Makalah Halusinasi Fix11

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

GANGGUAN JIWA : HALUSINASI


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II

Oleh :
Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 3B
1. Acep Tohir
2. Awal Febriyan
3. Dini Andini
4. Eka Hardianti Budiana
5. Elisa
6. Eva Sophia
7. Fauziah Solihah NH
8. Gita
9. Komala
10. M. Iqbal
11. Retno
12. Sani
13. Soni Santana
14. Yuli Nurliyanti

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
TA 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Rahmah, atas segala rahmatnya
yang telah diberikan kepada hambanya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga
selesai.
Tidak lupa kami berterimakasih kepada semua pihak yang ikut mensupport
penyusunan makalah ini, baik dukungan moriel maupun materiel.
Besar harapan, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca sehingga bisa di implementasikan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Karena keterbatasan pengetahuan yang kami miliki, kami menyadari masih
banyak kekurangan dari makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Tasikmalaya, 25 September 2019

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. i


DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 2
C. Tujuan .................................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Definisi Halusinasi ........................................................................................... 3
B. Etiologi.............. .................................................................................................... 4
C. Jenis Halusinasi ................................................................................................. 6
D. Tanda dan Gejala .............................................................................................. 7
E. Penilaian stresor ............................................................................................... 7
F. Fase Halusinasi ..................................................................................................
BAB III PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................................. 12
B. Saran ............................................................................................. ...................... 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Sedangkan Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa, melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan
11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil penelitian WHO di Jawa
Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah terdapat 3 orang
yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah
mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam Zelika, (2015). Data kunjungan rawat inap
Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta pada bulan Januari - April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44
persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua dengan
angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan resiko perilaku
kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18 persen atau berjumlah
pasien 141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah menempati urutan keempat
dengan angka kejadian 12 persen atau berjumlah 94 orang, sedangkan pasien dengan
waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32 orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 kompone salah satunya halusinasi,
maka kelompok di berikan tugas untuk membahas masalah gangguan jiwa dengan
halusinasi. Oleh karena itu kelompok diberikan tugas dalam bentuk makalah yang berjudul
Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi Pelaksanaan 1 pada Kasus
Halusinasi.

B. Rumusan Masalah

1
1. Bagaimana Konsep Teori Halusinasi ?
2. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien halusinasi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep teori halusinasi
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien halusinasi

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan,
perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015).
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak sesuai
dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja (2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi adalah hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan
eksternal (dunia luar). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi merupakan
gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan halusinasi adalah
gangguan persepsi sensori dimana klien mempersepsikan sesuatu melalui panca indera
tanpa ada stimulus eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata
ada oleh klien.
Halusinasi merupakan gerakan penyerapan (persepsi) panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistempanca indera terjadi pada saat
kesadaran individu penuh/baik. (DEPKES, 2000)
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Perkembangan yang terganggu misalnya rendah control dan kehangatan keluarga
menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,yang menyebabkan mudah
frustasi,hilang percaya diri,dan lebih rentan terhadap stres
b. Faktor social kultural
Seseorang yang merasa tidak terima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan,kesepian,dan tidak percaya pada lingkunganny

c. Faktor biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa,adanya stress yang
berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang

3
dapat bersifat halusinogenik neurokimia, seperti bufenol dan dimettytranferase
(DMP). Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktifasinya,
neurotransmitter otak,misalnya terjadi ketidak seimbangan asetil colin dan
dopamine
d. Faktor psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab,muda terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.
e. Faktor genetic dan pola asuh
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia.
2. Faktor prespitasi
a. Prilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga,ketakutan,perasaan tidak
aman,gelisah dan bingung,tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut Rawlins H Hencock 1993
mencoba memcahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio,psiko,social
dan spitirual. Sehingga dapat dilihat dari 5 dimensi :
1) Dimensi fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi seperti kelelahan yang luar
biasa,penggunaan obat-obatan,demam hingga delirium
2) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi isi
halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan
3) Dimensi intelektual
Dalam dimensi ini individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri melawan
infuls yang menekan,namun merupakan suatu hal yang menimbulkan
kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan akan
mengontrol semua perilaku klien.
4) Dimensi social
Klien mengalami gangguan interaksi social dalam fase awal dan comforting. Klien
menganggap bahwa hidup dialam nyata sangat membahayaan. Klien asik dengan
halusinasinya,seolah-olah dia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan
agar interaksi sisial,control diri,dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia
nyata
4
5) Dimensi spiritual
Secara spiritual klien halusinasi mulai dengan kemampuan hidup,rutinitas tidak
bermskna,hilangnya aktivitas ibadah,dan berupaya secara spiritual untuk
menyucikan diri.
C. Jenis Halusinasi
Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara orang,
biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya,
gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas dan kompleks.
Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang menjijikkan
seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau harum.Biasanya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang
lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikkan,
merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Tanda dan Gejala
Menurut Ade Herman Surya Direja
1. Halusinasi pendengaran
a. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
b. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c. Mengarahkan telinga pada sumber suara
d. Bicara atau tertawa sendiri
5
e. Marah-marah tanpa sebab
f. Menutup telinga
2. Halusinasi penglihatan
a. Melihat bayangan,sinar,bentuk geometris,bentuk kartun
b. Menunjuk ke arah tertentu
c. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

Menurut iyus yosep

1. Halusinasi pendengaran
a. Mendengar suara yang mengancam diri klien
b. Mulut komat kamit
c. Ada gerakan tangan
2. Halusinasi penglihatan
a. Melihat seseorang yang sudah meninggal
b. Melihat makhluk tertentu
c. Melihat bayangan

Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998) dalam Yusalia
(2015).

Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala


Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan, paling
sering suara kata yang jelas, berbicara
dengan klien bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami
halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa
pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,
Penglihatan gambar giometris, gambar karton dan atau
panorama yang luas dan komplek.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang menakutkan
seperti monster.
Membau bau-bau seperti bau darah, urine,
Penciuman fases umumnya baubau yang tidak

6
menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya sering akibat stroke, tumor, kejang
/ dernentia.
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah,
Pengecapan urine, fases.
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan
Perabaan tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah
Sinestetik divera (arteri), pencernaan makanan.
Merasakan pergerakan sementara berdiri
tanpa bergerak
Kinestetik

E. Penilaian Stresor
1. Kognitif ,
Tidak dapat berfikir logis,gangguan memori jangka pendek maupun
panjang,konsentrasi rendah,kekacauan alur piker,ketidakmampuan mengambil
keputusan
2. Afektif
Tidak spesifik,reaksi kecemasan secara umum,kegembiraan yang berlebihan,kesedihan
yang berlarut
3. Fisiologis
Pusing,kelelahan,keletihan,denyut jantung meingkat,kerngat dingin,gangguan tidur
4. Perilaku
Berperilaku aneh sesuai dengan isi halusinasi,berbicara dan tertawa sendiri
5. sosial
ketidakmampuan untuk berkomunikasi,acuh dengan lingkungan
F. Fase Halusinasi

Fase halusinasi Karakteristik Perilaku


halusinasi Pasien

Fase 1 : Klien mengalami Menyeringai atau tertawa yang tidak


keadaan emosi sesuai, menggerakkan bibir tanpa

7
Comforting- seperti ansietas, menimbulkan suara, pergerakan
ansietas tingkat kesepian, rasa mata yang cepat, respon verbal yang
sedang, secara bersalah, dan takut lambat, diam dan dipenuhi oleh
umum, halusinasi serta mencoba untuk sesuatu yang mengasyikkan.
bersifat berfokus pada
menyenangkan penenangan pikiran
untuk mengurangi
ansietas. Individu
mengetahui bahwa
pikiran dan
pengalaman sensori
yang dialaminya
tersebut dapat
dikendalikan jika
ansietasnya bias
diatasi
(Non psikotik)
Fase II : Pengalaman sensori Peningkatan sistem syaraf otonom
Condemning- bersifat menjijikkan yang menunjukkan ansietas, seperti
ansietas tingkat dan menakutkan, peningkatan nadi, pernafasan, dan
berat, secara klien mulai lepas tekanan darah; penyempitan
umum, halusinasi kendali dan mungkin kemampuan konsentrasi, dipenuhi
menjadi mencoba untuk dengan pengalaman sensori dan
menjijikkan menjauhkan dirinya kehilangan kemampuan
dengan sumber yang membedakan antara halusinasi
dipersepsikan. Klien dengan realita.
mungkin merasa malu
karena pengalaman
sensorinya dan
menarik diri dari
orang lain.
(Psikotik ringan)
Fase III : Klien berhenti Cenderung mengikuti petunjuk yang
Controlling- menghentikan diberikan halusinasinya daripada
ansietas tingkat perlawanan terhadap menolaknya, kesukaran
berat, pengalaman halusinasi dan berhubungan dengan orang lain,

8
sensori menjadi menyerah pada rentang perhatian hanya beberapa
berkuasa halusinasi tersebut. detik atau menit, adanya tanda-tanda
Isi halusinasi menjadi fisik ansietas berat : berkeringat,
menarik, dapat tremor, tidak mampu mengikuti
berupa permohonan. petunjuk.
Klien mungkin
mengalarni kesepian
jika pengalaman
sensori tersebut
berakhir. (Psikotik)
Fase IV : Pengalaman sensori Perilaku menyerang-teror seperti
Conquering menjadi mengancam panik, berpotensi kuat melakukan
Panik, umumnya dan menakutkan jika bunuh diri atau membunuh orang
halusinasi menjadi klien tidak mengikuti lain, Aktivitas fisik yang
lebih rumit, perintah. Halusinasi merefleksikan isi halusinasi seperti
melebur dalam bisa berlangsung amuk, agitasi, menarik diri, atau
halusinasinya dalam beberapa jam katatonia, tidak mampu berespon
atau hari jika tidak terhadap perintah yang kompleks,
ada intervensi tidak mampu berespon terhadap
terapeutik. lebih dari satu orang.
(Psikotik Berat)

G. Patofisiologi
proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi akan menganggap sumber dari hasilnya berasal dari lingkungan atau stimulus
eksternal (Yosep,2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan peeningkatan kecemasan
terus dan system pendukung yang kurang akan menghambat atau membuat persepsi untuk
membedakan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan sendiri menurun

Meningkatnya pada fase comforting, klien mengalami emosi yang berlanjut seperti
cemas,kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan dapat
diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya,Pada fase
conderming klien mulai menarik diri,pada fase controlling klien dapat merasakan kesepian
bila halusinasinya berhenti,fase conquering klien lama kelamaan sensorinya terganggu.

