Dasar Dasar Komunikasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 30

BAB I

HAKEKAT ILMU KOMUNIKASI


Hakekat Komunikasi
Komunikasi (Communication) berasal dari Bahasa latin communis yang merupakan akar dari
kata-kata lainnya yang mirip yang berarti “sama”. Komunikasi menyarankan bahwa pikiran, makna, dan
pesan dianut secara sama. Kata lain yang mirip dengan komunikasi adalah Komunitas (community)
sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi
berperan dan menjelaskan kebersamaan di dalam komunitas. Terdapat tiga konseptual komunikasi
yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
2. Komunikasi sebagai interaksi
3. Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi sebagai tindakan satu-arah
Harold Lasswell “cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan berikut who says what in which channel to whom with what effect? Atau siapa
mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana?” berdasarkan
definisi ini dapat diturunkan lima unsur antara lain :
1) Sumber (source)
2) Pesan
3) Saluran atau media
4) Penerima (receiver)
Efek
Komunikasi Sebagai Interaksi
Interaksi berarti mempengaruhi (mutual influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi
menyatakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi yang arahnya bergantiaan.
Salah satu unsur yang terdapat dalam konseptualisasi ini adalah umpan balik (feed back). Umpan balik
itu sendiri sebenarnya bisa saja berasal dari saluran komunikasi atau dari lingkungan, sejauh
digunakan oleh komunikator sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang disampaikannya.
Komunikasi sebagai Transaksi
Yang dimaksud dengan komunikasi sebagai transaksi adalah proses komunikasi dimana
didalamnya terjadi pertukaran pesan secara nonverbal (isyarat tangan, ekspresi wajah, nada suara,
dan sebagainya) yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka sehingga memungkinkan pesan atau
respon diketahui secara langsung. Dalam komunikasi ini dianggap telah berhasil apabila seseorang
telah menafsirkan prilaku orang lain baik prilaku verbal ataupun non verbalnya.
Konteks - Konteks Komunikasi
Secara luas konteks disini semua factor diluar orang-orang yang berkomunikasi, yang terdiri
dari :
1. Aspek bersifat fisik (iklim, cuaca, suhu udara, jumlah peserta komunikasi, dan alat yang
tersedia untuk menyampaikan pesan)
2. Aspek psikologis (sikap, prasangka, dan emosi para peserta komunikasi)
3. Aspek sosial (norma kelompok, nilai sosial, dan karakteristik budaya)
4. Aspek waktu (hari apa, jam berapa, pagi siang, sore, malam)
Istilah Penting Komunikasi
Komunikasi adalah sebuah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-
simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.

Pengertian Komunikasi
Ilmu komunikasi adalah suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari
sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan
digenerlisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan
pengaruh dari sistem-sitem tanda dan lambang.
Komunikasi merupakan sebuah proses pertukaran informasi/pesan. Peran komunikasi sangat
penting dalam kehidupan manusia yang pada hakikatnya adalah mahluk sosial. Manusia tidak hidup
sendiri dengan pikirannya sendiri. Seseorang perlu melakukan interaksi dengan orang lain,
mengkomunikasikan isi pikirannya kepada orang lain.
Pengertian hakekat komunikasi merupakan proses penyampaian informasi, penyampaian
gagasan, proses penciptaan arti terhadap gagasan atau ide.
Syarat-Syarat Keberhasilan Komunikasi
a) Komunikator (Pengirim)
b) Pesan yg disampaikan
c) Komunikan (yang menerima)
d) Konteks
e) Sistem Penyampaian

Proses Komunikasi

Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi


Dalam berkomunikasi, ada banyak faktor yang mempengaruhi jalannya proses komunikasi itu
sendiri baik faktor internal maupun faktor eksternal komunikator. Faktor-faktor ini akan mempengaruhi
baik tidaknya, berhasil atau tidaknya komunikasi yang dilakukan. Berikut faktor-faktor yang
mempengaruhi komunikasi menurut ahlinya.
A. Menurut Scoot M Cultip
1. Kredibilitas
Kredibilitas (credibility) berkaitan dengan hubungan saling percaya antara komunikator dan komunikan.
Komunikator perlu memiliki kredibilitas dimata komunikan, misalnya dalam hal tingkat keahliannya
dalam bidang yang bersangkutan dengan pesan/ informasi yang disampaikan.
2. Konteks
Konteks (context) berkaitan dengan situasi dan kondisi dimana komunikasi berlangsung. Konteks disini
terdiri dari aspek yang bersifat fisik (iklim, cuaca); aspek Psikologis; aspek sosial; dan aspek waktu.
Agar komunikasi dapat berjalan dengan baik, komunikator harus memperhatikan situasi dan kondisi
dimana komunikan berada.
3. Konten
Konten (content) berkaitan dengan isi pesan yang disampaikan komunikator kepada komunikan. Isi
pesan/ informasi disesuaikan dengan kebutuhan komunikan, misalnya pesan/ informasi mengenai
kesehatan janin diberikan kepada ibu-ibu, bukan kepada anak remaja. komunikasi yang efektif akan
dapat dicapai jika konten yang disampaikan komunikator mengandung informasi/ pesan yang berarti/
penting untuk diketahui oleh komunikan.
4. Kejelasan
Kejelasan (clarity) dari pesan/ informasi yang disampaikan komunikator sangat penting. Untuk
menghindari kesalahpahaman komunikan dalam menangkap isi pesan/ informasi yang disampaikan
komunikator. Kejelasan disini mencapkup kejelasan isi pesan, kejelasam tujuan yang akan dicapai,
kejelasan kata-kata (verbal) yang digunakan, dan kejelasan bahasa tubuh (non verbal) yang
digunakan.
5. Kesinambungan dan Konsistensi
Kesinambungan dan konsistensi (continuity and consistency) pesan/ informasi yang disampaikan
diperlukan agar komunikasi berhasil dilakukan. Pesan perlu disampaikan secara terus menerus dan
konsisten. Pesan yang disampaikan sebelumnya dengan pesan selanjutnya tidak saling bertentangan.
6. Kemampuan Komunikan
Kemampuan Komunikan (capability of audience) berkaitan dengan tingkat pengetahuan, dan
kemampuan penerima pesan dalam memahami pesan yang disampaikan. Komikator harus
memperhatikan audiensnya, menggunakan bahasa (baik verbal maupun non verbal) yang sesuai dan
dipahami oleh audiens.
7. Saluran Distribusi
Saluran distribusi (channels of distribution) berkaitan dengan sarana/ media penyampaian pesan.
Sebaiknya komunikator menggunakan media yang sesuai dan tepat sasaran. Misalnya dengan
menggunakan media yang telah umum digunakan komunikan. Dengan begitu, komunikan tidak
bingung dan komunikasi dapat berjalan dengan baik.

