Farmasetika Dasar
Farmasetika Dasar
Farmasetika Dasar
NAMA : SOFIAH
NIM : 1351710441
KELAS : A6
obat bebas atau dapat disebut juga obat OTC (Over The Counter) merupakan obat
yang dapat dijual secara bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat dibeli
tanpa harus menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya
cenderung relative aman dan memiliki efek samping yang rendah. Selama
dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang tertera pada kemasan, tidak
memerlukan pengawasan dokter untuk mengonsumsinya. Obat yang termasuk
golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang
terdapat pada kemasan. Umumnya, obat bebas digunakan untuk mengobati
penyakit yang termasuk kategori ringan, seperti pusing, flu, maupun batuk. Atau
dapat berupa suplemen nutrisi dan multivitamin.Contoh Obat Bebas seperti
Aspirin, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate
(CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat
Sama halnya dengan obat bebas, obat bebas terbatas dapat pula disebut obat OTC
(Over The Counter), yakni merupakan obat yang sebenarnya termasuk obat keras
namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di apotek dan dapat dibeli tanpa
resep dari dokter. Sebelumnya, golongan obat ini disebut dengan daftar W. “W”
dalam bahasa Belanda adalah singkatan dari kata “Waarschuwing” yang artinya
peringatan. Jika melihat kemasan obat dengan tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam, ini menandakan bahwa obat tersebut tergolong obat bebas terbatas. Selain
itu, disertai pula tanda peringatan pada kemasannya, seperti berikut.
Golongan obat bebas terbatas dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang
kategorinya ringan hingga cukup serius. Namun, ada baiknya jika Anda tidak
lekas sembuh setelah mengkonsumsi obat ini, berhentilah dan segera periksa ke
dokter.Contoh Obat Bebas Terbatar yaitu, Antimo, Noza, dan CTM.
daftar obat bebas terbatas yang dibedakan menurut golongan dari P1 hingga P6
antara lain adalah :
3. Obat Keras
Obat keras dahulu disebut golongan obat G. “G” adalah singkatan dari “Gevarlijk”
yang artinya berbahaya. Berbahaya disini dimaksudkan jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter karena dikhawatirkan dapat memperparah penyakit,
meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian.Obat keras tidak dapat dibeli
dengan bebas di apotek melainkan harus menggunakan resep dokter. Kemasan
pada golongan obat keras ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam
yang terdapat huruf K didalamnnya. Umumnya yang termasuk golongan obat ini,
yakni: Obat generic,obat Wajib Apotek (OWA) Antibiotik, seperti penisilin,
tetrasiklin, sefalosporin, ampisilin, dan sebagainyaObat – obatan yang
mengandung hormon, seperti obat penenang, obat diabetes, dan lainnya.Contoh
Obat Keras misalnya, seperti asam mefenamat.
4. Obat Psikotropika
Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah maupun sintentesis
bukanlah golongan narkotika. Efek yang dimiliki psikotropika dapat
mempengaruhi susunan sistem saraf pusat (SPP) sehingga dapat menimbulkan
perubahan yang khas terhadap mental dan perilaku bagi orang yang
mengonsumsinya.Bukan hanya itu, psikotopika juga dapat menyebabkan
halusinasi, gangguan pada cara berpikir, mengurangi rasa nyeri dan sakit, serta
dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.Obat-obatan atau zat-zat
yang termasuk psikotropika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Mengingat efek yang ditimbulkan cukup berbahaya, janganlah mengonsumsinya
tanpa pengawasan dari dokter karena jika penggunaannya tidak sesuai dapat
berpotensi merusak organ-organ pada tubuh kita.Dikarenakan psikotropika
merupakan golongan obat keras maka penandaan pada kemasannya pun sama
dengan Obat Keras yaitu lingkaran merah bergaris tepi hitam ditambah huruf K
didalamnnya. Contoh Obat atau zat yang tergolong psikotropika antara lain
seperti, phenobital, diazepam, sabu – sabu, serta ekstasi. Beberapa golongan
macam-macam jenis Psikotropika
Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang termasuk golongan I terdiri dari 26 macam, mulai dari
psilobina, etisiklidina, tenosiklidina, brolamfetamin, dll.Psikotropika golongan I
merupakan psikotropika yang hanya dapat dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan namun tidak dapat digunakan dalam terapi. Karena Psikotropika yang
ada pada golongan ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
Psikotropika Golongan II
Golongan II terdiri dari psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan, dapat
digunakan untuk terapi maupun ilmu pengetahuan. Namun, tetap saja berpotensi
cukup kuat untuk menimbulkan sindrom ketergantungan.Contoh Psikotropika
golongan II ini terdiri dari 14 macam, mulai dari deksanfetamin, amfetamin,
metamfetamin, levamfetamin, dll.
