Role Play Persepsi Jiwa Kep Jiwa

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 46

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi sehat emosional, psikologi

dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan,

perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan

emosi. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan oleh perorangan, lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, lingkungan

masyarakat yang didukung sarana pelayanan kesehatan jiwa dan sarana

lain seperti keluarga dan lingkungan sosial. Lingkungan tersebut selain

menunjang upaya kesehatan jiwa juga merupakan stressor yang dapat

mempengaruhi kondisi jiwa seseorang, pada tingkat tertentu dapat

menyebabkan seseorang jatuh dalam kondisi gangguan jiwa (Videbeck,

2008).

Meningkatnya pasien dengan gangguan jiwa ini disebabkan banyak

hal. Kondisi lingkungan sosial yang semakin keras diperkirakan menjadi

salah satu penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami

gangguan kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi

lingkungan dengan tingkat kemiskinan terlalu menekan.

Penatalaksanaan keperawatan klien dengan gangguan jiwa adalah

pemberian terapi modalitas yang salah satunya adalah Terapi Aktifitas

Kelompok (TAK). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi

modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mempunyai


masalah keperawatan yang sama. Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan

kelompok digunakan sebagai target asuhan (Fortinash & Worret, 2004).

Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika klien ditemui dalam

rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan

tertentu fokus terapi adalah membuat sadar diri (self-awareness).

Peningkatan hubungan interpersonal, membuat perubahan, atau

ketiganya.Kelompok adalah suatu system social yang khas yang dapat

didefinisikan dan dipelajari. Sebuah kelompok terdiri dari individu yang

saling berinteraksi, interelasi, interdependensi dan saling membagikan

norma social yang sama (Stuart & Sundeen, 1998).

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat

rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Apa pengertian aktifitas kelompok ?

2. Apa tujuan terapi aktifitas kelompok ?

3. Apa dampak terapeutik dari kelompok ?

4. Apa indikasi dan kontra indikasi dari terapi aktifitas kelompok ?

5. Bagaimana komponen kelompok ?

1.3 TUJUAN

Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan

tugas Keperawatan Jiwa yang berjudul ” Terapi Aktifitas Kelompok ”. Tujuan

khusus penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang Terapi

Aktifitas Kelompok dan agar penulis ataupun pembaca mengetahui tentang


konsep dasar teori Terapi Aktifitas Kelompok serta proses Terapi yang

diberikan kepada klien gangguan jiwa.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PERSEPSI

2.1.1 Defini persepsi

Persepsi merupakan sebuah kata dalam bahasa Indonesia yang

merupakan istilah serapan dari Bahasa Inggris yaitu perception. Kata

perception sendiri berasal dari bahasa Latin, percepto dan percipio, yang

berarti pengaturan identifikasi dan penerjemahan dari informasi yang

diterima melalui panca indra manusia dengan tujuan untuk mendapatkan

pengertian dan pemahaman akan lingkungan sekitar.

Semua persepsi dalam psikologi melibatkan sinyal dalam system

syaraf. Sinyal ini timbul sebagai akibat dari rangsangan fisik dan kimiawi

terhadap indra perasa. Misalnya, indra pengelihatan melibatkan cahaya

menyentuh retina dari mata, indra penciuman dirangsang melalui molekul-

molekul bau yang tersebar melalui udara dan indra pendengaran

melibatkan gelombang suara. Persepsi bukanlah reaksi pasif terhadap

sinyal-sinyal ini, melainkan lebih cenderung kepada pembentukan

pembelajaran, ingatan, harapan, ekspektasi dan perhatian.

2.1.2 JENIS-JENIS PERSEPSI

1. Persepsi umum

a. Persepsi Visual

Persepsi visual bisa didapatkan melalui penglihatan. Penglihatan

merupakan kemampuan individu dalam mengenali cahaya dan kemudian


menafsirkannya. Indra yang digunakan untuk penglihatan pada tubuh

manusia adalah mata. Banyak hewan yang memiliki indra penglihatan

namun tidak terlalu tajam sehingga menggunakan indra lainnya yang

digunakan untuk bisa mengenali lingkungannya, misalnya saja seperti

kelelawar yang menggunakan pendengaran. Manusia yang memiliki daya

penglihatan yang menurun, bisa dibantu dengan menggunakan alat bantu

penglihatan maupun menjalani operasi lasik untuk dapat memperbaiki daya

penglihatan.

Jenis persepsi ini merupakan persepsi yang paling awal yang

berkembang pada bayi serta bisa mempengaruhi bayi dan balita untuk

dapat memahami kondisi di sekitarnya. Persepsi visual menjadi topik utama

yang berasal dari bahasan persepsi umum dan menjadi jenis persepsi yang

paling sering dibicarakan sehari-hari.

b. Persepsi Auditori

Jenis persepsi ini didapatkan dari indera pendengaran, yaitu telinga.

Pendengaran merupakan kemampuan yang digunakan untuk mengenali

suara. Pada manusia dan binatang yang bertulang belakang, pendengaran

dilakukan oleh sistem pendengaran, mulai dari telinga, sistem syaraf, dan

otak. Tidak semua suara bisa dikenali oleh semua hewan. Ada beberapa

spesies yang hanya dapat mengenali frekuensi dan amplitudo tertentu.