H. Pathway

9
Faktor Predisposisi

Biologi Psikologi Sosial Budaya

Stressor Presipitasi

Sifat Asal Waktu Jumlah

Penilaian Terhadap Stresor

Kognitif Afektif Fisiologis Perilaku Sosial

Sumber-Sumber Koping

Kemampuan Dukungan Sosial Aset Materi Keyakinan


Personal Positif

Mekanisme Koping

Constructive Destructive

Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

I. Sumber Koping
10
Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh gangguan
otak dan perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia atau kreatifitas yang
tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa muda tentang
keterampilan koping, karena mereka biasanya tidak biasanya tidak hanya belajar hanya dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial yang
cukup, ketersediaan waktu dan tenaga kemampuan serta untuk memberikan dukungan
serta kesinambungan.
J. Mekanisme Koping

Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologist. Pada halusinasi ada 3
mekanisme koping:

1. With drawal : menarik diri dan klien sudah asik dengan pengalaman internalnya
2. Proyeksi : mengambarkan dan menjelaskan persepsi yang membingungkan
3. Regresi : berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energy untuk aktivitas sehari – hari.
K. Rentang Respon

Respon adaptif Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Pikiran kadang 1. Gangguan pikiran


2. Persepsi akurat menyimpang 2. Halusinasi
3. Emosi konsisten 2. Ilusi 3. Sulit merespon
4. dengan pengalaman 3. Reaksi emosi emosi
5. Perilaku sesuai tidak stabil 4. Perilaku
6. Berhubungan sosial 4. Perilaku aneh disorganisasi

Menarik diri 5. Isolasi sosial

11
L. Penatalaksanaan

Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan untuk


membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina hubungan
saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting dijalin
sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus difasilitasi
untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya agar
informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan secara
konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat kontrak
asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul untuk
membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan yang
tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan halusinasinya.
Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun pengalaman
halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat. Perawat harus
bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan selanjutnya
adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi halusinasi, waktu,
frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi,
dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien menyadari bahwa
halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi, maka selanjutnya
klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa dilakukan dan terbukti efektif
mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji pengalaman klien
mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien lakukan untuk
mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas cara tersebut.
Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara yang dilakukan
tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.
Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien harus
berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal juga. Klien
dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak mau lihat”. Ini
dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul setiap saat. Bantu pasien
mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara kontrol halusinasi, ajarkan pasien
mengontrol halusinasi dengan cara pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat ketidakseimbangan
neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin). Untuk itu, klien perlu diberi
penjelasan bagaimana kerja obat dapat mengatasi halusinasi, serta
bagairnana mengkonsumsi obat secara tepat sehingga tujuan pengobatan
tercapai secara optimal. Pendidikan kesehatan dapat dilakukan dengan
materi yang benar dalam pemberian obat agar klien patuh untuk
menjalankan pengobatan secara tuntas dan teratur.
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan klien
yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini
penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di
mana klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan
kesehatan jiwa klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya,
tetapi jika tidak didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan
halusinasi bisa kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala
psikosis bisa berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah,
mungkin masih mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang
cara penanganan halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis
begitu klien kembali ke rumah. Latih pasien menggunakan obat secara
teratur:
Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:
a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi : Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas,
ketegangan, kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala –
gejala lain yang biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik
depresi, gangguan personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian : Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau
suntikan intramuskuler. Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti
peningkatan dosis hingga mencapai 300 mg perhari. Dosis ini
dipertahankan selama satu minggu. Pemberian dapat dilakukan satu kali
pada malam hari atau dapat diberikan tiga kali sehari. Bila gejala psikosa
belum hilang, dosis dapat dinaikkan secara perlahan – lahan sampai 600
– 900 mg perhari.

14
Kontra indikasi : Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan
koma, keracunan alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang
hipersensitif terhadap derifat fenothiazine.
Efek samping : Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi
orthostatik, mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada
wanita, hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida.
Intoksikasinya untuk penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi
menyebabkan gejala penurunan kesadaran karena depresi susunan
syaraf pusat, hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan
gambaran irama EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan
intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi : Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la
tourette pada anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku
yang berat pada anak – anak.
Cara pemberian : Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi
menjadi 6 – 15 mg untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2
-5 mg intramuskuler setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi : Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit
parkinson, hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping : Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih,
gelisah, gejala ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang
jarang adalah nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala
gangguan otonomik. Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi
hematologis. Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis
melebihi dosis terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan,
tremor, hipotensi, sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi : Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala
skizofrenia.
Cara pemberian : Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya
rendah ( 12,5 mg ) diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan,
dosis ditingkatkan 25 mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg
setiap kali suntikan, tergantung dari respon klien. Bila pemberian
melebihi 50 mg sekali suntikan sebaiknya peningkatan perlahan – lahan.

15
Kontra indikasi : Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat,
hipersensitif terhadap fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap
phenotiazine. Intoksikasi biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan
efek samping yang hebat. Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan
terapi simtomatis dan suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol
hindari menggunakan ephineprine ISO, (2008) dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya. Dengan
meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat memvalidasi
persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan stimulus
eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi
fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber
halusinasinya. Latih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua yaitu
bercakap-cakap dengan orang lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian. Kebanyakan
halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang tidak dimanfaatkan
dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan halusinasinya. Untuk itu,
klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi
sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat
harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-
betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan aktivitas
terjadwal.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas klien meliputi Nama, umur, jenis kelamin, tanggal dirawat, tanggal
pengkajian, nomor rekam medic
2. Faktor predisposisi merupakan factor pendukung yang meliputi factor
biologis, factor psikologis, social budaya, dan factor genetic
3. Factor presipitasi merupakan factor pencetus yang meliputi sikap persepsi
merasa perasaan, afek pasien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses
pikir, isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat kosentrasi dan berhitung,
kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.tidak mampu, putus asa, tidak
percaya diri, merasa gagal, merasa malang, kehilangan, rendah diri, perilaku
agresif, kekerasan, ketidak adekuatan pengobatan dan penanganan gejala
stress pencetus pada umunya mencakup kejadian kehidupan yang penuh
dengan stress seperti kehilangan yang mempengaruhi kemampuan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan ansietas.
4. Psikososial yang terdiri dari genogram, konsep diri, hubungan social dan
spiritual
5. Status mental yang terdiri dari penampilan, pembicaraan, aktifitas motorik,
alam
6. Mekanisme koping: koping yang dimiliki klien baik adaptif maupun
maladaptive
7. Aspek medic yang terdiri dari diagnose medis dan terapi medis
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu diketahui adalah:

1. Jenis halusinasi
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya. Data
objektif dapat dikaji dengan cara melakukan wawancara dengan pasien.
Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis
Data objektif Data subjektif
halusinasi
Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara atau
pendengaran Marah-marah tanpa sebab kegaduhan

17
Menyedengkan telinga Mendengar suara yang
kearah tertentu bercakap-cakap
Menutup telinga Mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
Yang tidak jelas monster
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan sperti
penghiduan membaui bau-bauan bau darah, urin, feces,
tertentu kadang-kadang bau itu
Menutup hidung menyenangkan
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seprti
pengecapan Muntah darah, urin atau feces
Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit dipermukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

2. Isi halusinasi
Data tentang halusinasi dapat dikethui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi.
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya
halusinasi yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi,
siang, sore atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya
halusinasi apakah terus menerus atau hanya sekal-kali? Situasi terjadinya
apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan
untuk menetukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasinya dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

18
4. Respon halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan
saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau
orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi
perilaku pasien saat halusinasi timbul.
B. Analisa Data

NO DATA FOKUS MASALAH


1. DS:
Pasien mengatakan sering mendengar Gangguan persepsi sensori:
bisikan suara saat ingin tidur dan halusinasi pendengaran
sholat, isi suara tersebut yaitu
menyuruh untuk sholat, suara
tersebut kadang muncul kadang tidak,
suara itu muncul lamanya biasa 5
detik
DO:
Klien saat interaksi kadang ketawa
sendiri dan sering mondar-mandir,
kadang bicara sendiri.
2. DS:
Pasien mengatakan tidak suka bergaul, Isolasi sosial : menarik diri
di rumah pasien sering melamun,
berdiam diri dan tidak mau bergaul
dengan orang lain.
DO:
Kontak mata kurang saat diajak
berinteraksi
3. DS:
Pasien mengatakan kadang saat Resiko mencederai diri, orang lain,
mendengar bisikan “cepat sholat” dan lingkungan sekitar
rasanya ingin marah dan saat tidak
terkontrol langsung memukul tembok

19
DO:
Klien tampak gelisah, tangan klien
kadang tampak mengepal dan ingin
memukul sesuatu

C. Pohon Masalah
Resiko perilaku mencederai diri
( efek )

Gangguan sensori/persepsi:
Halusinasi
( CP/masalah )

Isolasi sosial ( etiologi )


D. Diagnosa
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi sosial
3. Resiko periaku mencederai diri
E. Perencanaan

Dx Perencanaan

Keperawa Kriteria
tan Tujuan Intervensi
Evaluasi

Gangguan TUM: Klien Setelah 1x 1. Bina hubungan saling


sensori dapat interaksi klien percaya dengan
persepsi: mengontrol menunjukkan menggunakan prinsip
halusinasi halusinasi tanda–tanda komunikasi terapeutik :
(lihat/den yang percaya kepada a. Sapa klien dengan ramah
gar/pengh dialaminya perawat : baik verbal maupun non
Tuk 1 : verbal

20
idu/raba/ Klien dapat 1. Ekspresi wajah b. Perkenalkan nama, nama
kecap) membina bersahabat. panggilan dan tujuan
hubungan 2. Menunjukkan perawat berkenalan
saling rasa senang. c. Tanyakan nama lengkap
percaya 3. Ada kontak dan nama panggilan yang
mata. disukai klien
4. Mau berjabat d. Buat kontrak yang jelas
tangan. e. Tunjukkan sikap jujur dan
5. Mau menepati janji setiap kali
menyebutkan interaksi
nama. f. Tunjukan sikap empati
6. Mau menjawab dan menerima apa adanya
salam. g. Beri perhatian kepada
7. Mau duduk klien dan perhatikan
berdampingan kebutuhan dasar klien
dengan h. Tanyakan perasaan klien
perawat. dan masalah yang
8. Bersedia dihadapi klien
mengungkapka i. Dengarkan dengan penuh
n masalah yang perhatian ekspresi
dihadapi. perasaan klien

TUK 2 : Setelah 1x 1. Adakan kontak sering dan


Klien dapat interaksi klien singkat secara bertahap
mengenal menyebutkan : 2. Observasi tingkah laku
halusinasiny 1. Isi klien terkait dengan
a 2. Waktu halusinasinya (* dengar
3. Frekunsi /lihat /penghidu /raba
4. Situasi dan /kecap), jika menemukan
kondisi yang klien yang sedang
menimbulkan halusinasi:
halusinasi a. Tanyakan apakah klien
mengalami sesuatu (
halusinasi dengar/

21
lihat/ penghidu /raba/
kecap )
b. Jika klien menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang dialaminya
c. Katakan bahwa
perawat percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (
dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
d. Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama.
e. Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
4. Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya
pengalaman halusinasi,
diskusikan dengan klien :

a. Isi, waktu dan


frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi, siang,
sore, malam atau
sering dan kadang –
kadang )

22
b. Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi
2. Setelah 1x 5. Diskusikan dengan klien
interaksi klien apa yang dirasakan jika
menyatakan terjadi halusinasi dan
perasaan dan beri kesempatan untuk
responnya mengungkapkan
saat perasaannya.
mengalami
halusinasi :
a. Marah
b. Takut
c. Sedih
d. Senang
e. Cemas
f. Jengkel
TUK 3 : 1. Setelah 1x 1. Identifikasi bersama klien
Klien dapat interaksi klien cara atau tindakan yang
mengontrol menyebutkan dilakukan jika terjadi
halusinasiny tindakan yang halusinasi (tidur, marah,
a biasanya menyibukan diri dll)
dilakukan 2. Diskusikan cara yang
untuk digunakan klien,
mengendalika a. Jika cara yang
n digunakan adaptif beri
halusinasinya pujian.
2. Setelah 1x b. Jika cara yang
interaksi klien digunakan maladaptif
menyebutkan diskusikan kerugian
cara baru cara tersebut

23
mengontrol 6. Diskusikan cara baru
halusinasi untuk memutus/
mengontrol timbulnya
3. Setelah 1x halusinasi :
interaksi klien a. Katakan pada diri
dapat memilih sendiri bahwa ini tidak
dan nyata ( “saya tidak
memperagaka mau dengar/ lihat/
n cara penghidu/ raba /kecap
mengatasi pada saat halusinasi
halusinasi terjadi)
(dengar/lihat b. Menemui orang lain
/penghidu/ra (perawat/teman/angg
ba/kecap ) ota keluarga) untuk
4. Setelah 1x menceritakan tentang
interaksi klien halusinasinya.
melaksanakan a. Membuat dan
cara yang melaksanakan jadwal
telah dipilih kegiatan sehari hari
untuk yang telah di susun.
mengendalika b. Meminta
n keluarga/teman/
halusinasinya perawat menyapa jika
5. Setelah 1x sedang berhalusinasi
pertemuan 7. Bantu klien memilih cara
klien yang sudah dianjurkan
mengikuti dan latih untuk
terapi mencobanya.
aktivitas 8. Beri kesempatan untuk
kelompok melakukan cara yang
dipilih dan dilatih.
9. Pantau pelaksanaan yang
telah dipilih dan dilatih ,
jika berhasil beri pujian

24
10. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi
TUK 4 : 1. Setelah 1x 1. Buat kontrak dengan
Klien dapat pertemuan keluarga untuk
dukungan keluarga, pertemuan ( waktu,
dari keluarga tempat dan topik )
keluarga menyatakan 2. Diskusikan dengan
dalam setuju untuk keluarga ( pada saat
mengontrol mengikuti pertemuan keluarga/
halusinasiny pertemuan kunjungan rumah)
a dengan a. Pengertian halusinasi
perawat b. Tanda dan gejala
2. Setelah 1x halusinasi
interaksi c. Proses terjadinya
keluarga halusinasi
menyebutkan d. Cara yang dapat
pengertian, dilakukan klien dan
tanda dan keluarga untuk
gejala, proses memutus halusinasi
terjadinya e. Obat- obatan
halusinasi dan halusinasi
tindakan f. Cara merawat anggota
untuk keluarga yang
mengendali halusinasi di rumah (
kan halusinasi beri kegiatan, jangan
biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian
bersama, memantau
obat – obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi )

25
g. Beri informasi waktu
kontrol ke rumah sakit
dan bagaimana cara
mencari bantuan jika
halusinasi tidak tidak
dapat diatasi di rumah
TUK 5 : 1. Setelah 1x 1. Diskusikan dengan klien
Klien dapat interaksi klien tentang manfaat dan
memanfaatk menyebutkan; kerugian tidak minum
an obat a. Manfaat obat, nama , warna, dosis,
dengan baik minum cara , efek terapi dan efek
obat samping penggunan obat
b. Kerugian 2. Pantau klien saat
tidak penggunaan obat
minum 3. Beri pujian jika klien
obat menggunakan obat
c. Nama,war dengan benar
na,dosis, 4. Diskusikan akibat
efek terapi berhenti minum obat
dan efek tanpa konsultasi dengan
samping dokter
obat 5. Anjurkan klien untuk
1. Setelah 1x konsultasi kepada
interaksi dokter/perawat jika
klien terjadi hal – hal yang tidak
mendemontr di inginkan .
asikan
penggunaan
obat dgn
benar
2. Setelah 1x
interaksi
klien
menyebutkan

26
akibat
berhenti
minum obat
tanpa
konsultasi
dokter

27
Isolasi TUM: Klien
Sosial dapat
berinteraksi
dengan
orang lain
TUK: 1. Setelah 1X 1. Bina hubungan saling
1. Klien interaksi klien percaya dengan:
dapat menunjukkan a. Beri salam setiap
membina tanda-tanda berinteraksi.
hubungan percaya b. Perkenalkan nama,
saling kepada / nama panggilan
percaya terhadap perawat dan tujuan
perawat: perawat berkenalan
a. Wajah c. Tanyakan dan panggil
cerah, nama kesukaan klien
tersenyum d. Tunjukkan sikap jujur
b. Mau dan menepati janji
berkenalan setiap kali berinteraksi
c. Ada kontak e. Tanyakan perasaan
mata klien dan masalah yang
d. Bersedia dihadapi kllien
menceritak f. Buat kontrak interaksi
an perasaan yang jelas
e. Bersedia g. Dengarkan dengan
mengungka penuh perhatian
pkan ekspresi perasaan
masalahnya klien
f. Bersedia
mengungka
pkan
masalahnya

28
2. Klien Setelah 1 x 1. Tanyakan pada klien
mampu interaksi klien tentang:
menyebut dapat a. Orang yang tinggal
kan menyebutkan serumah / teman
penyebab minimal satu sekamar klien
menarik penyebab b. Orang yang paling
diri menarik diri dari: dekat dengan klien di
a. diri sendiri rumah/ di ruang
b. orang lain perawatan
c. lingkungan c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di
rumah/di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut

29
3. Klien Setelah 1x 1. Tanyakan pada klien
mampu interaksi dengan tentang :
menyebut klien dapat a. Manfaat hubungan
kan menyebutkan sosial.
keuntung keuntungan b. Kerugian menarik diri.
an berhubungan 2. Diskusikan bersama klien
berhubun sosial, misalnya tentang manfaat
gan sosial a. banyak teman berhubungan sosial dan
dan b. tidak kesepian kerugian menarik diri.
kerugian c. bisa diskusi 3. Beri pujian terhadap
menarik d. saling kemampuan klien
diri. menolong, mengungkapkan
e. dan kerugian perasaannya.
menarik diri,
misalnya:
1) sendiri
2) kesepian
3) tidak bisa
diskusi

4. Klien Setelah 1x 1. Observasi perilaku klien


dapat interaksi klien saat berhubungan sosial .
melaksan dapat 2. Beri motivasi dan bantu
akan melaksanakan klien untuk berkenalan /
hubungan hubungan sosial berkomunikasi dengan :
sosial secara bertahap a. Perawat lain
secara dengan: b. Klien lain
bertahap a. Perawat c. Kelompok
b. Perawat lain 3. Libatkan klien dalam
c. Klien lain 4. Diskusikan jadwal harian
yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi

30 5.1. Diskusikan dengan klien


tentang perasaannya
setelah berhubungan
6. Klien Setelah 1X 1. Diskusikan pentingnya
mendap pertemuan peran serta keluarga
at keluarga dapat sebagai pendukung untuk
dukunga menjelaskan mengatasi prilaku
n tentang : menarik diri.
keluarga a. Pengertian 2. Diskusikan potensi
dalam menarik diri keluarga untuk membantu
memperl b. Tanda dan klien mengatasi perilaku
uas gejala menarik diri
hubunga menarik diri 3. Jelaskan pada keluarga
n sosial c. Penyebab tentang :
dan akibat a. Pengertian menarik
menarik diri diri
d. Cara b. Tanda dan gejala
merawat menarik diri
klien menarik c. Penyebab dan akibat
diri menarik diri
d. Cara merawat klien
menarik diri
4. Latih keluarga cara
merawat klien menarik
diri.
5. Tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba
cara yang dilatihkan

7. Klien 31
dapat
memanf
BAB IV
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN HALUSINASI
STRATEGI PELAKSANA 1 (SP1)
A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri,marah-marah tanpa
sebab,mendekatkan telinga kea rah tertentu tertentu,dan menutup telinga.
Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan,mendengar suara
yang mengajaknya bercakap-cakap,dan mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya
B. Diagnosis keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi
C. Tujuan
a. K;ien dapat membina hubungan saling percaya,dengan kriteria:
1) Ekspresi wajah bersahabat
2) Menunjukan rasa senang
3) Klien bersedia diajak berjabat tangan
4) Klien bersedia menyebut nama
b. Membantu klien mengenal halusinasinya
c. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik
halusinasi
D. Intervensi keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap
4) Jelaskan tujuan pertemuan
b. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi,waktu,frekuensi
dll
c. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan sacar menghardik
E. Strategi pelaksana
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“selamat pagi,assalamualaikum,, boleh saya kenalan dengan ibu?
Nama saya…. Boleh panggil saya…. Saya mahasiswa dari universitas
muhammadiyah tasikmalaya yang sedang praktik disini yang

32
bertugas pada shift pagi dari pukul 07.00 sampai 14.00. kalau boleh
say atau nama ibu siapa dan senang di panggil apa?”
b. Evaluasi validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam?
Ada keluhan tidak?
c. Kontrak
1) Topic
“apakah ibu tidak keberatan untuk mengobrol dengan saya?
Menurut ibu sebaiknya kita ngobrol apa ya ?bagaimana kita
ngobrol tentang suara dan sesuatu yang selama ini ibu dengar
dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“berapa lama kira-kira kita bisa mengobrol? Ibu mauny
aberapa menit? Bagaimana kalau 10 menit bisa?
3) Tempat
“dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaiman akalau
diruang tamu saja?
2. Kerja
“apakah ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
“apa yangdikatakan suara itu?”
“apakah ibu melihat sesuatu?”
“seperti apa yang kelihatan?”
“apakah terus menerus terlihat dan terdengar?”
“apa yang ibu rasakan saat melihat sesuatu?”
“ibu ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul”
“yang pertama dengan menghardik suara tersebut”
“kedua dengan cara bercakap-cakao”
“ketiga melakukan kegiatan yang suda terjadwal”
“Keempat minum obat dengan teratur”
“bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik”
“caranya seperti ini”:
 Saat suara-suara itu muncul,langsung ibu bilang dalam hati “oergi say
atidak mau dengar..saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Bagitu
di ulang-ulang sampai suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu
peragakan! Nah itu .. bagus..coba lagi ya

33
 Saat melihat bayangan itu muncul,langsung ibu bilang “pergi saya
tidak mau lihat kamu itu palsu.. begitu diulang-ulang sampai
bayangan it tak terlihat lagi. Coba ibu peragakan ,nah begitu.. bagus!
3. Terminasi
a. Evaluasi subyektif
“bagaimana perasaan ibu dengan obrolan kita tadi?ibu merasa senag
tidak dengan latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“setelah kita ngobrol tadi,panjang lebar sekarang ibu coba sebutkan
pembicaraan kita tadi”
“coba sebutkan cara untuk mencegah suara atau bayangan itu agar
tidak muncul lagi”
c. Rencana tindak lanjut
“kalau bayangan dan suara itu muncul lagi,silahkan ibu coba cara
tersebut bagaimana kalau kit abuat jadwal latihannya ,mau jam
berapa saja latihannya?”
d. Kontrak yang akan datang
1) Topic
“ibu,bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya
berbicara dengan orang lain saat bayangan dan suara-suara
itu muncul?”
2) Waktu
“kira0kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam
10.00?
3) Tempat
“kira-kira tempat yang enak buat kit angobrol besok dimana
ya?sampai jumpa besok
Waassalamualaikum…
STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2)
A. Kondisi klien
Do :klien tenang
Ds : klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas.
B. Diagnose keperawatan
Gangguan persepsi sensori : halusinasi

34
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain
D. Intervensi keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain
E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
Fase orientasi
 Salam terapeutik
“selamat pagi bu?bagaimana kabaranya hari ini? Ibu masih ingat dong
denga saya? Ibu sudah mandi belum?apakah ibu sudah makan?
 Evaluasi validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Kemarin kita sudah berdiskusi
tentang halusinasi,apakah ibu bisa menjelaskan kepada saya tentang
isi suara-suara yang ibu dengar?”
 Kontrak
Topic
“sesuai dengan kontrak kit akemarin,kita akan berbincang-bincang
diruang tamu,mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering ibu
dengar duluagar suara itu tidak muncul lagi”
Waktu
“berapa lama kita akan berbincang-bincang,bagaimana kalau kita 10
menit saja?”
Tempat
“dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang?bagaimana kalau di ruang tamu?”
Fase kerja
 “kalau mas mendengar suara yang kata ibu kemarin mengganggu,apa
yang ibu lakukan saat itu ?apakah yang telah saya ajarkan kemarin
apakah sudah dilakukan?”
 “cara yang kedua adalah mas langusng pergi ke perawa katakana pada
perawat bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak
mas mengobrol sehingga suar aitu hilang

35
Fase terminasi
 Evaluasi subyektif
“tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Say asenang sekali
ibu mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan ibu
setelah kita berbincang-bincang?”
 Evaluasi pbyektif
“jadi seperti yang ibu katakana tadi,cara yang ibu pilih untuk
mengontrol halusinasiny adalah…
 Tindak lanjut
“nanti kalau suara itu terdengar lagi,ibu praktekan cara yang telah say
ajarkan agar suara tersebut tidak menguasi pikiran ibu”
 Kontrak yang akan datang
Topic
“bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan
diri dengan kegiatan yang bermanfaat”
Waktu
“jamberapa ibu bisa? Bagaimana kalau besok jam… apa ibu bisa?
Tempat
“besok kita berbincang-bincang disini atau di tempat lain?
Terimakasih ibu sudah berbincang-bincang denga saya sampai
ketemu besok pagi”
STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3)
1. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
2. Diagnosa keperawatan
Halusinasi
3. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan
melakukan aktifitas/kegiatan harian.
4. Intervensi keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian
klien

