PPK PDL Terbaru Newnew 1 2
PPK PDL Terbaru Newnew 1 2
PPK PDL Terbaru Newnew 1 2
TATALAKSANA KASUS
ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM
RS AR BUNDA PRABUMULIH
2019
CHOLELITIASIS
1. Pengertian Batu yang terdapat didalam vesica felea (Kantung empedu)
(Definisi)
2. Anamnesis 1. nyeri atau kolik pada perut kwadran kanan atas sampai epigastrium.
2. nyeri dapat menjalar ke punggung
3. bila terdapat penyumbatan saluran empedu maka penderita akan
tampak kuning, disertai gatal pada kulit.
4. gangguan pencernaan(dyspepsia) dan mual.
4. Kriteria Diagnosis 1. Kolik perut kwadran kanan atas, kadang menjalar ke belakang dapat
disertai radang akut kolesistitis atau penyumbatan- kholestasis.
2. Pada pemeriksaan, nyeri tekan pada kwadran hipokondrium kanan,
Terdapat tanda peritonitis lokal (defans musculer +), pertanda
Murphy’s positif.
5. Diagnosis Cholelithiasis
6. Diagnosis Banding 1. Hepatitis
2. Abses Hepar
3. Pankreatitis
4. Cholangitis
5. Ulkus Peptikum
7. Pemeriksaan 1. Laboratorium DL, OT, PT, Bilirubin direct&total
Penunjang 2. USG Abdomen hepatobilier
8. Terapi 1. Medikamentosa/ konservatif
2. Operatif cholecystectomy
3. Pemberian antibiotika dan analgetika
9. Edukasi 1. Masuk RS.
2. Puasa minimal 6 jam sebelum dilakukan OPERASI
3. Kontrol 1 minggu setelah KRS.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
CHOLECYSTITIS
1. Pengertian peradangan yang terjadi pada kantong empedu
2. Anamnesis 1. Demam
2. Kolik perut sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dexter, bahu kanan atau yang
kesisi kiri, kadang meniru nyeri angina pectoris, berlangsung 30-60
menit tanpa peredaan, berbeda dengan spasme yang Cuma
berlangsung singkat pada kolik biller
3. Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan yang berlemak malam hari
4. Flatulens dan mual
5. Gangguan pencernaan menahun
6. Serangan berulang namun tidak mencolok
7. Mual, muntah dan tak tahan makanan berlemak
8. Nyeri perut yang jelas disertai dengan sendawa
3. Pemeriksaan Fisik 1. Ikterik bila penyebab adanya batu disaluran empedu
ekstra hepatik
2. Teraba massa kenadung empedu
3. Nyeri tekan disertai tanda-tanda peritonitis lokal, tanda
murphy positif
4. Kriteria Diagnosis Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium
5. Diagnosis Cholesystitis
6. Diagnosis Banding 1. Angina pectoris
2. Apendisitis akut
3. Ulkus peptikum perforasi
4. pankreastitis akut
7. Pemeriksaan Pemeriksaan laboratorium
Penunjang
8. Terapi 1. tirah baring
2. puasa
3. pemasangan infuse
4. pemberian anti nyeri dan anti mual
5. pemberian antibiotic
9. Edukasi Keluarga diminta untuk mendukung pasien untuk menjalani diet rendah
lemak dan menurunkan berat badan
10. Prognosis Dubia ad bonam
11. Kepustakaan 1. soewondo, P.buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid
III.Edisi ke4. Jakarta. FK UI.2006: Hal 1900-2
2. Panduan pelayanan medic ilmu penyakit dalam.
Jakarta. Departemen Ilmu penyakit dalam FKUI/RSCM. 2004:
Hal:240
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM
RS AR BUNDA PRABUMULIH
2019
4. Kriteria Diagnosis
Diagnosis Klinis
Kriteria diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa:
1. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) +
glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL (11,1
mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil
pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa
memperhatikan waktu makan terakhirATAU
2. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥
126 mg/dl. Puasa diartikan pasien tidak mendapat
kalori tambahan sedikitnya 8 jamATAU
3. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi
glukosa oral (TTGO)>200 mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standard WHO,
menggunakan beban glukosa anhidrus 75 gram yang
dilarutkan dalamair.