B. Menurut Potter dan Perry


1. Perkembangan
Perkembangan usia komunikan sangat mempengaruhi proses berfikir serta perkembangan bahasa
yang dipahaminya. Cara berkomunikasi dengan balita, remaja, atau orang dewasa berbeda-beda. Oleh
karena itu komunikator harus menyesuaikan cara penyampaian serta bahasa (termasuk pemilihan
kata) yang digunakannya dengan komunikan.
2. Persepsi
Persepsi merupakan pandangan pribadi seseorang mengenai sesuatu, yang dibentuk dari harapan dan
pengalamannya. Perbedaan persepsi bisa menyebabkan terhambatnya komunikasi.
3. Nilai
Nilai merupakan standar yang dimiliki seseorang, yang akan mempengaruhi prilakunya terhadap
sesuatu. Komunikator perlu mengetahui nilai komunikan, agar dapat membuat keputusan dan interaksi
yang tepat dengan komunikan. Dalam hal ini, komunikator jangan terpengaruh oleh nilai pribadinya.
4. Latar Belakang Sosial Budaya
Faktor budaya sangat mempengaruhi bahasa dan gaya komunikasi yang di gunakan komunikator.
Budaya akan membatasi cara bertindak dan berkomunikasi. Misalnya perbedaan budaya akan
mempengaruhi logat bicara dan gaya bahasa seseorang. Misalnya seseorang yang berasal dari kota
solo akan cenderung lembut dan pelan dalam bertutur kata, namun berbeda dengan orang sebrang
seperti medan misalnya yang cenderung keras dan cepat balam berbicara.
5. Emosi
Emosi merupakan perasaan subyektif seseorang. Komunikator perlu mengkaji emosi komunikan juga
dirinya sendiri agar komunikan bisa menerima pesan/ informasi dengan baik tidak salah tafsir dan mau
mendengarkan pesan yang disampaikan.
6. Pengetahuan
Tingkat pengetahuan komunikan sangat mempengaruhi responnya terhadap pesan yang disampaikan
oleh komunikator. Oleh karena itu komunikator harus memperhatikan tingkat pengetahuan komunikan,
usahakan agar verbal yang digunakan dapat direspon dengan baik oleh komunikan.
7. Peran
Peran dalam hubungan antara komunikator dengan komunikan akan mempengaruhi gaya/cara
berkomunukasi. Misalnya gaya/ cara komunikasi antara orang tua dan anak akan berbeda dengan
gaya/cara berkomunikasi seorang dokter dengan pasiennya. Komunikator harus menyadari perannya
saat berkomunikasi dengan komunikator.
8. Lingkungan
Lingkungan interaksi dimana komunikasi terjadi akan mempengaruhi efektifitas komunikasi.
Lingkungan yang nyaman, jauh dari kebisingan, serta memberi privasi yang dibutuhkan komunikan
akan membuat komunikan merasa nyaman sehingga dapat menang pesan komunikator dengan baik.
9. Jenis Kelamin
Secara umum, gaya komunikasi antara pria dan wanita memiliki perbedaan. Menurut Tanned (1990)
wanita menggunakan bahasa untuk mencari kejelasan dan meminimalkan perbedaan, membangun
dan mendukung keintiman dalam grup-grup kecil. Sedangkan pria menggunakan bahasa untuk
memperoleh kemandirian aktivitas dalam grup besar.
10. Jarak
Jarak juga mempengaruhi mempengaruhi komunikasi. Seseorang bisa saja merasa terancam ketika
seorang yang belum dikenalnya berbicara dalam jarak yang sangat dekat dengannya. Untuk itu
komunikator harus memperhatikan jaraknya dengan komunikan. Pastikan jaraknya cukup aman
sehingga tidak membuat komunikan merasa risih atau terancam, namun nyaman.
11. Citra Diri
Seseorang pasti memiliki gambaran tertentu mengenai dirinya. Baik itu mengenai status sosial,
kelebihan maupun kekurangan dirinya. Citra diri ini akan terungkap lewat komunikasi.
12. Kondisi Fisik
Kondisi fisik, dalam hal ini mencakup keberfungsian indra pada manusia. Cara berkomunikasi dengan
orang yang normal berbeda dengan cara berkomunikasi dengan orang yang memiliki keterbatasan
pada indra pendengarannya.
BAB II
Konsep Dasar Komunikasi Pada Rumah Sakit

Pengertian Komunikasi Menurut Para Ahli


Komunikasi begitu vital dalam kehidupan manusia. Untuk itu, cendekiawan ataupun para ahli dari
berbagai latar belakang keilmuan tertarik untuk melakukan penelitan mengenai komunikasi. Sebagian
besar para ahli yang meneliti komunikasi merupakan sarjana psikologi, sosiologi serta filsafat. Dari
berbagai penelitan yang telah mereka lakukan, lahirlah berbagai macam pengertian komunikasi.
Berikut adalah beberapa pengertian komunikasi dari para ahli (Rakhmat, 2001 : 3 – 10) :
1.Hovland, Janis dan Kelly (1953): “Communication is the process by which an individual (the
communicator) transmit stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the
audience)”. Disini dimaksudkan bahwa komunikasi sejatinya adalah proses seseorang yang bertindak
sebagai komunikator mengirimkan stimuli atau respon berupa verbal untuk mempengaruhi kepribadian
atay sikap seseorang yang bertindak sebagai komunikan.
2. Dance (1970): Komunikasi adalah usaha menimbulkan respons melalui lambing-lambang verbal.
3. Raymond S. Ross (1974): “Communication is a transactional process involving cognitive sorting,
selecting, and sharing of symbol in such a way to help another elicit from his own experiences a
meaning or responses similar to that intended by the source”. Raymond beranggapan bahwa
komunikasi sebuah proses transaksional yang mencakup kegiatan menyeleksi, memilih, dan
membagikan makna. Makna – makna tersebut bisa berasal dari pengalaman sendiri, ataupun
beberapa sumber lain.
4. Colin Cherry (1964): Komunikasi adalah usaha untuk membuat satuan sosial dari individu dengan
menggunakan bahasa atau tanda. Dan juga memiliki serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan
mencapai tujuan.
5. Harnack dan Fest (1964): Komunikasi adalah suatu proses interaksi diantara orang-orang untuk
tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal.
6. Edwin Neuman (1948): Komunikasi adalah proses untuk mengubah kelompok manusia menjadi
kelompok yang berfungsi.
7. Joseph A. Devito: Komunikasi seperti disadur dalam Efendi (1984:7), adalah sebuah tindakan oleh
satu orang atau lebih yang mengirimkan dan menerima pesan dengan situasi tertentu. Lalu
menghasilkan dampak dan kesempatan untuk menerima pesan. Tindakan komunikasi mencakup
beberapa komponen yaitu, situasi, pengirim, penerima, media, hambatan, penerimaan, pemahaman,
respon, dan efek.
Dari berbagai pengertian komunikasi yang dinyatakan oleh para ahli di atas, pengertian dari Joseph A.
Devito adalah yang paling lengkap dan luas.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari
satu pihak (individu atau kelompok) kepada pihak lain (individu atau kelompok), melalui saluran tertentu
ataupun tidak sehingga menimbulkan pengertian bersama untuk mencapai tujuan tertentu.

Tujuan Komunikasi
Terdapat banyak manfaat komunikasi yang bisa didapatkan di antaranya memberi informasi,
melakukan interaksi, mengisi waktu luang hingga mempengaruhi orang lain.
Menurut Riant Nugroho, tujuan komunikasi adalah menciptakan pemahaman bersama atau mengubah
persepsi, bahkan perilaku. Sedangkan menurut Katz an Robert Kahn, tujuan komunikasi adalah
pertukaran informasi dan penyampaian makna suatu sistem sosial atau organisasi.
Berikut tujuan komunikasi menurut para ahli dan secara umum:
 Memberi pesan atau informasi
 Menyampaikan pikiran atau perasaan
 Melakukan interaksi dengan sesama
 Membuat diri tidak terasing dari lingkungan sekitar
 Memperoleh hiburan atau menghibur orang lain
 Mengurangi atau menghilangkan ketegangan
 Mengisi waktu luang
 Menyelesaian suatu permasalahan atau persoalan
 Mempengaruhi orang lain dengan gagasan tertentu
 Menunjukkan ikatan dengan orang lain
 Mengenal diri sendiri
 Menambah wawasan pengetahuan
 Merubah sikap serta perilaku kebiasaan
 Memahami orang lain
 Memotivasi seseorang untuk melakukan sesuatu
 Membujuk/memaksa orang lain agar berperilaku sesuai intruksi
 Memelihara hubungan sosial dengan orang lain
 Membantu pengambilan keputusan
 Meminta atau memberi pertolongan
 Mengetahui atau mempelajari peristiwa di sekitar
Berikut ini adalah beberapa tujuan berkomunikasi:
1. Agar yang disampaikan komunikator dapat dipahami oleh komunikan. Supah mudah untuk
dipahami oleh komunikan maka komunikator butuh menerangkan pesan utama dengan sejelas
mungkin.
2. Supaya dapat mengerti orang lain. Dengan melakukan komunikasi, setiap individu dapat
mengerti individu yang lainnya dengan kemampuan mendengar apa yang dibicarakan oleh
orang lain.
3. Supaya pendapat kita dapat diterima oleh orang lain. Komunikasi serta pendekatan persuasif
merupakan langkah yang efektif agar ide kita dapat diterima oleh orang lain.
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan suatu hal. Komunikasi serta pendekatan persuasif
dapat membangun kesamaan persepsi dengan orang lain lalu menggerakannya sesuai dengan
apa yang kita inginkan.