Manusia hanya dapat mendengar pada rentang suara 20 Hz – 20.000 Hz.

Jika dipaksakan melebihi rentang tersebut, mendengarkan pada frekuensi

tinggi secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan pada sistem

pendengaran.
c. Persepsi Perabaan

Persepsi perabaan merupakan jenis persepsi yang didapatkan

melalui indera kulit. Kulit terbagi menjadi 3 bagian, yaitu lapisan epidermis,

lapisan dermis, dan subkutis. Kulit memiliki fungsi sebagai pelindung untuk

organ-organ bagian dalam, misalnya saja seperti tulang dan otot. Fungsinya

sebagai alat peraba yang dilengakapi dengan beragam reseptor yang peka

pada berbagai rangsangan yang didapatkan. Selain itu kulit juga memiliki

fungsi sebagai alat ekskresi, mengatur suhu tubuh, dan lainnya.

Berkaitan dengan fungsinya yang digunakan sebagai alat peraba,

kulit dilengkapi reseptor khusus yang digunakan untuk menerima

rangsangan. Reseptor untuk menerima rasa sakit, ujungnya agak

menjorok ke dalam masuk ke epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya

di lapisan dermis dan jauh dari lapisan epidermis. Reseptor untuk rangsang

panas dan sentuhan, ujung reseptornya berada di dekat lapisan epidermis.

d. Persepsi Penciuman

Persepsi penciuman didapatkan melalui indera penciuman yaitu

hidung. Penciuman merupakan kemampuan dalam menangkap atau

merasakan bau. Perasaan ini dimediasi sel-sel sensor yang secara khsuus

berada di rongga hidung vertebrata dan analogi, sel sensor yang berada di

antena invertebrata. Untuk jenis hewan penghirup udara, sistem penciuman

digunakan untuk mendeteksi zat kimia atau pada kasus lainnya pada sistem

penciuman aksesori, fase cair.


e. Persepsi Pengecapan

Persepsi pengecepan didapatkan melalui indera pengecapan yaitu

lidah. Pengecapan merupakan bentuk kemoreseptor langsung yang

menjadi salah satu panca indera yang ada di tubuh manusia. Indera ini

memiliki kemmapuan untuk bisa mendeteksi rasa dari sesuatu yang

dimakan. Pada manusia maupun hewan verterbrata lain, indera

pengecapan memiliki keterkaitan akan indra penciuman dalam persepsi

otak terhapa sebuah rasa. Sensasi pengecapan klasik, biasanya mencakup

rasa manis, asin, pahit, dan asam. Namun beberapa belakangan ini, ahli

psikofisik dan neurosains memberikan usulan terkait penambahan rasa

baru seperti rasa gurih dan asam lemak. Pengecapan merupakan fungsi

sensoris di dalam sistem syaraf pusat. Sel reseptor yang ada pada manusia

bisa ditemukan pada lidah, langit-langit lunak, epiglotis, dan epitelium

faring.

f. Sosial

Persepsi sosial adalah bagian dari jenis persepsi yang

memperbolehkan individu untuk bisa memahami individu lainnya dan

kelompok di dalam lingkungan sosial. Sehingga menjadi bagian dari sebuah

kognisi sosial.

g. Persepsi Bicara

Persepsi bicara adalah proses dalam bahasa yang bisa didengar,

diintepretasikan hingga dapat dimengerti. Menurut riset yang ada, perseps

bicara bertujuan untuk memahami bagaimana manusia bisa mendengar

dan memahami tentang suara yang berisikan tentang kata-kata serta


menggunakan informasi tersebut untuk bisa memahami bahasa yang

dibicarakan.

Proses pemahaman bahasa ini akan dimulai dari tingkat suara yang

mana sinyal audio diproses seperti dalam proses pendengaran. Awalnya

sinyal audio akan dibandingkan dengan visual, yang paling utama adalah

saat melihat pergerakan bibir sehingga bisa mendapatkan petunjuk.

h. Wajah

Persepsi wajah mengacu pada proses kognitif yang mana memfokuskan

terhadap penanganan wajah manusia, termasuk diantaranya persepsi

mengenai identitas individu serta ekspresi wajah yang digunakan sebagai

petunjuk emosional.

i. Sentuhan Sosial

Sentuhan sosial adalah bentuk persepsi yang dibentuk saat

menerima sentuhan yang berasal dari individu lainnya. Informasi yang

didapatkan dari individu lainnya akan diterima dan kemudian diproses

dengan cara-cara yang berbeda dari informasi sentuhan yang

didapatkannya melalui interaksi.

j. Persepsi Melalui Indra Lainnya

Jenis persepsi lainnya adalah yang didapatkan melalui indra lainnya,

yang mana memungkin tubuh manusia untuk bisa melakukan berbagai

macam persepsi seperti keseimbangan tubuh, gravitasi, pembuangan urin

dan feses hingga yang dirasakannya di dalam paru-paru dan

kerongkongan.
Pembentuk persepsi yang terjadi dalam diri manusia memang

sangat dipengaruhi berbagai faktor, mulai dari internal maupun eksternal

yang sudah pernah dialami sebelumnya seperti ilmu pengetahuan,

motivasi, hingga pengalaman yang didapatkan. Semua faktor-faktor ini lah

yang kemudian saling berinteraksi dan memberikan pengaruh tentang

bagaimana sebuah objek atau kejadian dilihat dan kemudian menjadi

persepsi yang berasal dari individu yang bersangkutan. Sehingga setiap

orang memiliki persepsi nya maisng-masing pada sebuah hal.

2.1.2 PK (PERILAKU KEKERASAN)

Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap

kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai

ancaman.Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku

yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun

psikologis.Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada

diri sendiri maupun orang lain.

2.1.2.1 Faktor perilaku kekerasan

a. Faktor Predisposisi

Faktor pengalaman yang dialami tiap orang yang merupakan factor

predisposisi, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku

kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu:

1) Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang

kemudian dapat timbul agresif atau amuk. Masa kanak-kanak yang tidak
menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya atau sanksi

penganiayaan.

2) Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan

kekerasan, sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah,

semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.

3) Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif

agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap pelaku kekerasan akan

menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan yang diterima (permissive).

4) Bioneurologis, banyak bahwa kerusakan sistem limbik, lobus frontal,

lobus temporal dan ketidakseimbangan neurotransmitter turut berperan

dalam terjadinya perilaku kekerasan.

b. Faktor Prespitasi

Faktor prespitasi dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi

dengan orang lain. Kondisi klien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik),

keputusan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi

penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan

yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan

orang yang dicintai/ pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab

yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu

perilaku kekerasan.

3. Rentang respon

Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal

adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut:


a. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai

perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.

b. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan

atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan

kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan kemarahan.

c. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan

perasaan yang dialami.

d. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih

dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau mengetahui

hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang harus bertarung untuk

mendapatkan kepentingan sendiri dan mengharapkan perlakuan yang

sama dari orang lain.

2.1.2.2 Mekanisme koping perikau kekerasan

4. Mekanisme koping

Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada

penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung

dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.

Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena

adanya ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien

marah untuk melindungi diri antara lain:

a. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di

mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan

penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah

melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan


kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk mengurangi

ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau

keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang

menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu,

mencumbunya.

c. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan

masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada

orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau

didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga perasaan

benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.

d. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila

diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang

berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang

yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang tersebut

dengan kasar.

e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya

bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada

mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4 tahun

marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena

menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan

dengan temannya.
5. Perilaku

Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :

a. Menyerang atau menghindar (fight of flight)

Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf

otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan

darah meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl

meningkat, peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva

meningkat, konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan

otot, seperti rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan

disertai reflek yang cepat.

b. Menyatakan secara asertif (assertiveness)

Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan

kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku

asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena

individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain

secara fisik maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk

pengembangan diri klien.

c. Memberontak (acting out). Perilaku yang muncul biasanya disertai

akibat konflik perilaku “acting out” untuk menarik perhatian orang lain.

d. Perilaku kekerasan. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan

kepada diri sendiri, orang lain maupun lingkungan


2.2 Konsep presepsi umum

2.2.1 Pengertian persepsi umum

Persepsi umum merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat

reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu

dengan dunia luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh

individu, diorganisasikan kemudian diinterpretasikan sehingga individu

menyadari dan mengerti tentang apa yang diindera.

2.2.2 Faktor yang mempengaruhi persepsi umum

1. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam diri

individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

 Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang

diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk

memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera

untuk mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga

interpretasi terhadap lingkungan juga dapat berbeda.

 Perhatian.

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk

memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas

mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal

ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

 Minat

Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada

seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan

untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan

kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari

stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

 Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang individu

mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai

dengan dirinya.

 Pengalaman dan ingatan.

 Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam arti

sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian lampau

untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.

 Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang,

mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu

yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima,

bereaksi dan mengingat.

2.3 AKTIVITAS DAN INDIKASI

Aktivitas dibagi dalam empat bagian, yaitu mempersepsikan stimulus

nyata sehari-hari, stimulus nyata dan respon yang dialami dalam


kehidupan, stimulus yang tidak nyata dan respons yang dialami dalam

kehidupan, serta stimulus nyata yang mengakibatkan harga diri rendah.

Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Nyata Sehari-hari.

a. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : menonton televisi.

b. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : membaca majalah/

Koran/ artikel.

c. Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi : melihat gambar.

Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien perubahan sensoris

persepsi dan klien menarik diri yang telah mengikuti TAKS. Aktivitas

Mempersepsikan Stimulus Nyata dan Respons yang Dialami dalam

Kehidupan. Aktivitas ini khususnya untuk klien prilaku kekerasan. Aktivitas

ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu :

a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengenal kekerasan yang

biasa dilakukan (penyebab; tanda dan gejala; perilaku kekerasan; akibat

perilaku kekerasan);

b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku

kekerasan melalui kegiatan fisik;

c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku

kekerasan melalui interaksi social asertif;

d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku

kekerasan melalui kepatuhan minum obat;

e. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mencegah prilaku

kekerasan melalui kegiatan ibadah.


Klien mempunyai TAK ini adalah klien prilaku kekerasan yang telah

kooperatif. Aktivitas Mempersepsikan Stimulus Tidak Nyata dan Respons

yang Dialami dalam Kehidupan. Aktivitas mempersiapakan stimulus tidak

nyata dan respon yang dialami dalam kehidupan, khususnya untuk klien

halusinasi. Aktivitas dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat

dipisahkan, yaitu :

a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengenal halusinasi;

b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengusir/ menghardik

halusinasi;

c. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengontrol halusinasi

dengan

melakukan kegiatan;

d. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengontrol halusinasi

dengan

bercakap-cakap;

f. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi :mengontrol halusinasi

dengan patuh minum obat.

Klien yang mempunyai indikasi TAK ini adalah klien halusinasi. Aktivitas

Mempersepsikan Stimulus Nyata yang Menyebabkan Harga Diri Rendah.

Aktivitas ini dibagi dalam beberapa sesi yang tidak dapat dipisahkan, yaitu

:
a. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : mengidentifikasi aspek

yang membuat harga diri rendah dan aspek positif kemampuan yang

dimiliki selama hidup ( di rumah dan di rumah sakit.

b. Terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi : melatih kemampuan yang

dapat digunakan di rumah sakit dan di rumah.


BAB III

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

STIMULASI PERSEPSI UMUM

A TOPIK

TAKSP : Stimulasi Persepsi Umum

B. LATAR BELAKANG

Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung mayoritas merawat

pasien dengan diagnosa medis skizofrenia. Pasien dengan skizofrenia

70 % mengalami halusinasi dan 30 % mengalami waham.

Dikarenakan pasien di ruangan kutilang, banyak yang belum dapat

membedakan antara kenyataan dan bukan kenyataan, maka pasien

yang sudah koopereatif harus diajarkan untuk membedakan persepsi

nyata dengan yang tidak nyata.

Berkenaan dengan itu, kami mahasiswa politeknik kesehatan

tanjung karang akan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus

Persepsi Umum agar dapat memantapkan kemampuan klien dalam

menghadapi masalah kesehatan jiwanya yang nantinya bias dilakukan

di rumahnya.

Dari data pengkajian di ruangan kutilang pada pasien sebanyak 49

orang, 80 % mengalami halisinasi baik halusinasi pendengaran maupun


halusinasi penglihatan. Oleh karena itu akan dilaksanakan Terapi

Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Umum.

Dengan Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi Umum, klien

dilatih mempersiapkan stimulus yang disediakan atau stimulus yang

pernah dialami. Di TAK Stimulasi Persepsi Umum ini pasien akan

dievaluasi dan ditingkatkan kemampuan perrsepsi klien tentang realita.

Dengan adanya TAK ini, diharapkan respon dalam kehidupan menjadi

adaptif.

C. TUJUAN

1.Tujuan Umum

Klien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang

diakibatkan oleh paparan stimulus kepadanya.

2.Tujuan Khusus

a. Klien dapat mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya

dengan tepat seperti:

o Klien mampu memberi menyebutkan apa yang klien lihat.

o Klien dapat menyebutkan kembali isi bacaan.

o Klien dapat menyebutkan nama gambar yang dilihat.

o Klien dapat memberikan pendapat terhadap acara TV yang

ditonton, isi bacaan yang dibaca.

o Klien dapat memberikan tanggapan terhadap pendapat klien lain.

b. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang

dialami.
D. LANDASAN TEORI

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu

sama dengan yang lain, saling bergantung dan mempunyai norma yang

sama(Stuart dan Laraia, 2001). Anggota kelompok mungkin datang dari

berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai keadaannya,

ketidaksamaan, kesukaan, dan menarik(Yalom, 1995 dalam Stuart dan

Laraia, 2001)Semua Kondisi Ini akan mempengaruhi dinamika

kelompok, ketika kondisi ini akan memberikan umpan balik yang berarti

dalam berbagai interaksi yang terjadi dalam kelompok.

Terapi aktivitas kelompok(TAK) stimulasi persepsi umum adalah

terapi yang menggunakan aktivitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.

Dalam hal ini klien di latih untuk mempersepsikan stimulus dari luar

secara nyata. Untuk terapi ini pasien seperti gangguan persepsi sensori

halusinasi.

Halusinasi adalah suatu keadaan diman seseorang mengalami

perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang datang(di

prakarsai dari internal dan eksternal) disertai dengan respon menurun

atau dilebih-lebihkan atau kerusakan respon pada rangsangan

ini(Townsed, 2005).

E. KLIEN

1. Kriteria Klien

 Klien yang mengalami gangguan persepsi sensori : halusinasi

pada tahap 1 dan 2


 Klien yang sudah kooperatoif

2. Proses Seleksi

 Mengkaji klien dengan tanda halusinasi

 Mengkomunikasikan dengan perawat ruangan untuk memilih

pasien yang sesuai

 Membuat kontrak dengan pasien yang sudah dipilih

3. Data klien

No Klien Kondisi

F. PENGORGANISASIAN

1. Sesi 1

Hari :Senin

Tanggal :16 Maret 2009

Pukul :10.30 WIB

Tempat :Ruang Kutilang RSJ Daerah Provinsi Lampung

Terapis
Leader : Silviantesa

Co leader :

Observer :a.

b.

Fasilitator :a.

b.

c.

d.
⌂∆ ◙
e. ●○●○●○●○●○
●○●○●○●○●○
●○●○●○●○●○
Setting Tempat
☺☺
 Terapis dan klien duduk menghadap ke televise

 Ruangan nyaman dan tenang

 Bagan Seetting

Keterangan:

⌂ : Leader

∆ : Co Leader

○ : Perawat/ Fasilitator

● : Pasien

☺ : Observer

◙ : TV

2. Sesi 2
Hari :Senin

Tanggal :16 Maret 2009

Pukul :16.00 WIB

Tempat : Ruang Kutilang RSJ Daerah Provinsi Lampung

Terapis

Leader : David Faizul A

Co leader :

Observer :a.

b.

Fasilitator :a.

b.
●○●∆⌂○●
c. ○ ○

● ●
d.
○ ○
e. ● ●

○ ○

●○●○●
Setting tempat ☺☺

 Terapis dan klien duduk membentuk lingkaran

 Ruangan nyaman dan tenang

 Bagan Seetting

Keterangan:

⌂ : Leader
∆ : Co Leader

○ : Perawat/ Fasilitator

● : Pasien

☺ : Observer

◙ : TV

3. Sesi 3

Hari :Selasa

Tanggal :17 Maret 2009

Pukul :10.30 WIB

Tempat :Ruang Kutilang RSJ Daerah Provinsi Lampung

Terapis

Leader :Eko Oktario N

Co leader :

Observer :a.

b.

Fasilitator :a.

b.

c.
●○●∆⌂○●

d. ○ ○

● ●
e.
○ ○

● ●

○ ○

●○●○●

☺☺
Setting tempat

 Terapis dank lien duduk membentuk lingkaran

 Ruangan nyaman dan tenang

 Bagan seetting

Keterangan:

⌂ : Leader

∆ : Co Leader

○ : Perawat/

Fasilitator

● : Pasien

☺ : Observer

◙ : TV

G. ANTISIPASI MASALAH

Apabila pada saat TAK berlangsung, pasien tidak mau untuk

berbicara dan tidak mau untuk melakukan apa yang di arahkan oleh

leader maka:

 Leader harus memberikan pengarahan lebih baik dan membujuk

pasien

 Fasilitator harus mengarahkan pasien agar dapat ikut serta

dalam TAK dan dapat berbicara sesuai dengan apa yang

diarahkan oleh leader


Apabila pasaien tetap tidak mau berbicara maka pasien disarankan

untuk menuliskannya.

Apabila pasien tidak dapat menulis, fasilitator akan membantu

menuliskannya

Dan apabila pasien ingin keluar ruangan TAK sebelum TAK selesai

maka :

 Leader harus mengingatkan pasien akan kontrak yang sudah

dilakukan di awal TAK

 Fasilitator harus dapat mngarahkan pasien dan menyakinkan

pasien untuk tetap ikut TAK

H. KEGIATAN

SESI 1

1. Persiapan

a. Memilih dan membuat kontrakndengan klien sesuai dengan

indikasi: klien perubahan sensori persepsi dan klien menarik diri

yang telah mengikuti TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2 Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis

2. Perkenalan nama, dan panggilan terapis (pakai papan nama)


3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien(beri papan

nama)

b. Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV dan

bercakap-cakap tentang TV yang ditonton

2. Menjelaskan aturan main berikut.

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta izin pada terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja

a. Tentukan acara televise yang menarik dan mudah dimengerti

oleh klien.

b. Beri kesempatan bagi klien untuk menonton acara TV selama

10 menit dan setelah itu TV dimatikan

c. Tanyakan pendapat seorang klien mengenai acara TV yang

telah ditonton

d. Tanyakan pendapat klien lain, terhadap pendapat klien

sebelumnya.
e. Beri pujian/ Penghargaan atas kemampuan klien memberi

pujian

f. Ulangi c, d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.

g. Beri kesimpulan tentang acara TV yang ditonton

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien untuk mkelatih kemampuan

mempersepsikan tayangan TV tertentu dan

mendiskusikannya pada orang lain.

2. Membuat jadwal nonton TV.

c. Kontrak yang akan dating

1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan dating.

2. Menyepakati waktu dan tempat.

5. Evaluasi

Sesi 1: TAK

Stimulasi Persepsi Umum


Kemampuan persiapan:Menonton TV

Aspek yang Nama klien


No
dinilai

1. Memberi

pandapat

tentang nonton

TV

2. Memberi

tanggapan

terhadap

pendapat klien

3. Mengikuti

kegiatan

sampai selesai

Petunjuk:

1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien

yang ikut TAK.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi

tanda √ jika ditemukan pada klien atau x jika tidak

ditemukan.

SESI 2

1. Persiapan
a. Membuat kontrak dengan klien tentang TAK.

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2. Orientasi

a. Salam terpeutik

Salam dari terapis kepada klien

b. Evaluasi/Validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini.

