Makalah Onkologi Kel 5 Revisi
Makalah Onkologi Kel 5 Revisi
Makalah Onkologi Kel 5 Revisi
Dosen Pembimbing:
Lailatun Ni’mah, Ns.,M.Kep.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Glioblastoma dapatdiklasifikasisebagai tumor primer atausekunder. Primer
glioblastoma untuksebagianbesarkasussekitar 60% pada orang dewasa yang
lebihtuadari 50 tahun. GBM sekundersekitar 40% biasanyaberkembang pada pasien
yang lebihmuda (<45 tahun) melaluiperkembanganganasdariastrisitoma grade
rendah (WHO grade II) atauanaplastikastrositoma (WHO grade III). Waktu yang
diperlukanuntukperkembanganinibervariasi, mulaikurangdari 1
tahunhinggalebihdari 10 tahun, dengan interval rata-rata 4.5 tahun.
Peningkatankasusmenunjukkanbahwa glioblastoma primer dan
sekunderberbedadalamhal genetic, usiasertaresponterhadapterapi (Jeffrey, 2013).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan
antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang
meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Seorang Perawat berperan untuk
membuat asuhan keperawatan yang tepat bagi klien dengan tumor otak serta
mengimplementasikannya secara langsung kepada pasien mulai dari pengkajian,
hingga intervensi yang harus diberikan.
1.3 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor
otak.
2
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi tumor otak
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi
yang menyebabkan tumor otak
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan tumor
otak
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan
untuk pasien dengan tumor otak
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan
tumor otak
1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan
pada pasien dengan tumor otak. Mahasiswa juga dapat melatih softskill dalam
komunikasi pemberian edukasi tentang penyakit hingga sebagai konselor
perawatan pasien dengan tepat.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
a. Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah serebrum.
Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus sentralis dan bagian belakang
oleh garis yang ditarik dari sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus
lateralis (Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima impuls dari serabut
saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala bentuk sensasi dan
mengenali segala jenis rangsangan somatic.
b. Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian paling depan dari
serebrum. Lobus ini mencakup semua korteks anterior sulkus sentral dari
Rolando. Pada daerah ini terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-
otot, gerakan bola mata; area broca sebagai pusat bicara; dan area prefrontal
(area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual.
c. Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari lobus oksipital
oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah dari ujung atas sulkus lateral.
Lobus temporal berperan penting dalam kemampuan pendengaran, pemaknaan
informasi dan bahasa dalam bentuk suara .
d. Lobus oksipital berada di belakang lobus parietal dan lobus temporal. Lobus
ini berhubungan dengan rangsangan visual yang memungkinkan manusia
mampu melakukan interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh retina
mata.
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih bisa dibagi menjadi
beberapa area yang punya fungsi masing-masing, seperti terlihat pada gambar
di bawah ini.
5
Gambar 4. Area Otak (http://apbrwww5.apsu.edu)
2. Serebelum (Otak Kecil),(Clark, 2005).
Serebelum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.
Serebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di belakang
batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat dengan ujung leher bagian atas.
Serebelum adalah pusat tubuh dalam mengontrol kualitas gerakan.
Serebelum juga mengontrol banyak fungsi otomatis otak, diantaranya:
mengatur sikap atau posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot
dan gerakan tubuh. Selain itu, serebelum berfungsi menyimpan dan
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti gerakan
mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan mengunci pintu dan
sebagainya .
3. Batang Otak
Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga kepala bagian
dasar dan memanjang sampai medulla spinalis. Batang otak bertugas untuk
mengontrol tekanan darah, denyut jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola
makan dan tidur. Bila terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering
timbul berupa muntah, kelemahan otat wajah baik satu maupun dua sisi,
kesulitan menelan, diplopia, dan sakit kepala ketika bangun (CDC, 2004).
Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu (Moore & Argur, 2007):
a. Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah bagian
teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum dan serebelum.
Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan otak tengah. Otak tengah
berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan pendengaran .
b. Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara midbrain
dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial posterior. Saraf
Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons .
c. Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari batang
otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis. Medulla oblongata
terletak juga di fossa kranial posterior. CN IX, X, dan XII disosiasikan
6
dengan medulla, sedangkan CN VI dan VIII berada pada perhubungan
dari pons dan medulla
Sel glia atau neuroglia merupakan sel pendukung pada otak dan
sumsum tulang belakang. Fungsi sel ini adalah sebagai penunjang
neuron secara fisik dan metabolic. 4 tipe utama sel glia yaitu atrosit,
oligodendrosit, mikroglia, ependim.
a. Atrosit
Sel glia yang paling banyak, berbentuk seperti bintang. Fungsi
dari sel ini adalah menopang neuron, memicu pembentukan
7
sawar darah otak, membentuk jaringan parut saraf, meningkatkan
pembentukan sinaps, menyerap kelebihan K+.
b. Oligodendrosit
Sel ini membentuk selubung myelin insulatif disekitar akson,
memiliki beberapa juluran memanjang yang masing-masing
membungkus sepotong akson antar neuron untuk membentuk
segmen myelin.
c. mikroglia
sel berbulu dengan banyak cabang panjang yang memancar
keluar. Sel ini berperan dalam pertahanan otak sebagai fagosit.
d. Sel ependim
Sel ini berfungsi melapisi bagian dalam rongga otak, dan medulla
spinalis. Fungsi lainnya adalah berperan dalam pembentukan
cairan serebrospinal, sebagai sel punca neuron dengan potensi
membentuk neuron dan sel glia baru.
8
2.2 Glioma
2.2.1 Definisi
Glioblastoma Multiforme Tumor di dalam otak yang berasal dari sel glia disebut juga
dengan glioma. Glioma merupakan jenis tumor otak yang paling sering terjadi dan memiliki
empat level keganasan, salah satunya yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah tumor
otak glioma sub tipe astrositoma grade empat yaitu glioblastoma multiforme (American
Brain Tumor Association, 2014). Data pada tahun 2010 -2014 di Amerika Serikat,
glioblastoma multiforme menjadi salah satu jenis dari glioma yang cukup mendominasi yaitu
56,1% dari jumlah total kasus tumor otak glioma (Ostrom et al., 2017).
Glioblastoma multiforme berkembang dari sel glia yang berbentuk bintang (astrosit dan
oligondendrosit) yang berfungsi mendukung kesehatan sel saraf di dalam otak. Glioblastoma
multiforme adalah glioma yang memiliki grade paling tinggi. Grade dari jaringan tumor
sendiri menunjukkan keganasan tumor dan kecepatan tumbuh dari jaringan tumor.
Pertumbuhan yang tidak normal dari jaringan tumor tersebut mengakibatkan adanya massa
yang menekan jaringan otak sehingga otak tidak dapat bekerja secara optimal (AANS, 2018).
Glioblastoma multiforme paling sering terjadi di bagian lobus frontal, lobus parietal
dan lobus temporal pada otak (Nizamutdinov et al., 2018) yang dibuktikan dengan grafik
sebagai berikut.
Lobus frontalis sendiri adalah belahan otak bagian depan (di bagian dahi) yang
mengatur kepribadian, emosi, kecerdasan, konsentrasi, berbicara, menulis, gerakan tubuh,
dan kesadaran diri. Lobus parietal adalah belahan otak bagian atas (di bagian ubun-ubun)
yang mengintegrasikan informasi sensorik dari berbagai bagian tubuh seperti rasa sakit,
sensasi sentuhan, rangsangan, dan sebagainya. Lobus temporal adalah belahan otak bagian
samping (di bagian pelipis) yang bertanggung jawab atas semua proses pendengaran,
juga pembentukan memori jangka panjang, terakhir lobus oksipital (di bagian kepala
belakang) adalah lobus terkecil dari keempat lobus yang bertanggung jawab pada
masalah visual dan pemrosesannya termasuk penglihatan terhadap gerakan dan
pengenalan warna (MIT Departement of Biology, 2013).
2.2.2 Klasifikasi
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai menurut World
Health Organization (WHO) dibagi dalam beberapa tipe dan grade (Lopez,1993)
9
1. Tabel 1. Klasifikasi Grading Tumor Otak Menurut WHO (World Health
Organization Classification of Tumors of the Nervous System, 2007)
I II III IV
Astrocytic tumors
Subependymal giant cell astrocytoma X
Pilocytic astrocytoma X
Pilomyxoid astrocytoma X
Diffuse astrocytoma X
Pleomorphic xanthoastrocytoma X
Anaplastic astrocytoma X
Glioblastoma X
Giant cell glioblastoma X
Gliosarcoma X
Oligondendroglial tumors
Oligodendroglioma X
Anaplastic oligodendroglioma X
Oligoastrocytic tumors
Oligoastrocytoma X
Anaplastic oligoastrocytoma X
Ependymal tumors
Subependymoma X
Myxopapillary ependymoma X
Ependymoma X
Anaplastic ependymoma X
Choroid plexus tumors
Choroid plexus papilloma X
Atypical choroid plexus papilloma X
Choroid plexus carcinoma X
Other neuroepithelial tumors
Angiocentric glioma X
Schwannoma X
Neurofibroma X
Perineurioma X X X
Malignant peripheral nerve sheath tumor X X X
(MPNST)
11
Neurofibroma X
Perineurioma X X X
(MPNST)
Meningeal tumors
Meningioma X
Atypical meningioma X
Anaplastic/malignant meningioma X
Hemangiopericytoma X
Anaplastic hemangiopericytoma X
Hemangioblastoma X
Craniopharyngioma X
Pituicytoma X
Adenohypophysis
10
d. WHO grade IV : mitosis aktif, cenderung nekrosis, pada umumnya
berhubungan dengan progresivitas penyakit yang cepat pada pre/post
operasi
3. Jenis – jenis Tumor otak berdasarkan WHO 2000, tumor otak dibagi
menjadi :
a. Tumors of the Neuroepithelial tissue :
1) Astrocytic tumor terdiri dari :
a) Pilocytic astrocytoma (grade I)
b) Diffuse Astrocytoma (grade II)
c) Anaplastic astrocytoma (grade III)
d) Glioblastoma multiforma (grade IV)
2) Oligodendroglioma tumors :
a) Oligodendroglioma (grade II)
b) Anaplastic oligodendroglioma (grade III)
3) Glioma campuran :
a) Oligoastrocytoma (grade III)
b) Anaplastic oligoastrocytoma (grade III)
e. Ependymal tumors
f. Choroid plexus tumors
g. Pineal Parenchymal tumors
h. Embryonal tumors :
1) Medulloblastoma
2) Primitive neuroectodermal tumors (PNET)
i. Meningeal tumors : Meningioma
j. Primary CNS Lymphoma
k. Germs cell tumors
l. Tumors of the sellar region
j. Brain metastase of the systemic cancers.
