Makalah Psi Belajar Bruner
Makalah Psi Belajar Bruner
Makalah Psi Belajar Bruner
Oleh Kelompok 9 :
1. M. Adibillah 180541100052
Rangkaian ucapan syukur kami haturkan kepada Tuhan sekalian alam yang telah
melimpahkan segala kenikmatan kepada hamba-Nya di dunia sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah tentang Konsep Belajar J. Bruner yang menjadi bagian
dari amanah kemahasiswaan ini.
Untaian seruan sholawat serta salam semoga tetap terpacu kepada baginda
revolusioner akbar, nabi Muhammad SAW. Yang dengan segala peluh perjuangannya
membawa generasi islam dari buruknya akhlak hingga tersusunnya moral bangsa yang
sedemikian mulia.
Ucapan trimakasih, kami haturkan kepada semua yang telah turut serta dalam
penyelesaian laporan ini.Sadar bahwa laporan ini masih banyak dengan kekurangan.Kami
mohon kepada para pembaca untuk bisa memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun. Sehingga untuk kedepannya, akan menjadi pembelajaran bagi kami agar
mampu menghasilkan laporan yang lebih baik.
Wassalamualaikumwr.wb.
Penulis
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR
…
..
..
. i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
. 1
BAB II ISI
2.1 3 Tahapan Pembelajaran Menurut J Bruner
3
2.2 Penerapan Model Kognitif J Bruner dalam Pembelajaran
. 4
2.3 Langkah-langkah Pembelajaran
...
. 5
2.4 Prinsip-prinsip Belajar
6
2.5 Prosedur Perkembangan
. 7
2.5.1 3 Mode Representasi Perkembangan Kognitif J Burner
... 8
2.5.2 Urutan Bahan Pengajaran untuk Dipelajari Siswa Menurut J Burner
... 8
2.6 Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Discovery J Burner
.
.. 9
2.6.1 Kelebihan Teori Belajar Discovery J Burner
.
. 9
2.6.2 Kekurangan Teori Belajar Discovery J Burner
.
.
. 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan belajar yang paling utama adalah apa yang dipelajari itu berguna dikemudian hari,
yakni membantu kita untuk dapat belajar terus dengan cara yang lebih mudah. Hal ini dikenal
sebagai transfer belajar. Apa yang kita pelajari dalam situasi tertentu memungkinkan kita
untuk memahami hal-hal lain. Transfer inilah yang menjadi inti dalam proses belajar.
Demikian pula dengan tujuan pelajaran bukan hanya penguasaan prinsip-prinsip yang
fundamental, melainkan juga mengembangkan sikap yang positif terhadap belajar, penelitian,
penemuan, serta pemecahan masalah atas kemampuan sendiri. Menyajikan konsep-konsep
yang fundamental saja tidak dengan sendirinya menimbulkan sikap demikian. Masih perlu
penelitian dalam soal ini. Namun dianggap proses menemukan sendiri akan menimbulkan
sikap demikian.
Kegiatan ataktivitas pembelajaran didesain dengan tujuan untuk memfasilitasi siswa
mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Kompetensi mencerminkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menempuh proses
pembelajaran oleh karena itu kegiatan pembelajaran harus berlandaskan peda teori-terori dan
prinsip-prinsip belajar tertentu agar bisa mencapai tujuan pembelajaran. Ratna Wilis Dahar
(1996: 108) menyatakan bahwa dalam belajar kimia, teori belajar yang sesuai untuk
pembelajaran kimia adlah teori belajar penemuan (Bruner) dan teori belajar bermakna
(Ausubel). Namun penuls hanya akan membahas salah satu dari teori belajar tersebut, yaitu
teori belajar penemuan (Bruner).
Oleh karena itu, dalam melaksanakan pembelajaran kimia harus direncanakan desain
sistem pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pembelajaran ilmu kimia yang cara
memperolehnya berasal dari suatu proses dan melalui suatu metode ilmiah.
http://bit.ly/money_crypto
1.2 Rumusan Masalah
1
d) Apa Prinsip-prinsip belajar Kognitif ?
BAB II
2
PEMBAHASAN
Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang
mengatur pesan atau informasi dan bukan ditentukan oleh umur. Asumsi teori ini adalah
bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata dalam
bentuk struktur kognitif yang telah dimilikinya. Proses belajar akan berjalan dengan baik jika
materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang dimilikinya.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi
dengan struktur kognitif yang telah dimiliki dan telah terbentuk didalam pikiran seseorang
berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan
antara stimulus dan respon. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berfikir yang
sangat kompleks. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar yang sering
disebut sebagai model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa tingkah laku
seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai
tingkah laku yang nampak.
Bruner berpendapat bahwa dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi 3 tahap,
yaitu :
1). Tahap informasi, bahwa dalam tiap pelajaran kita memperoleh sejumlah informasi, ada
yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan
memperdalamnya, adapula informasi itu yang bertentangan dengan apa yang telah kita
ketahui sebelumnya.
2). Tahap transformasi, kita menganalisa berbagai informasi yang kita pelajari itu dan
mengubah atau mentransformasikannya kedalam bentuk-bentuk informasi yang lebih abstrak
atau konseptual, agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas.
3). Tahap evaluasi, kita menilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan
transformasikan itu dapat digunakan untuk memahami gejalagejala lain atau memecahkan
permasalahan yang kita hadapi.
2.2 Penerapan Model Kognitif J Bruner Dalam Pembelajaran
3
Implikasi teori belajar discovery dalam proses pembelajaran Teori belajar discovery yang
dihasilkan oleh Bruner dapat memberikan masukan yang sangat besar bagi perkembangan
ranah kognitif siswa. Ranah kognitif siswa memilki ketergantungan terhadap informasi yang
diperoleh melalui proses yang dijalaninya, semakin banyak informasi yang diserap lalu
mampu dianalisa dengan baik, maka semakin besar pula ranah kognitif yang ditemukan,
sebaliknya semakin kecil ruang lingkup informasi yang ditemukan maka sungguh semakin
kecil kemungkinan ranah kognitif ini berproses pada diri seseorang (peserta didik). Secara
garis besar proses pengembangan ranah kognitif seseorang dapat diperoleh melalui banyak
strategi, baik secara drill, pemecahan masalah, penugasan sampai pada strategi inkuiri. Walau
staregi inkuiri dikatakan berbeda pada inti tujuannya, namun menurut penulis strategi inkuiri
adalah salah satu cara untuk memperkaya dan memenuhi perkembangan kognitif seseorang.
Zaman yang semakin canggih dewasa ini memberikan peluang yang luas untuk
pengembangan ranah kognitif tersebut, selain alat teknologi yang telah mendunia, dari
wilayah ibu kota, masyarakat menengah hingga masyarakat pesisir telah dapat diakses
kapanpun mereka inginkan. Tinggal lagi kemampuan, motivasi serta pemberdayaan alat
tersebut mampu atau tidak digunakan sesuai dengan tujuan dan manfaat dari yang
sesungguhnya. Bagai teori Bruner misalkan, jika siswa ingin lebih terbuka untuk mencari
melalui dunia maya sah-sah saja, atau melalui bertanya kepada siapa yang lebih tahu, dan
dapat pula dicari melalui buku-buku klasik (pustaka) untuk memperkaya pengetahuannya
dahulu hingga perkembangan dunia sekarang.
Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Bruner tentang pembelajaran sains
misalkan, kita bukan akan menghasilkan perpustakaanperpustakaan hidup kecil tentang sains,
melainkan kita ingin membuat anak-anak Implikasi Teori Pembelajaran Jerome Bruner kita
berpikir secara matematika bagi dirinya sindiri, berperan serta dalam proses perolehan
pengetahuan. Pengetahuan itu adalah proses bukan suatu produk yang lahir begitu saja dari
diri seseorang. Ungkapan di atas bertujuan untuk menjelaskan tujuan-tujuan mengajar hanya
dapat diuraikan secar garis besar, dan dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama
oleh para siswa yang mengikuti pelajaran yang sama. Terlihat jelas dari proses belajar
discovery Bruner memberikan kebebasan sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki,
secara perorangan atau kelompok, dalam suatu Tanya jawab dengan guru, atau oleh guru,
atau oleh siswa-siswa lain untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
4
Dengan demikian proses belajar discovery jelas, bahwa peranan guru lain sekali bila
dibandingkan dengan peranan guru yang mengajar secara klasikal dengan metode ceramah.
Dalam proses belajar ini guru tidak begitu mengendalikan proses belajar mengajar.
Hal ini dapat terlihat dari peranan seorang guru dalam belajar discovery berikut:
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu berpusat pada masalah-
masalah yang tepat untuk diketahui oleh siswa, baik secara kelompok maupun secara
individu.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Berupa:
c) Siswa akan merasa sanggsi dengan jawab sehingga lahirlah hipotesis siswa.
3. Memperhatikan tiga hal, berupa cara enaktik (berifat manupulatif), ikonik (bersifat latar
belakang kemampuan internal siswa), dan cara simbolik (berdasarkan media berpikir).
4. Jika dilakukan di Labolatorium, maka guru adalah sebagai pembimbing (tutor) atau
fasilitator siswa.
5. Menilai hasil belajar, setelah adanya proses penarikan kesimpulan dari guru secara
keseluruhan. Memberikan motivasi kepada siswa untuk terus mencari dan berpikir terhadap
materi-materi yang dipandang belum diketahui. Memberi penghargaan yang berhasil dan
memotivasi bagi yang kurang beruntung.