Fungsi Komunikasi
Fungsi komunikasi secara umum. Beberapa fungsi komunikasi menurut para ahli meliputi fungsi sosial,
fungsi ekspresif, fungsi ritual dan fungsi instrumental. Berikut merupakan fungsi komunikasi dan
penjelasan lengkapnya.
Fungsi sosial
Fungsi komunikasi sosial menjadi indikasi pentingnya komunikasi dalam tiap hubungan sosial. Hal ini
berhubungan dengan konsep diri sendiri serta kelangsungan hidup dengan lingkungan sekitar kita,
sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial.
Fungsi ekspresif
Fungsi komunikasi ekspresif merupakan bentuk ekspresi di dalam tubuh terkait pendapat atau opini
yang ingin dikemukakan. Hal ini berkaitan dengan membujuk, memaksa atau mempengaruhu orang
dan masyarakat yang sesuai dengan pemikiran dan perasaan pengirim pesan.
Fungsi ritual
Fungsi komunikasi ritual merupakan bentuk komunikasi terkait hal-hal komitmen yang penting dan
sakral. Hal ini meliputi komitmen pengirim pesan terhadap tradisi, suku, negara, ideologi atau agama
yang diwujudkan dalam proses komunikasi itu sendiri.
Fungsi instrumental
Fungsi komunikasi instrumental merupakan bentuk komunikasi untuk mengubah sikap dan perilaku
atau juga untuk menggerakkan tindakan orang lain. Selain itu fungsi ini juga berkaitan dengan tujuan
menghibur atau mendapat hiburan.
Komponen Komunikasi
Pada dasarnya komponen komunikasi ada lima, yaitu sebagai berikut:
1. Pengirim pesan adalah individu atau orang yang mengirim pesan.
2. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan oleh pengirim.
3. Saluran adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Antara lain:
 Channel merupakan gelombang suara dan cahaya diudara yang berfungsi sebagai saluran.
Contohnya, apabila dua orang berbicara tatap muka, gelombang suara dan cahaya diudara
berfungsi sebagai saluran atau apabila pembicaraan itu melalui surat, gelombang cahaya
sebagai saluran yang memungkinkan kita melihat huruf pada surat tersebut.
 Buku, surat kabar, film, dan televisi merupakan alat untuk menyampaikan pesan, tetapi saluran
pokoknya tetap gelombang suara dan cahaya.
 Alat indra, seperti indra penciuman, indra perasa, dan indra peraba.
4. Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan, menganalisis, serta enginterpretasikan isi
pesan yang diterima.
5. Umpan balik (feedback) adalah respons terhadap pesan yang diterima dari pengirim pesan. Umpan
balik ini membantu memberikan kejelasan kepada pengirim bahwa pesan yang dikirim dapat
diterima oleh penerima atau sebaliknya.
Bab III
Unsur-Unsur Dasar Komunikasi Di Rumah Sakit
Unsur Unsur Komunikasi Menurut Para Ahli
Menurut Aristoteles, ada tiga unsur komunikasi yaitu siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan, dan
siapa yang mendengarkannya.
Pandangan Aristoteles ini menurut sebagian besar para ahli komunikasi dinilai lebih tepat untuk
mendukung suatu proses komunikasi publik dalam bentuk pidato atau retorika.
Hal ini disebabkan pada zaman Aristoteles retorika menjadi bentuk komunikasi yang sangat populer
bagi masyarakat Yunani pada saat itu.
Unsur Komunikasi Menurut Claude E Shannon & Warren Weaver
Unsur komunikasi yaitu pengiriman, transmitter, penerima, tujuan, dan signal. Kesimpulan tersebut
berdasarkan atas studi yang mereka lakukan mengenai pengiriman pesan radio dan telpon.
Unsur Komunikasi Menurut Charles Osgood Gerald Miller & Melvin L De Fluer
Mereka menambahkan efek dan umpan balik sebagai unsur unsur komunikasi. Umpan balik dan efek
sebagai unsur komunikasi yang nantinya akan lebih banyak dikembangkan pada proses komunikasi
antarpribadi dan komunikasi massa.
Unsur Komunikasi Menurut Joseph de Vito, Sereno, Erika Vora
Mereka menilai lingkungan adalah unsur komunikasi yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung
terjadinya proses komunikasi.
Terdapat beberapa unsur komunikasi, antara lainnya adalah :
1. Komunikator
Komunikator merupakan pihak yang bertindak sebagai pengirim pesan dalam proses komunikasi.
Dengan kata lain, komunikator adalah seseorang atau sekelompok orang yang memiliki inisiatif untuk
menjadi sumber dalam sebuah hubungan atau interaksi.
Komunikator tidak hanya berperan sebagai pengirim pesan saja. Akan tetapi juga memberikan sebuah
respon atau tanggapan dan menjawab dari proses komunikasi yang sedang berlangsung.
Baik itu secara langsung maupun tidak langsung.
2. Pesan atau Informasi
Pesan atau informasi merupakan keseluruhan apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan bisa
berupa sebuah kata-kata, tulisan, gambaran, atau sebuah perantara lainnya.
Pesan ini mempunyai inti, yaitu mengarah pada usaha untuk mengubah sikap dan tingkah laku orang
lain.
3. Sarana Komunikasi atau Channel
Sarana komunikasi atau channel dapat disebut dengan media yang digunakan sebagai penyalur pesan
dalam sebuah proses komunikasi.
Pemilihan sarana atau media dalam proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan
disampaikan.
4. Komunikan atau Receiver
Komunikan adalah sebutan bagi orang yang menerima pesan atau berita yang disampaikan oleh
komunikator. Komunikan dapat terdiri dari satu roang atau lebih dan bisa pula dalam bentuk kelompok.
Dalam sebuah proses komunikasi, komunikasi merupakan elemen penting karena dialah yang menjadi
sasaran komunikasi dan bertanggung jawab untuk bisa mengerti pesan yang disampaikan dengan baik
dan benar.
5. Umpan Balik atau Feedback
Umpan balik bisa diartikan sebagai jawaban komunikan atas pesan yang diberikan oleh komunikator
kepadanya. Pada komunikasi yang dinamis, komunikator dan komunikan akan terus menerus bertukar
peran.
6. Dampak atau Effect
Dampak adalah efek perbedaan yang dialami oleh komunikan sebelum dan sesudah menerima pesan.
Apabila sikap dan tingkah laku komunikan berubah sesuai dengan isi pesan, maka komunikator telah
berhasil dengan baik.
Dampak atau effect sesungguhnya dapat dilihat dari personal opinion, public opinion, ataupun majority
opinion.
Namun semua itu mengarah kepada perubahan yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan
yang disampaikan oleh komunikator.
Bab IV
Model-Model Komunikasi Pada Tenaga Kesehatan

