Makalah Onkologi Kel 5 Revisi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 79

MAKALAH KEPERAWATAN ONKOLOGI

ASUHAN KEPERAWATAN ONKOLOGI


PADA KASUS GLIOMA
Oleh Kelompok 5 :
1. Riska Frastiwi Wahyu D. 131711133018
2. Ro’ihatus Siha 131711133019
3. Roudlotul Ilma 131711133042
4. Miftakhul Janah 131711133056
5. Ely Ayu Andira 131711133057
6. Farid Enggal Dwiyanto 131711133077
7. Tirta Muhammad Rizki 131711133137

Dosen Pembimbing:
Lailatun Ni’mah, Ns.,M.Kep.

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
SEPTEMBER, 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan
makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Onkologi pada Kasusu Glioma”
dengan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak akan dapat menyelesaikan makalah
ini tanpa bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis sangat mengaharapkan kritik dan
saran dari pembaca sehingga penulis dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan
dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat dipahami oleh seluruh pembaca. Selain itu,
penulis juga berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca yang berkepentingan dengan makalah ini.

Surabaya, 10 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat ............................................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................... 4
2.1 Anatomi Fisiologi ............................................................................................... 4
2.2 Glioma................................................................................................................. 9
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN TEORI GLIOMA ............................................. 38
3.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................................... 38
3.2 Diagnosa Keperawatan ..................................................................................... 40
3.3 Intervensi Keperawatan..................................................................................... 40
BAB 4 ASKEP KASUS PADA PASIEN GLIOMA ..................................................... 48
4.1 Pengkajian ............................................................................................................... 48
4.2 Analisis Data ..................................................................................................... 49
4.3 Diagnosis Keperawatan..................................................................................... 51
4.4 Intervensi Keperawatan..................................................................................... 51
4.5 Implementasi dan Evaluasi ............................................................................... 62
BAB 5 PENUTUP............................................................................................................ 67
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 67
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 68

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otak adalah bagian penting dari tubuh manusia karena otak
merupakansyaraf pusat yang mengkoordinir, mengatur seluruh tubuh dan
pemikiran manusia.Cidera sedikit pada otak dapat mengakibatkan hal yang fatal
bagi seseorang, olehsebab itu perlu pemelihara kesehatan otak agar tidak diserang
penyakit.
Tumor otak merupakan pertumbuhan sel abnormal yang terjadi pada sel otak.
Tumor-tumor selalu bertumbuh sebagai sebuah massa yang berbentuk bola tetapi
juga dapat tumbuh menyebar, masuk kedalam jaringan neoplasma terjadi akibat
dari komprensi dan infiltrasi jaringan.Glioma merupakan tumor otak primer yang
paling banyak terjadi serta merupakan sekelompok neoplasma yang heterogen
dengan jenis histologi dan derajat keganasan yang beragam(Perry & Wesseling,
2016).
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal
secara sangant cepat pada daerah central nervus system (CNS). Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang ada disekitarnya, mengakibatkan
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan
intrakranial). Hal ini ditandai dengan adanya nyeri kepala, nausea, vomitus, dan
papil edema. Penyebab dari tumor otak belum diketahui secara pasti. Namun ada
bukti yang menunjukkan bahwa beberapa faktor resiko yang menyebabkan
timbulnya tumor otak. Faktor tersebut tersebut meliputi faktor herediter,sisa-
sisaselembrional (Embryonic Cell Rest), radiasi, virus, substansi-substansi
karsinogenik
Jumlah penderita kanker otak di Indonesia belum dapat dipastikan, akan tetapi
berdasarkan data statistik yang dikeluarkan oleh HPV and Cancer (2016),kasus
kanker otak di Indonesia tahun 2012 adalah 1,9 per 100.000 penduduk, sedangkan
angka mortalitas kanker otak sebanyak 1,3 per 100.000
penduduk.(PNPKOTAK,2017)

1
Glioblastoma dapatdiklasifikasisebagai tumor primer atausekunder. Primer
glioblastoma untuksebagianbesarkasussekitar 60% pada orang dewasa yang
lebihtuadari 50 tahun. GBM sekundersekitar 40% biasanyaberkembang pada pasien
yang lebihmuda (<45 tahun) melaluiperkembanganganasdariastrisitoma grade
rendah (WHO grade II) atauanaplastikastrositoma (WHO grade III). Waktu yang
diperlukanuntukperkembanganinibervariasi, mulaikurangdari 1
tahunhinggalebihdari 10 tahun, dengan interval rata-rata 4.5 tahun.
Peningkatankasusmenunjukkanbahwa glioblastoma primer dan
sekunderberbedadalamhal genetic, usiasertaresponterhadapterapi (Jeffrey, 2013).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan
antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang
meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Seorang Perawat berperan untuk
membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung kepada pasien mulai dari pengkajian,
hingga intervensi yang harus diberikan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa digunakan untuk pasien dengan
tumor otak?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak?

1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor
otak.

2
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi tumor otak
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi
yang menyebabkan tumor otak
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan tumor
otak
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan
untuk pasien dengan tumor otak
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan
tumor otak

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan
pada pasien dengan tumor otak. Mahasiswa juga dapat melatih softskill dalam
komunikasi pemberian edukasi tentang penyakit hingga sebagai konselor
perawatan pasien dengan tepat.

3
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi


2.1.1 Anatomi Fisiologi Sistem Saraf Pusat
Otak terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak yang
dibentuk oleh mesensefalon, pons, dan medulla oblongata. Bila kalvaria dan
dura mater disingkirkan, di bawah lapisan arachnoid mater kranialis dan pia
mater kranialis terlihat gyrus, sulkus, dan fisura korteks serebri. Sulkus dan
fisura korteks serebri membagi hemisfer serebri menjadi daerah lebih kecil
yang disebut lobus (Moore & Argur, 2007).

Gambar 3. Bagian-bagian Otak (Sumber: Centers for Disease Control and


Prevention (CDC), 2004.)
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Serebrum (Otak Besar)
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua hemisfer.
Hemisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kiri dan
hemisfer kiri berfungsi untuk mengontrol bagian tubuh sebelah kanan.
Masing-masing hemisfer terdiri dari empat lobus. Bagian lobus yang
menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang menyerupai parit disebut
sulkus. Keempat lobus tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus
parietal, lobus oksipital dan lobus temporal (Ellis, 2006).

4
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang
oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus
lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut
saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan
mengenali segala jenis rangsangan somatic.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal
(area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital
oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral.
Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara .
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus
ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar
di bawah ini.

5
Gambar 4. Area Otak (http://apbrwww5.apsu.edu)
2. Serebelum (Otak Kecil),(Clark, 2005).
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang
batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.
Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot
dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya .
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola
makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering
timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi,
kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu (Moore & Argur, 2007):
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum.
Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran .
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain
dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf
Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons .
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang
otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata
terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan

6
dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan
dari pons dan medulla

2.1.2 Sel saraf dan serabut saraf (Nugroho, 2013)


System saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron dan sel
penunjang/ sel glia.

 Neuron bergabung membentuk suatu jaringan untuk menghantarkan


impuls (rangsangan). Satu sel saraf tersusun dari badan sel, dendrit,
dan akson.
a. Badan sel
Badan sel berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan
meneruskannya ke akson. Pada badan sel saraf terdapat inti sel,
mitokondria, badan golgi, badan nisel, neurofibril.
b. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang-cabang.
Dendrit ini berfungsi untuk menerima dan mengantarkan
rangsangan ke badan sel. Kebanyakan sinaps yang berkontak
dengan neuron terdapat di ujung-ujung dendrit, dan ikut serta
dalam perubahan yang mendasari proses adaptasi, belajar dan
mengingat.
c. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang
yang merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Didalam neurit
terdapat benang-benang halus yang disebut neurofibril.

 Sel glia atau neuroglia merupakan sel pendukung pada otak dan
sumsum tulang belakang. Fungsi sel ini adalah sebagai penunjang
neuron secara fisik dan metabolic. 4 tipe utama sel glia yaitu atrosit,
oligodendrosit, mikroglia, ependim.
a. Atrosit
Sel glia yang paling banyak, berbentuk seperti bintang. Fungsi
dari sel ini adalah menopang neuron, memicu pembentukan

7
sawar darah otak, membentuk jaringan parut saraf, meningkatkan
pembentukan sinaps, menyerap kelebihan K+.
b. Oligodendrosit
Sel ini membentuk selubung myelin insulatif disekitar akson,
memiliki beberapa juluran memanjang yang masing-masing
membungkus sepotong akson antar neuron untuk membentuk
segmen myelin.
c. mikroglia
sel berbulu dengan banyak cabang panjang yang memancar
keluar. Sel ini berperan dalam pertahanan otak sebagai fagosit.
d. Sel ependim
Sel ini berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak, dan medulla
spinalis. Fungsi lainnya adalah berperan dalam pembentukan
cairan serebrospinal, sebagai sel punca neuron dengan potensi
membentuk neuron dan sel glia baru.

8
2.2 Glioma
2.2.1 Definisi
Glioblastoma Multiforme Tumor di dalam otak yang berasal dari sel glia disebut juga
dengan glioma. Glioma merupakan jenis tumor otak yang paling sering terjadi dan memiliki
empat level keganasan, salah satunya yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tumor
otak glioma sub tipe astrositoma grade empat yaitu glioblastoma multiforme (American
Brain Tumor Association, 2014). Data pada tahun 2010 -2014 di Amerika Serikat,
glioblastoma multiforme menjadi salah satu jenis dari glioma yang cukup mendominasi yaitu
56,1% dari jumlah total kasus tumor otak glioma (Ostrom et al., 2017).
Glioblastoma multiforme berkembang dari sel glia yang berbentuk bintang (astrosit dan
oligondendrosit) yang berfungsi mendukung kesehatan sel saraf di dalam otak. Glioblastoma
multiforme adalah glioma yang memiliki grade paling tinggi. Grade dari jaringan tumor
sendiri menunjukkan keganasan tumor dan kecepatan tumbuh dari jaringan tumor.
Pertumbuhan yang tidak normal dari jaringan tumor tersebut mengakibatkan adanya massa
yang menekan jaringan otak sehingga otak tidak dapat bekerja secara optimal (AANS, 2018).
Glioblastoma multiforme paling sering terjadi di bagian lobus frontal, lobus parietal
dan lobus temporal pada otak (Nizamutdinov et al., 2018) yang dibuktikan dengan grafik
sebagai berikut.
Lobus frontalis sendiri adalah belahan otak bagian depan (di bagian dahi) yang
mengatur kepribadian, emosi, kecerdasan, konsentrasi, berbicara, menulis, gerakan tubuh,
dan kesadaran diri. Lobus parietal adalah belahan otak bagian atas (di bagian ubun-ubun)
yang mengintegrasikan informasi sensorik dari berbagai bagian tubuh seperti rasa sakit,
sensasi sentuhan, rangsangan, dan sebagainya. Lobus temporal adalah belahan otak bagian
samping (di bagian pelipis) yang bertanggung jawab atas semua proses pendengaran,
juga pembentukan memori jangka panjang, terakhir lobus oksipital (di bagian kepala
belakang) adalah lobus terkecil dari keempat lobus yang bertanggung jawab pada
masalah visual dan pemrosesannya termasuk penglihatan terhadap gerakan dan
pengenalan warna (MIT Departement of Biology, 2013).