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria
normal atau DM, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau
Gula Darah Puasa Teranggu (GDPT) tergantung dari
hasil yang diperoleh
5. Diagnosis DM tipe 2
6. Diagnosis Banding Hiperglikemia
Hipoglikemia
7. Pemeriksaan 1. Gula DarahPuasa
Penunjang 2. Gula Darah 2 jam Post Prandial
3. Urinalisis
8. Terapi Terapi untuk Diabetes Melitus dilakukan dengan
modifikasi gaya hidup dan pengobatan (algoritma
pengelolaan DM tipe 2)
9. Edukasi 1. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapatdikontrol
SHOCK
1. Pengertian suatu sindroma multifaktorial yang menuju hipoperfusI jaringan lokal
(Definisi) atau sistemis dan mengakibatkan hipoksia sel dan disfungsimultipel
organ
2. Anamnesis 1. Pasien datang dengan lemas atau dapat tidak sadarkan dirI
2. Gejala klinis juga tergantung etiologi penyebabnya, yang
seringterjadi adalah tromboemboli paru, tamponade jantung,
obstruksiarterioventrikuler, tension pneumotoraks.
3. Untuk identifikasi penyebab, perlu ditanyakan faktor predisposisi
seperti karena infark miokard antara lain: umur, diabetes melitus,
riwayat angina, gagal jantung kongestif, infarkanterior.
4. Tanda awal iskemi jantung akut yaitu nyeri dada, sesak
nafas,diaforesis, gelisah dan ketakutan, nausea dan vomiting dan
gangguan sirkulasilanjut menimbulkan berbagai disfungsi
endorgan.Riwayat trauma untuk syok karena perdarahan atau
syok neurogenik pada trauma servikal atau high thoracic spinal
cord injury. Demam dan riwayat infeksi untuk syok septik. Gejala
klinis yang timbul setelah kontak dengan antigen pada
syokanafilaktik.
5. Syok obstruktif, tampak hampir sama dengan syok kardiogenik
dan hipovolemik.
3. Pemeriksaan Fisik 1. Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (adalah
tanda hilangnya cairan yang berat dansyok).
2. Hipertermi, normotermi, atau hipotermi dapat terjadi
pada syok. Hipotermia adalah tanda dari hipovolemia
berat dan syokseptik.
3. Detak jantung naik, frekuensi nafas naik, kesadaranturun.
4. Produksi urin turun. Produksi urin merupakan
penunjuk awal hipovolemia dan respon ginjal
terhadapsyok.
5. Tanda-tanda vital :
5. Diagnosis Shock
6. Diagnosis Banding -
7. Pemeriksaan 1. Pulse oxymetri
Penunjang 2. EKG
8. Terapi 1. Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi
adalah kunci pencegahan disfungsi organ multipel
dankematian.
2. Pada semua bentuk syok, manajemen jalan nafas dan
pernafasan untuk memastikan oksigenasipasien baik,
kemudian restorasi cepat dengan infus cairan.
3. Suryohudoyo,P.UpdateonShock,PertemuanIlmiahTerpadu-1.
Surabaya: FK Universitas Airlangga. 6-7 Mei 2000.
LIMFADENITIS AKUT
1. Pengertian
peradangan pada satu atau beberapa kelenjar getah bening.
(Definisi)
2. Anamnesis 1. Pembengkakan kelenjar getahbening
2. Demam
3. Kehilangan nafsumakan
4. Keringat berlebihan,
5. Nadicepat
6. Kelemahan
7. Nyeri tenggorok dan batuk bila disebabkan oleh infeksi
saluran pernapasan bagianatas.
8. Nyeri sendi bila disebabkan oleh penyakit kolagen atau
penyakit serum (serumsickness)
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pembesaran kelenjar getah bening (KGB) leher bagian
● Kronik : ≥ 12 minggu
4. Kriteria Diagnosis Anamnesis yang tajam & pemeriksaan fisik harus dilakukan, kemudian
pasien dimasukkan kedalam salah-satu dari 3 kategori dibawah ini untuk
menentukan langkah selanjutnya :
dibanding CT.
steroid epidural).
nyeri ringan
● Muscle relaxants → spasme akut
Non Farmakologis
DYSPEPSIA
1. Pengertian Dispepsia merupakan rasa tidak nyaman yang berasal dari daerah
(Definisi) abdomen bagian atas. Rasa tidak nyaman tersebut dapat berupa salah
satu atau beberapa gejala berikut yaitu: nyeri epigastrium, rasa terbakar
di epigastrium, rasa penuh setelah makan, cepat kenyang, rasa kembung
pada saluran cerna atas, mual, muntah, dan sendawa.
2. Anamnesis Keluhan:
• Nyeri epigastrium
• Rasa terbakar di epigastrium
• Rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan
• Rasa cepat kenyang
Gejala yang dirasakan harus berlangsung setidaknya selama tiga bulan
terakhir dengan awitan gejala enam bulan sebelum diagnosis ditegakkan.
4. Kriteria Diagnosis Anamnesis sangat penting, sedangkan pemeriksaan fisik tidak banyak
membantu
5. Diagnosis Dyspepsia
6. Diagnosis Banding 1. Penyakit refluks gastro-esofageal (GERD)
2. Irritable bowel syndrome (IBS)
3. Pankreatitis kronis
4. Penyakit saluran empedu
7. Pemeriksaan -
Penunjang
8. Terapi 1. Antasida
2. Penghambat asam lambung
a. Penyekat reseptor H-2 (ranitdin 2x150 mg)
b. Penyekat pompa proton (omeprazole 1x20mg)
3. Prokinetik : metoclorpramid, domperidon
4. Anti muntah : antihistamin, ondancentron.
9. Edukasi 1. Masuk RS.
2. Minum air hangat sebelum makan
3. Makan sedikit sedikit tapi sering
4. Hindari makan yang asam dan pedas
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
4. Kelelahan
5. Tanda peritonitis fokal atau meluas (disertai perforasi)
HEPATITIS B KRONIS
1. Pengertian Hepatitis B adalah virus yang menyerang hati, masuk melalui darah
(Definisi) ataupun cairan tubuh dari seseorang yang terinfeksi.
2. Anamnesis 1. Umumnya tidak menimbulkan gejala terutama pada anak-anak.
2. Gejala timbul apabila seseorang telah terinfeksi selama 6 minggu,
antara lain: a. gangguan gastrointestinal, seperti: malaise, anoreksia,
mual dan muntah; b. gejala flu: batuk, fotofobia, sakit kepala,
mialgia.
3. Gejala prodromal seperti diatas akan menghilang pada saat timbul
kuning, tetapi keluhan anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat
menetap.
4. Ikterus didahului dengan kemunculan urin berwarna gelap. Pruritus
(biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus
meningkat. Pada saat badan kuning, biasanya diikuti oleh
pembesaran hati yang diikuti oleh rasa sakit bila ditekan di bagian
perut kanan atas. Setelah gejala tersebut akan timbul fase resolusi
3. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Fisik
1. Konjungtiva ikterik
2. Pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada hati
3. Splenomegali dan limfadenopati pada 15-20% pasien
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat
5. Diagnosis Hepatitis B
6. Diagnosis Banding Perlemakan hati, penyakit hati oleh karena obat atau toksin, hepatitis
autoimun, hepatitis alkoholik, obstruksi akut traktus biliaris
7. Pemeriksaan Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium urin (bilirubin di dalam urin)
Penunjang
2. Pemeriksaan darah : peningkatan kadar bilirubin dalam darah, kadar
SGOT dan SGPT ≥ 2x nilai normal tertinggi, dilakukan pada fasilitas
primer yang lebih lengkap.
3. HBsAg (di pelayanan kesehatan sekunder)
8. Terapi Penatalaksanaan
1. Asupan kalori dan cairan yang adekuat
2. Tirah baring
3. Pengobatan simptomatik
a.Demam: Ibuprofen 2x400mg/hari.
b.Mual: antiemetik seperti Domperidon 3x10mg/hari.
c.Perut perih dan kembung: H2 Bloker (Simetidin 3x200 mg/hari atau
Ranitidin 2x 150mg/hari) atau Proton Pump Inhibitor (Omeprazol 1
x 20 mg/hari).
9. Edukasi 1. Memberi edukasi pada keluarga untuk ikut mendukung pasien agar
teratur minum obat karena pengobatan jangka panjang.
2. Pada fase akut, keluarga ikut menjaga asupan kalori dan cairan yang
adekuat, dan membatasi aktivitas fisik pasien.
3. Pencegahan penularan pada anggota keluarga dengan modifikasi
pola hidup untuk pencegahan transmisi dan imunisasi.