5. Narkotika
Narkotika adalah obat-obatan yang dapat berasal dari tanaman maupun tidak, baik
berupa sintesis ataupun semi sintetis. Narkotika dapat menyebabkan beberapa
pengaruh bagi orang yang mengonsumsinya, seperti mampu mengurangi rasa sakit
dan nyeri, menurunkan atau merubah tingkat kesadaran, hilangnya rasa, serta
menimbulkan efek ketergantungan.Sementara itu, untuk jenis obat – obatan
narkotika ditandai dengan lambang “Palang Mendali Merah”.
Penggolongan Narkotika Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, Golongan
narkotika dibagi menjadi tiga , yaitu:
Narkotika Golongan I
Golongan I terdiri atas narkotika yang hanya digunakan dalam kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipakai dalam terapi, dan memiliki
potensi yang sangat tinggi guna menimbulkan ketergantungan.Contoh Narkotika
Golongan I misalnya, opium mentah, tanaman ganja, tanaman Papaver
Somniferum L, maupun heroina.
Narkotika Golongan II
Narkotika yang termasuk golongan II ialah narkotika yang dapat dipakai dalam
terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ditambah dapat digunakan sebagai
pilihan terakhir dalam pengobatan namun memiliki berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan.Contohnya yakni opium, tebakon, morfina, tebaina,
ataupun peptidina.
Sama halnya dengan obat bebas, obat bebas terbatas dapat pula disebut obat OTC
(Over The Counter), yakni merupakan obat yang sebenarnya termasuk obat keras
namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di apotek dan dapat dibeli tanpa
resep dari dokter. Sebelumnya, golongan obat ini disebut dengan daftar W. “W”
dalam bahasa Belanda adalah singkatan dari kata “Waarschuwing” yang artinya
peringatan. Jika melihat kemasan obat dengan tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam, ini menandakan bahwa obat tersebut tergolong obat bebas terbatas. Selain
itu, disertai pula tanda peringatan pada kemasannya, seperti berikut.
Golongan obat bebas terbatas dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang
kategorinya ringan hingga cukup serius. Namun, ada baiknya jika Anda tidak
lekas sembuh setelah mengkonsumsi obat ini, berhentilah dan segera periksa ke
dokter.Contoh Obat Bebas Terbatar yaitu, Antimo, Noza, dan CTM.
2. Obat Bebas
obat bebas atau dapat disebut juga obat OTC (Over The Counter) merupakan obat
yang dapat dijual secara bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat dibeli
tanpa harus menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya
cenderung relative aman dan memiliki efek samping yang rendah. Selama
dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang tertera pada kemasan, tidak
memerlukan pengawasan dokter untuk mengonsumsinya. Obat yang termasuk
golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang
terdapat pada kemasan. Umumnya, obat bebas digunakan untuk mengobati
penyakit yang termasuk kategori ringan, seperti pusing, flu, maupun batuk. Atau
dapat berupa suplemen nutrisi dan multivitamin.Contoh Obat Bebas seperti
Aspirin, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate
(CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat.
3. Obat Keras
Obat keras dahulu disebut golongan obat G. “G” adalah singkatan dari “Gevarlijk”
yang artinya berbahaya. Berbahaya disini dimaksudkan jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter karena dikhawatirkan dapat memperparah penyakit,
meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian.Obat keras tidak dapat dibeli
dengan bebas di apotek melainkan harus menggunakan resep dokter. Kemasan
pada golongan obat keras ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam
yang terdapat huruf K didalamnnya. Umumnya yang termasuk golongan obat ini,
yakni: Obat generic,obat Wajib Apotek (OWA) Antibiotik, seperti penisilin,
tetrasiklin, sefalosporin, ampisilin, dan sebagainyaObat – obatan yang
mengandung hormon, seperti obat penenang, obat diabetes, dan lainnya.Contoh
Obat Keras misalnya, seperti asam mefenamat.