2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai menurut World
Health Organization (WHO) dibagi dalam beberapa tipe dan grade (Lopez,1993)

9
1. Tabel 1. Klasifikasi Grading Tumor Otak Menurut WHO (World Health
Organization Classification of Tumors of the Nervous System, 2007)

I II III IV
Astrocytic tumors
Subependymal giant cell astrocytoma X
Pilocytic astrocytoma X
Pilomyxoid astrocytoma X
Diffuse astrocytoma X
Pleomorphic xanthoastrocytoma X
Anaplastic astrocytoma X
Glioblastoma X
Giant cell glioblastoma X
Gliosarcoma X
Oligondendroglial tumors
Oligodendroglioma X
Anaplastic oligodendroglioma X
Oligoastrocytic tumors
Oligoastrocytoma X
Anaplastic oligoastrocytoma X
Ependymal tumors
Subependymoma X
Myxopapillary ependymoma X
Ependymoma X
Anaplastic ependymoma X
Choroid plexus tumors
Choroid plexus papilloma X
Atypical choroid plexus papilloma X
Choroid plexus carcinoma X
Other neuroepithelial tumors

Angiocentric glioma X

Chordoid glioma of the third ventricle X

Neuronal and mixed neuronal-glial tumors


10
Gangliocytoma
Ganglioglioma
Anaplastic ganglioma
Desmoplastic infantile astrocytoma and
Ganglioglioma
Dysembryoplastic neuroepithelial tumor
Central neurocytoma
Extraventricular neurocytoma
Cerebellar liponeurocytoma
Paraganglioma of the spinal cord
Papillary glioneuronal tumor
Rosette-forming glioneural tumor of the
fourth ventricle
Pineal tumors
Pineocytoma
Pineal parenchymal tumor of intermediate
Differentiation
Pineoblastoma
Papillary tumor of the pineal region
Embryonal tumors
Medulloblastoma
CNS primitive neuroectodermal tumor
(PNET)
Atypical teratoid/rhabdoid tumor
Tumors of the cranial and paraspinal nerves

Schwannoma X
Neurofibroma X
Perineurioma X X X
Malignant peripheral nerve sheath tumor X X X
(MPNST)

11
Neurofibroma X

Perineurioma X X X

Malignant peripheral nerve sheath tumor X X X

(MPNST)

Meningeal tumors

Meningioma X

Atypical meningioma X

Anaplastic/malignant meningioma X

Hemangiopericytoma X

Anaplastic hemangiopericytoma X

Hemangioblastoma X

Tumors of the sellar region

Craniopharyngioma X

Granular cell tumor of the neurohypophysis X

Pituicytoma X

Spindle cell oncocytoma of the X

Adenohypophysis

2. Klasifikasi stadium (Klasifikasi lesi primer susunan saraf pusat dilakukan


berdasarkan grading) :
a. WHO grade I : tumor dengan potensi proliferasi rendah, kurabilitas pasca
reseksi cukup baik.
b. WHO grade II : tumor bersifat infiltratif , aktivitas mitosis rendah, namun
sering timbul rekurensi. Jenis tertentu cenderung untuk bersifat progresif ke
arah derajat keganasan yang lebih tinggi.
c. WHO grade III : gambaran aktivitas mitosis jelas, kemampuan infiltrasi tinggi,
dan terdapat anaplasia.

10
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi

3. Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi
menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
e. Ependymal tumors
f. Choroid plexus tumors
g. Pineal Parenchymal tumors
h. Embryonal tumors :
1) Medulloblastoma
2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
i. Meningeal tumors : Meningioma
j. Primary CNS Lymphoma
k. Germs cell tumors
l. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers.

Tabel skema untuk mengklasifikasi Tumor Otak

11
Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan
anaplastik ada gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan
peningkatan pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya gambaran
multiformis mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan batas tumor
yang tidak jelas.

3. Berdasarkan Jenis Tumor


1. Jinak
Pertumbuhan tumor jinak lambat dan biasanya berkapsul sehingga
mudah dibedakan dengan jarinngan sekitarnya karena berbatas tegas.
Pembesaran tumor akan menekan jaringan di dekatnya dan dapat
menyebabkan obstruksi atau atrofi.
1) Acoustic Neuroma
Tumor jinak dan sebaiknya disebut sebagai schwannoma, tumbuh dari
sel selubung saraf pada kompleks nervus VIII pada region meatus
auditorius internus. Manifestasi awal yang khas adalah gangguan
pendengaran sensorineural unilateral, yang disebabkan oleh kerusakan
nervus delapan dalam meatus (lesi intrakanalikular). Ekspansi tumor
lebih lanjut ke sudut serebelopontin melibatkan nervus kranialis yang
berdekatan (nervus V dan VII). Pertumbuhan tumor lebih lanjut
menyebabkan ataksia ipsilateral akibat kompresi batang otak-serebelum
dan palsi nervus kranialis bagian bawah (bulbar). Akhirnya, terjadi
gambaran peningkatan tekanan intracranial, terutama jika terjadi
hidrosefalus akibat ostruksi pada tingkat ventrikel keempat. tumor lain
yang dapat mengenai sudut serebelopontin termasuk meningioma dan
metastasis.
2) Meningioma

12
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.
Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari
pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah
sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai
struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela
dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah
hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma optikum
oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis lainnya yang
dapat menyebabkan kompresi kiasma, sehingga menyerupai adenoma
hipofisis adalah aneurisma karotis, meningioma suprasela, dan
kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel perkembangan epitel
bukan yang secara embriologis dekat dengan tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan
dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat
fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali
yang disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit
Cushing akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat
terjadi hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh tumor.
Terkadang adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien
menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai
perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi
hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan
hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia
bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
4) Astrocytoma (Grade 1)
b. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan

13
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal
jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm
disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma.
Jika jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut
sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari
dua lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis
jaringan embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering
terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor.
Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara, dan
ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak
metastasis. Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang
membuatnya lebih sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di dalam
otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di
meningen yang melapisi otak.
4. Berdasarkan Lokasi Tumor
a. Tumor Supratentorial
1) Glioma :
a) Glioblastoma multiforme

14
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum. Tumor di dalam otak berkembang dari
sel otak, disebut sel glial. Sel ini adalah beberapa dari yang
disebut sel pendukung yang tidak mengirimkan impuls saraf,
tapi melaksanakan tugas-tugas yang berarti bagi otak, misalnya
membersihkan zat kimia yang berlebihan. Terkadang tumor glial
tumbuh sangat lambat dan orangnya bisa hidup normal selama
bertahun-tahun sebelum masalah muncul. tumor sel glial lainnya
tumbuh dengan cepat sekali dan berisi sel yang membagi dengan
sangat cepat. Obat belum menjadi alat efektif untuk mengobati
tumor yang tumbuh dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang
merupakan masalah pengobatan terbesar dalam bentuk tumor
glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah
stadium tertinggi glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam
kelas astrocytoma, dan sama dengan grade IV glioma. Gambaran
histologist yang ditambilkan glioblastoma dari seluruh grade
menunjukkan adanya nekrosis dan peningkatan pembuluh darah
disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh dengan cepat dan
memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih
baik untuk tumor terberat, Glioblastoma. satu pendekatan adalah
memasukkan obat penghancur kanker langsung ke dalam tumor
dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang dikeluarkan dengan
lambat. Pendekatan ini memperpanjang kelangsungan dan
kulitas hidup, tapi sejauh ini belum memproduksi obat. Tehnik
genetic modem juga diuji yang dapat memasukkan gen ke dalam
tumor, dengan harapan akan membunuh tumor, atau
membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan
kemoterapi atau radiasi.
Terdapat 2 subtipe glioblastoma :

15
1. De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk
sel yang terlihat berbahaya. tumor tersebut merupakan
kejadian tumor terbanyak dan sangat berbahaya dari
glioblastoma.
2. Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien
berusia kurang dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma
sekunder ditandai dengan dimulainya grade astrocytoma
awal hingga grade sedang yang berasal dari kelainan gen
yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat menjadi
glioblastoma.
Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang
berbatas tegas atau neoplasma yang infiltrative secara difus.
hampir 60% tumor ini merupakan massan yang solid dan sisanya
kistik. nekrosis tumor juga dapat dijumpai. Potongan tumor
dapat berupa massa yang lunak berwarna keabu-abuan atau
kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan konsistensi
seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan.
Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,
pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. garam kalsium
dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel untuk
berkumpul di sekitar daerah nekrosis, dimana tampilan ini
dikenal dengan istilah pseudopalisade. terjadi pertambahan
jumlah kapiler dan proliferasi endotelnya. gejala yang dialami
pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan motorik, perubahan
mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks yang
abnormal, konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun,
gangguan lapang pandang, koma dan parese nervus ke III dan
VI.

16
Gambar 2. Glioblastoma – MR sagittal with contrast

b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel
predominan diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti
bintang). Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada
anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya
berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya di jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung
araknoid. Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%),
Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan

17
Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik
yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan
struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada
meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan
asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis
kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis,
sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik
dan menyebabkan gangguan visus yang progresif. Secara
mikroskopis, sel tumor terlihat bundar, oligonal, oval, atau bentuk
spindle. intinya teratur, bundar atau oval, leptokromatik.
Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan
operatif mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat
hiperdens. post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila
terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.

Gambar 3. Meningioma Gambar 4.


Lokasi umum Meningioma

b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering
berkembang pada saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan
pendengaran.
2) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang

18
dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. Organ tubuh seperti
tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan lebih besar
sebagai tempat metastasis jika dibandingkan dengan organ tubuh
lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan hari merupakan organ yang paling
jarang terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat
cukilan kecil tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan
tumor terbawa ke orang lain, yang memulai aksinya. kanker yang
menyebar ke otak paling umum menimpa orang lanjut usia; kanker
paru, payudara, usus dan kaker kulit yang disebut melanoma yang
berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas suatu
alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada jaringan
otak itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh
sebagai tumor tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala
sama sebagai tumor otak primer dan terlihat mirirp sekali pada studi
pencitraan. Dokter bisa memberitahu perbedaan hanya dengan
melihat tumor di bawah mikroskop dan mengenali bahwa sel-sel
yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada di dalam otak
tapi bergerak ke sana dari paru-paru atau payudara. tak ajrang gejala
dari otak adalah tanda pertama yang meanndai munculnya kanker.
di waktu-waktu yang lan, keterlibatan otak dalam penyakit sudah
terlambat, setelah kanker sudah menyebar ke organ-organ lain.
3) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dural.
4) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.