Pengertian Model
Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata maupun abstrak, dengan menonjolkan
unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model tersebut sekaligus mereduksi fenomena komunikasi
artinya ada nuansa komunikasi lainnya yang mungkin terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model
tersebut. Model adalah gambaran informal untuk menjelaskan dan menerapkan teori. Model adalah
teori yang lebih disederhanakan.
Sereno dan Mortensen, suatu model komunikasi adalah deskripsi ideal mengenai apa yang
dibutuhkan untuk terjadinya komunikasi. Dengan kata lain model komunikasi adalah sebuah model
konseptual untuk menjelaskan proses komunikasi manusia dan memperlihatkan proses komunikasi
dengan menggunakan berbagai simbol. Model komunikasi membentuk perspektif komunikasi dengan
menguraikan komunikasi yang begitu kompleks menjadi lebih sederhana tanpa menghilangkan
komponen-komponen yang ada di dalamnya.
Fungsi Dan Manfaat Model
Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model kamunikasi mempunyai tiga
fungsi:
1. Melukiskan proses komunikasi,
2. Menunjukkan hubungan visual,
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi.
Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai 4 fungsi :
1. Mengorganisasikan yang tadinya tidak teramati
2. Heuristik
3. Prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif
yang berkenaan dengan kapan dan berapa banyak
4. Pengukuran, mengukur fenomena yang dipresiksi
Pembuatan model jelas memberikan manfaat kepada para ilmuwan. Irwin D.J Bross
menyebutkan beberapa keuntungan model. Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan
masalah, bila model awal tidak berhasil memprediksi. Ketika suatu model diuji, karrakter kegagalan
kadang-kadang dapat memberikan petunjuk mengenai kekurangan model tersebut. Menurut Raymond
S. Ross, model memberi anda penglihatan yang lain, berbeda, dan lebih dekat
Dilihat dari bentuknya, model komunikasi dasar terdiri dari:
1. Model komunikasi linear satu arah
2. Model komunikasi sirkuler
3. Model komunikasi spiral

1. Model Komunikasi Linear : Satu Arah


Model komunikasi linear adalah model komunikasi yang sangat sederhana dan
menggambarkan komunikasi berlangsung secara satu arah. Arus pesan digambarkan bersifat
langsung dari pengirim pesan ke penerima pesan. Dalam model komunikasi linear tidak terdapat
konsep umpan balik dan penerima pesan bersifat pasif dalam menerima pesan. Model komunikasi
yang merujuk pada model komunikasi linear diantaranya adalah model komunikasi Aristoteles, model
komunikasi Lasswell, model komunikasi SMCR Berlo, dan model komunikasi Shannon dan Weaver.
Model komunikasi linear
 Model ini didasari paradigma stimulus-respons
 Menurut paradigma ini, komunikan akan memberikan respons sesuai stimulus yang
diterimanya. Komunikan adalah makhmuk pasif, menerima apapun yang disampaikan
komunikator kepadanya.
 Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pasif menerima pesan, pesan
berlangsung searah dan relative tanpa umpan balik, karena itu disebut linear.
Model Komunikasi linear Satu Arah
1. Model Aristoteles
2. Model Laswell
3. Model Shannon-Weaver
1. Model Aristoteles
Model ini mengajukan 3 unsur komunikasi utama yang disebut pembicara (speaker), pesan
(message), dan pendengar (listener). Selain itu terdapat unsur lain yang disebut setting yaitu suasana
lingkungan yang perlu diciptakan agar komunikasi berlangsug efektif. Menurut Aristoteles, untuk
berhasil dalam komunikasi public, maka terdapat 3 unsur utama yang harus diperhatikan,
yaitu ethos (kredibilitas komunikator), logos (rutun logika argumentasi pesan yang anda
sampaikan), pathos (kemampuan memainkan emosi).
Model komunikasi Aristoteles adalah salah satu model komunikasi linear yang ditujukan untuk
menggambarkan atau menjelaskan proses public speaking. Model ini merupakan model komunikasi
pertama dan merupakan model komunikasi yang diterima secara luas diantara model komunikasi
lainnya.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles menitikberatkan pada pembicara (speaker) dan bicara (speech).
Model ini memiliki lima elemen, yaitu speaker, speech, occasion, audience, dan effect.

Model Komunikasi Aristoteles

Model Komunikasi Aristoteles


1. Pembicara (speaker) – orang yang berperan aktif dalam membentuk dan mengirimkan pesan
kepada khalayak.
2. Pesan verbal (speech) – pesan yang dibentuk dan disampaikan oleh speaker.
3. Situasi (occasion) – situasi saat pesan disampaikan.
4. Khalayak (audience) – orang yang menjadi target sasaran atau khalayak sasaran dalam
proses komunikasi.
5. Efek (effect) – dampak yang ditimbulkan dalam proses komunikasi.
Model komunikasi Aristoteles dikenal sebagai model komunikasi yang berpusat pada speaker atau
pembicara karena pembicara dipandang sebagai pihak yang aktif dan berperan penting dalam
proses public speaking yaitu mengirimkan pesan kepada khalayak.
Dalam model ini, khalayak digambarkan bersifat pasif dalam menerima pesan. Itulah mengapa
proses komunikasi dalam model Aristoteles berlangsung secara satu arah yakni dari pengirim ke
penerima. Dalam menyampaikan pesannya, pembicara harus menyiapkan pesan sedemikian rupa
yang disesuaikan dengan target sasaran dan situasi sehingga khalayak dapat dengan mudah
dilakukan persuasi maupun pengaruh melalui pesan yang disampaikan.
b. Karakteristik Model Komunikasi Aristoteles
Model komunikasi Aristoteles memiliki beberapa karakteristik, diantaranya adalah :
1. Berpusat pada pengirim pesan.
2. Khalayak bersifat pasif.
3. Tidak terlalu fokus pada komunikasi intrapersonal atau komunikasi interpersonal.
4. Fokus pada interaksi khalayak dalam komunikasi.
5. Tidak terdapat konsep umpan balik.
6. Tidak ada konsep kegagalan komunikasi.
7. Komunikasi berlangsung satu arah.
8. Hanya bisa digunakan dalam public speaking.
2. Model Laswell
Diluncurkan pada 1948, model yang merupakan formula sederhana ini umumnya digunakan
untuk mengkaji masalah komunikasi massa. Laswell sendiri menggunakan formulanya untuk
menunjukkan jenis riset dalam bidang komunikasi politik dan propaganda. Karena menganggap model
ini terlalu sederhana, banyak yang mengembangkan formula Laswell.
Menurut Laswell unsur-unsur dasar, walau dengan penjabaran dan interpretasi yang tidak
persis sama yaitu komunikator (who), pesan (says what), saluran komunikasi ( in which channel),
komunikan ( to whom), dan efek komunikasi (with what effect).
Harold D. Lasswell (1948) mengembangkan model komunikasi yang dikenal dengan model
komunikasi Lasswell. Model komunikasi Lasswell merupakan salah satu model komunikasi linear atau
model komunikasi satu arah dan merupakan model komunikasi yang sangat berpengaruh.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Lasswell

Model komunikasi Lasswell


Model komunikasi Lasswell memiliki 5 (lima) komponen, yaitu :
1. who (sender) – komunikator atau pengirim atau sumber pesan.
2. says what (message) – isi pesan.
3. channel (media) – medium atau media.
4. to whom (receiver) – penerima pesan atau khalayak.
5. with what effect (feedback) – umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan kepada
pengirim pesan.
Kelima komponen tersebut seringkali dijadikan sebagai bahan analisis atau kajian untuk mengevaluasi
masing-masing komponen dan proses komunikasi secara keseluruhan. Adapun analisis yang dilakukan
terhadap kelima komponen komunikasi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Analisis kontrol, umumnya dilakukan untuk membantu pengirim pesan untuk memiliki seluruh
kekuatan.
2. Analisis isi, umumnya dikaitkan dengan stereoptipe dan representasi perbedaan kelompok
politik dan berhubungan dengan tujuan pesan yang disampaikan.
3. Analisis media, umumnya mengkaji pemilihan media yang akan digunakan untuk mencapai
khalayak
4. Analisis khalayak, umumnya mengkali siapa yang menjadi target sasaran.
5. Analisis efek, umumnya dilakukan sebelum proses dimulai dengan tujuan untuk memprediksi
efek pesan terhadap target sasaran.
Model komunikasi Lasswell awalnya dikembangkan untuk menganalisis komunikasi massa,
khususnya studi tentang media propaganda. Namun, pada perkembangannya, model ini digunakan
pula untuk menganalisis komunikasi interpersonal atau komunikasi kelompok yang menjadi sasaran
diseminasi pesan. Selain itu, Lasswell juga membawa konsep proses komunikasi yang efektif.
Menurutnya, terdapat hubungan antara penyajian fakta-fakta dengan bagaimana fakta-fakta tersebut
dapat menyebabkan efek yang berbeda. Penggunaan konsep efek membuat model Laswell tidak
seperti namanya. Hal ini dikarenakan efek dapat berperan juga sebagai feedback atau umpan balik.
b. Karakteristik Model Komunikasi Lasswell
Model komunikasi Lasswell memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Komunikasi berlangsung satu arah.
2. Tidak konsisten karena menyatakan adanya konsep efek.
3. Tidak menyertakan umpan balik.
4. Mengabaikan kemungkinan adanya hambatan-hambatan komunikasi.
5. Dipandang sangat umum dan hanya mencakup tema-tema tradisional.
6. Merupakan dasar propaganda karena lebih menitikberatkan pada hasil keluaran.
7. Umumnya digunakan untuk media persuasi.
3. Model Shannon-Weaver
Model ini dibuat oleh ahli matematik Claude Shannon diakhir 1949, disebut juga model
matematis atau model teori informasi. Model ini mengambarkan komunikasi sebagai suatu proses
linear satu arah. Elemen pertama adalah sumber informasi (information source), menghasilkan pesan
(message),yang oleh pemancar (transmitter) diubah menjadi signal. Ketidakmampuan komunikator
untuk menyadari bahwa pesan yang dikirim tidak selalu identik dengan pesan yang diterima
merupakan salah satu alasan mengapa komunikasi gagal.
Claude Elwood Shannon dan Warren Weaver (1948) mengembangkan salah satu model
komunikasi linear yang disebut dengan Model Komunikasi Shannon dan Weaver.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Shannon dan Weaver

Model Komunikasi Shannon Weaver


Dalam model komunikasi Shannon dan Weaver terdapat 6 (enam) elemen yaitu :
1. Pengirim (Sender/Information source) – orang yang membuat pesan, memilih media yang
akan digunakan dan mengirimkan pesan.
2. Encoder (Transmitter) – orang yang menggunakan mesin yang mengubah pesan ke dalam
bentuk sinyal atau data biner. Dimungkinkan juga encoder merujuk pada mesin itu sendiri.
3. Media (Channel) – media yang digunakan untuk mengirim pesan.
4. Decoder (Transmitter) – mesin yang digunakan untuk mengubah sinyal atau data biner ke
dalam bentuk pesan atau penerima pesan yang menginterpretasikan pesan dari sinyal yang
diberikan.
5. Penerima (Receiver/Destination) – orang yang menerima pesan atau tempat dimana pesan
harus dijangkau. Penerima pesan memberikan umpan balik berdasarkan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim.
6. Gangguan (Noise) – gangguan fisik seperti lingkungan, manusia, dan lain-lain yang tidak
membiarkan pesan diterima dengan baik oleh penerima pesan.
Pengirim pesan menyandi pesan dan mengirimkannya kepada penerima pesan melalui media.
Pengirim mengubah pesan ke dalam berbagai kode yang dapat dipahami ke dalam mesin. Pesan
dikirim dalam bentuk kode melalui media. Penerima harus menerima sandi pesan sebelum memahami
dan menginterpretasikannya. Mesin penerima dapat juga berperan sebagai penerima sandi dalam
beberapa kasus. Media dapat mengalami gangguan dan penerima bisa saja tidak memiliki kapasitas
untuk melakukan sandi-awa sehingga menyebabkan masalah dalam proses komunikasi.
Menurut model ini, terdapat tiga macam permasalahan komunikasi, yaitu masalah teknis, masalah
semantik, dan masalah efektifitas.
1. Masalah teknis–masalah yang disebabkan oleh channel.
2. Masalah semantik–adanya perbedaan dalam mengartikan pesan yang dikirim dan diterima.
3. Masalah efektivitas–reaksi penerima terhadap pesan yang disampaikan.
Model ini pada awalnya ditujukan untuk memperbaiki teknis komunikasi utamanya komunikasi melalui
telepon dengan tujuan memaksimalkan kapasitas telepon dan meminimalkan gangguan. Namun dalam
perkembangannya, model ini kemudian diterapkan bagi seluruh bentuk komunikasi untuk
mengembangkan komunikasi yang efektif.
b. Karakteristik Model Komunikasi Shannon dan Weaver
Model komunikasi Shannon dan Weaver memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Komunikasi berlangsung dalam dua proses yang membuatnya sebagai model yang dapat
diterapkan dalam semua bentuk komunikasi.
2. Konsep gangguan atau noise membantu dalam membuat komunikasi efektif dengan cara
menghilangkan gangguan atau masalah yang menyebabkan berbagai gangguan.
3. Hanya dapat diterapkan dengan baik pada komunikasi interpersonal dibandingkan dengan
komunikasi massa atau komunikasi kelompok.
4. Penerima pesan berperan sebagai bagian yang pasif dalam proses komunikasi.
5. Pengirim pesan berperan aktif dalam mengirim pesan.
6. Umpan balik tidak begitu penting jika dibandingkan dengan pesan yang dikirimkan oleh
pengirim.
Model-model Komunikasi Sirkuler : Dua Arah
Model sirkuler umumnya berangkat dari paradigma antarpribadi, di mana kedudukan
komunikator dan komunikan relative setara. Munculnya paradigma baru ini merupakan pemisahan dari
paradigma yang lama tentang komunikasi yang linear. Model sirkuler dikritik karena adanya kesamaan
tingkat (equality)antara komunikator dan komunikan. Model komunikasi sirkuler dua arah terdiri dari
model deFleur, model schramm, model hoeta soehoet, model newcomb.

1) Model DeFleur
DeFleur mengembangkan model Shannon-Weaver. Ia menyatakan arti diubah menjadi pesan
dan mengambarkan bagaimana alat pemancar mengubah pesan menjadi informasi, yang berjalan
melalui sebuah saluran .
Alat penerima mengubah lagi informasi menjadi pesan dan pada titik tujuan dikembalikan
menjadi arti. Jika ada persamaan antara dua arti, itulah komunikasi. Tapi, menurut DeFleur, persamaan
ini jarang terjadi. DeFleur juga manambah satu komponen lagi untuk menunjukkan bagaimana sis
umber menerima umpan balik yang memberi kemungkinan bagi sumber mengunakan cara yang lebih
efektif lagi dalam berkomunikasi dengan tujuan. Bagi DeFleur, hal ini menambah kemungkinan
meningkatnya persamaan arti.

Model Komunikasi De Fleur


Model sistem komunikasi massa dikembangkan oleh Melvin L. De Fleur pada tahun 1966.
Model ini merupakan pengembangan dari model komunikasi matematis Shannon dan Weaver dan
didasarkan juga pada model komunikasi Westley dan MacLean yang menggambarkan proses
komunikasi sirkuler dengan adanya umpan balik dari receiver. Model komunikasi Shannon dan Weaver
merupakan model komunikasi satu arah dan mereka menjelaskan peran gangguan atau noise dalam
proses komunikasi.
Sementara itu, model komunikasi Westley dan Maclean merupakan model komunikasi dua
arah dan untuk pertama kalinya mereka mengenalkan satu komponen penting yang disebut dengan
umpan balik linear dalam model komunikasi. De Fleur telah mengkombinasikan kedua model
komunikasi ini dan menciptakan model komunikasi baru yang disebut dengan Model Komunikasi De
Fleur.
De Fleur mengembangkan model komunikasi Shannon dan Weaver dengan memasukkan alat
media massa dan menyatakan bahwa proses komunikasi adalah sirkuler karena adanya dua umpan
balik yang mungkin terjadi. Dalam seluruh proses komunikasi, gangguan atau noise dapat terjadi pada
setiap tahapan. De Fleur menggambarkan sumber, transmitter, receiver, dan destination sebagai
tahapan komunikasi massa yang terpisah.
Hal lainnya yang penting adalah adanyal alat umpan balik yang membantu menganalisa khalayak
target. Di sini, seluruh receiver bukanlah khalayak sasaran karena khalayak sasaran akan membuat
semacam umpan balik yang akan membantu menemukan khalayak saasaran dengan menggunakan
alat umpan balik. Satu aspek penting lainnya adalah bahwa proses komunikasi berlangsung secara
dua arah. Model komunikasi ini juga merupakan model pertama yang mengenalkan umpan balik dua
arah dan khalayak sasaran dalam proses komunikasi.