36
5. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
1. Fase orientasi
 Salam teurapetik : ‘’selamat pagi bu? Masih ingat saya?
 Evaluasi validasi : ‘’ibu tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaannya hari ini? Sudah siap kita berbincang-bincang? Masih
ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa itu? Apakah mas masih
mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin?
 Kontrak
Topik : ‘’sepert janji kita, bagaimana kalau sekarang berbincang-
bincang tentang suara-suara yang sering mas dengar agar bisa
dikendalikan engan cara melakukan aktivitas atau kegiatan harian’’
Tempat :’’ dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita
berbincang-bincang? bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?’’
Waktu : ‘’kita nanti akan berbincang-bincang kurang lebih 10 menit,
bagaimana mas setuju?’’.
2. Fase kerja
 ‘’ cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita berdiskusi
tentang cara pertama dan kedua, cara lain untuk mengontrol
halusinasi yaitu cara ketiga yaitu mas menyibukkan diri dengan
berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan waktu luang
untuk melamun saja’’
 ‘’jika mas mulai mendengar suara-suara segera menyibukan diri
dengan kegiatan seperti menyapa, mengepel, atau menyibukan
dengan kegiatan lain’’.
3. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif :’’ tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama, saya senang sekali mas mau berbincang-bincang dengan
saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang?’’
 Evaluasi obyektif :’’ coba mas jelaskan lagi cara mengontrol
halusinasi yang ketiga?’’
 Tindak lanjut :’’ tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol
halusinasi seperti yang sudah diajarkan tadi?’’

37
 Kontrak yang akan datang
Topik :
‘’ bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara
mengontrol halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan
patuh obat’’
Waktu :
‘’ jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08:00? Mas setuju?
Tempat :
‘’ besok kita berbincang-bincang disini atau ditempat lain?
Terimakasih mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Sampai ketemu besok pagi.’’
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4 )
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa keperawatan :
halusinasi
C. Tujuan :
agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
D. Intervensi keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu
penggunaan obat secara teratur ( jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek
samping )
E. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan
F. Fase orientasi
1. Salam teurapeutik : ‘’ selamat pagi, mas? Masih ingat saya?
 Evaluasi validasi : ‘’ mas tampak segar hari ini. Bagaimana
perasaannya hari ini? Sudah siap kita berbincang-bincang? Masih
ingat dengan kesepakan kita tadi, apa itu? Apakah mas masih
mendengar suara-suara yang kita bicarakan kemarin
 Kontrak
Topic :
‘’ seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang-
bincang tentang suara-suara yang sering mas dengara agar bisa

38
dikendalikan dengan cara melakukan aktifitas atau kegiatan
harian ‘’
Tempat :
‘’ dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-
bincang? Bagaimana kalau diruang tamu? Ibu setuju?’’
Waktu :
‘’ kita nanti akan berbincang kuranglebih… menit, bagaimana mas
setuju?’’
Fase kerja :
mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah terus, kencing
tidak lancer,. Sudah jelas mas? Tolong nanti mas sampaikan ke
dokter apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini
harus diminum terus, mungkin berbulan-bulan bahkan bertahun-
tahun. Kemudian mas jangan berhenti minum obat tanpa
sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang
akan muncul lagi, jadi ada lima hal yang harus di perhatikan oleh
mas pada saat minum obat yaitu benar obat, benar dosis, ’ ini obat
yang harus diminum oleh mas setiap hari, obat yang warna nya …
ini namanya … dosisnya … mg dan yang warna … d‘, kalau yang
warna… minumnya… kali sehari. Obat yang warnanya… ini
berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar
sedangkan yang warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah,
kedua obat ini mempunyai efek samping diantaranya osisnya…
mg. kedua obat ini diminum… sehari siang dan malam benar cara,
benar waktu, dan benar frekuensi. Ingat ya mas.?’’
2. Fase terminasi
 Evaluasi subyektif : ‘’ tidak terasa kita sudah berbincang-bincang
lama, saya senang sekali mas mau berbincang-bincang dengan
saya. Bagaimana perasaan mas setelah berbincang-bincang?’’
 Evaluasi obyektif : ‘’ coba mas jelaskan kembali obat apa yang
diminum tadi? Kemudian berapa dosisnya?
 Tindak lanjut : ‘’ tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau
saat minum obat “
 Kontrak yang akan datang

39
Topic:
‘’ bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi
aktifitas kelompok) yaitu menggambar sambil music ‘’
Waktu :
‘’ jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam…? Mas setuju?’’
Tempat :
‘’ besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan.
Terimakasih mas sudah mau berbincang-bincang dengan saya.
Sampai ketemu besok pagi.’’

BAB V

40
PENUTUP
A. Kesimpulan
Halusinasi adalah persepsi sensori palsu yang tidak dikaitkan dengan stimulus
eksternal yang nyata, mungkin terdapat interpretasi berupa waham atas
pengalaman halusinas tersebut namun mungkin pula tidak (syinopsis pf
psychiatric).
Menurut Videbeck dalam Yosep Iyus (2009) tanda pasien mengalami halusinasi
pendengaran yaitu pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien
marah-marah sendiri, menutup telingan karena pasien menganggap ada yang
berbicara dengannya.
Halusinasi terjadi karena adanya reaksi emosi berlebihan atau kurang dan
perilaku aneh (Damiyanti 2012).
B. Saran
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa II. Makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis
berharap bagi yang membaca makalah ini bisa memberikan masukan.

41
DAFTAR PUSTAKA
Yosep Iyus,2011,keperawatan jiwa,Bandung:Reflika Aditama

Maramis W.F. 1998. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University
Press

Stuart dan sundeen. 2013. Keperawatan Jiwa Edisi 6. Jakarta:EGC

https://www.academia.edu/30128967/LP_dan_ASKEP_Halusinasi

42

Anda mungkin juga menyukai