19
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai
menurut World Health Organization dibagi dalam beberapa tipe dan grade
(Lopez,1993)
i. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan sekitarnya. Tumor ini
biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat
disembuhkan secara tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila
mereka menyerang pada tempat yang sukar dijangkau masih dapat
mengancam hidup. Biasanya terdapat pada hemispheric, diencepa, optic,
brainstem dan cerebellum.
ii. Astrositoma difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan disekitarnya. Beberapa
dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa
muda. Beberapa variannya: protoplasmic, gemistocytic, fibrillary.
iii. Astrositoma anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan
menyebar ke jaringan disekitarnya. Sel-sel tumor sekitarnya terlihat
berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang
menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun. Biasanya terdapat pada
hemispheric, diencepa, optic, brainstem dan cerebellum.
iv. Glioblastoma Multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda
dibanding yang normal. Menyerang pada orang dewasa berumur 45-70
tahun. Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan
prognosis yang sangat buruk. Beberapa jenis variannya giant cell
glioblastoma dan gliosarcoma.
Sepenuhnya klasifikasi glioblastoma adalah tidak praktis dan tidak
dimungkinkan karena tumor ini tidak memiliki garis tepi yang jelas. Sebaliknya
mereka memiliki kecenderungan untuk menyerang lokal dan menyebar
disepanjang white matter. Seperti corpus callosum, capsul internal, radiasi optic,
commisurae anterior, fornix, dan daerah subependimal. Penyebaran tersebut

20
dapat membuat tampilan beberapa glioblastoma atau glioma multisenter pada
studi pencitraan.
Analisis histologist telah menunjukkan hanya 2-7% dari glioblastoma
adalah tumor independen daripada penyebaran jauh dari situs utama. Meskipun
pertumbuhan yang cepat infiltrative, glioblastoma cenderung tidak menyerang
ruang subarachnoid dan akibatnya jarang bermetastasis melalui cairan serebro
spinal (CSS). Penyebaran hematogen ke jaringan ekstraneural sangat jarang pada
pasien yang tidak memiliki intervensi bedah sebelumnya, penetrasi dura, sinus
vena dan tulang (Jeffrey, 2013).

2.2.3 Etiologi
Familial Glioma memenuhi sekitar 5% dari glioma ganas, dan kurang dari
1% glioma berhubungan dengan sindrom genetic seperti neurofibromatosis,
Sindrom Turcot, atau sindrom Li-Fraumeni.
Namun etiologi GBM sampai saat ini masih ini masih belum diketahui
secara pasti. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi

21
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.

2.2.4 Patofisiologi
Astrositoma mengilfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun mengilfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi
otak sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrositoma tidak
bersifat ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi
glioblastoma (Jeffrey, 2013).
Glioblastoma dapat diklasifikasi sebagai tumor primer atau sekunder.
Primer glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60% pada orang dewasa
yang lebih tua dari 50 tahun. Tumor ini merupakan tumor de novo, tanpa bukti
klinis atau patologis dari yang sudah ada sebelumnya. Penampakan klinis
singkat, biasanya kurang dari 3 bulan. GBM sekunder sekitar 40% biasanya
berkembang pada pasien yang lebih muda (<45 tahun) melalui perkembangan
ganas dari astrisitoma grade rendah (WHO grade II) atau anaplastik astrositoma
(WHO grade III). Waktu yang diperlukan untuk perkembangan ini bervariasi,
mulai kurang dari 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun, dengan interval rata-rata
4.5 tahun. Peningkatan kasus menunjukkan bahwa glioblastoma primer dan

22
sekunder berbeda dalam hal genetic, usia serta respon terhadap terapi (Jeffrey,
2013).
Selama satu decade terakhir konsep genetic yang berbeda yang mengarah
ke titik akhir fenotipik umum menunjukkan sedikit tumpang tindih dan
merupakan entitas penyakit yang berbeda. Studi mulai menilai prognosis terkait
dengan mutasi yang berbeda. Beberapa kelainan genetic yang lebih umum
dijelaskan sebagai berikut:
1. Hilangnya heterozygote (LOH): LOH pada kromosom 10q lengan adalah
perubahan gen yang paling sering untuk glioblastoma primer maupun
sekunder, terjadi pada 60-90% kasus. Mutasi ini tampaknya khusus untuk
glioblastoma dan ditemukan jarang pada kasus tumor lain. Mutasi ini terkait
langsung dengan kelangsungan hidup yang pendek.
2. Mutasi pada p53, gen penekan tumor berada diatas perubahan genetic
pertama kali diidentifikasi pada tumor otak astrocytic. Gen p53 muncul
untuk dihapus atau diubah pada sekitar 25-40% dari semua GBM, dan lebih
sering pada yang sekunder. P53 immunoreactivity tampaknya terkait
dengan tumor yang timbul pada usia yang lebih muda.
3. Epidermal Growth Factor (EGFR) gen epidermal; Gen EGFR terlihat dalam
pengendalian proliferasi sel. Beberapa mutasi genetic yang jelas, termasuk
berlebih dari reseptor serta penyusunan tulang yang menghasilkan isoform
terpotong. Namun semua mutasi yang relevan secara klinis tampaknya
mengandung fenotipe yang sama menyebabkan peningkatan aktivitas.
Tumor ini biasanya menunjukkan hilangnya simultan kromosom 10 tapi
jarang p53 bermutasi bersamaan. Eksprei atau aktivasi mutasi pada gen ini
lebih sering pada mutasi glioblastoma primer, dengan mutasi muncul 40-
50% dari tumor ini. Salah satu varian umum seperti EGFRvIII, telah
menjanjikan sebagai target untuk inhibitor kinase, immunotoxins, dan
vaksin peptide (Jeffrey, 2013)

23
2.2.5 WOC
Bahan karsinogen,
Riwayat kanker Faktor herediter virus, Radiasi

Metastase kanker Pertumbuhan sel

otak abnormal
Tumor otak

Mengganggu fungsi Masa dalam otak


spesifik bagian otak bertambah
tempat tumor
Obstruksi sirkulasi
Penekanan jaringan otak cairan serebrospinal
Timbul manifestasi terhadap sirkulasi darah & O2 dari ventrikel lateral
klinik/gejala lokal
ke sub arachnoid
sesuai fokal tumor Penurunan suplay O2 ke Hidrochepalus
jaringan otak akibat

obstruksi sirkulasi otak

Hipoksia cerebral Kerusakan


pembuluh

Penurunan kapasitas darah otak


Akumulasi CO2 Perpindahan cairan
Kompensasi intrakranial D.0066
di cerebral intravaskuler ke
takipnea
(CO2 reseptor jaringan serebral
vasodilatasi)
Pola nafas tidak Kompensasi (butuh waktu ↑ volume
efektif D.0005 berhari-hari sampai berbulan- intrakranial
bulan) dengan cara :
↑ TIK Hipovolemi
1. ↓ volume darah intracranial D0022
2. ↓ volume cairan
cerebrospinal
3. ↓ kandungan cairan intra sel
4. mengurangi sel-sel
Kompensasi parenkim
kurang cepat Penurunan kapasitas
Nyeri kepala
intrakranial D.0066
Kompresi Statis vena cerebral Bergesernya ginus medialis labis temporal
ke inferion melalui insisura tentorial
batangvagal
Iritasi pusat otakdi Obstruksi sistem cerebral
medula oblongata Obstruksi drainage vena
retina Herniasi cerebral
Muntah proyektil
Papil edema
Peningkatan resiko.
Kompresi saraf optikus kematian
Resiko gangguan
keseimbangan cairan
(N.penglihatan
Gangguan III/IV)
dan elektrolit D.0036/
Ansietas D.0080
D.0037
Perubahan persepsi
Visual D.0085 24
Tumor cerebellum Tumor di enchepalon Tumor korteks Tumor cerebrum / telenchepalon
(otak tengah) motorik (cerebral hemisphere)
Gangguan fungsi
cerebellum (atur sikap Iobus temporalis Iobus frontalis Iobus oksipital
Perubahan
badan / aktifitas oto dan Hipotalamus - Pusat pendengaran (sebagai motor (visual center,
suplai darah korteks,
keseimbangan) (membedakan visual speech
- Thalamus (penghubung - mengatur suara) pemantau gerak
center, atur
sensasi somatic, lihat, temperatur Nekrosis - Pusat bicara bicara, aktivitas
dengar dari organ ke mental, aktivitas kemampuan)
Pusing, ataxia, - mengaturtur jar.otak (mengerti
kortek serebri) cairan dan bagaimana jari tangan)
otot tidak Gangguan
- Berperan dalam integrasi elektrolit mengucapkan Nyeri
Perubahan visual,
sensoris interprestais - Tidur/ terbangun/ huruf & Gangguan kepala
terkoordinasi hemiomapia,
secara kasar (visual, terjaga kepekaan mendengarkannya kepribadian, homonimus
Resiko cidera auditory, tektil, - Intake makanan neuron Pusat memori
- perubahan status kontralateral Nyeri Akut/Kronis
D.0136 temperatur, pain dan tas - Emosi - Pusat organ vital & emosional &
sensation) - Kontrol endokrin/ emosi D.0077/D.0078
Gangguan tingkah laku &
-respon
Resikoseksual
termoregulasi tidak hantaran disintegritasi Perubahan
Gangguan fs. efektif D.0148 listrik otak perilaku mental
Gangguan sensori persepsi
penghubung tingkat - Ketidakseimbangan cairan - Gangguan kurang merawat
kewaspadaan & elektrolit D.0036/D.0037 komunikasi verbal diri sensori visual
kesadaran Resiko cidera D.036 - Resiko defisit nutrisi D.0119 D.0085
Kejang
D.0032 - Perubahan persepsi
sensori,
Impuls dari atas ke
Resiko cidera paenglihatan
cortex cerebri Defisit perawatan
Epitalamus D.0136 D.0085 (halusinasi)
terganggu diri D.0109

Penurunan ↑ aktifitas Gangguan fungsi


akfititas pusat affectory
Iobus parentalis
(penciuman)
Terjaga (sebagai penerima &
Tertidur terus/ tidak pembeda impuls
bisa tidur sensori : nyeri
sentuhan, suhu

25
Perubahan persepsi sensori
penciuman
D.0085
Gangguan pola tidur
Resiko cidera
D.0055
D.0136

26
2.2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Louis (2007), gejala dan tanda-tanda yang umum dari
glioblastoma yaitu berupa:
1. Peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah
dengan disertai papil edema
2. Sepertiga pasien dapat mengalami kejang epilepsi
3. Gejala neurologis non-spesifik seperti sakit kepala dan
4. Perubahan kepribadian juga dapat terjadi
Tanda dan gejala dari tumor otak berbeda, tergantung lokasi tumor.
Namun, manifestasi klinik yang umum adalah :
a. Nyeri kepala
Nyeri kepala ini biasanya hilang dan timbul dan durasinya makin
meningkat. Nyeri kepala terhebat pada pagi hari kemudian berangsur-
angsur menurun.
b. Vertigo
Pasien merasakan serangan pusing dan mau jatuh
c. Mual dan muntah
Muntah ini bersifat proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual.
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa
didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
d. Kejang epilepsy, biasanya pada tumor di otak besar
e. Perubahan mental biasanya terjadi perlambatan proses psikis seperti
psikosis, letargi, penurunan kesadaran, disorientasi, perubahan kepribadian.
f. Papill edema, adanya penekanan pada nervus optikus oleh tumor
menyebabkan pasien mengalami gangguan penglihatan/ kelaian visus.
g. Seizure, gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal. (Tarwoto, 2013)

26
Manifestasi klinis berdasarkan lokasi tumor
a. Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
b. Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c. Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
Manifestasi klinis karena desak massa
a. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian

27
tekanan intrakranial mendadak, pasien tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
b. Pembengkakan di otak Pontin Angie
a) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
c) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
c. Tumor Hipotalamus
a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
d. Tumor dari cerebelum
a) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat
erjadi disertai dengan papil udem
b) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
e. Posterior Fossa Tumor
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastomaKarena gejala klinis yang tidak spesifik, penyakit ini
sering terdiagnosis sebagai infeksi. Gejala lain dapat muncul yaitu psikosis

2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan GBM saat ini adalah kuratif. Sementara tingkat kematian secara
keseluruhan tinggi. Penemuan terbaru mengarah ke pemahanan tentang
mekanisme biologi molekuler dan mutasi gen dikombinasikan dengan uji klinis
yang mengarah kependekatan terapi lebih menjanjikan. Beberapa hambatan tetap
ada, termasuk heterogenitas tumor, lokasi, dan agresifitas. Oleh karena itu,
pengobatan pasien dengan glioma ganas masih tetap paliatif dan meliputi operasi,
radioterapi dan kemoterapi (Preusser, 2011).