11
Tipe Tumor Kriteria
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit;astrosit matang; astrosit yang
berkembang dengan normal.
Astrositoma Peningkatan jumlah astrosit yang kurang matur; kemungkinan
anaplastik ada gambaran mitotic (gambaran mitotic menunjukkan
peningkatan pembelahan sel dan perubahan keganasan).
Glioblastoma Peningkatan jumlah sel astrotis;astrotis imatur;adanya gambaran
multiformis mitosis;perdarahan;nekrosis, pembengkakan dan batas tumor
yang tidak jelas.
12
Sebagian besar tumor bersifat jinak, berkapsul, dan tidak menginfiltrasi
jaringan sekitarnya tetapi menekan struktur yang berada di bawahnya.
Pasien usia tua sering terkena dan perempuan lebih sering terkena dari
pada laki-laki. Tumor ini sering kali memiliki banyak pembuluh darah
sehingga mampu menyerap isotop radioaktif saat dilakukan
pemeriksaan CT scan otak.
3) Pitiutary Adenoma
Jika terjadi ekspansi tumor hipofisis, maka tumor dapat mengenai
struktur di atas maupun di sekeliling fosa hipofisis (ekstensi suprasela
dan parasela). Manifestasi neurologis klasik dari lesi ini adalah
hemianopia bitemporal yang disebabkan oleh kompresi kiasma optikum
oleh ekstensi suprasela suatu adenoma. Keadaan patologis lainnya yang
dapat menyebabkan kompresi kiasma, sehingga menyerupai adenoma
hipofisis adalah aneurisma karotis, meningioma suprasela, dan
kraniofaringioma (tumor yang berasal dari sel perkembangan epitel
bukan yang secara embriologis dekat dengan tangkai hipofisis).
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gangguan endokrin bersamaan
dengan atau tanpa gangguan lapang pandang. sel tumor dapat bersifat
fungsional, yaitu mensekresi hormone hipofisis anterior (akromgeali
yang disebabkan oleh kelebihan hormone, prolaktinoma, penyakit
Cushing akibat tumor yang mensekresi kortikortropin). selain itu, dapat
terjadi hipopituitarisme akibat supresi sel normal kelenjar oleh tumor.
Terkadang adenoma hipofisis dapat mengalami infark akut. pasien
menunjukkan gejala nyeri kepala akut dan muntah-muntah (menyerupai
perdarahan subarachnoid) dan hipopituitarisme akut (aplopeksi
hipofisis). Pembengkakan jaringan tumor nekrotik menyebabkan
hemianopia bitemporal yang berkemebang cepat dengan oftalmoplegia
bilateral akibat ekstensi paraselar ke sinus kavernosus.
4) Astrocytoma (Grade 1)
b. Malignan
Tumor ganas sering disebut juga kanker, tumbuh dengan cepat dan
cenderung berinvasi ke jaringan sekitarnya sehingga batasnya tidak tegas dan
13
jarang berkapsul. Pada umumnya, tumor ganas diberi nama sesuai dengan asal
jaringan saat embrio. Tumor ganas yang berasal dari ectoderm dan endoderm
disebut karsinoma, dan yang berasal dari mesoderm disebut sebagai sarcoma.
Jika jaringan tumor ganas sangat menyerupai jaringan embrio, tumor ini disebut
sebagai blastoma, sepertipada neuroblastoma. Jika tumor tersebut berasal dari
dua lapis jaringan embrio, disebut karsinosarkoma. Jika berasal dari tiga lapis
jaringan embrio disebut sebagai teratoma.
1) Astrocytoma (Grade 2,3,4)
2) Oligodendroglioma
Tumor ini dapat timbul sebagai gangguan kejang parsial yang dapat
muncul hingga 10 tahun. Secara klinis bersifat agresif dan menyebabkan
simptomatologi bermakna akibat peningkatan tekanan intrakranial dan
merupakan keganasan pada manusia yang paling bersifat kemosensitif.
3) Apendymoma
Tumor ganas yang jarang terjadi dan berasal dari hubungan erat pada
ependim yang menutup ventrikel. Pada fosa posterior paling sering
terjadi tetapi dapat terjadi di setiap bagian fosa ventrikularis. Dua faktor
utama yang mempengaruhi keberhasilan reseksi tumor dan kemampuan
bertahan hidup jangka panjang adalah usia dan letak anatomi tumor.
Makin muda usia pasien maka makin buruk progmosisnya.
4) Metastase Tumor Otak
Tumor dengan lokasi utama di luar otak. Kanker paru, payudara, dan
ginjal, serta melanoma ganas adalah sumber utama kanker otak
metastasis. Tumor metastasis pada otak umumnya multiple yang
membuatnya lebih sulit ditangani. Lokasi tumor dapat terletak di dalam
otak itu sendiri atau di meningen yang melapisi otak itu sendiri atau di
meningen yang melapisi otak.
4. Berdasarkan Lokasi Tumor
a. Tumor Supratentorial
1) Glioma :
a) Glioblastoma multiforme
14
Tumor ini dapat timbul dimana saja tetapi paling sering
terjadi di hemisfer otak dan sering menyebar kesisi kontra lateral
melalui korpus kolosum. Tumor di dalam otak berkembang dari
sel otak, disebut sel glial. Sel ini adalah beberapa dari yang
disebut sel pendukung yang tidak mengirimkan impuls saraf,
tapi melaksanakan tugas-tugas yang berarti bagi otak, misalnya
membersihkan zat kimia yang berlebihan. Terkadang tumor glial
tumbuh sangat lambat dan orangnya bisa hidup normal selama
bertahun-tahun sebelum masalah muncul. tumor sel glial lainnya
tumbuh dengan cepat sekali dan berisi sel yang membagi dengan
sangat cepat. Obat belum menjadi alat efektif untuk mengobati
tumor yang tumbuh dengan cepat semacam itu. Jenis tumor yang
merupakan masalah pengobatan terbesar dalam bentuk tumor
glial, glioblastoma.
Glioblastoma atau glioblastoma multiform adalah
stadium tertinggi glioma (grade IV), tumor paling ganas dalam
kelas astrocytoma, dan sama dengan grade IV glioma. Gambaran
histologist yang ditambilkan glioblastoma dari seluruh grade
menunjukkan adanya nekrosis dan peningkatan pembuluh darah
disekitar tumor. Tumor grade IV tumbuh dengan cepat dan
memiliki tingkat keganasan yang tinggi.
Banyak peneliti berusaha muncul dengan terapi lebih
baik untuk tumor terberat, Glioblastoma. satu pendekatan adalah
memasukkan obat penghancur kanker langsung ke dalam tumor
dalam bentuk tablet berisi obat bubuk yang dikeluarkan dengan
lambat. Pendekatan ini memperpanjang kelangsungan dan
kulitas hidup, tapi sejauh ini belum memproduksi obat. Tehnik
genetic modem juga diuji yang dapat memasukkan gen ke dalam
tumor, dengan harapan akan membunuh tumor, atau
membuatnya lebih responsive terhadap pengobatan dengan
kemoterapi atau radiasi.
Terdapat 2 subtipe glioblastoma :
15
1. De Novo (baru atau primer)
Tumor de novo tumbuh sangat cepat dan segera membentuk
sel yang terlihat berbahaya. tumor tersebut merupakan
kejadian tumor terbanyak dan sangat berbahaya dari
glioblastoma.
2. Sekunder
Glioblastoma sekunder sering ditemukan pada pasien
berusia kurang dari 45 tahun hingga 45 tahun. Glioblastoma
sekunder ditandai dengan dimulainya grade astrocytoma
awal hingga grade sedang yang berasal dari kelainan gen
yang akan berubah menjadi ganas, tumbuh cepat menjadi
glioblastoma.
Tampilan makroskopis glioblastoma yaitu massa yang
berbatas tegas atau neoplasma yang infiltrative secara difus.
hampir 60% tumor ini merupakan massan yang solid dan sisanya
kistik. nekrosis tumor juga dapat dijumpai. Potongan tumor
dapat berupa massa yang lunak berwarna keabu-abuan atau
kemerahan atau berupa daerah nekrosis dengan konsistensi
seperti krim kekuningan atau berwarna cokelat kemerahan.
Tampilan mikroskopik glioblastoma berupa massa hiperseluler,
pleiomorfisme sel dan nucleus serta nekrosis. garam kalsium
dijumpai pada 3% kasus. Kadang ada kecenderungan sel untuk
berkumpul di sekitar daerah nekrosis, dimana tampilan ini
dikenal dengan istilah pseudopalisade. terjadi pertambahan
jumlah kapiler dan proliferasi endotelnya. gejala yang dialami
pasien mulai dari nyeri kepala, gangguan motorik, perubahan
mental, kejang, abnormalitas neurologis berupa refleks yang
abnormal, konfusi atau diaorientasi, kesadangan menurun,
gangguan lapang pandang, koma dan parese nervus ke III dan
VI.
16
Gambar 2. Glioblastoma – MR sagittal with contrast
b) Astroscytoma
Neoplasma pada sistem saraf pusat dimana sel
predominan diturunkan pada astrosit (neuroglia bentuk seperti
bintang). Pada orang dewasa tumbuh di hemisfer serebri. Pada
anak-anak dan dewasa muda di serebelum, dan pada umumnya
berisi cairan atau kistik.
c) Oligodendroglioma
Merupakan lesi yang tumbuh lambat menyerupai
astrositoma tetapi terdiri dari sel sel oligodendroglia. Tumor
relative avaskuler dan cenderung mengalami klasifikasi
biasanya di jumpai pada hemisfer otak orang dewasa muda.
2) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel sel mesotel, dan sel sel jaringan penyambung
araknoid. Tumor ini umumnya berbentuk bulat atau oval dengan
perlekatan duramater yang lebar (broad base) berbatas tegas karena
adanya psedokapsul dari membran araknoid. Pada kompartemen
supratentorium tumbuh sekitar 90%, terletak dekat dengan tulang
dan kadang disertai reaksi tulang berupa hiperostosis. Karena
merupakan massa ekstraaksial lokasi meningioma disebut sesuai
dengan tempat perlekatannya pada duramater, seperti Falk (25%),
Sphenoid ridge (20%), Konveksitas (20%), Olfactory groove (10%),
Tuberculum sellae (10%), Konveksitas serebellum (5%), dan
17
Cerebello-Pontine angle. Karena tumbuh lambat defisit neurologik
yang terjadi juga berkembang lambat (disebabkan oleh pendesakan
struktur otak di sekitar tumor atau letak timbulnya tumor). Pada
meningioma konveksitas 70% ada di regio frontalis dan
asimptomatik sampai berukuran besar sekali. Sedangkan di basis
kranii sekitar sella turcika (tuberkulum sellae, planum sphenoidalis,
sisi medial sphenoid ridge) tumor akan segera mendesak saraf optik
dan menyebabkan gangguan visus yang progresif. Secara
mikroskopis, sel tumor terlihat bundar, oligonal, oval, atau bentuk
spindle. intinya teratur, bundar atau oval, leptokromatik.
Sitoplasmanya berwarna eosinofilik pucat. tumor ini
vaskularisasinya banyak, shingga untuk pendekatan tindakan
operatif mutlak dilakukan angiografi. CT-scan non kontras terlihat
hiperdens. post kontras enhancemennya homogen, kecuali bila
terjadi nekrotik, kistik, dan hemoragis.
b. Tumor Infratentorial
1) Schwanoma akustikus
Biasanya lambat pertumbuhannya dan paling sering
berkembang pada saraf akustikus sehingga muncul gejala gangguan
pendengaran.
2) Tumor metastasis
Lesi-lesi metastasis menyebabkan sekitar 5 % – 10 % dari
seluruh tumor otak dan dapat berasal dari setiap tempat primer.
Tumor primer paling sering berasal dari paru-paru dan payudara.
Namun neoplasma dari saluran kemih kelamin, saluran cerna, tulang
18
dan tiroid dapat juga bermetastasis ke otak. Organ tubuh seperti
tulang, paru, dan otak mempunyai kecenderungan lebih besar
sebagai tempat metastasis jika dibandingkan dengan organ tubuh
lain, sebaliknya limpa, ginjal, dan hari merupakan organ yang paling
jarang terkena.
Kanker dapat menyebar dari satu organ ke lainnya saat
cukilan kecil tumor pecah dan memasuki aliran darah. Lalu cukilan
tumor terbawa ke orang lain, yang memulai aksinya. kanker yang
menyebar ke otak paling umum menimpa orang lanjut usia; kanker
paru, payudara, usus dan kaker kulit yang disebut melanoma yang
berbahaya. Kanker prostat adalah kasus khusus karena atas suatu
alasan, penyebarannya mengarah ke penutup otak daripada jaringan
otak itu sendiri.
Pada saat kanker menyebar ke otak, biasanya tumbuh
sebagai tumor tunggal. jadi, tumor otak metastatic memiliki gejala
sama sebagai tumor otak primer dan terlihat mirirp sekali pada studi
pencitraan. Dokter bisa memberitahu perbedaan hanya dengan
melihat tumor di bawah mikroskop dan mengenali bahwa sel-sel
yang membentuk tumor tidak, secara normal, berada di dalam otak
tapi bergerak ke sana dari paru-paru atau payudara. tak ajrang gejala
dari otak adalah tanda pertama yang meanndai munculnya kanker.
di waktu-waktu yang lan, keterlibatan otak dalam penyakit sudah
terlambat, setelah kanker sudah menyebar ke organ-organ lain.
3) Meningioma
Meningioma merupakan tumor terpenting yang berasal dari
meningen, sel-sel mesotel, dan sel-sel jaringan penyambung
araknoid dan dural.
4) Hemangioblastoma
Neoplasma yang terdiri dari unsur-unsur vaskuler
embriologis yang paling sering dijumpai dalam serebelum.
19
Klasifikasi astrositoma secara umum dan yang paling banyak dipakai
menurut World Health Organization dibagi dalam beberapa tipe dan grade
(Lopez,1993)
i. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan sekitarnya. Tumor ini
biasa terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat
disembuhkan secara tuntas dan memuaskan. Namun demikian, apabila
mereka menyerang pada tempat yang sukar dijangkau masih dapat
mengancam hidup. Biasanya terdapat pada hemispheric, diencepa, optic,
brainstem dan cerebellum.
ii. Astrositoma difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan disekitarnya. Beberapa
dapat berlanjut ke tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa
muda. Beberapa variannya: protoplasmic, gemistocytic, fibrillary.
iii. Astrositoma anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan
menyebar ke jaringan disekitarnya. Sel-sel tumor sekitarnya terlihat
berbeda dibanding dengan sel-sel yang normal. Rata-rata pasien yang
menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun. Biasanya terdapat pada
hemispheric, diencepa, optic, brainstem dan cerebellum.
iv. Glioblastoma Multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda
dibanding yang normal. Menyerang pada orang dewasa berumur 45-70
tahun. Tumor ini merupakan salah satu tumor otak primer dengan
prognosis yang sangat buruk. Beberapa jenis variannya giant cell
glioblastoma dan gliosarcoma.
Sepenuhnya klasifikasi glioblastoma adalah tidak praktis dan tidak
dimungkinkan karena tumor ini tidak memiliki garis tepi yang jelas. Sebaliknya
mereka memiliki kecenderungan untuk menyerang lokal dan menyebar
disepanjang white matter. Seperti corpus callosum, capsul internal, radiasi optic,
commisurae anterior, fornix, dan daerah subependimal. Penyebaran tersebut
20
dapat membuat tampilan beberapa glioblastoma atau glioma multisenter pada
studi pencitraan.
Analisis histologist telah menunjukkan hanya 2-7% dari glioblastoma
adalah tumor independen daripada penyebaran jauh dari situs utama. Meskipun
pertumbuhan yang cepat infiltrative, glioblastoma cenderung tidak menyerang
ruang subarachnoid dan akibatnya jarang bermetastasis melalui cairan serebro
spinal (CSS). Penyebaran hematogen ke jaringan ekstraneural sangat jarang pada
pasien yang tidak memiliki intervensi bedah sebelumnya, penetrasi dura, sinus
vena dan tulang (Jeffrey, 2013).
2.2.3 Etiologi
Familial Glioma memenuhi sekitar 5% dari glioma ganas, dan kurang dari
1% glioma berhubungan dengan sindrom genetic seperti neurofibromatosis,
Sindrom Turcot, atau sindrom Li-Fraumeni.
Namun etiologi GBM sampai saat ini masih ini masih belum diketahui
secara pasti. Adapun faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti
yang kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada
neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi
pada kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
21
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat
mengalami perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu
terjadinya suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah
timbulnya suatu radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar
yang dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam
proses terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan
antara infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang
dilakukan pada hewan.
2.2.4 Patofisiologi
Astrositoma mengilfiltrasi otak dan sering berkaitan dengan kista dalam
berbagai ukuran. Walaupun mengilfiltrasi jaringan otak, efeknya pada fungsi
otak sedikit sekali pada permulaan penyakit. Pada umumnya astrositoma tidak
bersifat ganas walaupun dapat mengalami perubahan keganasan menjadi
glioblastoma (Jeffrey, 2013).
Glioblastoma dapat diklasifikasi sebagai tumor primer atau sekunder.
Primer glioblastoma untuk sebagian besar kasus sekitar 60% pada orang dewasa
yang lebih tua dari 50 tahun. Tumor ini merupakan tumor de novo, tanpa bukti
klinis atau patologis dari yang sudah ada sebelumnya. Penampakan klinis
singkat, biasanya kurang dari 3 bulan. GBM sekunder sekitar 40% biasanya
berkembang pada pasien yang lebih muda (<45 tahun) melalui perkembangan
ganas dari astrisitoma grade rendah (WHO grade II) atau anaplastik astrositoma
(WHO grade III). Waktu yang diperlukan untuk perkembangan ini bervariasi,
mulai kurang dari 1 tahun hingga lebih dari 10 tahun, dengan interval rata-rata
4.5 tahun. Peningkatan kasus menunjukkan bahwa glioblastoma primer dan
22
sekunder berbeda dalam hal genetic, usia serta respon terhadap terapi (Jeffrey,
2013).
Selama satu decade terakhir konsep genetic yang berbeda yang mengarah
ke titik akhir fenotipik umum menunjukkan sedikit tumpang tindih dan
merupakan entitas penyakit yang berbeda. Studi mulai menilai prognosis terkait
dengan mutasi yang berbeda. Beberapa kelainan genetic yang lebih umum
dijelaskan sebagai berikut:
1. Hilangnya heterozygote (LOH): LOH pada kromosom 10q lengan adalah
perubahan gen yang paling sering untuk glioblastoma primer maupun
sekunder, terjadi pada 60-90% kasus. Mutasi ini tampaknya khusus untuk
glioblastoma dan ditemukan jarang pada kasus tumor lain. Mutasi ini terkait
langsung dengan kelangsungan hidup yang pendek.
2. Mutasi pada p53, gen penekan tumor berada diatas perubahan genetic
pertama kali diidentifikasi pada tumor otak astrocytic. Gen p53 muncul
untuk dihapus atau diubah pada sekitar 25-40% dari semua GBM, dan lebih
sering pada yang sekunder. P53 immunoreactivity tampaknya terkait
dengan tumor yang timbul pada usia yang lebih muda.
3. Epidermal Growth Factor (EGFR) gen epidermal; Gen EGFR terlihat dalam
pengendalian proliferasi sel. Beberapa mutasi genetic yang jelas, termasuk
berlebih dari reseptor serta penyusunan tulang yang menghasilkan isoform
terpotong. Namun semua mutasi yang relevan secara klinis tampaknya
mengandung fenotipe yang sama menyebabkan peningkatan aktivitas.
Tumor ini biasanya menunjukkan hilangnya simultan kromosom 10 tapi
jarang p53 bermutasi bersamaan. Eksprei atau aktivasi mutasi pada gen ini
lebih sering pada mutasi glioblastoma primer, dengan mutasi muncul 40-
50% dari tumor ini. Salah satu varian umum seperti EGFRvIII, telah
menjanjikan sebagai target untuk inhibitor kinase, immunotoxins, dan
vaksin peptide (Jeffrey, 2013)
23
2.2.5 WOC
Bahan karsinogen,
Riwayat kanker Faktor herediter virus, Radiasi
otak abnormal
Tumor otak
25
Perubahan persepsi sensori
penciuman
D.0085
Gangguan pola tidur
Resiko cidera
D.0055
D.0136
26
2.2.6 Manifestasi Klinis
Menurut Louis (2007), gejala dan tanda-tanda yang umum dari
glioblastoma yaitu berupa:
1. Peningkatan tekanan intrakranial, seperti sakit kepala, mual, muntah
dengan disertai papil edema
2. Sepertiga pasien dapat mengalami kejang epilepsi
3. Gejala neurologis non-spesifik seperti sakit kepala dan
4. Perubahan kepribadian juga dapat terjadi
Tanda dan gejala dari tumor otak berbeda, tergantung lokasi tumor.
Namun, manifestasi klinik yang umum adalah :
a. Nyeri kepala
Nyeri kepala ini biasanya hilang dan timbul dan durasinya makin
meningkat. Nyeri kepala terhebat pada pagi hari kemudian berangsur-
angsur menurun.
b. Vertigo
Pasien merasakan serangan pusing dan mau jatuh
c. Mual dan muntah
Muntah ini bersifat proyektil (menyemprot) tanpa didahului rasa mual.
Muntah sering mengindikasikan tumor yang luas dengan efek dari massa
tumor tersebut juga mengindikasikan adanya pergeseran otak. Muntah
berulang pada pagi dan malam hari, dimana muntah yang proyektil tanpa
didahului mual menambah kecurigaan adanya massa intracranial.
d. Kejang epilepsy, biasanya pada tumor di otak besar
e. Perubahan mental biasanya terjadi perlambatan proses psikis seperti
psikosis, letargi, penurunan kesadaran, disorientasi, perubahan kepribadian.
f. Papill edema, adanya penekanan pada nervus optikus oleh tumor
menyebabkan pasien mengalami gangguan penglihatan/ kelaian visus.
g. Seizure, gejala utama dari tumor yang perkembangannya lambat seperti
astrositoma, oligodendroglioma dan meningioma. Paling sering terjadi pada
tumor di lobus frontal baru kemudian tumor pada lobus parietal dan
temporal. (Tarwoto, 2013)
26
Manifestasi klinis berdasarkan lokasi tumor
a. Lobus frontal
a) Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
b) Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra
lateral, kejang fokal
c) Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
d) Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster
kennedy
e) Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
b. Lobus parietal
a) Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi
homonym
b) Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada
girus angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
c. Lobus temporal
a) Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang
didahului dengan aura atau halusinasi
b) Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia dan
hemiparese
c) Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan gejala
choreoathetosis, parkinsonism.
d. Lobus oksipital
a) Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan
penglihatan
b) Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia
berkembang menjadi hemianopsia, objeckagnosia
Manifestasi klinis karena desak massa
a. Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala
menimbulkan obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian
27
tekanan intrakranial mendadak, pasien tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan
kabur, dan penurunan kesadaran
b. Pembengkakan di otak Pontin Angie
a) Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
b) Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa
gangguan fungsi pendengaran
c) Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah
pontin angel
c. Tumor Hipotalamus
a) Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
b) Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan
perkembangan seksuil pada anak-anak, amenorrhoe, dwarfism,
gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan
d. Tumor dari cerebelum
a) Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat
erjadi disertai dengan papil udem
b) Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan
spasme dari otot-otot servikal
e. Posterior Fossa Tumor
Ditemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai
dengan nystacmus, biasanya merupakan gejala awal dari
medulloblastomaKarena gejala klinis yang tidak spesifik, penyakit ini
sering terdiagnosis sebagai infeksi. Gejala lain dapat muncul yaitu psikosis
2.2.7 Penatalaksanaan
Pengobatan GBM saat ini adalah kuratif. Sementara tingkat kematian secara
keseluruhan tinggi. Penemuan terbaru mengarah ke pemahanan tentang
mekanisme biologi molekuler dan mutasi gen dikombinasikan dengan uji klinis
yang mengarah kependekatan terapi lebih menjanjikan. Beberapa hambatan tetap
ada, termasuk heterogenitas tumor, lokasi, dan agresifitas. Oleh karena itu,
pengobatan pasien dengan glioma ganas masih tetap paliatif dan meliputi operasi,
radioterapi dan kemoterapi (Preusser, 2011).
28
Setelah diagnosis awal GBM, pengobatan standar terdiri dari reseksi bedah
maksimal, radioterapi dan kemoterapi bersamaan dengan adjuvant dengan
temozolomide (Preusser, 2011). Temozolomide adalah agen alkilasi oral aktif
yang digunakan untuk orang-orang yang baru didiagnosis dengan GBM. Hal itu
disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika serikat pada Maret,
2005. Penelitian telah menunjukkan bahwa obat ini telah ditoleransi dengan baik
dan memberikan manfaat kelangsungan hidup (Jeffrey, 2013).
Scott et al (2011) menemukan bahwa pasien tua dengan GBM yang
menjalani radioterapi telah meningkatkan kelangsungan hidup secara keseluruhan
dibandingkan dengan mereka yang tidak menjalani pengobatan radioterapi. Bukti
terbaru menunjukkan bahwa pada pasien berusia lebih dari 60 tahun, pengobatan
dengan telozolamide dikaitkan dengan kelangsungan hidup lebih lama
dibandingkan pengobatan dnegan radioterapi standard an bagi mereka lebih dari
70 tahun tenozolamide atau radioterapi hypofractionated dikaitkan dengan
kelangsungan hidup berkepanjangan dibandingkan pengobatan dengan
radioterapi difraksinasi standar.
Terapi radiasi yang dikombinasi dengan kemoterapi telah menunjukkan
kelangsungan hidup yang lebih panjang dibandingkan dengan pemberian terapi
pembedahan saja. Penambahan radioterapi operasi telah terbukti meningkatkan
ketahanan hidup dari 3-4 bulan untuk 7-12 bulan, yang biasanya diberikan 5 hari
perminggu dalam dosis 1.8-2.0 Gy (Jeffrey, 2013).
Salah satu tindakan yang akan dilakukan pada pasien dengan GBM adalah
tindakan pembedahan. Sebuah analisis dari 28 studi menemukan durasi rata-rata
kelangsungan hidup dari total atas reseksi subtotal untuk GBM selama 11 bulan.
Tumor ini tidak dapat disembuhkan dengan operasi, tujuan bedah untuk
menegakkan diagnosis patologis, meringankan efek massa, dan jika mungkin
mencapai total reseksi untuk memfasilitasi terapi adjuvant. Kebanyakan GBM
kambuh dan tumbuh disekitar tempat reseksi. Indikasi untuk reoperasi dari
astrositoma ganas setelah pengobatan awal dengan operasi, radiasi dan
kemoterapi tidak mapan. Reoperasi diindikasikan terutama dalam menghadapi
massa berulang yang mengancam nyawa, terutama jika radionekrosis dari tumor
29
berulang dicurigai sebagai penyebab kerusakan klinis dan radiografi (Jeffrey,
2013).
30
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati
tumor dan dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada
waktu kejang.
Menurut Muttaqin (2008) ada beberapa pemeriksaan diagnostik yang
digunakan dalam mengindikasi penyakit tumor otak, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Computed Tomography Scan (CT-Scan)
Computed Tomography (CT) Scan merupakan suatu teknik
diagnostik dengan menggunakan sinar sempit dari sinar-X untuk
memindai kepala dalam lapisan yang berurutan. Bayangan yang dihasilkan
memberi gambaran potongan melintang dari otak, dengan
membandingkan perbedaan jaringan padat pada tulang kepala, korteks,
struktur subkortikal, dan ventrikel. Bayangan ditunjukkan pada osiloskop
atau monitor TV dan difoto. Lesi-lesi pada otak terlihat sebagai variasi
kepadatan jaringan yang berbeda dari jaringan otak normal sekitarnya.
Jaringan abnormal sebagai indikasi kemungkinan adanya massa tumor,
infark otak dan atrofi kortikal. Oleh karena itu, CT Scan merupakan alat
diagnostik yang penting dalam evaluasi pasen yang diduga menderita
tumor otak. Sensitifitas CT Scan untuk mendeteksi tumor yang
berpenampang kurang dari 1 cm dan terletak pada basis kranil. Gambaran
CT Scan pada tumor otak, umumnya tampak sebagai lesi abnormal berupa
massa yang mendorong struktur otak disekitarnya. Biasanya tumor otak
dikelilingi jaringan udem yang terlihat jelas karena densitasnya lebih
rendah. Adanya kalsifikasi, perdarahan atau invasi mudah dibedakan
dengan jaringan sekitarnya karena sifatnya yang hiperdens. Beberapa jenis
tumor akan terlihat lebih nyata bila pada waktu pemeriksaan CT Scan
disertai dengan pemberian zat kontras.
Penilaian CT Scan pada tumor otak:
a. Tanda proses desak ruang:
1. Pendorongan struktur garis tengah itak
2. Penekanan dan perubahan bentuk ventrikel
31
b. Kelainan densitas pada lesi:
1. Hipodens
2. Hiperdens atau kombinasi
c. Klasifikasi, perdarahan
1. Edema perifokal
32
digunakan untuk melihat perubahan metabolik otak, melokasikan lesi
seperti adanya tumor otak. PET digunakan untuk mendiagnosa kelainan
metabolisme pada otak dan mampu mendiagnosa penyakit Alzheimer serta
penyebab lain dari demensia. Hasil yang didapatkan seperti pada (Gambar
2-6).
33
Gambar 7 Hasil MRI pada Tumor Otak (Pearce, 2009)
4. Elektroensefalografi
Elektroensefalografi (EEG) merekam aktifitas umum eletrik di otak,
dengan meletakkan elektroda-elektroda pada daerah kulit kepala atau
dengan menempatkan mikroelektroda dalam jaringan otak. Pemeriksaan
ini memberikan kajian fisiologis aktifitas serebri. EEG bertindak sebagai
indikator kematian otak. Tumor, abses, jaringan parut, bekuan darah, dan
infeksi dapat menyebabkan aktifitas listrik berbeda dari pola normal irama
dan kecepatan.Pemeriksaan ini pada tumor otak berfungsi untuk
mengevaluasi lobus temporal pada saat kejang.
34
image, abses menunjukkan high signal intensity sedangkan pada tumor
dengan degenerasi nekrosis menunjukkan ISO sampai low signal intensity.
Pada abses biasanya menunjukkan hipoperfusi sedangkan pada glioma
menunjukkan hiperperfusi (Fatterpekar et al, 2001).
35
sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi pemeriksaan ini tidak rutin
dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang besar.
Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-
proses infeksi (abses cerebri).
2.2.9 Komplikasi
Menurut beberapa sumber salah satunya Ginsberg
(2008) komplikasi yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua
faktor yang terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan
serebrospinal mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor
diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi
sehingga menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena
adanya gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa
tumor akan mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu
terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
36
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra,
unkus, dan singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon
sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak
ketiga (okulomotor) (Fransisca, 2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam
selaput otak (serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor
(Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak
adalah khas bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi
neurologis ini tergantung pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain
6. Kematian
37
BAB 3
38
hospitalisasi, diagnostic test dan prosedur pembedahan, adanya
perubahan peran.
39
5. Pencernaan B5 (Bowel)
Mual dan muntah terjadi akibat peningkatan tekanan intracranial
sehingga menekan pusat muntah pada otak. Gejala mual dan muntah
ini biasanya akan diikuti dengan penurunan nafsu makan pada pasien.
Kondisi mulut bersih dan mukosa lembab
6. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone)
Keterbatasan pergerakan anggota gerak karena kelemahan bahkan
kelumpuhan. Kemampuan pergerakan sendi bebas, kondisi tubuh
kelelahan.
40
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
keperawatan selama 1x24 jam nyeri
1) Mengurangi/menghilangkan faktor-faktor
yang dirasakan berkurang 1 atau dapat yang memimbulkan / meningkatkan
diadaptasi oleh klien dengan kriteria pengalaman nyeri
hasil : 2) Memilih dan mengimplementasikan satu
a. Klien mengungkapkan nyeri yang jenis tindakan (farmakologi, non-
dirasakan berkurang atau dapat farmakologi, interpersonal) untuk
diadaptasi ditunjukkan penurunan memfasilitasi pertolongan nyeri
skala nyeri. Skala = 2 3) Mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri
b. Klien tidak merasa kesakitan. ketika memilih strategi pertolongan nyeri
c. Klien tidak gelisah 4) Mendorong klien untuk menggunakan
Domain-Health Knowledge & pengobatan nyeri yang adekuat
Behaviour (IV) 5) Instruksikan pasien/keluarga untuk
Pain Control (1605) melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri
Klien dapat mengenal onset nyeri timbul.
Klien dapat menggambarkan faktor
6) Mengajarkan tehnik relaksasi dan metode
penyebab distraksi
Klien mengenal gejala yang
7) Observasi adanya tanda-tanda nyeri non
berhubungan dengan nyeri (160509) verbal seperti ekspresi wajah, gelisah,
Melaporkan kontrol nyeri (160511) menangis/meringis, perubahan tanda vital.
Pain: Disruptive Effects (2101) Kolaborasi: Analgesic Administration
Hubungan interpersonal tidak (2210)
terganggu 1) Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas,
Tindakan peran seperti semula dan keparahan nyeri sebelum pengobatan
Dapat melakukan ktivitas sehari-hari klien
Aktivitas fisik tidak terganggu 2) Mengecek permintaan medis untuk obat,
dosis, dan frekuensi dari analgesik yang
telah ditentukan (resep)
41
Domain 4: Activity/Rest
Class 4. Cardiovascular/Pulmonary Responses
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan tindakan Airway Management (3140)
keperawatan selama 1x24 jam pola
1) Monitor status respirasi dan oksigenasi,
pernafasan kembali normal dengan yang tepat
kriteria Hasil : Respiratory Management (3350)
a. Pola nafas efekif 1) Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan
b. GDA normal upaya pernafasan.
c. Tidak terjadi sianosis 2) Monitor pola pernapasan
Domain-Physiologic Health (II) 3) Monitor tingkat saturasi oksigen dalam klien
Class-Cardiopulmonary (E) yang tenang
Respiratory Status (0415) 4) Auskultasi suara napas, mencatat area
Respiraroty Rate normal penurunan ketiadaan ventilasi dan
Respiraory Rhytm normal keberadaan suara tambahan
Kedalaman inspirasi normal
Saturasi oksigen normal
Tidak ada sianosis
42
b. Menunjukkan tingkat kesadaran
4) Monitor TIK klien dan respon neurologis
normal untuk merawat aktivitas dan stimuli
c. Orientasi pasien baik lingkungan
d. RR 16-20x/menit 5) Monitor jumlah, kecepatan, dan
e. Nyeri kepala berkurang atau tidak karakteristik dari aliran cairan serebrospinal
terjadi (CSF)
Domain-Physiologic Health (II) 6) Memberikan agen farmakologi untuk
Class-Cardiopulmonary (E) menjaga TIK pada batas tertentu
Perfusi Jaringan: Serebral (0406) 7) Memberi jarak waktu intervensi
Tekanan intracranial normal keperawatan untuk meminimalkan PTIK
Tekanan darah sistolik normal 8) Monitor secara berkala tanda dan gejala
Tekanan darah diastolic normal peningkatan TIK
Mean Blood Pressure normal a. Kaji perubahan tingkat kesadaran, orientasi,
Sakit kepala hilang memori, periksa nilai GCS
Tidak mengalami penurunan tingkat
b. Kaji tanda vital dan bandingkan dengan
kesadaran keadaan sebelumnya
Tidak ada gangguan reflek neurologikc. Kaji fungsi autonom: jumlah dan pola
pernapasan, ukuran dan reaksi pupil,
pergerakan otot
d. Kaji adanya nyeri kepala, mual, muntah,
papila edema, diplopia, kejang
e. Ukur, cegah, dan turunkan TIK
1. Pertahankan posisi dengan meninggikan
bagian kepala 15-300, hindari posisi
telungkup atau fleksi tungkai secara
berlebihan
2. Monitor analisa gas darah, pertahankan
PaCO2 35-45 mmHg, PaO2 >80mmHg
3. Kolaborasi dalam pemberian oksigen
4. Hindari faktor yang dapat meningkatkan
TIK
43
9) Istirahatkan pasien, hindari tindakan
keperawatan yang dapat mengganggu tidur
pasien
10) Berikan sedative atau analgetik dengan
kolaboratif.
44
Tidak terjadi jatuh ketika posisi berdiri, b. Untuk menambah pengetahuan
berjalan, duduk dan ketika tidur klien tentang hipotensi ortostatik.
Domain-Health Knowledge & c. Melatih kemampuan klien dan
Behaviour (IV) memberikan rasa nyaman ketika
Class-Risk Control & Safety (T) mengalami hipotensi ortostatik.
Physical Injury Severity (1913)
Cedera bedah kepala tidak ada
Gangguan mobilitas tidak ada
Penurunan tingkat kesadaran tidak
terjadi
Perdarahan tidak terjadi
45
2) Diet: klien menghabiskan
porsi makannya dan nafsu
makan bertambah
Nutritional Status (1004)
Intake nutrisi adekuat
Intake makanan adekuat
Intake cairan adekuat
Hidrasi
46
7. Gangguan rasa nyaman (00214) berhubungan dengan nyeri akibat tidak
mampu menggerakan leher.
Domain 12: Comfort
Class 1. Physical Comfort
NOC NIC
Tujuan : setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 1) Kaji rentang gerak leher klien
1x24 jam memberikan 2) Memberi helth education kepada
kenyamanan gerak leher pada pasien mengenai penurunan fungsi
klien dengan kriteria Hasil : gerak leher
a. Klien dapat menggerakan 3) Kolaburasi dengan fisioterapi
leher secara normal 4) Mengetahui kemampuan gerak leher
b. Klien dapat beraktifitas klien
secara normal 5) Membantu pasien untuk dapat
menerima kondisi yang dialami
6) Terapi dapat membantu
mengembalikan gerak leher klien
secara normal
47
BAB 4
Kasus
Tn. A usia 40 tahun menjalani rawat inap hari pertama di RS.Soetomo pada
tanggal 18 Juli 2017, ia didiagnosa mengalami glioma. Pasien mengalami nyeri
kepala yang sangat hebat hingga mual dan muntah. Nyeri kepala mulai dirasakan
semenjak 4 bulan yang lalu, pada awalnya nyeri hanya sesekali muncul, tetapi lama-
kelamaan semakin hebat dan terus-menerus. Berdasarkan hasil pemeriksaan
menunjukkan RR 24x/menit, TD 150/90 mmHg, Nadi 110x/menit, S 37˚C. Klien
terlihat cemas, ia mengatakan takut jika dilakukan operasi kemudian operasinya
tidak berjalan sesuai rencana. Keadaan umum pasien lemah namun tidak
mengalami penurunan kesadaran dengan GCS 456. Pasien direncanakan untuk
operasi pada tnggal 21 Juli 2017.
4.1 Pengkajian
“Terlampir”
48
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
49
tidak melakukan aktivitas. Penambahan Massa
Q: Pasien mengatakan nyeri yang Otak dan atau Cairan
dirasakan seperti ditusuk-tusukl Otak
R: Pasien mengatakan nyeri pada ↓
kepala sebelah kanan Kerusakan pembuluh
S: skala nyeri 7 (1-10) darah otak
menerus intravaskuler ke
DO: PTIK
50
operasi yang akan dilakukan
Klien tampak gelisah
Kontak mata pasien saat
berinteraksi buruk
Pasien terlihat khawatir dan sering
melamun
TD: 150/90 mmHg
N: 110x/menit
RR: 22x/menit
51
042208-Aliran darah mempertahankan TIK
melalui pembuluh dalam jangkauan
darah cerebral tidak tertentu
ada deviasi/ normal 5. Beritahu dokter untuk
(5) peningkatan TIK yang
042209-Aliran darah tidak bereaksi sesuai
melalui pembuluh peraturan perawatan
perifer tidak ada
deviasi/ normal (5) Pencegahan Perdarahan
Subaraknoid (2720)
Perfusi jaringan: 1. Kurangi rangsangan di
perifer (0407): lingkungan sekitar
040727-Tekanan pasien
darah sistolik tidak 2. Batasi televisi, radio,
ada deviasi/ normal dan stimulasi lainnya
rentang 120-100 3. Batasi pengunjung jika
mmHg (5) diindikasikan
040728-Tekanan 4. Beri obat anti nyeri jika
darah diastolik tidak diperlukan
ada deviasi/ normal 5. Beritahu dokter
rentang 100-80 mengenai perubahan
mmHg (5) status neurologis pasien
040743-Muka pucat 6. Monitor denyut nadi dan
tidak ada (5) tekanan darah pasien
040744-Kelemahan 7. Monitor (pemantauan)
otot tidak ada (5) tekanan intra kranial
(TIK) dan tekanan
Perfusi Jaringan: perfusi serebral jika
Serebral (0406): diindikasikan
040613-Tekanan
darah sistolik tidak Monitor Neurologi (2610)
ada deviasi/ normal 1. Pantau ukuran pupil,
52
rentang 120-100 bentuk, kesimetrisan
mmHg (5) dan reaktivitas
040614-Tekanan 2. Monitor tanda-tanda
darah diastolik tidak vital: suhu, tekanan
ada deviasi/ normal darah, denyut nadi, dan
rentang 100-80 respirasi
mmHg (5) 3. Catat keluhan sakit
040606-Kelesuan kepala
tidak ada (5) 4. Monitor respon
040618-Kognisi terhadap stimuli: verbal,
terganggu tidak ada taktil, dan respon
(5) bahaya
5. Monitor respon
Tanda-Tanda Vital terhadap obat
(0802): 6. Konsultasikan dengan
080210-Irama rekan kerja untuk
pernapasan tidak ada mengkonfirmasi data
deviasi dari kisaran 7. Hindari kegiatan yang
normal (5) bisa meningkatkan
080205-Tekanan tekanan intracranial
darah sistolik tidak 8. Beritahu dokter
ada deviasi dari mengenai perubahan
kisaran normal (5) kondisi pasien
080206-Tekanan
darah diastolik tidak Monitor Tanda-Tanda
ada deviasi dari Vital (6680)
kisaran normal (5) 1. Monitor tekanan darah,
080209-Tekanan nadi nadi, suhu, dan status
tidak ada deviasi dari pernapasan dengan tepat
kisaran normal (5) 2. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
53
3. Monitor warna kulit,
suhu, dan kelembapan
4. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
2. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri (1400)
berhubungan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian
dengan infiltrasi selama 1x24 jam, nyeri komprehensif
tumor ditandai diharapkan pasien yang meliputi lokasi,
dengan ekspresi mampu mengontrol karakteristik, onset/
wajah nyeri/ nyeri yang dirasakan, durasi, frekuensi,
meringis dengan kriteria hasil kualitas, intensitas atau
(NANDA 00133) Kontrol nyeri beratnya nyeri dan
(1605): faktor pencetus
160504- 2. Bantu keluarga dalam
Menggunakan mencari dan
tindakan menyediakan dukungan
pengurangan nyeri 3. Berikan informasi
tanpa analgesic mengenai nyeri, seperti
secara konsisten penyebab nyeri, berapa
menunjukkan (5) lama nyeri akan
160505- dirasakan, dan antisipasi
Menggunakan dari ketidaknyamanan
analgesic yang akibat prosedur
direkomendasikan 4. Ajarkan prinsip-prinsip
secara konsisten manajemen nyeri
menunjukkan (5) 5. Kolaborasi dengan
160509-Mengenali pasien, orang terdekat,
apa yang terkait dan tim kesehatan untuk
dengan gejala nyeri memilih dan
mengimplementasikan
54
secara konsisten tindakan penurun nyeri
menunjukkan (5) non farmakologis, sesuai
kebutuhan
Nyeri: Efek yang 6. Dukung istirahat/ tidur
mengganggu (2101): yang adekuat untuk
210127- membantu penurunan
Ketidaknyamanan nyeri
tidak ada (5)
2101013-Gangguan Monitor Tanda-Tanda
pergerakan fisik tidak Vital (6680)
ada (5) 5. Monitor tekanan darah,
210129-Gangguan nadi, suhu, dan status
pada aktivitas hidup pernapasan dengan tepat
sehari-hari tidak ada 6. Monitor keberadaan dan
(5) kualitas nadi
210134-Gangguan 7. Monitor warna kulit,
aktivitas fisik tidak suhu, dan kelembapan
ada (5) 8. Identifikasi
kemungkinan penyebab
Tingkat Nyeri perubahan tanda-tanda
(2102): vital
210206-Ekspresi
nyeri wajah tidak ada Pemberian Analgesik
(5) (2210)
210224-Mengerinyit 1. Tentukan lokasi,
tidak ada (5) karakteristik, kualitas
210210-Frekuensi dan keparahan nyeri
napas tidak ada sebelum mengobati
deviasi dari kisaran pasien
normal (5) 2. Cek perintah
210212-Tekanan pengobatan meliputi
darah tidak ada obat, dosis, dan
55
deviasi dari kisaran frekuensi obat analgesic
normal (5) yang diresepkan
3. Cek adanya riwayat
Tingkat Kecemasan alergi obat
(1211): 4. Dokumentasikan respon
121119-Peningkatan terhadap analgesik dan
tekanan darah tidak adanya efek samping
ada (5) Normal: 5. Kolaborasikan dengan
120/80 mmHg dokter apakah dosis,
121120-Peningkatan obat, rute pemberian,
frekuensi nadi tidak atau perubahan interval
ada (5) Normal: 60- dibutuhkan, untuk
100x/menit rekomendasi khusus
121121-Peningkatan berdasarkan prinsip
frekuensi pernapasan analgesik
tidak ada (5) Normal:
16-20x/menit Peningkatan tidur (1850)
121129-Gangguan 1. Tentukan pola tidur/
tidur tidak ada (5) aktivitas pasien
2. Monitor/ catat pola
Tidur (0004): tidur pasien dan jumlah
000403-Pola tidur jam tidur
tidak terganggu (5) 3. Sesuaikan lingkungan
000404-Kualitas tidur (cahaya, kebisingan,
tidak terganggu (5) suhu, kasur, dan tempat
000421-Kesulitan tidur) untuk
memulai tidur tidak meingkatkan tidur
ada (5) 4. Bantu untuk
000425-Nyeri tidak menghilangkan situasi
ada (5) stress sebelum tidur
5. Monitor makanan
sebelum tidur dan
56
Pengetahuan: intake minuman yang
Manajemen Nyeri dapat memfasilitasi/
(1843): mengganggu tidur
184303-Strategi 6. Mulai/ terapkan
untuk mengontrol langkah-langkah
nyeri pengetahuan kenyamanan seperti
sangat banyak (5) pijat, pemberian posisi,
184306-Penggunaan dan sentuhan afektif
yang benar dari obat 7. Bantu meningkatkan
yang diresepkan jumlah jam tidur
pengetahuan sangat 8. Diskusikan dengan
banyak (5) pasien dan keluarga
184311-Efek mengenai teknik untuk
samping obat meningkatkan tidur
pengetahuan sangat 9. Berikan pamflet dengan
banyak (5) informasi mengenai
184323-Teknik teknik untuk
relaksasi yang efektif meningkatkan tidur
pengetahuan sangat
banyak (5) Manajemen Lingkungan:
Kenyamanan (6482)
Tanda-Tanda Vital 1. Tentukan tujuan pasien
(0802): dan keluarga dalam
080210-Irama mengelola lingkungan
pernapasan tidak ada dan kenyaman yang
