Perbedaan Individu Dalam Perkembangan Emosi Dan Perkembangan Emosi Usia Remaja Dan Implikasinya Dalam Pendidikan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 5

PERBEDAAN INDIVIDU DALAM PERKEMBANGAN EMOSI DAN

PERKEMBANGAN EMOSI USIA REMAJA DAN IMPLIKASINYA DALAM


PENDIDIKAN

A. Perbedaan individu dalam perkembangan emosi

Dengan meningkatnya usia anak, semua emosi diekspresikan secara lebih


lunak karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi
yang berlebihan, sekalipun emosi itu berupa kegembiraan atau emosi yang
menyenangkan lainnya. Selain itu karena anak-anak mengekang sebagian ekspresi
emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama daripada jika emosi
itu diekspresikan secara lebih terbuka.Oleh sebab itu, ekspresi emosional mereka
menjadi berbeda-beda.Perbedaan itu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik anak
pada saat itu dan taraf kemampuan intelektualnya, dan sebagian lagi disebabkan
oleh kondisi lingkungan. Anak yang sehat cenderung kurang emosional
dibandingkan dengan anak yang kurang sehat. Ditinjau kedudukannya sebagai
anggota suatu kelompok, anak-anak yang pandai bereaksi lebih emosional
terhadap berbagai macam rangsangan dibandingkn dengan anak-anak yang kurang
pandai. Tetapi sebaliknya, mereka juga cenderung lebih mampu mengendalikan
ekspresi emosi.
Ditinjau kedudukannya sebagai anggota suatu kelompok keluarga, anak
laki-laki lebih sering dan lebih kuat mengekspresikan emosi yang sesuai dengan
jenis kelamin mereka. Misalnya marah bagi laki-laki, dibandingkan dengan emosi
takut, cemas, dan kasih sayang yang dianggap lebih sesuai bagi perempuan. Rasa
cemburu dan marah lebih umum terdapat di kalangan keluarga besar, sedangkan
rasa iri lebih umum umum terdapat di kalangan keluarga kecil. Rasa cemburu dan
ledakan marah juga lebih umum dan lebih kuat di kalangan anak pertama
dibandingkan dengan anak yang lahir kemudian dalam keluarga yang sama.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa
perkembangan emosi mereka bergantung kepada faktor kematangan dan faktor
belajar (Hurlock, 2002: 154). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal
kehidupan tidak berarti tidak ada, reaksi tersebut mungkin akan muncul
dikemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin.Kematangan dan belajar
terjalin erat satu sama lainnya dalam mempengaruhi perkembangan emosi Untuk
mencapai kematangan emosi, remaja harus belajar memperoleh gambaran tentang
situasi yang dapat menimbulkan reaksi emosional. Adapun caranya adalah dengan
membicarakan berbagai masalah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan,
perasaan dan masalah pribadi dipengaruhi sebagian oleh rasa aman dalam
hubungan sosial dan sebagian oleh tingkat kesukaannya pada “orang sasaran”
(Hurlock, 2002:213).
Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi antara lain :
a. Belajar dengan coba-coba
b. Belajar dengan cara meniru
c. Belajar dengan cara mempersamakan diri (learning by identification)
d. Belajar melalui pengkondisian
e. Belajar dibawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
(Sunarto, 2002:158)

B. Upaya pengembangan emosi usia remaja dan implikasinya dalam pendidkan.

Emosi negatif pada dasarnya dapat diredam sehingga tidak memnimbulkan


efek negatif. Beberapa cara untuk meredam emosi adalah :

1. berfikir positif
2. mencoba belajar memahami karakteristik orang lain
3. mencoba menghargai pendapat dan kelebihan oranglain
4. introspeksi dan mencoba melihat apabila kejadian yang sama terjadi pada
diri sendiri, mereka dapat merasakannya
5. bersabar dan menjadi pemaaf
6. alih perhatian, ayitu mencoba mengalihkan perhatian pada objek lain dari
objek yang pada mulanya memicu pemunculan emosi negatif

Mengendalikan emosi itu penting. Hal ni didasarkan atas kenyataan bahwa emosi
mempunyai kemampuan untuk mengkomunikasikan diri pada orang lain. Orang-
orang yang dijumpai dirumah atau dikampus akan lebih cepat menanggapi emosi
daripada kata-kata. Kalau seseorang sampai dirumah dengan wajah murung,
bahkan terkesan cemberut dan marah-marah, emosi anggota keluarga yang lain
akan bereaksi terhadap emosi tersebut, sehingga mereka merasa tidak enak atau
merasa bersalah dan lain sebagainya.

