Sosialisasi Pos Ukk Perikanan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

Solusi Sederhana Jamban Sehat Di Kolam

Banjarnegara, 24 Oktober 2011

Jamban di atas kolam, itulah fenomena yang masih kita lihat di daerah pemukiman di
pedesaan diIndonesia. Mengapa masih ada?jawabnya adalah belum mampu untuk
membuat jamban dan septic tank, kurangnya kesadaran akan pentingnya sarana tersebut,
dan tradisi. Hal yang terakhir mungkin paling sulit untuk mengubahnya tanpa usaha dan
partisipasi yang serius dari semua pihak.

Budidaya ikan air tawar menjadi alternatif masyarakat pedesaan untuk menambah
penghasilan. Air yang melimpah serta pakan yang murah meriah baik yang buatan maupun
yang disediakan oleh alam menjadi faktor utama membuat kolam-kolam pemeliharaan ikan.
Kebanyakan kolam-kolam tersebut yang dibuat di dekat rumah tempat tinggal atau
pemukiman. Terkadang selain membangun kolam, tidak ketinggalan mereka membuat
jamban maupun tempat mandi dan mencuci semi permanen dengan sumber air yang
digunakan untuk mengaliri kolam.

Jamban di kolam masih menjadi sarana buang air besar favorit bagi masyarakat kecil
yang tidak mempunyai WC di rumahnya. Tempat-tempat seperti ini sering kita jumpai pada
perkampungan yang kondisi ekonominya miskin dan tingkat pendidikannya rendah.
Konstruksi jamban yang kebanyakan menggunakan papan, bambu maupun seng bekas
jelas secara estetika kurang enak dipandang mata disamping menimbulkan bau yang tidak
sedap. Pemanfaatan kotoran manusia untuk pakan ikan juga tidak baik karena menurut
penelitian tinja yang dimakan ikan bisa mengandung bakteri patogen yang tidak bisa
diuraikan oleh pencernaan ikan sehingga bisa berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Air
kolam yang tercemar tinja juga menjadi rawan bagi penyebaran penyakit saluran
pencernaan oleh perantaraan vektor serangga.

Masalah jamban seperti diatas jelas merupakan problem yang kesehatan lingkungan
yang dilematis. Karena andaikata tidak ada jamban di atas kolam bukan tidak mungkin
mereka akan kembali seperti jaman dahulu dimana buang air besar dilakukan di sembarang
tempat seperti di sungai, hutan, lubang buatan di pekarangan rumah dsb. Mengubah
kebiasaan dan tradisi masyarakat yang turun temurun serta menyadarkan masyarakat untuk
membuat jamban di rumah sendiri masih dirasa sulit karena terhalang oleh kondisi sosial
ekonomi masyarakat pengguna jamban yang tergolong rendah.

Solusi sederhana yang bisa dijadikan alternatif adalah dengan membuat MCK
permanen di atas kolam dengan penampungan tinja yang ditempatkan di bawah kolam. Air
bersih dialirkan ke bak penampungan di MCK yang secara otomatis jika tidak digunakan
akan mengaliri kolam. Sedangkan tinja dari jamban disalurkan ke penampungan tinja yang
dibuat dari bahan kedap air agar tidak mencemari tanah dan dilengkapi dengan dengan pipa
sebagai saluran udara untuk mengurangi tekanan udara, suhu, bau yang menyengat dan
memberikan supply oksigen bagi bakteri-bakteri pemusnah tinja yang ada dalam bak
penampungan tinja.

Setelah melalui proses biologis dan kimiawi tinja tersebut akan menjadi lumpur dan
mengendap pada bak lumpur setelah beberapa kurun waktu tertentu, kalau bak
penampung lumpur sudah penuh dan dikuras tinja tersebut tidak berbau lagi. Air kotor akan
melalui bidang resapan yang berfungsi untuk menyaring air buangan tersebut tanpa
membuangnya ke saluran pembuangan. Air buangan akan melewati bidang resapan melalui
pipa berlubang sehingga dengan sendirinya setelah melewati proses akan meresap ke
tanah.

Ketika air kotor itu keluar dari pipa bidang resapan, air kotor akan melewati ijuk,
pasir dan kerikil sehingga air yang meresap ke tanah sudah bersih. Air kotor tidak dibuang
langsung ke saluran pembuangan, melainkan meresap ke tanah melalui bidang resapan. Air
yang meresap itu tentunya tidak menjadi pencemar karena air itu telah melalui proses
penyaringan terlebih dahulu.

Dengan pola seperti ini memiliki manfaat antara lain; Air kolam tidak terkena polusi
sisa aktivitas mandi, mencuci maupun kotoran manusia, ikan tidak memakan kotoran
manusia yang mengandung bakteri patogen sehingga aman dikonsumsi manusia, terbebas
dari serangga dan binatang vektor penyakit lainnya, dan secara estetika tidak menimbulkan
pandangan yang kurang sopan, tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan. Setidaknya
ini adalah sebuah upaya untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dengan melihat kondisi
sosial ekonomi yang ada. (Deddy Kurniawan / Banjarnegara)

Sumber : Sugiarto.2000.Dasar Pengelolaan Air Limbah.Jakarta : Penerbit


Universitas Indonesia

Pedoman Perencanaan MCK Komunal.JRF.www.rekompakjrf.org


Penggunaan Jamban dan Kekhawatiran Pengkonsumsian maupun Ternak

Ikan Tawar

Sebuah fenomena yang masih dapat kita temui di desa adalah penggunaan jamban
yang masih favorit bagi masyarakat tak lain untuk mandi dan Buang Air Besar (BAB). Di Desa
Sirnasari, tradisi penggunaan jamban bukan menjadi hal yang perlu diubah bagi masyarakat
mengingat penggunaan jamban sudah digunakan puluhan maupun ratusan tahun. Jamban
yang banyak kita temui di Desa Sirnasari berbentuk seperti lisung atau saung petak yang
terbuat dari beberapa bambu. Di lantai-lantai jamban tersebut diberikan space di tengahnya
seperti lubang sebagai tempat pembuangan tinja yang akan dibuang langsung ke kolam
ikan. Lucunya, kolam ikan tersebut dijadikan masyarakat pemilik kolam sebagai budidaya
ikan air tawar. Sudah jelas bahwasannya tinja yang kita buang dikonsumsi ikan-ikan tersebut
melalui jamban. Bukankah hal ini menjadi masalah dilematis bagi orang awam yang mungkin
dari lahir sudah diperkenalkan dengan WC atau toilet pada umumnya? Bukankah juga
menjadi sebuah pertanyaan terhadap kandungan yang ada pada ikan-ikan yang diternak
mengingat proses pemberian makanan terhadap ikan tawar dengan tinja manusia?

Salah satu jamban yang digunakan untuk sarana buang air besar oleh warga sekitar.
Untuk itu, kami sempat melakukan wawancara terhadap warga dan Sekretaris Desa,
Bapak Asep, mengenai hal ini. Yang kami tangkap dari salah seorang warga, sebut saja
namanya pak Usep, pola pikir mereka terhadap jamban malah menguntungkan untuk
budidaya ikan tawar. Peternak ikan tidak perlu membeli dan memberikan makanan, cukup
mengandalkan proses pembuangan tinja di jamban. “Toh ikan-ikannya udah dikasih makan
sama alam”, begitu tuturnya. Jelas bahwa kondisi perekonomian mempengaruhi pembuatan
WC setiap rumah di desa. Menurut mereka, pembuatan WC yang menggunakan septic
tank sangat rumit, lahan yang mereka miliki di rumah juga tidak tercukupi. Juga terdapat
masalah pada tanah yang membuat air dapat meluap. Maka dari itu penggunaan jamban
masih menjadi fasilitas yang paling memungkinkan bagi masyarakat desa untuk mandi
ataupun buang air. Menurut Sekretaris Desa, hal ini bukan menjadi hal yang besar karena
kebiasaan ini tidak menimbulkan dampak penyakit yang serius bagi masyarakat.
“Masyarakat umumnya mandi menggunakan jamban, BAB menggunakan jamban, belum
ada yang menjadi masalah di desa ini terkait pemakaian jamban. Bahkan ikan-ikan yang di
kolam juga tidak berpengaruh apa-apa terhadap penyakit. Masyarakat juga mengkonsumsi
ikan-ikan tersebut tapi sampai saat ini belum ada yang menimbulkan penyakit,” jelas Pak
Asep.

Yang menjadi pertanyaan kami adalah apakah kandungan tinja yang jelas merupakan
“kotoran manusia” tidak berpengaruh apa-apa terhadap pengonsumsian ikan? Apakah air
tidak tercemar ketika “kotoran manusia” tersebut dibuang ke dalam kolam? Akhirnya
jawaban tersebut kami temukan di beberapa referensi melalui internet. Tinja manusia
mengandung bakteri patogen yang tidak dapat diurai oleh pencernaan ikan sehingga
sangat berbahaya bagi yang mengkonsumsinya. Yang mengkonsumsi ikan tersebut bisa
menimbulkan penyakit diare, disentri dan penyakit pencernaan lainnya. Lalu, air kolam
yang tercemar tinja juga menjadi rawan bagi penyebaran penyakit saluran pencernaan
oleh perantaraan vektor serangga.

Sungguh pemahaman ini yang perlu diberitahukan kepada masyarakat desa yang
memang lebih memilih untuk memperhatikan masalah perekonomian daripada masalah
kesehatan. Menurut saya, penyuluhan jamban yang sehat dari pemerintah harus dilakukan
secara intens. Pengetahuan mengenai langkah-langkah pembuatan jamban sehat ataupun
sanisitas jamban yang sepertinya belum diketahui oleh masyarakat desa masih perlu
diperdalam lagi bagi masyarakat desa tersebut.
Referensi: Kurniawan, Deddy. 2011. Solusi Sederhana Jamban Sehat Di Kolam. Banjarnegara.
Diambil dari http://foxxchild.wordpress.com/2011/10/24/solusi-sederhana-jamban-sehat-
di-kolam/ pada pukul 11:00
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

People Community and Enviroment

1. Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan keselamatan kerja pada dunia usaha dan dunia industry harus
diperhatikan dengan seksama pada semua para tenaga kerja yang berada didalam lingkup
tersebut. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat
kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dengan
menerapkan K3 akan dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kesehatan dan keselamatan kerja telah diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970
tentang keselamatan kerja. Dalam dunia usaha bidang perikanan khususnya budidaya ikan
merupakan salah satu sector dunia usaha yang menggunakan tenaga kerja untuk memenuhi
target produksinya. Tempat kerja adalah suatu ruangan atau lapangan, tertutup atau
terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau sering dimasuki tempat kerja
untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumbersumber bahaya. Pada dunia
usaha budidaya ikan tempat bekerjanya terdapat di dalam ruangan atau diluar ruangan
bergantung pada tingkat usahanya. Usaha budidaya ikan dapat dilakukan secara ekstensif,
semi intensif ataupun intensif sangat menentukan penerapan kesehatan dan keselamatan
kerjanya. Pada usaha budidaya ikan secara ektensif atau tradisional dimana pada usaha ini
tidak banyak menggunakan peralatan-peralatan yang dapat menimbulkan bahaya bagi para
pekerjanya

2. Penerapan kaidah K3 pada dunia usaha perikanan budidaya

Dalam dunia perikanan budidaya ada tiga fase yang dapat dijadikan segmen usaha
yaitu pembenihan, pendederan dan pembesaran. Usaha pembenihan adalah usaha dalam
budidaya ikan yang outputnya adalah benih ikan . Usaha pendederan adalah usaha dalam
budidaya ikan yang outputnya ukuran ikan sebelum ditebarkan ke unit pembesaran atau
ukuran sebelum konsumsi. Sedangkan usaha pembesaran adalah usaha dalam budidaya
ikan yang outputnya adalah ikan berukuran konsumsi. Kegiatan produksi dalam budidaya
ikan dibagi dalam beberapa kegiatan antara lain adalah pembenihan, pendederan dan
pembesaran. Kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi tersebut harus
dilakukan agar target produksi yang diharapkan tercapai dan tidak terdapat kecelakaan
kerja. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan produksi ini berkaitan
dengan metode produksi yang digunakan. Metode produksi dalam budidaya ikan ada tiga
yaitu :

1. Metode produksi secara ekstensif

2. Metode produksi secara semi intensif

3. Metode produksi secara intensif


Metode produksi secara ekstensif adalah suatu metode budidaya yang sangat
membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan dalam
budidaya adalah pakan alami. Pakan alami ini dibuat didalam wadah budidaya dimana ikan
tersebut dipelihara. Dalam metode produksi ini hasil yang diperoleh membutuhkan waktu
relatif lebih lama. Metode produksi secara semi intensif adalah suatu metode budidaya yang
membutuhkan areal budidaya yang luas dengan sumber pakan yang digunakan dalam
budidaya adalah pakan alami ditambah dengan pakan tambahan atau supplemental feed.
Dalam metode produksi ini ditambahkan pakan buatan yang mempunyai kandungan nutrisi
lebih rendah dari pakan pabrik dan hanya memberikan kontribusi terhadap penambahan
energi kurang dari 50%. Metode produksi secara intensif adalah suatu metode budidaya
yang menggunakan prinsip dari areal budidaya sekecil-kecilnya diperoleh hasil produksi
sebesar-besarnya.

Dengan prinsip tersebut dalam melakukan budidaya ikan secara intensif adalah
dalam wadah budidaya yang terbatas diperoleh hasil yang optimal. Penggunaan areal
budidaya yang terbatas dengan hasil yang optimal maka dalam proses budidayanya hanya
mengandalkan pakan buatan pabrik atau complete feed. Complete feed ini merupakan
pakan ikan buatan yang memberikan kontribusi terhadap penambahan energi lebih dari
50%. Kesehatan dan keselamatan kerja pada setiap metode budidaya ikan ini sangat
berbeda karena sangat berbeda tentang target produksi dan peralatan-peralatan yang
digunakan untuk mencapai produksi. Pemilihan metode produksi ini sangat ditentukan dari
ketersediaan sarana prasarana yang dimiliki. Peralatan produksi yang dapat digunakan
dalam membudidayakan ikan ada beberapa macam. Jenis-jenis peralatan produksi yang
dapat digunakan dalam budidaya ikan berdasarkan siklus budidaya kegiatannya dapat dibagi
menjadi tiga yaitu :

1. Peralatan pembenihan ikan

2. Peralatan pendederan ikan

3. Peralatan pembesaran ikan

Berdasarkan kegiatan yang dilakukan dalam budidaya ikan, peralatan yang harus disediakan
antara lain adalah :

1. Peralatan pemberian pakan

2. Peralatan pengukuran kualitas air

3. Peralatan pencegahan hama dan penyakit ikan

4. Peralatan pengolahan lahan budidaya

5. Peralatan pembenihan ikan secara buatan

6. Peralatan panen

7. Peralatan listrik.
Peralatan yang akan disiapkan dalam membudidayakan ikan sangat bergantung
kepada metode produksi yang telah ditetapkan. Peralatan yang digunakan dalam budidaya
ikan secara tradisional atau ekstensif adalah peralatan yang sangat sederhana. Peralatan
yang harus disiapkan dalam metode produksi secara tradisional atau ekstensif antara lain
adalah cangkul yang berfungsi untuk mengolah tanah dasar kolam, timbangan yang
berfungsi untuk menimbang berbagai macam bahan yang dibutuhkan dalam budidaya
seperti pupuk, kapur,dan pakan. Peralatan lainnya adalah golok atau parang, seser halus
dan kasar yang digunakan untuk mengambil benih atau ikan dari kolam pemeliharaan dan
juga dapat digunakan untuk membuang kotoran yang terdapat didalam kolam. Selain itu
biasanya petani ikan tradisional menggunakan kecrik untuk menangkap ikan. Penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja pada kegiatan budidaya ikan dengan metode ekstensif
atau tradisional ini biasanya kecelakaan kerja diakibatkan oleh kecerobohan orang yang
bekerja. Peralatan yang harus disediakan dalam budidaya ikan secara semi intensif dan
intensif harus lengkap seperti dibawah ini ;

d. PH meter
1. Peralatan pemberian pakan antara lain
adalah : e. Mikroskop

a. Timbangan : gantung, duduk atau 3. Peralatan hama penyakit ikan antara


digital lain :

b. Ancho a. Seser halus

c. Ember/baskom/piring plastik b. Mikroskop

d. Saringan c. Refregerator

2. Peralatan kualitas air antara lain : d. Peralatan gelas : baker glass,


erlemeyer, petri dish, tabung reaksi, pipet,
a. Termometer gelas ukur dan lain-lain.

b. Secchi disk e. Injection

c. DO meter

4. Peralatan pengolahan tanah antara lain 5. Peralatan pemijahan ikan secara


adalah : buatan antara lain adalah :

a. Traktor/hand traktor a. Alat bedah

b. Cangkul b. Talenan

c. Parang/golok c. Tisue grinder

d. Filter air d. Spuit Injection

e. Selang air e. Baki/baskom


f. Automatic heater b. Kantong plastik

g. Aerator/blower c. Timbangan

h. Batu aerasi dan selang aerasi d Kotak stryrofoam

i. Alat siphon e. Selang oksigen

j. Alat bedah f. Hapa

k. Kain lap 7. Peralatan listrik antara lain adalah :

6. Peralatan panen antara lain adalah : a.Genset

a.Tabung oksigen b.Pompa air

Setelah peralatan yang akan digunakan dalam budidaya ikan tersedia langkah
selanjutnya sebelum digunakan adalah mengecek kesiapan peralatan tersebut. Dengan
pengecekan yang benar diharapkan alat yang disiapkan dapat dioperasionalkan dengan
benar. Peralatan yang dibuat oleh pabrik biasanya didalam peralatan tersebut terdapat
buku manual untuk mengoperasionalkan alat. Peralatan yang akan digunakan sebaiknya
dilakukan pengecekan keberfungsinya karena setiap alat mempunyai fungsi yang
berbedabeda, misalnya aerator digunakan untuk mensuplai oksigen pada saat
membudidayakan ikan skala kecil dan menengah, tetapi apabila sudah dilakukan budidaya
secara intensif maka peralatan yang digunakan untuk mensuplai oksigen kedalam wadah
budidaya ikan menggunakan blower.

Peralatan selang aerasi berfungsi untuk menyalurkan oksigen dari tabung oksigen
kedalam wadah budidaya, sedangkan batu aerasi digunakan untuk menyebarkan oksigen
yang terdapat dalam selang aerasi keseluruh permukaan air yang terdapat didalam wadah
budidaya.

Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan air
kedalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air
pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan
dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Peralatan lainnya
yang diperlukan dalam membudidayakan ikan adalah timbangan, timbangan yang
digunakan boleh berbagai macam bentuk dan skala digitalnya, karena fungsi utama alat ini
untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam budidaya ikan . Ikan yang dipelihara
didalam wadah pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang oleh karena itu harus dipantau
pertumbuhan di dalam wadah pemeliharaan.

Alat yang digunakan adalah seser, timbangan, ember, baskom yang berfungsi untuk
menghitung pertumbuhan ikan yang dibudidayakan didalam wadah pemeliharaan. Selain itu
diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat akan melakukan pemanenan ikan. ikan
yang telah dipanen tersebut dimasukkan kedalam ember plastik untuk memudahkan dalam
pengangkutan dan digunakan juga hapa untuk menampung ikan sebelum dijual. Setelah
berbagai macam peralatan yang digunakan dalam membudidayakan ikan diidentifikasi dan
dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan pembersihan
atau perawatan sesuai dengan jenis peralatannya. Peralatan yang sudah dibersihkan dari
segala benda yang dapat menurunkan kualitas pekerjaan dapat langsung digunakan sesuai
dengan prosedur. Dengan melakukan pengecekan pada semua peralatan yang akan
digunakan untuk budidaya ikan maka telah dilakukan pencegahan terhadap kecelakaan
kerja. Kecelakaan kerja dapat terjadi karena kelalaian atau kecerobohan dalam bekerja yang
dapat membuat orang yang bekerja cedera.

Kesehatan tempat bekerja pada dunia usaha budidaya ikan pada umumnya diruang
terbuka sehingga kebutuhan oksigen untuk para pekerja diluar ruangan tercukupi dan
kondisi lingkungan budidaya ikan yang berair mengakibatkan kondisi kelembaban ruang
budidaya sangat lembab.

Oleh karena itu dalam melakukan kegiatan budidaya ikan para pekerja harus selalu
menggunakan pakaian kerja sesuai dengan peraturan perusahaan dan jangan menggunakan
pakaian kerja yang basah. Pemakaian baju kerja yang basah dapat mengganggu kesehatan
para pekerja oleh karena itu pada para pekerja yang bekerja berhubungan langsung dengan
air yang akan membasahi pakaian kerja sebaiknya menggunakan pakaian kerja yang
terlindung dari air. Atau dapat juga pada saat bekerja yang berhubungan dengan air
menggunakan pakaian kerja yang khusus dan jika sudah selesai dengan pekerjaan bias
menggunakan pakaian yang lain sehingga kesehatan para pekerja tetap terjamin.
Penggunaan pakaian kerja yang basah dapat mengakibatkan kesehatan para pekerja
terganggu. Oleh karena itu harus dipikirkan pakaian kerja yang tepat bagi para pekerja yang
bermain dengan air sebagai media hidup ikan yang dipeliharanya.

Keselamatan kerja dalam kegiatan budidaya ikan yang menggunakan peralatan


listrik harus diperhatikan beberapa hal yang biasanya menyebabkan kecelakaan diantaranya
adalah :

1.Beban listrik terlalu besar untuk satu stop kontak sehingga dapat menimbulkan
pemanasan yang dapat membakar kulit kabel.

2.Sistem kabling yang tidak memenuhi persyaratan standar

3.Kesalahan menyambungkan peralatan pada sumber listrik yang jauh lebih tinggi dari
voltase yang seharusnya

4.Adanya tikus-tikus yang mengerat kabel sehingga dapat menimbulkan hubungan pendek

atau kebakaran.

Kesehatan dan keselamatan kerja pada usaha budidaya ikan yang mempunyai
gudang bahan-bahan kimia harus diperhatikan tentang proses penyimpanannya.
Penyimpanan bahan kimia yang salah dapat mengakibatkan kecelakaan kerja yang
diakibatkan oleh kecerobohan manusia. Oleh karena itu dalam menyimpan bahan kimia
harus diperhatikan beberapa faktor yang akan mempengaruhi bahan kimia selama
penyimpanan digudang antara lain adalah :
1.Temperatur, terjadinya kenaikan suhu dalam ruang penyimpanan akan memicu terjadinya
reaksi bahkan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kimia.

Kondisi ini dapat mengubah karakteristik bahan kimia. Resiko berbahayapun dapat terjadi
sebagai akibat kenaikan suhu di dalam ruang penyimpanan. Oleh karena itu didalam
ruangan penyimpanan bahan kimia harus terdapat alat ukur suhu ruang yaitu termometer.
Ada beberapa termometer yang dapat mengukur temperatur ruangan. Termometer yang
biasa digunakan untuk mengukur suhu ruangan yaitu temperature minimum dan
maksimum.

2.Kelembaban, kelembaban dapat diartikan sebagai perbandingan tekanan uap air diudara
terhadap uap air jenuh pada suhu dan tekanan udara tertentu. Kelembaban dapat diartikan
sebagai banyaknya uap air diudara. Faktor kelembaban sangat penting diperhatikan karena
berhubungan erat dengan pengaruhnya pada zat-zat higroskopis. Bahan kimiahigrokoskopis
sangat mudah menyerap uap air dari udara, juga dapat terjadi reaksi hidrasi eksotermis
yang akan menimbulkan pemanasan ruangan. Kontrol terhadap kelembaban ruang
penyimpanan penting dilakukan untuk mencegah kerugian-kerugianyang tidak diinginkan.
Ada beberapa alat pengukur kelembaban yang dapat digunakan seperti higrometer,
termohigrometer atau thermometer bola basah dan bola kering.

3.Interaksi dengan wadah, bahan kimia tertentu dapat berinteraksi dengan kemasan atau
wadah sehingga dapat merusak wadah sampai akhirnya menyebabkan kebocoran.
Kebocoran bahan kimia terutama yang berbahaya dapat menimbulkan kecelakaan seperti
ledakan, kebakaran dan melukai tubuh. Misalnya, wadah yang terbuat dari bahan
besi/logam, sebaiknya tidak digunakan untuk menyimpan bahan kimia yang bersifat korosif
karena akan terjadi peristiwa karatan/korosif sehingga akan merusak wadah.

4.Interaksi antar bahan kimia, selama penyimpanan bahan kimia dapat berinteraksi dengan
bahan kimia lainnya. Interaksi ini dapat mengakibatkan perubahan karakteristik bahan kimia
tersebut, misalnya interaksi antara bahan kimia yang bersifat oksidator dengan bahan kimia
yang mudah terbakar dapat menimbulkan terjadinya kebakaran, sehingga dalam
penyimpanannya harus terpisah. Penggunaan bahan-bahan kimia biasanya dilakukan pada
usaha budidaya ikan yang intensif dan melakukan kegiatan pengukuran kualitas air,
kesehatan ikan dengan bahan-bahan kimia. Oleh karena itu harus diperhatikan tentang
kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja yang bertanggungjawab pada unit tersebut.

Anda mungkin juga menyukai