4. Obat Psikotropika
Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah maupun sintentesis
bukanlah golongan narkotika. Efek yang dimiliki psikotropika dapat
mempengaruhi susunan sistem saraf pusat (SPP) sehingga dapat menimbulkan
perubahan yang khas terhadap mental dan perilaku bagi orang yang
mengonsumsinya.Bukan hanya itu, psikotopika juga dapat menyebabkan
halusinasi, gangguan pada cara berpikir, mengurangi rasa nyeri dan sakit, serta
dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.Obat-obatan atau zat-zat
yang termasuk psikotropika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Mengingat efek yang ditimbulkan cukup berbahaya, janganlah mengonsumsinya
tanpa pengawasan dari dokter karena jika penggunaannya tidak sesuai dapat
berpotensi merusak organ-organ pada tubuh kita.Dikarenakan psikotropika
merupakan golongan obat keras maka penandaan pada kemasannya pun sama
dengan Obat Keras yaitu lingkaran merah bergaris tepi hitam ditambah huruf K
didalamnnya. Contoh Obat atau zat yang tergolong psikotropika antara lain
seperti, phenobital, diazepam, sabu – sabu, serta ekstasi. Beberapa golongan
macam-macam jenis Psikotropika
Berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi kedalam
empat macam golangan, antara lain :
Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang termasuk golongan I terdiri dari 26 macam, mulai dari
psilobina, etisiklidina, tenosiklidina, brolamfetamin, dll.Psikotropika golongan I
merupakan psikotropika yang hanya dapat dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan namun tidak dapat digunakan dalam terapi. Karena Psikotropika yang
ada pada golongan ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
Psikotropika Golongan II
Golongan II terdiri dari psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan, dapat
digunakan untuk terapi maupun ilmu pengetahuan. Namun, tetap saja berpotensi
cukup kuat untuk menimbulkan sindrom ketergantungan.Contoh Psikotropika
golongan II ini terdiri dari 14 macam, mulai dari deksanfetamin, amfetamin,
metamfetamin, levamfetamin, dll.
Psikotropika Golongan IV
Golongan IV terdiri dari psikotropika yang sangat banyak digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan terapi. Selain itu juga berkhasiat dalam pengobatan.Potensi
yang dimiliki untuk menimbulkan sindrom ketergantungannya pun ringan.
Psikotropika pada golongan ini terdiri dari 60 macam, mulai dari diazepam,
bromazepam, allobarbital, nitrazepam, dan sebagainya.
5. Narkotika
Narkotika adalah obat-obatan yang dapat berasal dari tanaman maupun tidak, baik
berupa sintesis ataupun semi sintetis. Narkotika dapat menyebabkan beberapa
pengaruh bagi orang yang mengonsumsinya, seperti mampu mengurangi rasa sakit
dan nyeri, menurunkan atau merubah tingkat kesadaran, hilangnya rasa, serta
menimbulkan efek ketergantungan.Sementara itu, untuk jenis obat – obatan
narkotika ditandai dengan lambang “Palang Mendali Merah”.
Narkotika Golongan I
Golongan I terdiri atas narkotika yang hanya digunakan dalam kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipakai dalam terapi, dan memiliki
potensi yang sangat tinggi guna menimbulkan ketergantungan.Contoh Narkotika
Golongan I misalnya, opium mentah, tanaman ganja, tanaman Papaver
Somniferum L, maupun heroina.
Narkotika Golongan II
Narkotika yang termasuk golongan II ialah narkotika yang dapat dipakai dalam
terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ditambah dapat digunakan sebagai
pilihan terakhir dalam pengobatan namun memiliki berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan.Contohnya yakni opium, tebakon, morfina, tebaina,
ataupun peptidina.
Sama halnya dengan obat bebas, obat bebas terbatas dapat pula disebut obat OTC
(Over The Counter), yakni merupakan obat yang sebenarnya termasuk obat keras
namun dalam jumlah tertentu masih dapat dijual di apotek dan dapat dibeli tanpa
resep dari dokter. Sebelumnya, golongan obat ini disebut dengan daftar W. “W”
dalam bahasa Belanda adalah singkatan dari kata “Waarschuwing” yang artinya
peringatan. Jika melihat kemasan obat dengan tanda lingkaran biru bergaris tepi
hitam, ini menandakan bahwa obat tersebut tergolong obat bebas terbatas. Selain
itu, disertai pula tanda peringatan pada kemasannya, seperti berikut.
Golongan obat bebas terbatas dapat digunakan untuk mengobati penyakit yang
kategorinya ringan hingga cukup serius. Namun, ada baiknya jika Anda tidak
lekas sembuh setelah mengkonsumsi obat ini, berhentilah dan segera periksa ke
dokter.Contoh Obat Bebas Terbatar yaitu, Antimo, Noza, dan CTM.
2. Obat Bebas
obat bebas atau dapat disebut juga obat OTC (Over The Counter) merupakan obat
yang dapat dijual secara bebas baik di toko-toko obat atau apotek dan dapat dibeli
tanpa harus menggunakan resep dokter. Zat aktif yang terkandung didalamnya
cenderung relative aman dan memiliki efek samping yang rendah. Selama
dikonsumsi sesuai dengan petunjuk dan dosis yang tertera pada kemasan, tidak
memerlukan pengawasan dokter untuk mengonsumsinya. Obat yang termasuk
golongan ini ditandai dengan lingkaran berwarna hijau bergaris tepi hitam yang
terdapat pada kemasan. Umumnya, obat bebas digunakan untuk mengobati
penyakit yang termasuk kategori ringan, seperti pusing, flu, maupun batuk. