang banyak digemari orang, sehingga dapat menjadi salah

satu sumber pemenuhan protein hewani bagi rakyat. Ikan layang (Decapterus spp)

merupakan hasil tangkapan utama perikanan purse seine di Laut Jawa , dengan

tingkat produksi 60% dari hasil tangkapan total,ikan pelagis kecil lainnya. seperti

ikan Kembung, Lemuru , Selar Bentong dan Tembang (Aziz,dkk., 2000)

Ikan kakatua tergolong hewan penghuni perairan karang. Memiliki ukuran tubuh

beragam, mulai dari sedang sampai ukuran besar. Pada umumnya kakatua hidup di

perairan tropis dan subtropis. Di kawasan Indo-Pasifik kelompok ikan tersebut sangat

melimpah. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena memiliki serat daging

lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses pembusukan setelah

ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Selain itu, tubuh memiliki lendir yang

banyak, sehingga dagingnya akan cepat busuk jika tidak diawetkan (es). Ikan ini

cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Di Indonesia, akhir-akhir ini ikan tersebut

telah menjadi komoditi ekonomis penting yang diekspor dalam keadaan segar ke

Hongkong, Taiwan dan Singapura. Menurut LIAO et al. (2004).


C. Habitat dan Penyebaran

PARENTI & RANDALL (2000) mengemukakan bahwa sebagian besar (75

%) ikan kakatua tersebar di kawasan Indo-Pasifik (termasuk Indonesia), sisanya

terdapat di daerah sub-tropis seperti di timur Samudera Atlantik dan Laut

Mediterania. Beberapa pakar mengemukakan tentang keberadaan ikan kakatua di

beberapa negara di kawasan Indo-Pasifik, yaitu di Jepang. MASUDA et al (1984)

melaporkan sebanyak 30 jenis mewakili 4 marga ikan kakatua. HERE (1953)

melaporkan sebanyak 39 jenis kakatua yang tergolong dalam 3 marga di Filipina.

Sebanyak 30 jenis kakatua yang mewakili 7 marga dilaporkan pula di Taiwan

(SHEN et al, 1993 dan LIAO et al, 2004). Di Australia RANDALL et al. (1996)

mengemukakan 27 jenis dari 6 marga. Di Indonesia ikan tersebut tersebar hampir

seluruh perairan Nusantara. ALLEN & ADRIM (2000) mengemukakan 36 jenis

ikan kakatua dijumpai di Indonesia. Sebagianbesar jenisnyamendiami perairan

karang.

Di perairan Indonesia terdapat lima jenis layang yang umum yakni Decapterus

kurroides, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma Decapterus layang, dan

Decapterus maruadsi (FAO,1974). Dari kelima jenis ini hanya Decapterus russelli

yang mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia , sedangkan di Perairan

Laut Jawa terdapat dua spesies yaitu Decapterus macrosoma dan Decapterus

ruselli (Widodo ,1988). Di Laut Jawa sangat dominan dalam hasil tangkapan

nelayan mulai dari Pulau Seribu, hingga P.Bawean dan P. Masalembo,Selat

Makassar Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru, Selat Bali.
Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma tersebar di perairan tertentu.

Tampaknya Decapterus ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti Laut

Jawa, sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut 18 seperti di

Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar dan Sangihe,

Laut Cina Selatan. Decapterus kurroides tergolong ikan yang agak langka antara

lain terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus

maruadsi termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti

di Laut Banda tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih (Nontji, 2002) . Ikan

layang termasuk jenis ikan perenang cepat, bersifat pelagis, tidak menetap dan

suka bergerombol. Jenis ikan ini tergolong “stenohaline”, hidup di perairan yang

berkadar garam tinggi (32 – 34 promil) dan menyenangi perairan jernih. Ikan

layang banyak tertangkap di perairan yang berjarak 20 – 30 mil dari pantai.

Sedikit informasi yang diketahui tentang migrasi ikan , tetapi ada kecenderungan

bahwa pada siang hari gerombolan ikan bergerak ke lapisan air yang lebih dalam

dan malam hari kelapisan atas perairan yang lebih. Dilaporkan bahwa ikan ini

banyak dijumpai pada kedalaman 45 – 100 meter (Hardenberg dalam Sunarjo

,1990).

D. FISIOLOGI REPRODUKSI

Ikan layang (Decapterus spp) mempunyai tingkah laku fototaksis positif

dimana ikan akan selalu mendekati cahaya ketika malam hari. Pada umumnya ikan

pelagis akan muncul ke lapisan permukaan sebelum matahari terbenam dan biasanya

ikan-ikan tersebut akan membentuk kelompok. Sesudah matahari terbenam, ikan-ikan


tersebut menyebar ke dalam kolom air dan mencari lapisan yang lebih dalam

selayang (Safrudin, dkk. 2013).

Ikan kakatua tergolong hewan penghuni perairan karang. Memiliki ukuran

tubuh beragam, mulai dari sedang sampai ukuran besar. Pada umumnya kakatua

hidup di perairan tropis dan subtropis. Di kawasan Indo-Pasifik kelompok ikan

tersebut sangat melimpah. Ikan kakatua tergolong ikan pangan, tetapi karena

memiliki serat daging lebih halus dan lunak, ikan ini lebih cepat mengalami proses

pembusukan setelah ditangkap jika tidak diberi es atau garam. Selain itu, tubuh

memiliki lendir yang banyak, sehingga dagingnya akan cepat busuk jika tidak

diawetkan (es). Ikan ini cukup digemari dan sangat laku di pasaran. Di Indonesia,

akhir-akhir ini ikan tersebut telah menjadi komoditi ekonomis penting yang diekspor

dalam keadaan segar ke Hongkong, Taiwan dan Singapura. Menurut LIAO et al.

(2004)

Pemijahan ditandai dengan suatu cara gerakan serentak ke permukaan oleh

individu jantan dan seketika itu pula ikan betina pasangannya mengikuti. Telur dan

sperma dibebaskan ketika melakukan gerakan naik dan setelah melepaskan kedua

gonad jantan dan betina dengan cepat ikan kembali ke dasar. Telur yang dihasilkan

berukuran kecil, berbentuk bulat mengapung di permukaan. Telur tersebut kemudian

menetas menghasilkan larva, kemudian menyebar ke daerah perairan karang lain di

sekitarnya atau daerah lebih jauh dari tempat asalnya. Pergerakan dari larva tersebut

umumnya akan bersifat pasif mengikuti gerakan arus dan gelombang laut. Larva
kemudian berkembang menjadi ikan muda (juvenile) di habitat terumbu karang atau

padang lamun.

E. MAKAN DAN KEBIASAAN MAKAN

Ikan layang (D. russelli) merupakan ikan perenang cepat yang hidup

berkelompok di laut yang jernih dan salinitas tinggi.Ikan layang termasuk dalam ikan

stenohalya yang hidup dengan memakan plankton, terutama jenis

zooplankton.Makanan ikan ini seperti copepoda serta telurnya, misydacean,

amphipoda, ostracoda dan potongan-potongan udang.

Hampir semua jenis ikan kakatua mengambil makanan mengikuti pola makan

tanpa pilih (non-selektif) dengan melakukan "grazing" terhadap algae halus yang

tumbuh menutupi permukaan karang mati. Vegetasi algae biru, coklat, merah dan

hijau biasanya merupakan sumber makanan bagi hewanhewan herbivora, termasuk

ikan kakatua. CHEN (2002) mengemukakan bahwa ikan kakatua juga pemakan

krustasea dan foraminifera yang berasosiasi dengan vegetasi algae, sehingga ikan ini

dapat pula digolongkan sebagai hewan omnivora.

F. NILAI EKONOMIS

Umumnya ikan layang (Decapterus spp.) merupakan salah satu komuditas

penting dalam perikanan pelagis kecil di Indonesia. Menurut Hariati et al. (2005),

ikan layang di perairan Selat Malaka merupakan sumberdaya ikan pelagis yang

penting bagi produksi perikanan laut. Ikan layang (Decapterus russelli)


merupakan salah satu target tangkapan yang banyak ditangkap oleh nelayan dan

dominan didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Belawan. Saat ini,

permintaan pasar terhadap ikan layang semakin meningkat karena dimanfaat

sebagai ikan pindang maupun ikan asin. Selain itu ikan ini juga banyak di

perdagangkan dalam keadaan segar (basah) dan dibekukan (Suwarso et al. 2015).

Semakin kecilnya ukuran ikan pertama kali matang gonad merupakan salah

satu dampak telah terjadinya peningkatan intensitas penangkapan ikan layang

yang cukup tinggi. Menurut Suwarso (2014), terjadi penurunan ukuran pertama

kali matang gonad ikan layang (Decapterus russelli) di perairan Selat Malaka

pada periode 1995-1997 dari ukuran 20.3 cm menjadi 19.2 cm pada periode 2004-

2005. Menurunnya ukuran pertama kali matang gonad dapat disebabkan karena

faktor kondisi lingkungan. Penyebab tersebut harus dikontrol dan diminimalisir,

setidaknya salah satu langkah harus dilakukan agar kelestarian sumberdaya ikan

bisa tetap terjaga dengan baik (Fauzi 2005).

Peningkatan hasil tangkapan ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu

tiap tahun ini bukan berarti jumlah ikan ekor kuning masih melimpah di wilayah

ini. Jumlah produksi ini suatu saat akan mencapai titik puncak, dan merosot yang

dapat mengakibatkan penurunan stok. Penelitian Harmiyati (2009) sebelumnya

menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan ekor kuning yang dominan adalah ikan
yang memiliki ukuran panjang tergolong kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa

kegiatan penangkapan terhadap sumberdaya ini terus 2 meningkat tiap tahunnya.

Nggajo (2009) juga menyebutkan bahwa hasil tangkapan ikan ekor kuning di

Perairan Kepulauan Seribu umumnya merupakan ikan yang memiliki tingkat

kematangan gonad I dan II, yang berarti penangkapan ikan ekor kuning

didominasi oleh ikan yang masih muda atau dalam kondisi pertumbuhan.

Hal ini juga didukung dengan pernyataan Jabbar (2008) yang menyebutkan

bahwa kelompok ikan ukuran kecil pada ukuran 7,0-28,9 cm lebih banyak

tertangkap dan umumnya ikan-ikan itu dalam kondisi belum matang gonad.

Kondisi tekanan penangkapan yang tinggi serta volume produksi yang terus

meningkat dapat mengakibatkan penipisan stok ikan atau menurunnya jumlah

populasi ikan ekor kuning di Perairan Kepulauan Seribu yang bila terus menerus

dapat mencapai kondisi tangkap lebih (overfishing).

G. MORFOLOGI

Ikan layang (decapterus kurroides) memiliki cirri sebagai berikut. Ikan layang

memiliki panjang total (TL) sekitar 45 cm, dan panjang cagak (FL) sekitar 30 cm.

ikan layang memiliki cirri khas yaitu sirip ekor (caudal) yang berwarna merah,

sirip kecil (finlet) deibelakang sirip punggung dan sisirp duburdan terdaapt gurat

sisi (lateral lime) (nontji, 2002). Ikan layang hidup di perairan lepas, dan ikan ini

biasa memakan plankton-plankton kecil. Decapterus kurroides memiliki ciri

morfologi sebagai berikut, ikan ini memiliki dua sirip punggung (dorsal), dorsal 1

memiliki memiliki 8 jari-jari keras dan dorsal 2 memiliki 1 jari-jari keras dan 22-
25 jari-jari lemah. Tubuhnya memiliki warna hijau kebiruan di daerah atas dan

keperakan didaerah bawah.

BEAUFORT (1940) melaporkan terdapat 49 jenis ikan kakatua di kawasan

Indo-Pasifik, dan ini meliputi perairan Indonesia. Ikan kakatua telah banyak

diteliti para ah!i di manca negara, tetapi di Indonesia ikan tersebut masih belum

banyak mendapat perhatian untuk diteliti. Pada hal di Indonesia kelompok ikan

ini amat melimpah baik jenis maupun jumlahnya, diperkirakan ada sebanyak 36

jenis kakatua.

Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan

susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat,

baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat

karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai penyangga antara

rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu

lapisan gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur

rongga mulut memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang

dapat masuk. Di samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga

amat spesifik sehingga siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah. Pada

umumnya ikan kakatua hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan

hanya beberapa jenis saja yang hidup sendiri-sendiri atau berpasangan. Sebagai

hewan herbivora, ikan kakatua aktif di siang hari, dan hanya sedikit sekali dari

hewan ini yang aktif dimalam hari.


III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum iktilogi dilaksanakn pada hari Kamis, 26 september 2019 pukul

15.20 WITA sampai dengan pukul 17.30 WITA bertempat di Laboratorium

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas

Halu Oleo.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini dapat dilihat pada
Tabel 1 berikut :
Tabel 1.1 Alat dan bahan yang digunakan serta kegunannya
No Alat dan Bahan Satuan Kegunaan
1. Alat
- Kertas laminating Buah Tempat meletakkan obyek
- Mistar Cm Alat untuk mengukur
- Lap halus dan lap kasar - Alat pembersih
- Tissue Gulung Alat pembersih
- Baki Buah Tempat menyimpan ikan
- Kamera Buah Mengambil gambar obyek
- Alat tulis - Untuk mencatat hasil
pengamatan
2. Bahan
- Ikan pisang-pisang merah Ekor Obyek pengamatan
(C. Chrysozona)
- Ikan Layang ( D. Russelli) Ekor Obyek pengamatan
- Alkohol 70% % Mensterilkan
- Sunglith % Mensterilkan
C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :

 Menyiapkan preparat (Ikan) yang berukuran besar yaitu (aga mudah

diamati) dan beberapa jenis ikan.

 Menyiapkan papan preparat, mikroskop/lup, pinset, buku gambar dan

peralatan lainnya.

 Meletakkan ikan di atas papan preparat lalu mengamati morfologinya :

bagian-bagian luar ikan (mata, nasal dan sebagainya) : bentuk badan,

bentuk dan letak mulut, bentuk dan letak sungut, bentuk dan letak sirip,

bentuk ekor, linea lateralis, dan morfologi lainnya.


IV.HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pengamatan padapraktikum ini dapat dilihat pada tabel berikut

ini yaitu sebagai berikut :

Tabel 1.2 Hasil pengamatan morfologi ikan


Keterangan Individu
No Parameter
1 2

1. Bentuk tubuh Fusiform Fusiform

2. Bentuk mulut :

a. berdasarkan bentuk Terompet

b. Dapat tidaknya disempulkan Dapat

c. berdasarkan letaknya Terminal

3 Sungut (ada/tidak ada) Tidak ada

4 Bentuk sirip ekor Ada

Sirip pelvic (berpasangan/tidak


5 Berpasangan
berpasangan)

Sirip anal (berpasangan/tidak Tidak


6.
berpasangan) berpasangan

7 Warna tubuh Abu-abu

8 Bar (ada/tidak ada) Tidak ada garis

9 Band (ada/tidak ada) Ada

10. Blotch (ada/tidak ada) Tidak ada

11. Panjang premaxilla (PPa) 2 cm

12 Jumlah jari-jari sirip dorsal 7


13. Dot (ada/tidak ada) Tidak ada

14 Stripe (ada/tidak ada) Ada

15 Lines (ada/tidak ada) Ada

16 Spot (ada/tidak ada) Tidak ada

17 Linea lateralis (Ada/tidak ada) Tidak ada

18 Ocellatod spoot (Ada/Tidak ada) Tidak Ada


Keterangan :
1. ikan rao (Hemiramphus brasiliensis)
2. ikan layang (Decapterus))
3. ikan ekor kuning (Caesionidae)
4. ikan kakaktua (Scarus Sp)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada hari Kamis, 26

september 2019, ada 4 jenis ikan yang di praktikan yaitu . ikan rao (Hemiramphus

brasiliensis), ikan layang (Decapterus Russelli), ikan ekor kuning (Caesionidae),

ikan kakaktua (Scarus).

Ikan roa atau ikan gepe biasa disebut oleh orang ternate Maluku utara adalah

galafea. Akan tetapi bnayak orang yang menyebutkan dengan nama ikan julung-

julung atau dengan nama latin Hemiramphus Brasiliensis

Ikan julung-julung (suku Hemirampidae) memiliki cirri khas yang menjadi

petunjuk penting, yaitu rahang bawahnya meruncing ke depan, lebih panjang dari

pada rahang atasnya. Di alam, ikan julung-julung merupakan mangsa bagi ikan

hiu,ikan todak,serta ikan mackerel ikan ini memiliki sirip yang berpasangan, sirip
analnya tidak berpasangan. Warna tubuh ikan Hemiramphus brasiliensis ini adalah

abu-abu, panjang premaxila 1,1 cm dan jumlah jari-jari sirip ada 8 jari-jari.

ikan layang merupakan salah satu hasil perikanan lepas pantai yang

terdapat di Indonesia. Ikan ini termasuk jenis pemakan zooplankton, hidup di

dekat permukaan laut (pelagis) dan membentuk gerombolan besar. Bagian

punggung ikan layang berwarna biru kehijauan dan bagianperutnya

berwarna putih perak sedangkan sirip-siripnya berwarna kuning kemerahan.

Bentuk tubuhnya memanjang dan dapat mencapai 30 cm. Pada umumnya, rata-

rata panjang badan ikan layang adalah 20-25 cm. Ikan layang memiliki dua

sirip punggung, dua sirip tambahan di belakang sirip punggung kedua dan satu

sirip tambahan di belakang sirip dubur. Ikan layang memiliki sirip

Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng.

Warna umumnya biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak. Dua gigi taring

pada rahang bаwаh dan уаng halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10 dan 15 jari-

jari lemah pada sirip punggung. Tiga jari-jari keras dan 11 jari-jari lemah pada sirip

dubur. Ikan іnі memiliki sisik tipis dan terdapat 52-58 pada garis rusuknya. Sisik-

sisik kasar dі bagian аtаѕ dan bаwаh garis rusuk serta tersusun horizontal, sisik pada

kepala mulai dаrі mata.Mеnurut Allen et al. (2007), ikan ekor kuning dараt mencapai

panjang hіnggа 50 cm. Ikan ekor kuning bіаѕаnуа membentuk scooling уаng besar

dan dараt ditemui dі kedalaman 1 - 60 meter. Makanan utama ikan ekor kuning

merupakan zooplankton. Dаrі seluruh family caesionidae, spesies іnі merupakan jenis

уаng paling toleran terhadap perairan уаng keruh. Ikan Ekor Kuning (Caesionidae)
аdаlаh Ikan laut уаng hidup dі perairan Indo-Pasifik. Ikan іnі disebut fusilier, suli,

sulih, suliri, sunin. Jenis іnі dikenal ѕеbаgаі perenang cepat dan termasuk ikan

diurnal. Ikan іnі ѕеrіng ditemukan dі luar karang (tubir karang). Makanannya аdаlаh

zooplankton.

Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan

susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam flat,

baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut sangat kuat

karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai penyangga antara

rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam mulut terdapat suatu lapisan

gigi yang merata, dengan demikian tenaga gabungan gigi dan struktur rongga mulut

memiliki kekuatan luar biasa untuk melumat makanan apapun yang dapat masuk. Di

samping gigi yang khas, bentuk tubuh dan corak warna juga amat spesifik sehingga

siapapun dapat mengenali hewan ini secara mudah. Pada umumnya ikan kakatua

hidup secara berkelompok dalam aktivitas harian, dan hanya beberapa jenis saja yang

hidup sendiri-sendiri atau berpasangan. Sebagai hewan herbivora, ikan kakatua aktif

di siang hari, dan hanya sedikit sekali dari hewan ini yang aktif dimalam hari.
V.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil pengamatan dan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

Bentuk morfologi :

a. Ikan julung-julung (suku Hemirampidae) memiliki cirri khas yang menjadi

petunjuk penting, yaitu rahang bawahnya meruncing ke depan, lebih panjang

dari pada rahang atasnya. Di alam, ikan julung-julung merupakan mangsa

bagi ikan hiu,ikan todak,serta ikan mackerel ikan ini memiliki sirip yang

berpasangan, sirip analnya tidak berpasangan. Warna tubuh ikan

Hemiramphus brasiliensis ini adalah abu-abu, panjang premaxila 1,1 cm dan

jumlah jari-jari sirip ada 8 jari-jari.

b. Ikan kakatua dapat dikenali dengan mudah, misalnya melalui bentuk dan

susunan gigi yang amat khusus. Semua gigi bergabung membentuk semacam

flat, baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Struktur gigi tersebut

sangat kuat karena terbungkus pula oleh otot- otot yang amat kuat sebagai

penyangga antara rahang atas dan rahang bawah. Pada langitlangit dalam

mulut terdapat suatu lapisan gigi yang merata.

c. Ikan ekor kuning memiliki bentuk badan memanjang, melebar dan gepeng.

Warna umumnya biru, kuning pada bagian belakangnya dan perak. Dua gigi

taring pada rahang bаwаh dan уаng halus pada langit-langit. Jari-jari keras 10

dan 15 jari-jari lemah pada sirip punggung.


d. Bagian punggung ikan layang berwarna biru kehijauan dan

bagianperutnya berwarna putih perak sedangkan sirip-siripnya berwarna

kuning kemerahan. Bentuk tubuhnya memanjang dan dapat mencapai 30

cm. Pada umumnya, rata-rata panjang badan ikan layang adalah 20-25 cm.

Ikan layang memiliki dua sirip punggung, dua sirip tambahan di belakang

sirip punggung kedua dan satu sirip tambahan di belakang sirip dubur.

B. Saran

Pada saat melakukan pratikum, pratikan harus lebih berhati-hati saat

melakukan praktik agar ikan yang di bedah tidak rusak. Dan pratikan

memperhatikan penjelasan agar tidak terjadi kendala saat melakukan praktik.


DAFTAR PUSTAKA

Aziz,K.A., J.Widodo, Mennofatria Boer, Asikin Djamali dan A.Ghofar , 2000.


Reevaluasi Potensi Sumberdaya Ikan Up Dating Potensi Sumberdaya Ikan
Ekonomis Penting (Laporan Akhir). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan
Lautan , IPB ,Bogor.

Bleeker, 1851. Analisi Tampilan Biologis Ikan laying (Decaptures spp)Hasil


Tangkap Purse Seine Yang Didaratkan Di PPN Pekalongan Vol.3,
No.1 : 61-75

Djuanda. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-Istilah Teknis Perikanan.

Akademi Perikanan : Bandung.

Fauzi A. 2005. Kebijakan perikanan dan dan kelautan, isu, sintesis dan gagasan.

Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama.

Rupell, 1928. Analisi Tampilan Biologis Ikan laying (Decaptures spp) Hasil Tangkap
Purse Seine Yang Didaratkan Di PPN Pekalongan Vol.3, No.1 : 61-75

LIAO et al. (2004). Aspek Biologi Ikan Kakatua(Suku Scaridae), Volume XXXIII
No. 1, 2008

Suwarso, Fauzi M, Zamroni M, Kuswoyo A, Yahya F. 2015. Status pemanfaatan


sumberdaya ikan pelagis kecil di perairan Selat Malaka. Dalam : Suman A,
Haluan J, Yunaspi, Efizon D, Bintoro G, Amri K, editor: Status Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Pelagis Kecil di Perairan WPP 571 Selat Malaka. Jakarta
(ID). Ref Grafika. hlm 30-59.

Saanin. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan. Binatjipta : Bandung.

Sudarmanto. 2003. IKTIOLOGI jilid 2. Gramedia : Jakarta.

Thaib Rizwan. 2016.Identifikasi Jenis Ikan di Perairan Laguna Gampoeng Pulot


Kecamatan Leupung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah. 1 (1) : 66-81.

Anda mungkin juga menyukai