28
Setelah diagnosis awal GBM, pengobatan standar terdiri dari reseksi bedah
maksimal, radioterapi dan kemoterapi bersamaan dengan adjuvant dengan
temozolomide (Preusser, 2011). Temozolomide adalah agen alkilasi oral aktif
yang digunakan untuk orang-orang yang baru didiagnosis dengan GBM. Hal itu
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika serikat pada Maret,
2005. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat ini telah ditoleransi dengan baik
dan memberikan manfaat kelangsungan hidup (Jeffrey, 2013).
Scott et al (2011) menemukan bahwa pasien tua dengan GBM yang
menjalani radioterapi telah meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan
dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalani pengobatan radioterapi. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa pada pasien berusia lebih dari 60 tahun, pengobatan
dengan telozolamide dikaitkan dengan kelangsungan hidup lebih lama
dibandingkan pengobatan dnegan radioterapi standard an bagi mereka lebih dari
70 tahun tenozolamide atau radioterapi hypofractionated dikaitkan dengan
kelangsungan hidup berkepanjangan dibandingkan pengobatan dengan
radioterapi difraksinasi standar.
Terapi radiasi yang dikombinasi dengan kemoterapi telah menunjukkan
kelangsungan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian terapi
pembedahan saja. Penambahan radioterapi operasi telah terbukti meningkatkan
ketahanan hidup dari 3-4 bulan untuk 7-12 bulan, yang biasanya diberikan 5 hari
perminggu dalam dosis 1.8-2.0 Gy (Jeffrey, 2013).
Salah satu tindakan yang akan dilakukan pada pasien dengan GBM adalah
tindakan pembedahan. Sebuah analisis dari 28 studi menemukan durasi rata-rata
kelangsungan hidup dari total atas reseksi subtotal untuk GBM selama 11 bulan.
Tumor ini tidak dapat disembuhkan dengan operasi, tujuan bedah untuk
menegakkan diagnosis patologis, meringankan efek massa, dan jika mungkin
mencapai total reseksi untuk memfasilitasi terapi adjuvant. Kebanyakan GBM
kambuh dan tumbuh disekitar tempat reseksi. Indikasi untuk reoperasi dari
astrositoma ganas setelah pengobatan awal dengan operasi, radiasi dan
kemoterapi tidak mapan. Reoperasi diindikasikan terutama dalam menghadapi
massa berulang yang mengancam nyawa, terutama jika radionekrosis dari tumor

29
berulang dicurigai sebagai penyebab kerusakan klinis dan radiografi (Jeffrey,
2013).

2.2.8 Pemeriksaan Penunjang


Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam
mengindikasi penyakit tumor otak menurut Muttaqin (2008), diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur
investigasi awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau
tanda-tanda penyakit otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda
spesifik dari sindrom atau gejala-gejala tumor. Kadang sulit membedakan
tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu
metastasis yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun
multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker
tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien
dengan massa di otak yang besar. Umumnya diagnosis histologik
ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi, sebagai cara yang tepat
untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam
dan untuk memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor
serebral.

30
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang
digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik
diagnostik dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk
memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan
memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan
membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,
struktur subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop
atau monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi
kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya.
Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya massa tumor,
infark otak dan atrofi kortikal. Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita
tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa
massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih
rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan
dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis
tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan
disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
a. Tanda proses desak ruang:
1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel

31
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal

Gambar 5 Pemeriksaan CT scan pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


2. Positron Emmision Tomography (PET)
Positron Emmision Tomography (PET) adalah teknik pencitraan
nuklir berdasarkan komputer yang dapat menghasilkan bayangan fungsi
organ secara aktual. Klien menghirup gas radioaktif atau diinjeksikan
dengan zat radioaktif yang memberikan partikel bermuatan positif. Bila
positron ini berkombinasi dengan elektron-elektron bermuatan negatif
(normalnya didapat dalam sel-sel tubuh), resultan sinar gamma dapat
dideteksi oleh alat pemindai. Dalam alat-alat pemindai, detektor tersusun
dalam sebuah cincin dan seri-seri yang dihasilkan berupa gambar dua
dimensi pada berbagai tingkatan otak. Informasi ini terintegrasi oleh
komputer dan memberikan sebuah komposisi bayangan kerja otak.PET
memungkinkan pengukuran aliran darah, komposisi jaringan, dan
metabolisme otak. PET mengukur aktifitas ini secara spesifik pada daerah
otak dan dapat mendeteksi perubahan penggunaan glukosa. Uji ini

32
digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi
seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan
metabolisme pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta
penyebab lain dari demensia. Hasil yang didapatkan seperti pada (Gambar
2-6).

Gambar 6 Positron Emmision Tomography (PET)(Pearce, 2009)


3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemindaian MRI dapat mendemonstrasikan otak dengan
menggunakan fasilitas multiplanar pada bidang aksial, koronal dan sagital
dengan gambaran yang sangat baik pada fosa posterior, karena tidak ada
artefak tulang. MRI merupakan pemeriksaan yang sangat sensitif dalam
mendeteksi tumor seperti adenoma hipofisis dan neuroma akustik.MRI
menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit otak yang
difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses
lainnya. Pada keadaan tumor otak ini akan nampak warna yang kontras
dengan warna organ normal dan terjadi penebalan jaringan otak.

33
Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)
4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak,
dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau
dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan
ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan.Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi untuk
mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.

Gambar 8 Contoh Gambaran EEG pada Tumor Otak (Pearce, 2009)


5. MR-Spectroscopy
MR-Spectroscopy (MRS) mampu membedakan berbagai lesi pada
otak. Derajat akurasinya mencapai 95-100% untuk membedakan lesi
neoplasma atau nonneoplasma. Choline adalah marker spesifik pada
neoplasma intrakranial. Peningkatan konsentrasi choline atau jumlah rasio
Cho/Cr atau Cho/NNA menunjukkan adanya suatu neoplasma (Castillo et
al, 1998). Kelainan spesifik tertentu dapat mempersulit untuk
membedakan diagnostik antara tumor atau proses inflamasi seperti pada
high grade glioma dan abses serebri dimana puncak konsentrasi choline
dapat tidak muncul karena adanya proses nekrosis. Berbagai cara tertentu
dapat digunakan seperti penggunaan long TE dapat mempermudah
identifikasi puncak choline. Adanya puncak cytosolic amino acids pada
0,9 ppm adalah karakteristik khusus untuk abses. Pada diffusion weight

34
image, abses menunjukkan high signal intensity sedangkan pada tumor
dengan degenerasi nekrosis menunjukkan ISO sampai low signal intensity.
Pada abses biasanya menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada glioma
menunjukkan hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).

Gambar 9 Gambaran Grafik MR-Spectroscopy Tumor Otak


6. Angiografi Serebral
Menegaskan adanya tumor. Memberikan gambaran pembuluh darah
serebral dan letak tumor serebral. Pada tumor otak ini pembuluh darah
pada siklus Willis di cabang arteri otak yang kecil akan mengalami
pembesaran masa pembuluh darah saat dilakukan pemeriksaan ini.

Gambar 10 Hasil Pemeriksaan Angiografi Serebral pada Tumor Otak (Pearce,


2009)
7. Pemeriksaan Lumbal Pungsi
Menunjukan peningkatan cairan serebrospinal (CSS), yang
mencerminkan TIK, peningkatan kadar protein, penurunan kadar glukosa,
dan terkadang sel-sel tumor pada CSS. Dilakukan untuk melihat adanya

35
sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).

Gambar 11 Pemeriksaan Lumbar Pungsi (Pearce, 2009)

2.2.9 Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya Ginsberg
(2008) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua
faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan
serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor
diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena
adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa
tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu
terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak

36
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra,
unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam
selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor
(Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi
neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian

37
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN TEORI GLIOMA

3.1 Pengkajian Keperawatan


Pengkajian keperawatan yang menyeluruh dan akurat sangat penting dalam
merawat pasien yang memiliki masalah saraf. Perawat perlu waspada terhadap
berbagai perubahan yang kadang samar dalam kondisi pasien yang mungkin
menunjukkan perburukan kondisi.
3.1.1 Anamnesa
1. Data Demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh nyeri kepala yang hilang timbul dan
durasinya makin meningkat
3. Riwayat penyakit saat ini
Klien mengeluh nyeri kepala saat perubahan posisi dan dapat
meningkat dengan aktivitas, vertigo, muntah proyektil, perubahan
mental seperti disorientasi, letargi, papiledema, penurunan tingkat
kesadaran, penurunan penglihatan atau penglihatan double,
ketidakmampuan sensasi (parathesia atau anasthesia), hilangnya
ketajaman atau diplopia.
4. Riwayat penyakit dahulu
Klien pernah mengalami pembedahan kepala atau trauma kepala
5. Riwayat penyakit keluarga
Adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga yang mungkin
ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang, yaitu riwayat
keluarga dengan tumor kepala.
6. Pengkajian psiko-sosio-spiritual
Perubahan kepribadian dan perilaku klien, perubahan mental,
kesulitan mengambil keputusan, kecemasan dan ketakutan

38
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )


Pemeriksaan fisik pada klien dengan tomor otak meliputi pemeriksaan
fisik umum per system dari observasi keadaan umum, pemeriksaan tanda-
tanda vital, B1 (breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), dan B6 (Bone).
1. Pernafasan B1 (Breath)
Adanya peningkatan irama pernafasan (pola napas tidak teratur) dan
sesak napas terjadi karena tumor mendesak otak sehingga hermiasi
dan kompresi medulla oblongata. Bentuk dada dan suara napas klien
normal, tidak menunjukkan batuk, adanya retraksi otot bantu napas,
dan biasanya memerlukan alat bantu pernapasan dengan kadar
oksigen 2 LPM.
2. Kardiovaskular B2 (Blood)
Desak ruang intracranial akan menyebabkan peningkatan tekanan
intracranial sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
Selain itu terjadi ketidakteraturan irama jantung (irreguler) dan
bradikardi. Klien tidak mengeluhkan nyeri dada, bunyi jantung
normal, akral hangat, nadi bradikardi.
3. Persyarafan B3 (Brain)
a. Penglihatan (mata) : Penurunan penglihatan, hilangnya ketajaman
atau diplopia.
b. Pendengaran (telinga): Terganggu bila mengenai lobus temporal
c. Penciuman (hidung) : Mengeluh bau yang tidak biasanya, pada
lobus frontal.
d. Pengecapan (lidah) : Ketidakmampuan sensasi (parathesia atau
anasthesia)
4. Perkemihan B4 (Bladder)
Gangguan control sfinter urine, kebersihan bersih, bentuk alat kelamin
normal, uretra normal, produksi urin normal

39
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien.
Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor: peningkatan
tekanan intrakranial.
2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan
medula oblongata.
3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan
dengan peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema
serebri.
4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap
hipotensi ortostatik.
5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan
dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik
dan motorik
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.