deviasi dari kisaran optimal
normal (5) 2. Hindari gangguan yang
080205-Tekanan tidak perlu dan berikan
darah sistolik tidak untuk waktu istirahat
ada deviasi dari 3. Ciptakan lingkungan
kisaran normal (5) yang tenang dan
mendukung
57
080206-Tekanan 4. Sediakan lingkungan
darah diastolik tidak yang aman dan bersih
ada deviasi dari 5. Fasilitasi tindakan-
kisaran normal (5) tindakan kebersihan
080209-Tekanan nadi untuk menjaga
tidak ada deviasi dari kenyamanan individu
kisaran normal (5) (membersihkan badan,
rambut, rongga mulut
dan lain-lain)
3. Ansietas Setelah dilakukan Pengurangan Kecemasan
berhubungan asuhan keperawatan (5820)
dengan krisis selama 1x24 jam, 1. Gunakan pendekatan
situasi ditandai diharapkan tingkat yang tenang dan
dengan gelisah kecemasan yang meyakinkan
(NANDA 00146) dirasakan pasien 2. Berikan informasi
berkurang/ hilang, faktual terkait diagnosis,
dengan kriteria hasil : perawatan dan prognosis
Tingkat kecemasan 3. Dorong keluarga untuk
(1211): mendampingi klien
121105-Perasaan dengan cara yang tepat
gelisah tidak ada(5) 4. Dengarkan klien
121116-Rasa takut 5. Intruksikan klien untuk
yang disampaikan menggunakan teknik
secara lisan tidak ada relaksasi
(5) 6. Kaji untuk tanda verbal
121117-Rasa cemas dan non verbal
yang disampaikan kecemasan
secara lisan tidak ada
(5) Peningkatan Koping
121119-Peningkatan (5230)
tekanan darah tidak 1. Berikan suasana
ada (5) penerimaan
58
121120-Peningkatan 2. Bantu pasien dalam
frekuensi nadi tidak mengembangkan
ada (5) penilaian terkait dengan
121121-Peningkatan kejadian dengan lebih
frekuensi pernapasan objektif
tidak ada (5) 3. Kenali latar belakang
121129-Gangguan budaya/ spiritual pasien
tidur tidak ada (5) 4. Dukung verbalisasi
perasaan, persepsi, dan
Tingkat Rasa Takut rasa takut
(1210): 5. Dukung keluarga untuk
121016-Peningkatan memverbalisasikan
tekanan darah tidak perasaan mengenai
ada (5) sakitnya anggota
121017-Peningkatan keluarga
denyut nadi radial
tidak ada (5) Dukungan Emosional
121018-Peningkatan (5270)
frekuensi pernapasan 1. Diskusikan dengan
tidak ada (5) pasien mengenai
121026-Tidak pengalaman emosinya
mampu tidur tidak 2. Rangkul atau sentuh
ada (5) pasien dengan penuh
121031-Verbalisasi dukungan
rasa takut tidak ada 3. Dorong pasien untuk
(5) mengekspresikan
121033-Ketakutan perasaan cemas, marah
tidak ada (5) atau sedih
4. Temani pasien dan
Tidur (0004): berikan jaminan
000403-Pola tidur keselamatan dan
tidak terganggu (5)
59
000404-Kualitas tidur keamanan selama
tidak terganggu (5) periode cemas
000421-Kesulitan 5. Rujuk untuk konseling
memulai tidur tidak sesuai kebutuhan
ada (5)
000425-Nyeri tidak Terapi Relaksasi (6040)
ada (5) 1. Gambarkan
rasionalisasi dan
Tanda-Tanda Vital manfaat relaksasi serta
(0802): jenis relaksasi yang
080210-Irama tersedia (music,
pernapasan tidak ada meditasi, bernapas
deviasi dari kisaran dengan ritme, dan lain-
normal (5) lain)
080205-Tekanan 2. Tentukan apakah ada
darah sistolik tidak intervensi dimasa lalu
ada deviasi dari yang sudah
kisaran normal (5) memberikan manfaat
080206-Tekanan 3. Ciptakan lingkungan
darah diastolik tidak yang tenang dan tanpa
ada deviasi dari distraksi dengan lampu
kisaran normal (5) yang redup dan suhu
080209-Tekanan nadi lingkungan yang
tidak ada deviasi dari nyaman
kisaran normal (5) 4. Minta klien untuk rileks
dan merasakan sensasi
yang terjadi
5. Gunakan suara yang
lembut dengan irama
yang lambat untuk
setiap kata
6. Dorong pengulangan
60
teknik praktik-praktik
tertentu secara berkala
7. Gunakan relaksasi
sebagai strategi
tambahan dengan obat-
obatan nyeri
8. Evaluasi dan
dokumentasi respon
terhadap terapi relaksasi
Monitor Tanda-Tanda
Vital (6680)
9. Monitor tekanan darah,
nadi, suhu, dan status
pernapasan dengan tepat
10. Monitor keberadaan dan
kualitas nadi
11. Monitor warna kulit,
suhu, dan kelembapan
12. Identifikasi
kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda
vital
61
4.5 Implementasi dan Evaluasi
Jumat / 06 1 08.00 - Memonitor tekanan darah, suhu, 13.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Juni 2014 / 1 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 120/70 S: 36,50C N: pandangan terasa gelap
84x/menit RR: 20x/menit
O: TD: 120/70 S: 36,50C N:
08.15 - Memonitor status neurologis
84x/menit RR: 20x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
08.16 - Membatasi klien dalam penggunaan A: Masalah risiko ketidakefektifan
handphone, menonton televisi perfusi jaringan otak belum teratasi
08.30 - Memberikan agen farmakologis
P: tindakan dilanjutkan
dengan kolaborasi bersama dokter
untuk mempertahankan TIK yaitu Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
mannitol
Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
(1,3,4,5,6,7)
62
2 09.00 - Melakukan pengkajian nyeri 13.30 S: klien mengatakan nyeri kepala
komprehensif berkurang
P: nyeri bertambah jika bergerak
O: Skala nyeri 3
Q: nyut-nyutan
R: kepala A: Masalah Nyeri Kronis belum
S: skala nyeri 4 teratasi
T: dirasakan tiba-tiba, durasi 5 menit
P: Tindakan dilanjutkan
09.15 - Memberikan paracetamol 2 tablet
500 mg diminum tiap 4-6 jam Manajemen Nyeri (1,2,3,4,5,6)
dengan anjuran dokter
Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
- menerapkan langkah-langkah
09.30
kenyamanan yaitu memijat lengan Pemberian Analgesik (1,2,3,4,5)
dan kaki
Peningkatan tidur (1,2,3,4,5,6,7,8,9)
3 10.00 - Menggunakan pendekatan yang 13.45 S: Klien mengatakan tidak cemas dan
tenang dan meyakinkan merasa lebih rileks/tenang
- memberikan informasi faktual
O: Klien tampak tidak gelisah
10.15 terkait diagnosis, perawatan dan
prognosis A: Masalah Ansietas belum teratasi
63
- menciptakan lingkungan yang P: Tindakan dilanjutkan
tenang dan tanpa distraksi dengan
10.30 Pengurangan Kecemasan (1,2,4,5,6)
lampu yang redup dan suhu
lingkungan yang nyaman Peningkatan Koping (1,2,3,4,5)
- mengevaluasi dan dokumentasi
Terapi Relaksasi (1,2,4,5,6,7,8)
respon terhadap terapi relaksasi
10.45 Dukungan Emosional (1,2,3,4,5)
Jumat / 06 1 15.15 - Memonitor tekanan darah, suhu, 21.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Juni 2014 / 2 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 110/70 S: 370C N: 90x/menit pandangan terasa gelap
RR: 18x/menit
O: TD: 110/70 S: 36,70C N:
- Memonitor status neurologis
15.30 90x/menit RR: 18x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
15.31 - Memberikan agen farmakologis A: Masalah risiko ketidakefektifan
dengan kolaborasi bersama dokter perfusi jaringan otak belum teratasi
untuk mempertahankan TIK yaitu
P: tindakan dilanjutkan
manitol
15.35 - Membatasi pengunjung Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
- Mencatat keluhan sakit kepala
15.37 Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
P: nyeri bertambah jika bergerak
(1,4,5,6,7)
Q: nyut-nyutan
64
R: kepala Monitor Neurologi (1,2,4,6,7,8)
S: skala nyeri 4
Monitor Tekanan Intra Kranial
T: dirasakan tiba-tiba, durasi 5 menit
(1,2,3,4)
15.50 - Memonitor respon terhadap obat
yaitu manitol
Jumat / 20 1 22.15 - Memonitor tekanan darah, suhu, 06.00 S: Klien mengatakan bingung dan tidak
Sept 2019 / 3 nadi, dan pernapasan bisa konsentrasi, Klien mengatakan
TD: 120/70 S: 36,50C N: pandangan terasa gelap
80x/menit RR: 18x/menit
O: TD: 120/70 S: 36,50C N:
- Memonitor status neurologis
80x/menit RR: 18x/menit. E4 V5 M6
E4 V5 M6
- Memberikan agen farmakologis A: Masalah risiko ketidakefektifan
dengan kolaborasi bersama dokter perfusi jaringan otak belum teratasi
22.30
untuk mempertahankan TIK yaitu
P: tindakan dilanjutkan
mannitol
- Mengurangi rangsangan di Monitor Tanda-Tanda Vital (1,2,3,4)
22.45
lingkungan sekitar pasien yaitu
Pencegahan Perdarahan Subaraknoid
menutup tirai
(4,5,6,7)
65
22.50 Monitor Tekanan Intra Kranial
(1,2,3,4)
66
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Glioma merupakan jenis tumor otak yang paling sering terjadi dan memiliki
empat level keganasan, salah satunya yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah
tumor otak glioma sub tipe astrositoma grade empat yaitu glioblastoma multiforme
(American Brain Tumor Association, 2014). Glioblastoma multiforme paling
sering terjadi di bagian lobus frontal, lobus parietal dan lobus temporal pada otak.