2) Model Schramm
Schramm membuat serangkaian model, dimulai dari (a) yang sederhana satu arah mirip
Shanonn-Weaver, (b) satu model antarpribadi yang juga masih linear, (c) dilanjuntkan dengan
pengembangannya yang sirkuler. Selain itu, Schramm juga menurunkan (d) model komunikasi massa.
Schramm menggunakan unsur source dan destination tapi tidak memunculkan transmitter da receiver,
yang ada adalah encoder (alat penyandi) dan decoder (alat penyandi balik).
Menurut model ini, source boleh menjadi seorang individu atau organisasi, sinyalnya adalah
bahasa dan destination-nya adalah pihak lain kepada siapa sinyal itu ditujukan. Dalam komunikasi
lewat radio, encoder dapat berupa microphone dan decoder adalah earphone. Dalam komunikasi
antarmanusia source dan encoder adalah satu orang sementara decoder dan destination pada sisi
yang lainnya, sehingga pada model yang kedua ia mulai menyatukan source (sumber)
dengan encoder (alat penyandi) yang semula terpisah. Demikian pula halnya dengan decoder (alat
penyandi balik) yang ditempelkan dengan destination (tujuan). Selain itu, ia menambah unsur field of
experience (bidang pengalaman) yang dimiliki kedua pelaku komunikasi. Source menyandi (encode)
dan destination menyandi balik (decode) pesan berdasarkan pengalaman yang dimiliki masing-masing.
Semakin besar luas bidang pengalaman source yang berhimpitan dengan bidang
pengalaman destination, semakin mudah komunikasi dilakukan. Bila kedua bidang itu tidak bertautan
atau sangat sedikit pertautannya artinya tidak ada pengalaman yang sama maka komunikasi sulit
berlangsung.
Pada model yang ketiga, Scrhamm menggambarkan komunikasi sebagai proses sirkuler.
Untuk pertama kalinya ia menggambarkan dua titik pelaku komunikasi yang melakukan fungsi encoder,
interpreter, decoder. Dalam proses sirkuler ini, setiap pelaku komunikasi bertindak
sebagai encoder dan decoder. Ia meng-encode pesan ketika menerimanya. Pesan yang diterima
kembali dapat disebut umpan balik, yang tetap ia beri nama message. Umpan balik inilah yang telah
membuat model linear menjadi sirluker.
Model Komunikasi Schramm dikenalkan oleh Wilbur Schramm (1954) yang menggambarkan
proses komunikasi berlangsung secara dua arah baik pengirim pesan atau penerima pesan dapat
berganti peran dalam mengirim dan menerima pesan. Pesan dikirimkan setelah
proses encoding karenanya pengirim pesan juga disebut dengan Encoder. Sementara itu, penerima
pesan atau receiver disebut juga dengan decoder karena pesan yang telah di-encode oleh pengirim
pesan kemudian mengalami proses decoding yang dilakukan oleh penerima pesan atau receiver.
Model komunikasi Schramm diadaptasi dari teori yang dikemukakan oleh Ryan A.
Osgood, karenanya model komunikasi ini disebut dengan Model Komunikasi Osgood dan Schramm
atau Model Komunikasi Encode-Decode. Melalui model ini, Osgood mengganti model komunikasi linear
dengan model proses komunikasi sirkular dan Schramm menambahkan konsep field of experience ke
dalamnya. Yang dimaksud dengan field of experience adalah hal-hal yang mempengaruhi pemahaman
dan mengeinterpretasi pesan yang umumnya meliputi budaya, latar belakang budaya, kepercayaan,
pengalaman, nilai-nilai, dan peraturan.
a. Komponen-komponen Model Komunikasi Osgood dan Schramm
Model Komunikasi Osgood dan Schramm

Menurut model komunikasi Osgood dan Schramm, terdapat 9 (sembilan) komponen dalam
proses komunikasi, yaitu sender (transmitter), encoder, decoder, interpreter, receiver, message,
feedback, medium, dan noise.
1. Sender (transmitter) – orang yang mengirimkan pesan.
2. Encoder – orang yang mengubah pesan ke dalam bentuk kode.
3. Decoder – orang yang mendapatkan pesan yang telah di-encode yang telah dikirimkan oleh
encoder dan mengubahnya ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh orang lain.
4. Interpreter – orang yang mencoba untuk memahami dan menganalisa pesan. Pesan diterima
setelah interpretasi. Interpreter dan receiver adalah orang yang sama.
5. Receiver – orang yang menerima pesan yang melakukan proses decoding dan
menginterpretasikan pesan-pesan aktual.
6. Message – data yang dikirimkan oleh pengirim pesan dan informasi yang diterima oleh
penerima pesan.
7. Feedback – proses merespon pesan yang diterima oleh penerima pesan.
8. Medium – media atau saluran yang digunakan oleh pengirim pesan untuk mengirim pesan.
9. Noise – gangguan yang terjadi selama proses komunikasi berlangsung. Gangguan juga dapat
berupa gangguan semantic dimana terjadi perbedaan dalam pemaknaan pesan yang
dikirimkan oleh pengirim pesan dan pemaknaan pesan yang diinterpretasi oleh penerima
pesan.
Menurut Schramm, latar belakang individu yang terlibat dalam proses komunikasi memainkan
peranan yang sangat penting dalam komunikasi. Sebagaimana diketahui, setiap orang memiliki latar
belakang pengetahuan, pengalaman, serta budaya yang berbeda satu sama lain. Perbedaan latar
belakang ini mempengaruhi setiap individu dalam menginterpretasi pesan yang diterima.
b. Karakteristik Model Komunikasi Osgood dan Schramm
Model komunikasi Osgood dan Schramm memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Fokus pada encode dan decode.
2. Komunikasi berlangsung dua arah.
3. Adanya konsep field of experience yang merupakan efek psikologis dapat membantu untuk
memahami proses komunikasi.
4. Umpan balik bersifat tidak langsung dan lambat.
5. Terdapat konsep umpan balik sehingga memudahkan bagi pengirim pesan untuk mengetahui
apakah pesan diinterpretasi dengan baik oleh penerima pesan.
6. Tidak diabaikannya konsep gangguan atau noise.
7. Penerima pesan dan pengirim pesan dapat bertukar peran dalam menyampaikan dan
menerima pesan.
8. Bersifat dinamis dan berguna secara praktis.
9. Gangguan semantik atau semantic noise merupakan konsep yang dapat membantu
memahami permasalah yang dapat terjadi selama pesan diinterpretasi.
10. Konsep interpretatif membuat komunikasi menjadi efektif.
11. Konsep konteks membuat faktor lingkungan dapat dimasukkan ke dalam interpretasi pesan
dan membuat perubahan dalam nilai pesan.
12. Tidak sesuai atau tidak cocok untuk diterapkan dalam proses komunikasi yang sangat
kompleks.
13. Hanya terdapat dua sumber utama yang berkomunikasi. Banyaknya sumber justru akan
membuat proses komunikasi mengalami komplikasi dan model komunikasi tidak dapat
diimplementasikan dengan baik.
14. Dimungkinkan terjadinya perbedaan interpretasi terhadap pesan yang dikirimkan dan pesan
yang diterima
15. Digunakan untuk media baru
16. Dapat menjadi model komunikasi linear jika penerima pesan tidak memberikan tanggapan.