3.3 Intervensi Keperawatan


1. Nyeri kronis (00133) berhubungan dengan perembesan tumor:
peningkatan tekanan intrakranial.
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort

40
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri
1) Mengurangi/menghilangkan faktor-faktor
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat yang memimbulkan / meningkatkan
diadaptasi oleh klien dengan kriteria pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan mengimplementasikan satu
a. Klien mengungkapkan nyeri yang jenis tindakan (farmakologi, non-
dirasakan berkurang atau dapat farmakologi, interpersonal) untuk
diadaptasi ditunjukkan penurunan memfasilitasi pertolongan nyeri
skala nyeri. Skala = 2 3) Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. ketika memilih strategi pertolongan nyeri
c. Klien tidak gelisah 4) Mendorong klien untuk menggunakan
Domain-Health Knowledge & pengobatan nyeri yang adekuat
Behaviour (IV) 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Pain Control (1605) melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
Klien dapat mengenal onset nyeri timbul.
Klien dapat menggambarkan faktor
6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode
penyebab distraksi
Klien mengenal gejala yang
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non
berhubungan dengan nyeri (160509) verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
Melaporkan kontrol nyeri (160511) menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Pain: Disruptive Effects (2101) Kolaborasi: Analgesic Administration
Hubungan interpersonal tidak (2210)
terganggu 1) Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Tindakan peran seperti semula dan keparahan nyeri sebelum pengobatan
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari klien
Aktivitas fisik tidak terganggu 2) Mengecek permintaan medis untuk obat,
dosis, dan frekuensi dari analgesik yang
telah ditentukan (resep)

2. Ketidakefektifan pola nafas (00032) berhubungan dengan penekanan medula


oblongata.

41
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
keperawatan selama 1x24 jam pola
1) Monitor status respirasi dan oksigenasi,
pernafasan kembali normal dengan yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management (3350)
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
b. GDA normal upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
Domain-Physiologic Health (II) 3) Monitor tingkat saturasi oksigen dalam klien
Class-Cardiopulmonary (E) yang tenang
Respiratory Status (0415) 4) Auskultasi suara napas, mencatat area
Respiraroty Rate normal penurunan ketiadaan ventilasi dan
Respiraory Rhytm normal keberadaan suara tambahan
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis

3. Risiko ketidakefekifan perfusi jaringan serebral (00200) berhubungan dengan


peningkatan tekanan intrakranial, pembedahan tumor, edema serebri.
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP) Monitoring
keperawatan selama 1x24 jam perfusi (2590)
jaringan klien membaik ditandai
1) Monitor kualitas dan karakteristik dari
dengan tanda-tanda vital stabil dengan bentuk gelombang TIK
kriteria hasil : 2) Monitor tekanan perfusi cerebral
a. Tekanan perfusi serebral >60mmHg,
3) Monitor status neurologis
tekanan intrakranial <15mmHg,
tekanan arteri rata-rata 80-100mmHg

42
b. Menunjukkan tingkat kesadaran
4) Monitor TIK klien dan respon neurologis
normal untuk merawat aktivitas dan stimuli
c. Orientasi pasien baik lingkungan
d. RR 16-20x/menit 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak karakteristik dari aliran cairan serebrospinal
terjadi (CSF)
Domain-Physiologic Health (II) 6) Memberikan agen farmakologi untuk
Class-Cardiopulmonary (E) menjaga TIK pada batas tertentu
Perfusi Jaringan: Serebral (0406) 7) Memberi jarak waktu intervensi
Tekanan intracranial normal keperawatan untuk meminimalkan PTIK
Tekanan darah sistolik normal 8) Monitor secara berkala tanda dan gejala
Tekanan darah diastolic normal peningkatan TIK
Mean Blood Pressure normal a. Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi,
Sakit kepala hilang memori, periksa nilai GCS
Tidak mengalami penurunan tingkat
b. Kaji tanda vital dan bandingkan dengan
kesadaran keadaan sebelumnya
Tidak ada gangguan reflek neurologikc. Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola
pernapasan, ukuran dan reaksi pupil,
pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah,
papila edema, diplopia, kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan meninggikan
bagian kepala 15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai secara
berlebihan
2. Monitor analisa gas darah, pertahankan
PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
4. Hindari faktor yang dapat meningkatkan
TIK

43
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat mengganggu tidur
pasien
10) Berikan sedative atau analgetik dengan
kolaboratif.

4. Resiko cedera (00035) berhubungan dengan vertigo sekunder terhadap


hipotensi ortostatik.
Domain 11: Safety/Protection
Class 2. Physical Injury
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Fall Prevention (6490)
keperawatan selama 1x24 jam 1) Identifikasi tingkah laku dan faktor
diagnosa tidak menjadi masalah actual yang berpengaruh pada risiko jatuh
dengan kriteria hasil : 2) Memberikan tanda untuk
a. Pasien dapat mengidentifikasikan mengingatkan klien untuk meminta
kondisi-kondisi yang tolong ketika pergi dari tempat tidur,
menyebabkan vertigo yang tepat
b. Pasien dapat menjelaskan metode 3) Menggunakan teknik yang sesuai
pencegahan penurunan aliran untuk mengantar klien ked an dari
darah di otak tiba-tiba yang kursi roda, tempat tidur, toilet dan
berhubungan dengan ortostatik. lainnya
c. Pasien dapat melaksanakan 4) Kaji tekanan darah pasien saat pasien
gerakan mengubah posisi dan mengadakan perubahan posisi tubuh.
mencegah drop tekanan di otak 5) Diskusikan dengan klien tentang
yang tiba-tiba. fisiologi hipotensi ortostatik.
d. Menjelaskan beberapa episode 6) Ajarkan teknik-teknik untuk
vertigo atau pusing. mengurangi hipotensi ortostatik
Domain-Health Knowledge & a. Untuk mengetahui pasien
Behaviour (IV) mengakami hipotensi ortostatik
Class-Risk Control & Safety (T) ataukah tidak.
Falls Occurrence (1912)

44
Tidak terjadi jatuh ketika posisi berdiri, b. Untuk menambah pengetahuan
berjalan, duduk dan ketika tidur klien tentang hipotensi ortostatik.
Domain-Health Knowledge & c. Melatih kemampuan klien dan
Behaviour (IV) memberikan rasa nyaman ketika
Class-Risk Control & Safety (T) mengalami hipotensi ortostatik.
Physical Injury Severity (1913)
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak
terjadi
Perdarahan tidak terjadi

5. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (00002) berhubungan


dengan efek kemoterapi dan radioterapi.
Domain 2: Nutrition
Class 1. Ingestion
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Nutrition Monitoring (1160)
keperawatan selama 1x24 jam 1) Kaji tanda dan gejala kekurangan
kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi nutrisi: penurunan berat badan, tanda-
dengan adekuat dengan kriteria hasil: tanda anemia, tanda vital
a. Antropometri: berat badan tidak 2) Monitor intake nutrisi pasien
turun (stabil) 3) Berikan makanan dalam porsi kecil
b. Biokimia: albumin normal dewasa tapi sering.
(3,5-5,0) g/dl 4) Timbang berat badan 3 hari sekali
c. Hb normal (laki-laki 13,5-18 g/dl, 5) Monitor hasil laboratorium: Hb,
perempuan 12-16 g/dl) albumin
1) Clinis: tidak tampak kurus, 6) Kolaborasi dalam pemberian obat
terdapat lipatan lemak, rambut antiemetic
tidak jarang dan merah

45
2) Diet: klien menghabiskan
porsi makannya dan nafsu
makan bertambah
Nutritional Status (1004)
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi

6. Gangguan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan sensorik


dan motorik
Domain 4: Activity/Rest
Class 2. Activity/Exercise
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam, 1) Kaji fungsi motorik secara berkala
gangguan mobilitas dapat diminimalkan 2) Menjaga pergelangan kaki 90 derajat
dengan kriteria Hasil : dengan papan kaki. Gunakan
1. Mempertahankan posisi fungsi trochanter rolls sepanjang paha saat di
yang dibuktikan dengan tidak ranjang
adanya kontraktur. Foodtrop 3) Ukur dan pantau tekanan darah pada
2. Meningkatkan kekuatan tidak fase akut atau hingga stabil. Ubah
terpengaruh/ kompenssi bagian posisi secara perlahan
tubuh 4) Inspeksi kulit setiap hari. Kaji terhadap
3. Menunjukan teknik eprilaku yang area yang tertekan dan memberikan
meingkinkan dimulainya kembali perawatan kulit secara teliti
kegiatan 5) Membantu mendorong pulmonary
Mobility (0208) hygiene seperti napas dalam, batuk,
Keseimbangan terjaga suction
Koordinasi terjaga 6) Kaji dari kemerahan,
Bergerak dengan mudah bengkak/ketegangan otot jaringan betis

46
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji rentang gerak leher klien
1x24 jam memberikan 2) Memberi helth education kepada
kenyamanan gerak leher pada pasien mengenai penurunan fungsi
klien dengan kriteria Hasil : gerak leher
a. Klien dapat menggerakan 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
leher secara normal 4) Mengetahui kemampuan gerak leher
b. Klien dapat beraktifitas klien
secara normal 5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang dialami
6) Terapi dapat membantu
mengembalikan gerak leher klien
secara normal

47
BAB 4

ASKEP KASUS PADA PASIEN GLIOMA

Kasus
Tn. A usia 40 tahun menjalani rawat inap hari pertama di RS.Soetomo pada
tanggal 18 Juli 2017, ia didiagnosa mengalami glioma. Pasien mengalami nyeri
kepala yang sangat hebat hingga mual dan muntah. Nyeri kepala mulai dirasakan
semenjak 4 bulan yang lalu, pada awalnya nyeri hanya sesekali muncul, tetapi lama-
kelamaan semakin hebat dan terus-menerus. Berdasarkan hasil pemeriksaan
menunjukkan RR 24x/menit, TD 150/90 mmHg, Nadi 110x/menit, S 37˚C. Klien
terlihat cemas, ia mengatakan takut jika dilakukan operasi kemudian operasinya
tidak berjalan sesuai rencana. Keadaan umum pasien lemah namun tidak
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 456. Pasien direncanakan untuk
operasi pada tnggal 21 Juli 2017.