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
KARSINOMA PARU
1. Pengertian Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
(Definisi) mencakup : keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan
dari luar paru metastasis tumor di paru). Dalam pedoman ini yang
dimaksud dengan kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor
ganas yang berasal dari epitel bronkus atau karsinoma bronkus
(Bronchogenic Carcinoma)
2. Anamnesis 1. Batuk-batuk dengan /tanpa dahak : Batuk darah
2. Sesak napas
3. Sakit dada
4. Sulit /sakit menelan Benjolan di pangkal leher
5. Sembab muka dan leher kadang-kadang disertai
lengan dengan rasa nyeri .
3. Pemeriksaan Fisik 1. Pada pemeriksaan fisik tanda yang dapat ditemukan pada kanker
paru dapat bervariasi tergantung pada letak, besar tumor dan
penyebarnya.
2. Pembesaran kelenjar getah bening, supraklavikula, leher dan
aksila menandakan telah terjadi penyebaran ke KGB atau tumor
dinding dada, kepala atau lokasi lain juga.
3. Sesak nafas dengan temuan suara nafas yang abnormal.
4. Penebalan vena dinding dada dan edema wajah, leher, dan lengan
berkaitan dengan bendungan pada vena kava superior.
5. Tanda-tanda patah tulang dapat terjadi pada kanker yang
bermetastasis ke tulang.
4. Kriteria Diagnosis Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang didapat
5. Diagnosis Ca. Paru
6. Diagnosis Banding Benda asing Jamur
Tuberkolisis/ Tuberkolomo ; Hamartoma;
Tumor Metastasis ; Penyakit Auto –imun
7. Pemeriksaan Foto Toraks PA dan Lateral
Penunjang CT Scan Toraks
Pemeriksaan Radiologik Lain
8. Terapi Pembedahan
Kemoterapi
Radioterapi
9. Edukasi Memotivasi pasien untuk menghindari merokok, menghindari iritan
lainnya yang dapat terhirup, mengontrol suhu dan kelembaban
lingkungan, nutrisi yang baik, dan cairan yang adekuat. .
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
MALNUTRISI BERAT
1. Pengertian Penyakit atau keadaan klinis yang diakibatkan tidak terpenuhinya
(Definisi) kebutuhan protein dan energy karena asupan yang kurang atau
kebutuhan/keluaran yang meningkat atau keduanya secara bersama.
MEP marasmik-kwashiorkor :
- Terdapat edema
CHEST PAIN
1. Pengertian Nyeri dada substernal dengan kualitas dan karakteristik yang dicetuskan
(Definisi) oleh aktifitas atau stress emosional dan berkurang dengan istirahat atau
dengan nitrogliserin.
4. Kriteria Diagnosis Pemeriksaan seringkali normal dan nonspesifik pada pasien dengan
angina stabil
- Nitrat
9. Edukasi Gaya hidup sehat meliputi :
HIPERTIROID
1. Pengertian Meningkatnya produksi hormone tiroid sehingga adarnya meningkat
(Definisi) dalam darah, ditandai dengan penurunanberat badan, gelisah, trenor dan
berkeringat serta kelemahan otot.
2. Anamnesis 1. Penurunan berat badan
2. Peningkatkan nafsu makan
3. gelisah, susahtidur, dan berdebar-debar,
4. tidak tahan udara panas, berkeringat, peningkatan
5. Frekuensi buang air besar.
3. PemeriksaanFisik 1. Takikardi,
2. Tremor
3. Eksftalmus, peningkatan suhu tubuh
4. strumadifus,
5. keringat berlebihan , takipnea,
6. Kadang disetrai dengan peningkatan tekanandarah.
4. Kriteria Diagnosis Amanesis, pemeriksaanfisik, FT4meningkat, TSH menurun, TRA bs(+)
5. Diagnosis Hipertiroid
6. Diagnosis Banding Adenoa tiroid, tumor pituitary
7.Pemeriksaan 1. Pemeriksaan darah : FT4, FSH, TRA bs
Penunjang 2. Ambilam youdium radioaktif
8. Terapi 1. Pemberian obat anti tiroid
Ex Propitiorasil, metilmazol, dan propanolol
2. Youdium radioaktif
3. Pembedahan
9. Edukasi Kepatuhan minum obat
10. Prognosis 1. AdVitam : dubia ad bonam
2. AdSanationam : dubia ad bonam
3. AdFungsionum : dubia ad bonam
11. Kepustakaan SusantoR,Julia M. Gangguankelenjartiroid. Dalam Batubara J, Tridjaja
B, pulungan A, ed. Buju Ajar EndokrinologiAnak. Edisi 1.`Jakarta:
Badanpenerbit IDAI 2010,205-47
PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM
RS AR BUNDA PRABUMULIH
2019
HIPOTIROID
1. Pengertian Suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan pada salah satu tingkat
(Definisi) dari aksi hipotalamus-hipofisis-tiroid “endorgan” dengan akibat
terjadinya defisiesi hormone tiroid, atau gangguan respon jaringan
terhadap hormone tiroid
2. Anamnesis 1. suhu rektal< 35,5 C
2. Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan perkembangan motorik, mental gigi, tulang, dan purbetas
4. aktivitas berkurang
5. adakah keluarga yang struma?