2. Menanyakan masalah yang dirasakan

3. Menanyakan Penerapan TAK yang lalu.

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu membaca

majalah/Koran/artikel

2. Menjelaskan aturan main berikut.

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok,

harus meminta izin pada terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

3. Tahap Kerja

a. Tentukan bacaan yang akan dibaca.

b. Bacalah isi majalah/Koran/artikel/selama 10 menit(jika

mungkin berikan foto kopi bacaan pada klien).

c. Tanyakan pendapat klien mengenai isi bacaan.


d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien

sebelumnya.

e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi

pendapat.

f. Ulangi c,d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.

g. Beri kesimpulan tentang bacaan.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti

TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1.Menganjurkanklien untuk melatih kemampuan membaca

dan mendiskusikan pada orang lain.

2.Membuat jadawal membaca

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan dating.

2. Menyepakati waktu dan tempat.

5. Evaluasi

SESI 2: TAK
Stimulasi Persepsi Umum

Kemampuan persiapan:Bacaan

Aspek yang Nama klien


No
dinilai

1. Memberi

pandapat

tentang Bacaan

2. Memberi

tanggapan

terhadap

pendapat klien

3. Mengikuti

kegiatan

sampai selesai

Petunjuk:

1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAK.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi

tanda √ jika ditemukan pada klien atau x jika tidak

ditemukan.

SESI 3
1. Persiapan

a. Memilih dan membuat kontrakndengan klien sesuai dengan

indikasi: klien perubahan sensori persepsi dan klien menarik

diri yang telah mengikuti TAKS

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1. Salam dari terapis

2. Perkenalan nama, dan panggilan terapis (pakai papan nama)

3. Menanyakan nama dan panggilan semua klien(beri papan

nama)

b. Evaluasi/validasi

1. Menanyakan perasaan klien saat ini

2. Menanyakan masalah yang dirasakan

c. Kontrak

1. Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menonton TV dan

bercakap-cakap tentang TV yang ditonton

2. Menjelaskan aturan main berikut.

 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus

meminta izin pada terapis.

 Lama kegiatan 45 menit.

 Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai


3. Tahap Kerja

a. Tentukan bacaan yang akan dibaca.

b. Bacalah isi majalah/Koran/artikel/selama 10 menit(jika

mungkin berikan foto kopi bacaan pada klien).

c. Tanyakan pendapat klien mengenai isi bacaan.

d. Tanyakan pendapat klien lain terhadap pendapat klien

sebelumnya.

e. Berikan pujian/penghargaan atas kemampuan klien memberi

pendapat.

f. Ulangi c,d, dan e sampai semua klien mendapat kesempatan.

g. Beri kesimpulan tentang bacaan.

4. Tahap Terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti

TAK.

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

1. Menganjurkan klien untuk melatih melihat gambar(di

TV,Koran,majalah,album) dan mendiskusikan pada orang

lain.

2. Membuat jadawal melihat gambar

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang.


2. Menyepakati waktu dan tempat.

5. Evalusai

SESI 3: TAK

Stimulasi Persepsi Umum

Kemampuan persiapan:Bacaan

No Aspek yang Nama klien

dinilai

1. Memberi

pandapat

tentang gambar

2. Memberi

tanggapan

terhadap

pendapat klien

3. Mengikuti

kegiatan

sampai selesai

Petunjuk:
1. Dibawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAK.

2. Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi

tanda √ jika ditemukan pada klien atau x jika tidak

ditemukan.

I. DOKUMENTASI

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan

proses keperawatan tiap klien.

a. Sesi 1

contoh:

klien mengikuti Sesi 1,TAK stimulusi persepsi (TV),klien mampu dan

benar memberikan pendapat tentang acara TV,tetapi belum mau

memberi tanggapan pada pendapat klien lain. Anjurkan menonton TV

bersama klien lain dan bercakap-cakap tentang acara TV(buat jadwal).

b.Sesi 2

contoh catatan:

Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi(baca),klien mampu memberi

pendapat benar tentang bacaan dan memberikan tanggapan terhadap

pendapat klien lain serta mengikuti sampai selesai,anjurkan klien

membaca(buat jadwal).

c.Sesi3
contoh catatan:

Klien mengikuti TAK stimulasi persepsi(melihat gambar),klien tidak

mampu mempresepsikan dan memberi tanggapan,namun mengikuti

kegiatan sampai selesai.Anjurkan pasien mengikuti TAK stimulasi

sensoris.

Naskah Role Play TAK Stimulasi Persepsi

Lampiran

1. Sesi I

a. Langkah kegiatan :

Persiapan

Leader : “Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu kita berkumpul di sini untuk

melakukan sebuah permainan dan nanti permainan dan nanti

permainannya akan saya jelaskan. Kita akan bermain ditempat ini ya Bapak

dan Ibu semuanya. Nah sekarang kita mulai ya”

Orientasi

a) Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak dan Ibu semuanya.Perkenalkan nama

saya Mirza Riadiani Surono saya biasa dipanggil Ica ,saya suster yang

akan memimpin jalannya permainan sampai dengan selesai dan rekan

saya brudder Amal, dan di antara bapak/ibu ada suster Hilda selaku

observer dan disamping ibu dan bapa jugaa ada suster Wayan dan suster

Bintang.”
diri (nama dan nama panggilan) dimulai dari sebelah kanan saya secara

urutan searah jarum jam. Setelah bapak/ibu selesai memperkenalkan

diri, bapak/ibu yang lain diharapkan untuk memberikan tepuk tangan ya.

Co Leader : “Apakah Bapak Ibu sudah mengerti?”

Co Leader :“Jika Bapak Ibu sudah mengerti silahkan kepada

bapak/ibu yang ada di sebelah kanan saya.

Co leader : “ wah semuanya sudah baik memperkenalkan dirinya,

mari pandu positiv untuk kita semua”

Leader : Sekarang saya punya papan nama untuk bapak/ibu,

saya bagikan ya papan namanya dan bapak/ibu bisa langsung

memakainya.

Leader :“ Nah, sekarang kita mulai saja kegiatan kita. Kita akan membuat

suatu kegiatan. Nah sekarang disini ada tv, nanti bapak/ibu akan menonton

tv selama 10 menit. Lalu, di sini saya mempunyai sebuah bola dan

tape. Nanti bola ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum

jam. Bila musiknya berhenti maka siapa yang memegang bola, maka dia

harus menceritakan apa yang sudah bapak/ibu tonton, setelah yang tadi

bercerita maka saya akan menawarkan pada bapak/ibu untuk menanggapi

temannya yang bercerita tadi.

Co Leader : “Apakah Bapak Ibu sudah mengerti?”

Co Leader : “Jika Bapak Ibu sudah mengerti kita akan memulai kegiatan

ini”.

Co leader : “ wah semuanya sudah baik menceritakan apa yang

ditontonnya, mari pandu positiv untuk kita semua”


Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Leader : “Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti

kegiatan ini?”.

Leader :“Wah…….. bagus sekali, ternyata Bapak/Ibu sudah

bisa menceritakan apa yang bapak/ibu tonton dengan baik”.

b) Rencana Tindak Lanjut

Leader : “Bapak dan Ibu jangan lupa ya jika telah menonton/melihat

sesuatu bapak/ibu dapat bercerita dengan teman-teman yang lain dikamar

nanti.

c) Kontrak yang akan datang

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari Rabu jam 07.30

WIB kita berkumpul lagi disini untuk melanjutkan kegiatan kita. Kegiatan kita

besok adalah kita akan sama-sama Membaca Majalah.

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi

pertemuan kita sampai disini dulu. Terima kasih ya Bapak/Ibu dan kepada

observer saya persilahkan”.

Observer : “kegiatan hari ini cukup kooperatif, bapak dan ibu semua sudah

dapat menceritakan apa yang sudah bapa/ibu tonton dengan baik, bukan

hanya di sini saja bapak dan ibu bercerita tetapi di lingkungan rumah sakit

maupun lingkungan rumah juga bapak/ibu dapat bercerita dengan teman”

setelah menonton tv/ melihat sesuatu”

2. Sesi 2

a. Langkah Kegiatan
Persiapan

Leader : “Bapak/Ibu semuanya pagi kemarin kita kan sudah janji

bahwasannya pada hari ini kita akan melanjutkan kegiatan kita. Sekarang

kita mulai ya Bapak/Ibu semuanya”.

Leader mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Orientasi

a) Salam Terapeutik

Leader : “Selamat pagi Bapak/Ibu semuanya,Masih ingat dengan kami?

kami perawat di sini yang akan memimpin jalannya aktivitas kita pagi ini

sampai dengan selesai”.

Leader : “Nah,sekarang semuanya memakai papan namanya masing-

masing ya!

b) Evaluasi/validasi

Leader : “Bagaimana perasaan Bapak/Ibu semuanya pagi ini?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya sudah bisa bercerita pada teman-teman

yang lainnya kan tentang apa yang bapak/ibu lihat/ tonton?”

c) Kontrak

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya kita sudah berjanji bahwa pagi ini

kita akan melanjutkan kegiatan kita yaitu membaca majalah/artikel

Leader :“Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin ke kamar

mandi, Bapak/Ibu harus memberi tahu saya dulu dengan cara menunjuk

tangan tapi jangan lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus

mengikutinya dari awal hingga akhir”.


Fase Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan. Di sini saya mempunyai

bacaan berupa majalah/artikel, bapak/ibu akan saya beri waktu 10 menit

untuk membaca bacaan tersebut. Setelah waktunya habis, lalu di sini saya

mempunyai sebuah bola dan tape. Nanti bola ini akan saya edarkan

berlawanan dengan arah jarum jam. Bila musiknya berhenti maka siapa

yang memegang bola mendapat giliran untuk menceritakan apa yang

sudah bapak/ibu baca dengan anggota lain, setelah yang tadi bercerita

maka saya akan menawarkan pada bapak/ibu untuk menanggapi cerita

tadi.

Co Leader : “Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti?”

Co Leader :“Nah………..kalau semuanya sudah mengerti kita mulai

permainannya”.

Co Leader : “Wah………..semuanya bagus sekali dan sekarang kita

berikan pandu positive untuk kita semua”.

Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Leader : ”Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan

ini?”