3) Model Hoeta Soehoet


Hoeta Soehoet mengungkapkan adanya 5 tahap proses komunikasi, yaitu
1. proses komunikasi dalam diri komunikator
2. proses komunikasi antara komunikator dengan komunikan
3. proses komunikasi dalam diri komunikan
4. proses komunikasi antara komunikan dan komunikan
5. proses komunikasi dalam diri komunikator
Masing-masing komunikator dan komunikan memiliki peralatan jasmaniah dan rohaniah.
Peralatan rohaniah manusia terdiri dari hati nurani, akal, budi, naluri kebahagiaan, naluri sosial, naluri
ingin tahu, dan naluri komunikasi. Peralatan rohaniah menghasilkan falsafah hidup, konsepsi
kebahagiaan, motif komunikasi, isi pernyataan yang keseluruhannya disebut sebagai hasil kerja
peralatan rohaniah. Model Hoeta Soehot menjadi latar penulisan dan pokok-pokok pikiran manusia,
komunikator, komunikan.
4) Model Newcomb
Model Newcomb diluncurkan pada1953. Bentuk model adalah segitiga, namun karena
menggambarkan kesamaan derajat antara pelaku komunikasi, dimana penerima pesan tidak lagi
dianggap pasif, yang tercermin dalam bentuk panah bolak-balik, maka model ini kita masukkan ke
dalam kelompok sirkuler. Dalam model ini Newcomb mengembangkan modelnya berdasarkan karya
terdahulu dari ahli psikologi Header (1946).

Model-model Komunikasi Spiral (HELICAL)


Model komunikasi spiral relatif lebih baru disbanding model sirkuler, apalagi linear. Model ini
sesuai perkembangan paradigma dalam memahami proses komunikasi.
1. Model Dance
Dance melundurkan modelnya pada 1967. Model ini memperjelas adanya saat ini dimana komunikasi
tidak berlangsung dalam satu lingkaran penuh.
Model ini mengarahkan pandangan seseorang pada kenyataan bahwa proses komunikasi terus
bergerak maju, bahwa apa yang dikomunikasikan sekarang mempengaruhi komunikasi selanjutnya.
Model spiral menggambarkan bagaimana aspek-aspek yang berbeda dari suatu proses komunikasi
terus berubah dari waktu ke waktu.
2. Model Noelle-Newman
Model ini diajukan pada 1974 oleh Elisabeth Noelle-Newman dan dinamakan Model Spiral Keheningan.
Menurutnya, model ini merupakan jawaban atas masalah yang terletak pada pada hubungan antara
komunikasi massa, komunikasi antarpribadi, dan persepsi individu tentang opininya sendiri dalam
hubungannya dengan pendapat orang lain dalam masyarakat. Ide terpenting yang mendasari model ini
adalah bahwa sebagian individu mencoba menghindari isolasi, dalam pengertian bahwa ia sendirian
atas kepercayaan atau sikap yang diyakininya. Karenanya, seseorang memperhatikan lingkungannya
dalam mempelajari pandangan-pandangan mana yang menguat dan mana yang tidak populer.
3. Model Tubbs
Model terbaru dari Tubss yang diluncurkan pada 1944. Para pelaku komunikasi dalam model Tubbs
disebut komunikator-1 dan komunikator-2, dimana masing-masing berperan sebagai penerima dan
pengirim. Kedua pelaku komunikasi mengirim dan menerima pesan sepanjang waktu, tanpa awal dan
tanpa akhir.
Model Lainnya
a) Model Berlo
Berlo adalah doktor komunikasi pertama. Modelnya diajukan pada 1960, dikenal sebagai Model SMCR
(Stimuls-Medium-Channel-Receiver). Pada masanya, model ini sangat berpengaruh. Pada masa
sekarang, pertanyaan yang umum diajukan atas model ini terlepas dari keterbatasannya karena
bersifat linear adalah menyangkut unsur yang diajukannya.
Fungsi dan Manfaat Model
Gordon Wiseman dan Larry Barker, mengemukakan bahwa model komunikasi mempunyai 3 fungsi :
1. melukiskan proses komunikasi
2. menunjukkan hubungan visual
3. membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetam komunikasi
Deutsch menyebutkan bahwa model itu mempunyai 4 fungsi :
1. mengorganisasikan yang tadinya tidak teramati
2. heuristik
3. prediktif, memungkinkan peramalan dari sekedar tipe ya atau tidak hingga yang kuantitatif yang
berkenaan dengan kapan dan berapa banyak
4. pengukuran, mengukur fenomena yang dipresiksi
Pembuatan model jelas memberikan manfaat kepada para ilmuwan. Irwin D.J Bross
menyebutkan beberapa keuntungan model. Model menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan
masalah, bila model awal tidak berhasil memprediksi. Ketika suatu model diuji, karrakter kegagalan
kadang-kadang dapat memberikan petunjuk mengenai kekurangan model tersebut. Menurut Raymond
S. Ross, model memberi anda penglihatan yang lain, berbeda, dan lebih dekat.
David K. Berlo (1960) merumuskan sebuah model komunikasi linear yang merupakan
pengembangan dari model komunikasi Shannon dan Weaver. Model komunikasi dari David K. Berlo
disebut dengan Model Komunikasi SMCR (Sender-Message-Channel-Receiver). Menurut Berlo,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi berbagai komponen yang dimiliki oleh individu dalam
komunikasi yang membuat komunikasi berlangsung secara lebih efisien. Faktor-faktor tersebut adalah
keterampilan komunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial, dan budaya.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Berlo
Model Komunikasi SMCR

Model komunikasi SMCR juga menitikberatkan pada proses encoding dan decoding yang terjadi
sebelum pengirim mengirim pesan dan sebelum penerima menerima pesan.
Dalam model ini terdapat beberapa komponen yaitu sender, message, channel, dan receiver dimana
masing-masing komponen dipengaruhi oleh beberapa faktor.
1. Pengirim (sender)
Sumber pesan atau orang yang mengorganisasi pesan. Seorang pengirim pesan atau sumber pesan
mengirimkan pesan kepada penerima pesan. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengirim
pesan dan penerima pesan, yaitu :
1. Keterampilan komunikasi – Jika pengirim pesan memiliki keterampilan komunikasi yang baik,
maka pesan akan lebih mudah dikomunikasikan dibandingkan dengan pengirim pesan yang
tidak memiliki keterampilan komunikasi yang baik. Keterampilan komunikasi mencakup
keterampilan berbicara, keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan
mendengarkan, dan lain-lain.
2. Sikap – Sikap yang dimiliki oleh pengirim pesan untuk menciptakan efek pesan.
3. Pengetahuan – Pengetahuan yang dimiliki oleh pengirim pesan dapat membuat pesan dapat
dikomunikasikan secara lebih efektif.
4. Sistem sosial – Sistem sosial yang mencakup nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama dan
lain-lain serta tempat dan situasi mempengaruhi cara pengirim pean dalam
mengkomunikasikan pesan. Hal ini menciptakan perbedaan dalam membuat pesan.
5. Budaya – perbedaan budaya menyebabkan perbedaan dalam menyampaikan pesan.
2. Pesan (message)
Pesan adalah hal substansif yang dikirimkan oleh pengirim pesan kepada penerima pesan. Pesan
dapat berbentuk suara, teks, video atau lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi pesan adalah :
1. Isi pesan – Merupakan sesuatu yang terdapat dalam pesan.
2. Elemen pesan – Elemen pesan merupakan hal-hal yang berkaitan dengan pesan nonverbal
yang melekat dalam isi seperti gesture, tanda, bahasa sebagai alat komunikasi, dan lain-lain.
3. Perlakuan – Cara pesan dikirimkan kepada penerima pesan yang menimbulkan efek berupa
umpan balik yang diberikan oleh penerima pesan.
4. Struktur pesan – Pola pembentukan pesan dapat mempengaruhi efektivitas pesan.
5. Kode – Bentuk dimana pesan dikirimkan bisa berupa teks, video, dan lain-lain.
3. Media (channel)
Media yang digunakan untuk mengirim pesan misalnya telepon, internet sebagai media
komunikasi dan lain-lain dan biasanya digunakan dalam komunikasi bermedia (media massa atau
media baru). Namun, jika merujuk pada bentuk atau konteks komunikasi lain seperti misalnya
komunikasi interpersonal maka media komunikasi yang dimaksud merujuk pada kelima rasa melalui
panca indera yang dimiliki oleh manusia. Kelima rasa inilah yang turut mempengaruhi arus dan
efektivitas komunikasi. Kelima rasa tersebut adalah mendengarkan, melihat, menyentuh, mencium, dan
merasakan.
1. Mendengar – pesan yang diterima melalui indera pendengaran.
2. Melihat – pesan yang diterima melalui indera penglihatan mencakup pesan nonverbal.
3. Menyentuh – sebagian pesan nonverbal terjadi melalui sentuhan seperti menepuk pundak.
4. Mencium – pesan yang diterima melalui indera penciuman.
5. Merasakan – pesan yang diterima melalui indera perasa.
4. Penerima (receiver)
Orang yang menerima pesan yang dikirmkan oleh pengirim pesan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
penerima pesan sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengirim pesan, yaitu :
1. Keterampilan komunikasi – Penerima pesan yang memiliki keterampilan komunikasi
(keterampilan berbicara, keetrampilan menulis, keterampilan membaca, kemampuan
mendengarkan dan lain-lain) yang baik akan dapat menerima pesan dengan baik.
2. Sikap – sikap yang dimiliki oleh penerima pesan untuk menerima pesan.
3. Pengetahuan – pengetahuan yang dimiliki oleh penerima pesan dapat membuat pesan mudah
diterima dengan baik oleh penerima pesan.
4. Sistem sosial – Sistem sosial (nilai, kepercayaan, hukum, aturan, agama, dan lain-lain)
mempengaruhi cara menerima pesan yang menyebabkan perbedaan dalam menerima pesan.
5. Budaya – perbedaan budaya dapat menyebabkan perbedaan dalam menerima pesan.
b. Karakteristik Model Komunikasi Berlo
Model komunikasi Berlo memiliki beberapa karakteristik, yaitu :
1. Fokus pada proses encoding dan decoding.
2. Komponen komunikasi dipengaruhi oleh beberapa faktor.
3. Tidak adanya konsep umpan balik.
4. Efek komunikasi tidak dapat diketahui.
5. Tidak ada konsep gangguan atau noise atupun berbagai hambatan proses komunikasi lainnya,
6. Komunikasi berlangsung satu arah.
7. Baik pemberi pesan atau penerima pesan memiliki kesamaan jika dilihat dari faktor-faktor yang
mempengaruhi keduanya.
b) Model Komunikasi Barnlund
Pada tahun 1970, Dean C. Barnlund mengenalkan sebuah model komunikasi transaksional
bagi dasar komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi yang menggambarkan proses
pengiriman dan penerimaan pesan yang terjadi secara simultan antara partisipan komunikasi. Model
komunikasi Barnlund dikenal dengan nama Model Komunikasi Transaksional Barnlund. Model ini
merupakan respon terhadap model komunikasi linear yang bersifat statis ke model komunikasi yang
bersifat dinamis dan model komunikasi dua arah.
Model komunikasi transaksional Barnlund menggambarkan proses komunikasi yang
berlangsung secara berkesinambungan dimana pengirim dan penerima saling bertukar peran dan
bertukar tempat secara seimbang. Pesan berjalan mengambil tempat dengan umpan balik konstan
yang diberikan oleh partisipan komunikasi. Umpan balik yang diberikan oleh salah satu pihak adalah
pesan bagi pihak lainnya.
a. Komponen-komponen dalam Model Komunikasi Barnlund