4.1 Pengkajian

“Terlampir”

48
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

4.2 Analisis Data

TANGGAL DATA ETIOLOGI MASALAH


18 Juli 2017 DS: Adanya massa/tumor Risiko
 Klien mengatakan nyeri kepala pada otak Ketidakefektifan
sebelah kanan ↓ Perfusi Jaringan
 Klien mengatakan pandangan Penambahan Massa Otak (00201)
terasa gelap Otak dan atau Cairan
 Klien mengatakan penglihtan Otak
agak berkurang ↓

 Klien mengatakan sering merasa Kompresi jaringan

bingung (pusing) dan sulit otak terhadap sirkulasi


berkonsentrasi darah & O2

 Klien mengatakan tangan sebelah ↓

kanan melemah Penurunan suplai O2

DO: ke jaringan otak akibat

 Keadaan umum pasien lemah obstruksi



 Pasien terlihat kesakitan
Iskemik
 N2: pasien mengalai gangguan

lapang pandang
Risiko
 Visus: OD= 5/6, OS=5/6
Ketidakefektifan
 TD: 150/90 mmHg
Perfusi Jaringan Otak
 N: 110x/menit
 RR: 22x/menit
18 Juli 2017 DS: Adanya massa/tumor Nyeri kronis
 P: pasien mengatak nyeri yang pada otak (00133)

dirasakan akan bertambah ketika ↓


digunakan untuk berjalan, dan
akan berkurang saat pasien sedang

49
tidak melakukan aktivitas. Penambahan Massa
 Q: Pasien mengatakan nyeri yang Otak dan atau Cairan
dirasakan seperti ditusuk-tusukl Otak
 R: Pasien mengatakan nyeri pada ↓
kepala sebelah kanan Kerusakan pembuluh
 S: skala nyeri 7 (1-10) darah otak

 T: Pasien mengatakan nyeri yang ↓

dirasakan berlangsung terus- Perpindahan cairan

menerus intravaskuler ke

 Pasien mengtakan sulit memulai jaringan serebral

tidur karena nyeri yang dirasakan ↓

DO: PTIK

 Klien menunjukkan ekspresi ↓

wajah meringis menahan nyeri Menggangu fungsi


spesifik bagian otak
 Klien terlihat kesakitan
tempat tumor
 TD: 150/90 mmHg

 N: 110x/menit
Nyeri kronis
 RR: 22x/menit
18 Juli 2017 DS: Glioma Ansietas (00146)
 Klien mengatakan bahwa dirinya ↓
sangat cemas tehadap rencana Akan dilakukan
operasinya tindakan pembedahan
 Klien mengatakan takut kalau ↓
operasinya tidak berhasil/gagal Kurang informasi
 Pasien mengatakan kesulitan tidur ↓
karena memikirkan operasinya Stressor bagi klien
DO: ↓

 Klien direncanakan operasi pada ansietas

tanggal 21 Juli 2017


 Klien selalu bertanya pada
perawat terkait rencana tindakan

50
operasi yang akan dilakukan
 Klien tampak gelisah
 Kontak mata pasien saat
berinteraksi buruk
 Pasien terlihat khawatir dan sering
melamun
 TD: 150/90 mmHg
 N: 110x/menit
 RR: 22x/menit

4.3 Diagnosis Keperawatan


1. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak ditandai dengan tumor otak
(glioma) (NANDA 00201)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan infiltrasi tumor ditandai dengan ekspresi
wajah nyeri/ meringis (NANDA 00133)
3. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi ditandai dengan gelisah (NANDA
00146)

4.4 Intervensi Keperawatan


Diagnosis
No. Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
(NANDA)
1. Risiko Setelah dilakukan Monitor (pemantauan)
ketidakefektifan asuhan keperawatan Tekanan Intra Kranial
perfusi jaringan selama 3x24 jam, (TIK) (2590)
otak ditandai diharapkan pasien 1. Monitor tekanan aliran
dengan tumor tidak menunjukkan darah otak
otak (glioma) tanda-tanda 2. Monitor status
(NANDA 00201) ketidakefektifan neurologis
perfusi jaringan otak, 3. Monitor intake dan
dengan kriteria hasil: output
Perfusi jaringan 4. Berikan agen
(0422): farmakologis untuk

51
042208-Aliran darah mempertahankan TIK
melalui pembuluh dalam jangkauan
darah cerebral tidak tertentu
ada deviasi/ normal 5. Beritahu dokter untuk
(5) peningkatan TIK yang
042209-Aliran darah tidak bereaksi sesuai
melalui pembuluh peraturan perawatan
perifer tidak ada
deviasi/ normal (5) Pencegahan Perdarahan
Subaraknoid (2720)
Perfusi jaringan: 1. Kurangi rangsangan di
perifer (0407): lingkungan sekitar
040727-Tekanan pasien
darah sistolik tidak 2. Batasi televisi, radio,
ada deviasi/ normal dan stimulasi lainnya
rentang 120-100 3. Batasi pengunjung jika
mmHg (5) diindikasikan
040728-Tekanan 4. Beri obat anti nyeri jika
darah diastolik tidak diperlukan
ada deviasi/ normal 5. Beritahu dokter
rentang 100-80 mengenai perubahan
mmHg (5) status neurologis pasien
040743-Muka pucat 6. Monitor denyut nadi dan
tidak ada (5) tekanan darah pasien
040744-Kelemahan 7. Monitor (pemantauan)
otot tidak ada (5) tekanan intra kranial
(TIK) dan tekanan
Perfusi Jaringan: perfusi serebral jika
Serebral (0406): diindikasikan
040613-Tekanan
darah sistolik tidak Monitor Neurologi (2610)
ada deviasi/ normal 1. Pantau ukuran pupil,

52
rentang 120-100 bentuk, kesimetrisan
mmHg (5) dan reaktivitas
040614-Tekanan 2. Monitor tanda-tanda
darah diastolik tidak vital: suhu, tekanan
ada deviasi/ normal darah, denyut nadi, dan
rentang 100-80 respirasi
mmHg (5) 3. Catat keluhan sakit
040606-Kelesuan kepala
tidak ada (5) 4. Monitor respon
040618-Kognisi terhadap stimuli: verbal,
terganggu tidak ada taktil, dan respon
(5) bahaya
5. Monitor respon
Tanda-Tanda Vital terhadap obat
(0802): 6. Konsultasikan dengan
080210-Irama rekan kerja untuk
pernapasan tidak ada mengkonfirmasi data
deviasi dari kisaran 7. Hindari kegiatan yang
normal (5) bisa meningkatkan
080205-Tekanan tekanan intracranial
darah sistolik tidak 8. Beritahu dokter
ada deviasi dari mengenai perubahan
kisaran normal (5) kondisi pasien
080206-Tekanan
darah diastolik tidak Monitor Tanda-Tanda
ada deviasi dari Vital (6680)
kisaran normal (5) 1. Monitor tekanan darah,
080209-Tekanan nadi nadi, suhu, dan status
tidak ada deviasi dari pernapasan dengan tepat
kisaran normal (5) 2. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi

53
3. Monitor warna kulit,
suhu, dan kelembapan
4. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
2. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
dengan infiltrasi selama 1x24 jam, nyeri komprehensif
tumor ditandai diharapkan pasien yang meliputi lokasi,
dengan ekspresi mampu mengontrol karakteristik, onset/
wajah nyeri/ nyeri yang dirasakan, durasi, frekuensi,
meringis dengan kriteria hasil kualitas, intensitas atau
(NANDA 00133) Kontrol nyeri beratnya nyeri dan
(1605): faktor pencetus
160504- 2. Bantu keluarga dalam
Menggunakan mencari dan
tindakan menyediakan dukungan
pengurangan nyeri 3. Berikan informasi
tanpa analgesic mengenai nyeri, seperti
secara konsisten penyebab nyeri, berapa
menunjukkan (5) lama nyeri akan
160505- dirasakan, dan antisipasi
Menggunakan dari ketidaknyamanan
analgesic yang akibat prosedur
direkomendasikan 4. Ajarkan prinsip-prinsip
secara konsisten manajemen nyeri
menunjukkan (5) 5. Kolaborasi dengan
160509-Mengenali pasien, orang terdekat,
apa yang terkait dan tim kesehatan untuk
dengan gejala nyeri memilih dan
mengimplementasikan

54
secara konsisten tindakan penurun nyeri
menunjukkan (5) non farmakologis, sesuai
kebutuhan
Nyeri: Efek yang 6. Dukung istirahat/ tidur
mengganggu (2101): yang adekuat untuk
210127- membantu penurunan
Ketidaknyamanan nyeri
tidak ada (5)
2101013-Gangguan Monitor Tanda-Tanda
pergerakan fisik tidak Vital (6680)
ada (5) 5. Monitor tekanan darah,
210129-Gangguan nadi, suhu, dan status
pada aktivitas hidup pernapasan dengan tepat
sehari-hari tidak ada 6. Monitor keberadaan dan
(5) kualitas nadi
210134-Gangguan 7. Monitor warna kulit,
aktivitas fisik tidak suhu, dan kelembapan
ada (5) 8. Identifikasi
kemungkinan penyebab
Tingkat Nyeri perubahan tanda-tanda
(2102): vital
210206-Ekspresi
nyeri wajah tidak ada Pemberian Analgesik
(5) (2210)
210224-Mengerinyit 1. Tentukan lokasi,
tidak ada (5) karakteristik, kualitas
210210-Frekuensi dan keparahan nyeri
napas tidak ada sebelum mengobati
deviasi dari kisaran pasien
normal (5) 2. Cek perintah
210212-Tekanan pengobatan meliputi
darah tidak ada obat, dosis, dan

55
deviasi dari kisaran frekuensi obat analgesic
normal (5) yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat
Tingkat Kecemasan alergi obat
(1211): 4. Dokumentasikan respon
121119-Peningkatan terhadap analgesik dan
tekanan darah tidak adanya efek samping
ada (5) Normal: 5. Kolaborasikan dengan
120/80 mmHg dokter apakah dosis,
121120-Peningkatan obat, rute pemberian,
frekuensi nadi tidak atau perubahan interval
ada (5) Normal: 60- dibutuhkan, untuk
100x/menit rekomendasi khusus
121121-Peningkatan berdasarkan prinsip
frekuensi pernapasan analgesik
tidak ada (5) Normal:
16-20x/menit Peningkatan tidur (1850)
121129-Gangguan 1. Tentukan pola tidur/
tidur tidak ada (5) aktivitas pasien
2. Monitor/ catat pola
Tidur (0004): tidur pasien dan jumlah
000403-Pola tidur jam tidur
tidak terganggu (5) 3. Sesuaikan lingkungan
000404-Kualitas tidur (cahaya, kebisingan,
tidak terganggu (5) suhu, kasur, dan tempat
000421-Kesulitan tidur) untuk
memulai tidur tidak meingkatkan tidur
ada (5) 4. Bantu untuk
000425-Nyeri tidak menghilangkan situasi
ada (5) stress sebelum tidur
5. Monitor makanan
sebelum tidur dan

56
Pengetahuan: intake minuman yang
Manajemen Nyeri dapat memfasilitasi/
(1843): mengganggu tidur
184303-Strategi 6. Mulai/ terapkan
untuk mengontrol langkah-langkah
nyeri pengetahuan kenyamanan seperti
sangat banyak (5) pijat, pemberian posisi,
184306-Penggunaan dan sentuhan afektif
yang benar dari obat 7. Bantu meningkatkan
yang diresepkan jumlah jam tidur
pengetahuan sangat 8. Diskusikan dengan
banyak (5) pasien dan keluarga
184311-Efek mengenai teknik untuk
samping obat meningkatkan tidur
pengetahuan sangat 9. Berikan pamflet dengan
banyak (5) informasi mengenai
184323-Teknik teknik untuk
relaksasi yang efektif meningkatkan tidur
pengetahuan sangat
banyak (5) Manajemen Lingkungan:
Kenyamanan (6482)
Tanda-Tanda Vital 1. Tentukan tujuan pasien
(0802): dan keluarga dalam
080210-Irama mengelola lingkungan
pernapasan tidak ada dan kenyaman yang
deviasi dari kisaran optimal
normal (5) 2. Hindari gangguan yang
080205-Tekanan tidak perlu dan berikan
darah sistolik tidak untuk waktu istirahat
ada deviasi dari 3. Ciptakan lingkungan
kisaran normal (5) yang tenang dan
mendukung