Co Leader :“Apakah diantara Bapak Ibu ada yang ingin bercerita

lagi dengan anggota kelompok lainnya?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya telah melakukan kegiatan dengan baik

sekali dan semuanya sudah mampu untuk menceritakan apa yang sudah

bapak/ibu baca.
b) Rencana tindak lanjut

Leader : “Karena Bapak/Ibu sudah mampu membaca sebuah bacaan dan

menceritakan apa yang sudah bapak/ibu baca maka bapak/ibu dapat

mengisi waktu di kamar dengan membaca dan bercerita dengan teman-

teman sekamar bapak/ibu.

c) Kontrak yang akan datang

Leader :“Baiklah Bapak/Ibu semuanya besok hari Kamis jam 07.30 WIB

kita berkumpul lagi disini untuk melanjutkan kegiatan kita. Kegiatan kita

besok adalah Melihat gambar

Leader : “Jangan lupa ya Bapak/Ibu agar besok membawa papan

namanya.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan

kita sampai disini dulu. Terima kasih ya Bapak/Ibu dan kepada observer

saya persilahkan”.

Observer :”Kegiatan hari ini sudah sangat bagus, dan semoga

kegiatan hari ini dapat di praktekan pada untuk mengisi aktifitas

bapak/ibu dengan membaca dan bercerita tentang bacaan yang telah

dibaca pada teman-teman yang lain di lingkungan rumah sakit maupun

lingkungan masyarakat”

3. Sesi 3

a. Langkah Kegiatan

Persiapan
Leader :“Bapak/Ibu semuanya pagi kemarin kita kan kita sudah janji

bahwasannya pada hari ini kita akan melanjutkan kegiatan kita. Sekarang

kita mulai ya Bapak/Ibu semuanya

Leader mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

Orientasi

a) Salam Terapeutik

Leader :“Selamat pagi Bapak/Ibu semuanya, Masih ingat dengan kami?

kami perawat du sini yang akan memimpin jalannya aktivitas kita pagi ini

sampai dengan selesai”.

Leader :“Nah,sekarang semuanya memakai papan namanya masing-

masing ya!

b) Evaluasi/validasi

Leader :“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu semuanya pagi ini?”

Leader :“Bapak/Ibu semuanya sudah membaca koran/ artikel dan sudah

menceritakan dengan teman-teman yang lainnya kan?”

c) Kontrak

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu semuanya kita sudah berjanji bahwa pagi ini

kita akan melanjutkan kegiatan kita yaitu melihat gambar dan menceritakan

gambar tersebut dengan anggota kelompok lainnya

Leader : “Apabila Bapak/Ibu ingin BAK ataupun ingin minum, Bapak/Ibu

harus memberi tahu saya dulu dengan cara menunjuk tangan tapi jangan

lupa untuk kembali lagi kesini”.

Leader : “Lamanya kegiatan kita ini adalah 45 menit dan Bapak/Ibu harus

mengikutinya dari awal hingga akhir”.


Tahap Kerja

Leader : “Kita akan membuat suatu kegiatan. Sekarang saya punya

gambar di depan, dan saya akan memperlihatkan gambar tersebut pada

bapak/ibu. Lalu, di sini saya mempunyai sebuah bola dan

tape. Nanti bola ini akan saya edarkan berlawanan dengan arah jarum

jam. Bila musiknya berhenti maka siapa yang memegang bola mendapat

giliran untuk menceritakan gambar yang sudah dilihat kepada temannya.

Setelah yang tadi bercerita maka saya akan menawarkan pada bapak/ibu

untuk menanggapi cerita dari gambar tadi.

Co Leader : “Apakah Bapak/Ibu sudah mengerti?”

Co Leader :“Nah………..kalau semuanya sudah mengerti kita mulai

permainannya”.

Co Leader :“Wah………..semuanya bagus sekali dan sekarang kita

berikanpandu positive”.

Tahap Terminasi

a) Evaluasi

Leader : ”Nah,bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mengikuti kegiatan

ini?”

Leader : “Apakah diantara Bapak Ibu ada yang ingin bercerita lagi tentang

gambar yang dilihat tadi kepada anggota kelompok lainnya?”

Leader : “Bapak/Ibu semuanya telah melakukan kegiatan dengan baik

sekali dan semuanya sudah mampu untuk menceritakan gambar yang

sudah diperlihatkan tadi.


b) Rencana tindak lanjut

Leader : Karena kegiatan kita sudah selesai semuanya tapi bapak/ibu

semuanya harus tetap melatih diri agar lebih baik lagi “Karena Bapak/Ibu

sudah mampu melihat gambar dan menceritakannya kepada orang lain

maka Bapak/Ibu harus mencoba bercerita tentang gambar-gambar yang

bapak/ibu lihat dengan teman lain di kamar.”

Leader : “Baiklah Bapak/Ibu karena waktu kita sudah habis jadi pertemuan

kita sampai disini dulu. Terima kasih ya Bapak/Ibu dan kepada observer

saya persilahkan”.

Observer :” kegiatan hari ini cukup menarik, kita bisa tahu tentang cerita-

cerita dari gambar yang dilihat oleh bapak/ibu. Untuk bapak ibu semua

ternyata banyak sekali manfaat dari TAK selama 3 kali pertemuan ini,

semoga semua kegiatan selama 3 pertemuan ini dapat di praktikkan dalam

kehidupan sehari-hari baik dilingkungan rumah , rumah sakit dan

lingkungan masyarakat“

Anda mungkin juga menyukai