5
4. Menentukan topic-topik yang dapat dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh
ke generalisasi).
5. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan
sebagainya untuk dipelajari siswa.
6. Mengatur topic-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaklit, ikonik sampai ke simbolik.
7. Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa.
Kebebasan dan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar amat diperhitungkan,
agar belajar lebih bermakna bagi siswa, sedangkan kegiatan belajarnya mengikuti
pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, mereka
mengalami perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu.
2. Anak usia sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda kognitif.
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan
mengaktifkan siswa maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman
dapat terjadi dengan baik.
4. Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengalaman
atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki si belajar.
5. Pemahaman dan retensi akan meningkat jika materi pelajaran disusun dengan
menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks.
6. Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar bermakna,
informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki
6
siswa. Tugas guru adalah menunjukkan hubungan antara apa yang sedang dipelajari dengan
apa yang telah diketahui siswa.
7. Adanya perbedaan individual pada diri siswa perlu diperhatikan, karena factor ini sangat
mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Perbedaan tersebut misalnya, pada motivasi,
persepsi, kemampuan berpikir, pengetahuan awal dan sebagainya. Dengan demikian, Bruner
lebih banyak memberikaan kebebasan kepada siswa untuk belajar sendiri melalui aktivitas
menemukan (discovery). Cara demikian akan mengarahkan siswa kepada bentuk belajar
induktif, yang menuntut banyak dilakukan pengulangan.
8
teruji kebenarannya secara ilmiah pula. Teori yang dihasilkan juga tentu ada sisi kelebihan
dan kelemahan tersendiri.
9
3.1 Kesimpulan
Pembahasan terhadap teori Bruner dapat disimpulkan sebagai berikut: Teori belajar
Discovery menurut Bruner adalah proses memperoleh informasi baru, transformasi informasi,
dan menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan, teori belajar penemuan yang ditemukan
oleh Bruner adalah memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif (yang
disesuiakan dengan kemampuan masing-masing) untuk akhirnya sampai kepada sesuatu
kesimpulan yang disebut dengan istilah discovery learning.
Prinsip-prinsip yang dimiliki oleh teori ini diantaranya semakin tinggi tingkat
perkembangan intelektual seseorang, Pertumbuhan seseorang tergantung pada perkembangan
kemampuan internal untuk menyimpan dan memproses informasi, Perkembangan intelektual
meliputi peningkatan kemampuan untuk mengutarakan pendapat dan gagasan melalui simbol,
mengembangkan kognitif seseorang diperlukan interaksi yang sistematik antara pengajar dan
peserta didik, dan perkembangan kognitif meningkatkan kemampuan seseorang untuk
memikirkan beberapa alternative secara serentak, memberikan perhatian kepada beberapa
stimulus dan situasi serta melakukan kegiatan-kegiatan.
Kelebihan dari teori ini adalah Pengetahuan itu akan bertahan lebih lama atau lama
dapat diingat, mudah diingat, Selain itu belajar penemuan memiliki hasil belajar yang
mempunyai efek transfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya, dan disisi lainnya secara
menyeluruh belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran belajar suatu topik,
meningkatkan kemampuan untuk berpikir secara bebas dan sistematis.
Sedangkan kelemahannya adalah dari sekian bidang studi yang ada tidak semua
bidang studi atau sub judul bidang studi dapat dilakukan dengan teori belajar penemuan,
sedangkan kelemahannya adalah tidak semua peserta didik mampu diajak kerja sama
melakukan proses berpikir sebagaimana yang diharapkan, sulitnya teori ini diterapkan pada
budaya masyarakat yang berlainan antara satu daerah dengan daerah yang lain, teori ini
relative sulit karena akan memakan waktu yang relative lama, dikarenakan siswa kurang
terbiasa untuk melakukan proses berpikir individu juga kelompok.
3.2 Saran
Dengan telah dibuatnya makalah ini, semoga makalah ini dapat membantu
menyelesaikan atau menjadi salah satu solusi yang dapat digunakan untuk dapat menerapkan
10
dan mengaplikasikan sistem pembelajaran yang tepat dan menambah wawasan pembaca.
http://bit.ly/money_crypto
DAFTAR PUSTAKA
Zulfikar, A.B, (2010). Implikasi teori pembelajaran Jerome Bruner dalam Nuansa Pendidikan
Modern, Jurnal Psikologi Belajar, 24(2), 64-66.
Gusti, A.Y. (2012). Teori Belajar Bruner. Jurnal Psikologi, 9(3), 56-68.
11
Perwitasari, Indah. (2008). Konsep Pembelajaran Menurut Jerome Brunner. Jurnal Psikologi,
2(7), 120-125.
12