57
080206-Tekanan 4. Sediakan lingkungan
darah diastolik tidak yang aman dan bersih
ada deviasi dari 5. Fasilitasi tindakan-
kisaran normal (5) tindakan kebersihan
080209-Tekanan nadi untuk menjaga
tidak ada deviasi dari kenyamanan individu
kisaran normal (5) (membersihkan badan,
rambut, rongga mulut
dan lain-lain)
3. Ansietas Setelah dilakukan Pengurangan Kecemasan
berhubungan asuhan keperawatan (5820)
dengan krisis selama 1x24 jam, 1. Gunakan pendekatan
situasi ditandai diharapkan tingkat yang tenang dan
dengan gelisah kecemasan yang meyakinkan
(NANDA 00146) dirasakan pasien 2. Berikan informasi
berkurang/ hilang, faktual terkait diagnosis,
dengan kriteria hasil : perawatan dan prognosis
Tingkat kecemasan 3. Dorong keluarga untuk
(1211): mendampingi klien
121105-Perasaan dengan cara yang tepat
gelisah tidak ada(5) 4. Dengarkan klien
121116-Rasa takut 5. Intruksikan klien untuk
yang disampaikan menggunakan teknik
secara lisan tidak ada relaksasi
(5) 6. Kaji untuk tanda verbal
121117-Rasa cemas dan non verbal
yang disampaikan kecemasan
secara lisan tidak ada
(5) Peningkatan Koping
121119-Peningkatan (5230)
tekanan darah tidak 1. Berikan suasana
ada (5) penerimaan

58
121120-Peningkatan 2. Bantu pasien dalam
frekuensi nadi tidak mengembangkan
ada (5) penilaian terkait dengan
121121-Peningkatan kejadian dengan lebih
frekuensi pernapasan objektif
tidak ada (5) 3. Kenali latar belakang
121129-Gangguan budaya/ spiritual pasien
tidur tidak ada (5) 4. Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi, dan
Tingkat Rasa Takut rasa takut
(1210): 5. Dukung keluarga untuk
121016-Peningkatan memverbalisasikan
tekanan darah tidak perasaan mengenai
ada (5) sakitnya anggota
121017-Peningkatan keluarga
denyut nadi radial
tidak ada (5) Dukungan Emosional
121018-Peningkatan (5270)
frekuensi pernapasan 1. Diskusikan dengan
tidak ada (5) pasien mengenai
121026-Tidak pengalaman emosinya
mampu tidur tidak 2. Rangkul atau sentuh
ada (5) pasien dengan penuh
121031-Verbalisasi dukungan
rasa takut tidak ada 3. Dorong pasien untuk
(5) mengekspresikan
121033-Ketakutan perasaan cemas, marah
tidak ada (5) atau sedih
4. Temani pasien dan
Tidur (0004): berikan jaminan
000403-Pola tidur keselamatan dan
tidak terganggu (5)

59
000404-Kualitas tidur keamanan selama
tidak terganggu (5) periode cemas
000421-Kesulitan 5. Rujuk untuk konseling
memulai tidur tidak sesuai kebutuhan
ada (5)
000425-Nyeri tidak Terapi Relaksasi (6040)
ada (5) 1. Gambarkan
rasionalisasi dan
Tanda-Tanda Vital manfaat relaksasi serta
(0802): jenis relaksasi yang
080210-Irama tersedia (music,
pernapasan tidak ada meditasi, bernapas
deviasi dari kisaran dengan ritme, dan lain-
normal (5) lain)
080205-Tekanan 2. Tentukan apakah ada
darah sistolik tidak intervensi dimasa lalu
ada deviasi dari yang sudah
kisaran normal (5) memberikan manfaat
080206-Tekanan 3. Ciptakan lingkungan
darah diastolik tidak yang tenang dan tanpa
ada deviasi dari distraksi dengan lampu
kisaran normal (5) yang redup dan suhu
080209-Tekanan nadi lingkungan yang
tidak ada deviasi dari nyaman
kisaran normal (5) 4. Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
5. Gunakan suara yang
lembut dengan irama
yang lambat untuk
setiap kata
6. Dorong pengulangan

60
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
7. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan obat-
obatan nyeri
8. Evaluasi dan
dokumentasi respon
terhadap terapi relaksasi

Monitor Tanda-Tanda
Vital (6680)
9. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat
10. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
11. Monitor warna kulit,
suhu, dan kelembapan
12. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital

61
4.5 Implementasi dan Evaluasi

Hari/Tgl/Shift No. DK Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi Paraf

Jumat / 06 1 08.00 - Memonitor tekanan darah, suhu, 13.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Juni 2014 / 1 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 120/70 S: 36,50C N: pandangan terasa gelap
84x/menit RR: 20x/menit
O: TD: 120/70 S: 36,50C N:
08.15 - Memonitor status neurologis
84x/menit RR: 20x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
08.16 - Membatasi klien dalam penggunaan A: Masalah risiko ketidakefektifan
handphone, menonton televisi perfusi jaringan otak belum teratasi
08.30 - Memberikan agen farmakologis
P: tindakan dilanjutkan
dengan kolaborasi bersama dokter
untuk mempertahankan TIK yaitu Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
mannitol
Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
(1,3,4,5,6,7)

Monitor Neurologi (1,2,3,4,5,6,7,8)

Monitor Tekanan Intra Kranial


(1,2,3,4)

62
2 09.00 - Melakukan pengkajian nyeri 13.30 S: klien mengatakan nyeri kepala
komprehensif berkurang
P: nyeri bertambah jika bergerak
O: Skala nyeri 3
Q: nyut-nyutan
R: kepala A: Masalah Nyeri Kronis belum
S: skala nyeri 4 teratasi
T: dirasakan tiba-tiba, durasi 5 menit
P: Tindakan dilanjutkan
09.15 - Memberikan paracetamol 2 tablet
500 mg diminum tiap 4-6 jam Manajemen Nyeri (1,2,3,4,5,6)
dengan anjuran dokter
Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
- menerapkan langkah-langkah
09.30
kenyamanan yaitu memijat lengan Pemberian Analgesik (1,2,3,4,5)
dan kaki
Peningkatan tidur (1,2,3,4,5,6,7,8,9)

Manajemen Lingkungan: Kenyamanan


(1,2,3,4,5)

3 10.00 - Menggunakan pendekatan yang 13.45 S: Klien mengatakan tidak cemas dan
tenang dan meyakinkan merasa lebih rileks/tenang
- memberikan informasi faktual
O: Klien tampak tidak gelisah
10.15 terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis A: Masalah Ansietas belum teratasi

63
- menciptakan lingkungan yang P: Tindakan dilanjutkan
tenang dan tanpa distraksi dengan
10.30 Pengurangan Kecemasan (1,2,4,5,6)
lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman Peningkatan Koping (1,2,3,4,5)
- mengevaluasi dan dokumentasi
Terapi Relaksasi (1,2,4,5,6,7,8)
respon terhadap terapi relaksasi
10.45 Dukungan Emosional (1,2,3,4,5)

Jumat / 06 1 15.15 - Memonitor tekanan darah, suhu, 21.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Juni 2014 / 2 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 110/70 S: 370C N: 90x/menit pandangan terasa gelap
RR: 18x/menit
O: TD: 110/70 S: 36,70C N:
- Memonitor status neurologis
15.30 90x/menit RR: 18x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
15.31 - Memberikan agen farmakologis A: Masalah risiko ketidakefektifan
dengan kolaborasi bersama dokter perfusi jaringan otak belum teratasi
untuk mempertahankan TIK yaitu
P: tindakan dilanjutkan
manitol
15.35 - Membatasi pengunjung Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
- Mencatat keluhan sakit kepala
15.37 Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
P: nyeri bertambah jika bergerak
(1,4,5,6,7)
Q: nyut-nyutan

64
R: kepala Monitor Neurologi (1,2,4,6,7,8)
S: skala nyeri 4
Monitor Tekanan Intra Kranial
T: dirasakan tiba-tiba, durasi 5 menit
(1,2,3,4)
15.50 - Memonitor respon terhadap obat
yaitu manitol

Jumat / 20 1 22.15 - Memonitor tekanan darah, suhu, 06.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Sept 2019 / 3 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 120/70 S: 36,50C N: pandangan terasa gelap
80x/menit RR: 18x/menit
O: TD: 120/70 S: 36,50C N:
- Memonitor status neurologis
80x/menit RR: 18x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
- Memberikan agen farmakologis A: Masalah risiko ketidakefektifan
dengan kolaborasi bersama dokter perfusi jaringan otak belum teratasi
22.30
untuk mempertahankan TIK yaitu
P: tindakan dilanjutkan
mannitol
- Mengurangi rangsangan di Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
22.45
lingkungan sekitar pasien yaitu
Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
menutup tirai
(4,5,6,7)

Monitor Neurologi (1,2,4,6,7,8)

65
22.50 Monitor Tekanan Intra Kranial
(1,2,3,4)

66
BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Glioma merupakan jenis tumor otak yang paling sering terjadi dan memiliki
empat level keganasan, salah satunya yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
tumor otak glioma sub tipe astrositoma grade empat yaitu glioblastoma multiforme
(American Brain Tumor Association, 2014). Glioblastoma multiforme paling
sering terjadi di bagian lobus frontal, lobus parietal dan lobus temporal pada otak.
Manifestasi klinis yang sering muncul dari GBM dapat berupa: Nyeri kepala,
Kejang, Kehilangan memori, Gangguan bicara, Mual muntah, Papiledema,
Gangguan sensorik dan penglihatan, Ataksia, Pusing dan juga sinkop.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosis, seperti: Computed Tomography, Magnetic resonance Imaging (MRI)
dengan dan tanpa kontras, Positrion Emission Tomography (PET)
Tindakan diagnostic lainnya yang dapat digunakan, yaittu:
Electroencephalography: Pungsi lumbal (umumnya kontraindikasi tapi kadang-
kadang diperlukan untuk mengesampingkan limfoma), dan Studi cairan
cerebrospinal tidak signifikan memfasilitasi diagnostic spesifik GBM.
Diagnosa Keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus Glioblastoma,
antara lain: Nyeri kronis, Ketidakefektifan pola nafas, Risiko ketidakefekifan
perfusi jaringan serebral, Risiko cedera, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh, Gangguan mobilitas fisik, serta Gangguan rasa nyaman.

67
DAFTAR PUSTAKA

Alex L, el al. 2013. Imaging in Glioblastoma Multiforme. Emedicine Medcape.


http://emedicine.medscape.com. Diakses 2 September 2014
Bulecheck, G. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th Edition.
Missouri: Elseiver Mosby
Drive. 2013. What is PET? Society of Nuclear Medicine and Molecular Imaging.
http://www.snm.org. diakses 2 September 2014
Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-
2017. EGC. Jakarta
Jeffrey. 2013. Improved Survival in Glioblastoma Patients Who Take
Bevacizumab in Glioblastoma Multiforme. Emedicine.medscape
http://emedicine.medscape.com diakses 3 September 2014.
Lopes MBS, Vanderberg, et al. The World Health Organization Classification of
Nervous System Tumors in Experimental Neuro-Oncology. In A.J Levine
and H.H. Schmideck, eds. Molecular Genetics of Nervous System Tumors,
Wiley-Liss, New York, pp. 1-36, 1993.
Http://neurosurgery.mgh.harvard.edu. Diakses 30 November 2014
Moorhead, S. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC): Measurement of
Health Outcomes. 5th Edition. Missouri: Elsevier Saunder
Ramadhan, Muhammad. 2018. Analisis Dosis pada Pengobatan Penyakit
Kanker Otak Glioblastoma Multiforme dengan Metode Boron
Neutron Capture Therapy (BNCT) Menggunakan Particle and
Heavy Ion Transport Code System (PHITS). Skripsi Fakultas
Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam Universitas Negeri
Yogyakarta.
Tarwoto, 2013. Keperawatan Medical Bedah Gangguan Sistem Persarafan-Ed. II.
Jakarta : Sagung Seto.