Beberapa cara untuk mengendalikan emosi menurut Mahmud, 1990 :

1. hadapilah emosi tersebut


2. jika mungkin, tafsirkan kembali situasinya. Artinya melihat situasi sulit
yang dialami dari sudut pandang yang berbeda
3. kembangkan asa humor dan sikapa realistis
4. atasi secara lansung problem-problem yang menjadi sumber emosi

Cara lainnya adalah dengan mengekspresikan emosi. Wullur (1970 :16)


melukiskan ekspresi sebagai pernyataan batin seseorang dengan cara berkata,
bernyanyi, bergerak dengan catatan bahwa ekspresi itu selalu tumbuh karena
dorongan akan menjamakan perasaan atau buah pikiran.

Selanjutnya, ekspresi itu dapat mengembangkan sifat kreativitas seseorang. Selain


itu ekspresi juga bersifat membersihkan, membereskan (katarsis. Karena itu,
ekspresi dapat mencegah timbulnya kejadian-kejadian yang tidak diberi
kesempatan untuk menjelmakan perasaannya dan menghadapi perasaannya.
Tanpa ekspresi, bahan yang terpendam itu dapat membahayakan.

Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat


mengembangkan kecerdasan emosi, salah satunya adalah dengan menggunakan
intervensi yang dikemukakan oleh W.T Grant Consertium tentang “Unsur-Unsur
Aktif Program Pencegahan” yaitu sebagai berikut :

Pengembangan Keterampilan Emosional

1. mengidentifikasi dan memberi nama atau label perasaan


2. mengungkapkan perasaan
3. menilai intensitas perasaan
4. mengelola perasaan
5. menunda pemuasan
6. mengendalikan dorongan hati
7. mengurangi stres
8. memahami perbedaan anatara perasaan dan tindakan

Pengembangan Keterampilan Kognitif

1. belajar melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan


mengatasi masalah atau memperkuat perilaku diri sendiri
2. belajar membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial
3. belajar menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah dengan
pengambilan keputusan
4. belajar memahami sudut pandang oranglain (empati)
5. belajar memahami sopan santun
6. belajar bersikap positif terhadap kehidupan
7. belajar mengembangkan kesadaran diri

Pengembangan Keterampilan Perilaku

1. mempelajari keterampilan komunikasi non verbal,misal melalui


pandangan mata,ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan lain-lain
2. mempelajari keterampilan komunikasi verbal, misal mengajukan
permintaan dengan jelas, mendiskripsikan sesuatu kepada oranglain
dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif

Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk


mengembangkan emosi remaja agar dapat memiliki kecerdasan emosi adalah
dengan self-science curriculum ( Daniel Goleman , 1995)

1. belajar mengembangkan kesadaran diri


2. belajar mengambil keputusan pribadi
3. belajar mengelola perasaan
4. belajar menangani stres
5. belajar berempati
6. belajar berkomunikasi
7. belajar membuka diri
8. belajar menegembangkan pemahaman
9. belajar menerima diri sendiri
10. belajar mengembangkan tanggung jawab pribadi
11. belajar mengembangkan ketegasan
12. belajar dinamika kelompok
13. belajar menyelesaikan konflik

Agar emosi positif pada diri remaja dapat berkembang dengan baik, dapat
dirangsang, disikapi oleh orang tua maupun guru dengan cara :

1. orangtua dan guru serta orang dewasa lainnya dalam lingkungan


anak (significant person) dapat menjadi model dalam mengekspresikan
emosi-emosi negatif, sehingga tampilannya tidak meledak-ledak
2. adanya program latihan beremosi baik ssssssdisekolah maupun didalam
keluarga, misalnya dalam merespon dan menyikapi sesuatu yang tidak
sejalan sebagaimana mestinya
3. mempelajari dan mendiskusikan secara mendalam kondisi-kondisi yang
cenderung menimbulkan emosi negatif dan upaya-upaya menanggapinya
secara lebih baik

Anda mungkin juga menyukai