Manifestasi klinis yang sering muncul dari GBM dapat berupa: Nyeri kepala,
Kejang, Kehilangan memori, Gangguan bicara, Mual muntah, Papiledema,
Gangguan sensorik dan penglihatan, Ataksia, Pusing dan juga sinkop.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendukung penegakan
diagnosis, seperti: Computed Tomography, Magnetic resonance Imaging (MRI)
dengan dan tanpa kontras, Positrion Emission Tomography (PET)
Tindakan diagnostic lainnya yang dapat digunakan, yaittu:
Electroencephalography: Pungsi lumbal (umumnya kontraindikasi tapi kadang-
kadang diperlukan untuk mengesampingkan limfoma), dan Studi cairan
cerebrospinal tidak signifikan memfasilitasi diagnostic spesifik GBM.
Diagnosa Keperawatan yang dapat ditegakkan pada kasus Glioblastoma,
antara lain: Nyeri kronis, Ketidakefektifan pola nafas, Risiko ketidakefekifan
perfusi jaringan serebral, Risiko cedera, Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan
tubuh, Gangguan mobilitas fisik, serta Gangguan rasa nyaman.
67
DAFTAR PUSTAKA
68
NOTULENSI SGD 5 ONKOLOGI
Tanya Jawab:
1. Pada stadium berapa glioma terdeteksi?
Glioma sebenarnya dapat terdeteksi pada stadium awal, terutama dengan cara
pemeriksaan penunjang sepeti CT scan, MRI dsb. Namus masalah penyakit
kanker di Indonesia hampir 70% penderitanya baru ditemukan dalam keadaan
stadium yang sudah lanjut. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis lanjut
data Riskesdas 2007-2008. Mengapa hal ini terjadi? Karena masyarakat
seringkali menganggap remeh gejala-gejala yang muncul.
Sumber;
Oemiati dkk. 2011. Prevalensi Tumor Dan Beberapa Faktor Yang
Mempengaruhinya Di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Tahun 2011
2. Radiasi seperti apa yang dapat menyebabkan kanker? Dan kenapa radiasi
menjadi faktor resiko sekaligus penatalaksanaan utk kanker?
Jawaban: Sebelumnya kita perlu mengetahui bahwa terdapat banyak sumber
radiasi yang kita kenal di sekitar kehidupan kita, contohnya adalah televisi,
lampu penerangan, alat pemanas makanan (microwave oven), komputer, sinar
matahari, gelombang microwave, radar dan handphone. Radiasi dapat
digolongkan berdasar gelombang elektromagnetiknya. Pada radiasi seperti
gelombang radio dengan panjang gelombang ≥10–7 nm dan memiliki energi
<12 eV, termasuk ke dalam radiasi non-ioniksedangkan gelombang radio
dengan energi >12 eV, seperti sinar-X dan sinar-ɣ disebut radiasi pengion.
Radiasi pengion inilah yg diunakan dalam terapi kanker, karena dapat
membentuk ion (partikel bermuatan listrik) dan menyimpan energi ke sel-sel
jaringan yang melewatinya. Energi ini yang tersimpan ini dapat membunuh sel-
sel kanker atau menyebabkan perubahan genetik.
Menjawab pertanyaan mengapa Radiasi dapat enjadi faktor resiko sekaligus
penatalaksanaan? Karena sperti penjelasan diatas bahwa radiasi dapat
menyebabkan perubahan genetik. Sehingga paparan radiasi yang tidak
69
terkontrol tentu saja dapat berdampak buruk (enimbulakan mutasi gen).
Berbeda dengan radiasi yang memang ditujukan sebagai bentuk terapai, yang
telah disesuaikan dengan mempertimbangkan radiosensitivitas sel hingga
fenotip sel kanker seperti sifat proliferasi yang berhubungan erat dengan
apoptosis (kematian sel).
Sumber:
Nur Fitriatuzzakiyyah, dkk. 2017. Terapi Kanker dengan Radiasi: Konsep
Dasar Radioterapi dan Perkembangannya di Indonesia. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia, Desember 2017 Vol. 6 No. 4, hlm 311–320 Tersedia online pada:
http://ijcp.or.id ISSN: 2252–6218
Nurhayati. 2006. Apoptosis Dan Respon Biologik Sel Sebagai Faktor Prognosa
Radioterapi Kanker. Buletin Alara, Volume 7 Nomor 3, April 2006, 57 – 66
70
Kadang bisa menyerupai gejala maag, flu, sakit kepala, mual, dan muntah.
Sakit kepalanya pun tidak khas dan sangat bervariasi. Ada yang seperti
migrain, ada yang seperti vertigo, ada pula yang hanya muncul di pagi
hari. Yang pasti, perlu waspada bila sakit kepala terus menerus, sulit
disembuhkan, dan makin progresif. Misalnya hari ini sakit kepala, lalu
minum obat. Besoknya sakit lagi, dan obat seperti kemarin tidak mempan
lagi, itu berarti progresif. Atau menandakan ada sesuatu di otak. Selain
gejala umum yang tidak khas, ada pula gejala lain sesuai dengan lokasi
kankernya. Bila kanker tumbuh di pusat bicara, maka gejalanya mungkin
kesulitan bicara. Bila yang terjangkit adalah bagian asosiasi, maka
penderita tetap bisa bicara, tapi mungkin tidak nyambung. Gangguan
berupa vertigo terus-menerus menjadi tanda bahwa kanker ada di otak
kecil. Sedangkan bila tumor ada di batang otak, umumnya ada penurunan
kesadaran. dr. Made menyarankan agar orang dengan gejala-gejala
demikian segera melakukan pemeriksaan MRI, bersamaan dengan
medical check up rutin, sehingga kanker otak bisa dideteksi secara dini,
dan segera dilakukan pengobatan. Sehingga, angka keberhasilan
pengobatan akan lebih tinggi.
Sumber:
https://www.suara.com/health/2019/06/27/083036/gejala-kanker-otak-yang-
diidap-agung-hercules-kerap-berupa-vertigo
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3642807/hati-hati-vertigo-
juga-bisa-terjadi-karena-ada-tumor-di-kepala
71
terjadi kanker. Ditambah lagi Otak merupakan organ yang cukup vital dengan
sistem pertahanan yang berlapi. Sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Pak
Abu Bakar dalam pertemuan kuliah sebelumnya, bahwa Otak manusia memiliki
perlindungan berlapis sehingga memiliki kemungiinan kecil untuk bisa
terinfeksi virus yang kemudian berubah menjadi keganasan, dengan presentase
10:100.000.
Sumber:
https://www.alodokter.com/penyebab-kanker-otak-yang-perlu-anda-waspadai
http://kanker.kemkes.go.id/guidelines/PNPKOtak.pdf
6. Kelompok telah menjelaskan bahwa kejadian tumor otak sebagian besar terjadi
pada orng dengan usia >50 tahun. Lalu apakah ada cara untuk mencegah terjadinya
tumor otak?
Jawaban: Karena memang belum diketahui secara pasti apa penyebab glioma,
upaya yang dapat dilakukan adalah melalui pencegahan faktor risiko seperti tidak
merokok dan berperilaku hidup sehat (The Oncology Group, 2003). Berperilaku
hidup sehat dapat dilakukan dengan cara:
Berolahraga dengan rutin
Menghindari alkohol
Menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang, misalnya dengan
mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, dan biji-bijian serta ditambah
membatasi diri mengonsumsi lemak.
Mengurangi makanan yang diasap, dibakar, dan diawetkan dengan nitrit,
maupun zat kimiawi buatan
Selain melalui pencegahan faktor risiko, upaya pencegahan lain yang dapat
dilakukan adalah dengan deteksi dini melalui MRI jika mengalami gejala-gejala
yang mengindikasikan glioma, membatasi radiasi langsung yang berlebihan pada
tubuh, dan memeriksakan kesehatan secara teratur.
Sumber:
https://www.halodoc.com/cara-pencegahan-tumor-otak-yang-perlu-diketahui
Idham Muchlis Purba. 2014. Analisis Asuhan Keperawatan Masyarakat Perkotaan
Pada Tn. A Dengan Tumor Otak Post Kraniotomi Di Lantai V Bedah RSPAD
72
Gatot Soebroto [Karya Tuis Ilmiah]. Depok (ID): Universitas Indonesia.
Diakses pada Tanggal 28 September 2019. Tersedia pada:
<http://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20390988&lokasi=lokal>.
Sumber: https://www.honestdocs.id/temozolomide
73