6. apakah berasal dari daerah gondokendemik?
3. PemeriksaanFisik 1. Penampilan secara umum’ amati wajah klien terhadap adanya edema
sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman
wajah kasar, lidah tampak menebal dan gerak gerik klien sangat
lamban. Postur tubuh kerdil dan pendek. Kulit kasar, tebal dan
bersisik, dingin dan pucat.
2. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun
3. Pembesaran jantung
4. Distrimia dan hipotensi
5. Paratesia dan reflek tendón menurun
4. Kriteria Diagnosis Ananesis, pemeriksaan fisik
5. Diagnosis Hipotiroid
6. Diagnosis Banding 1. Stuma non stoksis
2. Triroidsitis
7. Pemeriksaan Periksaaan kadar T3 dan T4 serum;
Penunjang pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi
peningkatan TSH serum, sedangkan pada sekunder kadar TSH dapat
menurun atau normal)
8. Terapi 1. jenis obat
- LT4 (Levo tiroksin) merupakan satu-satunya obat untuk HK
9. Edukasi 1. Menekankan pentingnya minum obat secara teratur sesuai jadwal
yang dianjurkan dokter
2. Tidak menghentikan pengobatan tanpa intruksi dokter
10. Prognosis 4. AdVitam : dubia ad bonam
5. AdSanationam : dubia ad bonam
6. AdFungsionum : dubia ad bonam
11. Kepustakaan Kementrian Kesehatan, Direktorat Jendral Bina Gizi dan kesehatan Ibu
dan anak.Pedoman skinning hipotiroid kongenital. Kementrian
Kesehatan RI, 2014.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS (PPK)
TATALAKSANA KASUS
ILMU KESEHATAN PENYAKIT DALAM
RS AR BUNDA PRABUMULIH
2019
2. Anamnesis Nyeri dada tipikal (angina) berupa nyeri dada substernal, retrostenal,
dan prekordial. Nyeri seperti ditekan, ditindih beban berat, rasa
terbakar, seperti ditusuk, rasa diperas dan diplintir. Nyeri menjalar ke
leher, lengan kiri, mandibula, gigi, punggung interskapula dan dapat
juga lengan kanan. Nyeri membaik atau hilang dengan istirahat atau
obat m\nitrat, atau tidak. Nyeri dicetuskan oleh latihan fisik, stres
emosi, udara dingin dan sesudah makan. Dapat disertai gejala mual,
muntah, sulit bernapas keringat dingin dan lemas. Elektrokardio
7. Pemeriksaan EKG
Penunjang Photo Thorax PA
8. Terapi • Tirah baring di ruang rawat intensif jantung (ICCU
Antitrombolik
heparin.
Heparin diberikan dengan target aPTT 1.5-2 kali nilai kontrol. Pada
angina pektoris tak stabil heparin
Pada infark miokard akut yang ST elevasi > 12 jam diberikan heparin
bolus intravena 5000 unit dilanjutkan dengan infus selama rata – rata 5
hari dengan menyesuaikan aPTT 1.5-2 kali nilai kontrol Pada infark
miokard anterior transmural luas antioagulan diberikan sampai saat
pulang rawat. Pada penderita dengan trombus ventrikular atau dengan
diskinesi yang luas di daerah apeks ventrikel kiri antiogulan oral
diberikan secara tumpang tindih dengan heparin sejak beberapa
sebelum heparin dihentikan.
Atasi komplikasi
1. Fibrilasi atrium
• Digitalisasi cepat
• Penyekat Beta
• Heparinisasi
2. Fibrilasi ventrikel
3. Takikardia ventrikel