Model Barnlund

Dalam model komunikasi Barnlund, terdapat beberapa komponen, yaitu :


1. Cues – tanda untuk melakukan sesuatu. Terdapat tiga macam cues, yaitu public cues, private
cues, dan behavioral cues.
o Public cues – lingkungan, fisik, artifisial atau alamiah.
o Private cues – dikenal dengan orientasi obyek pribadi, dapat berupa verbal dan
nonverbal.
o Behavioral cues – dapat berupa verbal atau non verbal.
2. Speech act – contoh khusus dalam model komunikasi.
3. Filter – realitas manusia yang terikat dengan komunikasi.
4. Noise – masalah yang berkembang dalam arus komunikasi dan mengganggu arus pesan.
b. Karakteristik Model Komunikasi Barnlund
Karakteristik model komunikasi Barnlund adalah sebagai berikut :
1. Komunikasi bersifat transaksional.
2. Digunakan dalam komunikasi interpersonal.
3. Pengirim dan penerima pesan dapat bertukar peran.
4. Melibatkan peran konteks dan lingkungan.
5. Melibatkan gangguan dan hambatan-hambatan komunikasi sebagai faktor.
6. Membahas komunikasi non verbal.
7. Umpan balik bersifat simultan.
8. Pengirim pesan dan penerima pesan saling berbagi kedalaman pengalaman.
9. Fokus pada pengiriman pesan yang simultan, gangguan serta umpan balik.
10. Dipandang sebagai model komunikasi yang sangat sistematis.
11. Model komunikasi dipandang sangat kompleks.
12. Pengirim pesan dan penerima pesan harus mengerti kode-kode yang dikirim oleh masing-
masing pihak.
c) Model Newcomb ABX
Model komunikasi Newcombs dikembangkan oleh Theodore M. Newcombs pada tahun 1953
yang merupakan pendekatan sosial baru dalam bidang komunikasi yang disebut dengan sistem ABX.
Melalui model ini, Newcombs memberikan pendekatan yang berbeda dalam proses komunikasi.
Tujuan utama dari model ini adalah untuk mengenalkan peran komunikasi dalam sebuah
hubungan sosial dan untuk mengelola keseimbangan sosial dalam sebuah sistem sosial.
Newcombs tidak menyertakan pesan sebagai sebuah entitas yang terpisah dalam modelnya. Ia hanya
menggunakan gambar tanda panah. Ia fokus pada tujuan sosial komunikasi, memperlihatkan seluruh
komunikasi sebagai sebuah hubungan yang terjadi di antara individu.
Model komunikasi Newcombs beroperasi dalam bentuk triangular atau sistem ABX, yaitu A
sebagai sender atau komunikator, B sebagai penerima pesan, dan X sebagai hal yang menjadi fokus
perhatian. Model komunikasi massa ABX atau model komunikasi massa Newcombs mensyaratkan
bahwa A berkomunikasi dengan B tentang sebuah topik, yaitu topik C. Orientasi dan sikap A dan B
ditentukan tidak hanya oleh C, tetapi juga dengan hubungan antara A dan C.
Perlu dipahami bahwa C mungkin saja dapat berupa fakta, obyek, atau orang yang merupakan
subyek komunikasi antara A dan B. Hal ini berarti bahwa jika individu B atau receiver secara positif
menerima C, keterlibatannya dalam proses komunikasi akan sama dengan keterlibatan A dengan C,
sebagaimana kasus sebelum proses komunikasi dimulai. Dalam gambar, tanda panah
mengindikasikan sikap.
d) Model Komunikasi Westley dan MacLean

Model Komunikasi Westley dan MacLean

Model ini merupakan model komunikasi yang sangat berpengaruh yang dikembangkan dengan
tujuan menata temuan-temuan yang hasil penelitian yang ada dan menyediakan sebuah perlakuan
sistematis yang secara khusus sesuai bagi penelitian komunikasi massa. Model ini dikenalkan
oleh Bruce Westley dan Malcolm S. MacLean, Jr (1957) diadaptasi dari model komunikasi Newcomb.
Model ini dapat dilihat dalam dua konteks komunikasi, yaitu komunikasi interpersonal atau komunikasi
antar pribadi dan komunikasi massa.
Poin penting perbedaan antara komunikasi interpersonal dan komunikasi massa adalah
terletak pada umpan balik. Dalam komunikasi interpersonal umpan balik bersifat langsung dan cepat.
Sedangkan dalam komunikasi massa, umpan balik bersifat tidak langsung dan tertunda atau lambat.
Menurut Westley dan MacLean, komunikasi tidak akan terjadi ketika satu orang saja yang bicara
melainkan ketika seseorang memberikan respon secara elektif terhadap sekitar mereka.
Model ini menekankan pada hubungan yang kuat antara tanggapan dari lingkungan sekitar dan
proses komunikasi. Komunikasi dimulai hanya ketika seorang individu menerima pesan dari lingkungan
sekitar. Setiap penerima pesan merespon pesan yang mereka terima berdasarkan orientasi obyek
mereka.

Anda mungkin juga menyukai