68
NOTULENSI SGD 5 ONKOLOGI

Tanya Jawab:
1. Pada stadium berapa glioma terdeteksi?
Glioma sebenarnya dapat terdeteksi pada stadium awal, terutama dengan cara
pemeriksaan penunjang sepeti CT scan, MRI dsb. Namus masalah penyakit
kanker di Indonesia hampir 70% penderitanya baru ditemukan dalam keadaan
stadium yang sudah lanjut. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut
data Riskesdas 2007-2008. Mengapa hal ini terjadi? Karena masyarakat
seringkali menganggap remeh gejala-gejala yang muncul.
Sumber;
Oemiati dkk. 2011. Prevalensi Tumor Dan Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhinya Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Tahun 2011

2. Radiasi seperti apa yang dapat menyebabkan kanker? Dan kenapa radiasi
menjadi faktor resiko sekaligus penatalaksanaan utk kanker?
Jawaban: Sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa terdapat banyak sumber
radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi,
lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, sinar
matahari, gelombang microwave, radar dan handphone. Radiasi dapat
digolongkan berdasar gelombang elektromagnetiknya. Pada radiasi seperti
gelombang radio dengan panjang gelombang ≥10–7 nm dan memiliki energi
<12 eV, termasuk ke dalam radiasi non-ioniksedangkan gelombang radio
dengan energi >12 eV, seperti sinar-X dan sinar-ɣ disebut radiasi pengion.
Radiasi pengion inilah yg diunakan dalam terapi kanker, karena dapat
membentuk ion (partikel bermuatan listrik) dan menyimpan energi ke sel-sel
jaringan yang melewatinya. Energi ini yang tersimpan ini dapat membunuh sel-
sel kanker atau menyebabkan perubahan genetik.
Menjawab pertanyaan mengapa Radiasi dapat enjadi faktor resiko sekaligus
penatalaksanaan? Karena sperti penjelasan diatas bahwa radiasi dapat
menyebabkan perubahan genetik. Sehingga paparan radiasi yang tidak

69
terkontrol tentu saja dapat berdampak buruk (enimbulakan mutasi gen).
Berbeda dengan radiasi yang memang ditujukan sebagai bentuk terapai, yang
telah disesuaikan dengan mempertimbangkan radiosensitivitas sel hingga
fenotip sel kanker seperti sifat proliferasi yang berhubungan erat dengan
apoptosis (kematian sel).
Sumber:
Nur Fitriatuzzakiyyah, dkk. 2017. Terapi Kanker dengan Radiasi: Konsep
Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di Indonesia. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia, Desember 2017 Vol. 6 No. 4, hlm 311–320 Tersedia online pada:
http://ijcp.or.id ISSN: 2252–6218
Nurhayati. 2006. Apoptosis Dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor Prognosa
Radioterapi Kanker. Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 57 – 66

3. Bagaimana proses encephalopati menjadi komplikasi dari tumor otak mohon


penjelasannya?
Jawaban: Penyebab dari ensefalopati sendiri yaitu dapat terjadi akibat
kekurangan pasokan oksigen pada otak, misalnya pada kasus tumor otak ini,
karena ada penekanan pembuluh darah di otak, sehingga pasokan darah di otak
kurang. Hal ini menyebabkan penurunan suplay oksigen ke jaringan otak akibat
dari obstruksi sirkulasi otak sehingga dapat menyebabkan hipoksia cerebral dan
penurunan kapasitas intracranial sendiri sehingga timbul komplikasi
ensefalopati (Sumber: WOC Tumor Otak)

4. Vertigo seperti apa yang menjadi manifestasi klinis glioma?


dr Ahmad Yanuar, Sp.S, dari Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, mengatakan bahwa vertigo biasanya terjadi karena
adanya gangguan di organ keseimbangan yang ada di telinga ataupun infeksi
virus. Namun pada beberapa kasus, vertigo yang sering kambuh dan tak juga
sembuh lebih sering diakibatkan oleh adanya tumor di kepala, jika ternyata
tidak ada infeksi saat pemeriksaan telinga.
Sementara menurut dr. Made Ketua Departemen Bedah Saraf MRCCC
Siloam Hospital Semanggi, gejala tumor otak ini sering kali sulit dikenali.

70
Kadang bisa menyerupai gejala maag, flu, sakit kepala, mual, dan muntah.
Sakit kepalanya pun tidak khas dan sangat bervariasi. Ada yang seperti
migrain, ada yang seperti vertigo, ada pula yang hanya muncul di pagi
hari. Yang pasti, perlu waspada bila sakit kepala terus menerus, sulit
disembuhkan, dan makin progresif. Misalnya hari ini sakit kepala, lalu
minum obat. Besoknya sakit lagi, dan obat seperti kemarin tidak mempan
lagi, itu berarti progresif. Atau menandakan ada sesuatu di otak. Selain
gejala umum yang tidak khas, ada pula gejala lain sesuai dengan lokasi
kankernya. Bila kanker tumbuh di pusat bicara, maka gejalanya mungkin
kesulitan bicara. Bila yang terjangkit adalah bagian asosiasi, maka
penderita tetap bisa bicara, tapi mungkin tidak nyambung. Gangguan
berupa vertigo terus-menerus menjadi tanda bahwa kanker ada di otak
kecil. Sedangkan bila tumor ada di batang otak, umumnya ada penurunan
kesadaran. dr. Made menyarankan agar orang dengan gejala-gejala
demikian segera melakukan pemeriksaan MRI, bersamaan dengan
medical check up rutin, sehingga kanker otak bisa dideteksi secara dini,
dan segera dilakukan pengobatan. Sehingga, angka keberhasilan
pengobatan akan lebih tinggi.
Sumber:
https://www.suara.com/health/2019/06/27/083036/gejala-kanker-otak-yang-
diidap-agung-hercules-kerap-berupa-vertigo
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3642807/hati-hati-vertigo-
juga-bisa-terjadi-karena-ada-tumor-di-kepala

5. Virus apa saja yang menjadi faktor resiko glioma?


Jawaban: Infeksi virus dapat menyebabkan kerusakan pada DNA sel sehingga
berpotensi menyebabkan sel berubah menjadi kanker. Hal ini juga dapat terjadi
pada sel otak. Beberapa jenis virus yang dikaitkan dengan kanker otak adalah
HIV, cytomegalovirus dan virus Epstein-Barr (EBV). Meski demikian kita
tidak dapat menarik kesimpulan bahwa viru-virus tersebut yang menyebabkan
seseorang terkena kanker. Sebab sejauh ini penyebab pasti dari kanker belum
ada, yang ada hanyalah faktor resiko yang dapat meningkatkan kemungkinan

71
terjadi kanker. Ditambah lagi Otak merupakan organ yang cukup vital dengan
sistem pertahanan yang berlapi. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Pak
Abu Bakar dalam pertemuan kuliah sebelumnya, bahwa Otak manusia memiliki
perlindungan berlapis sehingga memiliki kemungiinan kecil untuk bisa
terinfeksi virus yang kemudian berubah menjadi keganasan, dengan presentase
10:100.000.
Sumber:
https://www.alodokter.com/penyebab-kanker-otak-yang-perlu-anda-waspadai
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOtak.pdf

6. Kelompok telah menjelaskan bahwa kejadian tumor otak sebagian besar terjadi
pada orng dengan usia >50 tahun. Lalu apakah ada cara untuk mencegah terjadinya
tumor otak?
Jawaban: Karena memang belum diketahui secara pasti apa penyebab glioma,
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pencegahan faktor risiko seperti tidak
merokok dan berperilaku hidup sehat (The Oncology Group, 2003). Berperilaku
hidup sehat dapat dilakukan dengan cara:
 Berolahraga dengan rutin
 Menghindari alkohol
 Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang, misalnya dengan
mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian serta ditambah
membatasi diri mengonsumsi lemak.
 Mengurangi makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan dengan nitrit,
maupun zat kimiawi buatan
Selain melalui pencegahan faktor risiko, upaya pencegahan lain yang dapat
dilakukan adalah dengan deteksi dini melalui MRI jika mengalami gejala-gejala
yang mengindikasikan glioma, membatasi radiasi langsung yang berlebihan pada
tubuh, dan memeriksakan kesehatan secara teratur.
Sumber:
https://www.halodoc.com/cara-pencegahan-tumor-otak-yang-perlu-diketahui
Idham Muchlis Purba. 2014. Analisis Asuhan Keperawatan Masyarakat Perkotaan
Pada Tn. A Dengan Tumor Otak Post Kraniotomi Di Lantai V Bedah RSPAD

72
Gatot Soebroto [Karya Tuis Ilmiah]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Diakses pada Tanggal 28 September 2019. Tersedia pada:
<http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20390988&lokasi=lokal>.

7. Mekanisme kerja obat themozolamide dan bgmn efeksampingnya?


Jawaban: Temozolomide adalah obat golongan agen alkilasi yang berfungsi
menggantikan komponen atom hidrogen pada sel kanker tersebut sehingga
obat ini dapat menghentikan proses terbentuknya protein yang dibutuhkan
untuk perkembangan sel kanker. Efek samping yang ditimbulkan sama seperti
onat=obatan kemoterapi lain yaitu: muncul rasa kelelahan, nyeri di sekujur
tubuh tidak nafsu makan, gatal-gatal, sakit kepala, hingga sembelit.

Sumber: https://www.honestdocs.id/temozolomide

8. Mengapa kelompok tidak mengangkat masalah keperawatan terkait dengan


gangguan pernapasan, sementara pada kasus tertulis bahwa frekuensi
pernapasan klien melebihi batas normal yaitu 22x/menit, mohon
penjelasannya?
Jawaban: Frekuensi pernapasan melebihi batas normal yang dialami klien
adalah efek yang ditimbulkan oleh MK prioritas yang muncul, yang mana
dalam hal ini adalah risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak, nyeri akut,
dan ansietas. Artinya peningkatan frekuensi pernapasan klien bukanlah
permasalahan pokok yang harus diangkat masalah keperawatannya sendiri. Di
dalam intervensi masalah-masalah keperawatan prioritas yang telah disebutkan
sebelumnya telah mencakup pula intervensi yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah peningkatan pernapasan klien. Dengan begitu, saat
masalah prioritas yang merupakan faktor penyebab peningkatan frekuensi
napas klien telah berhasil diatasi, maka frekuensi napas klien akan kembali
normal dengan sendirinya. Oleh karena itulah kelompok kami tidak
mengangkat masalah keperawatan yang terkait dengan peningkatan frekuensi
napas klien.

73

Anda mungkin juga menyukai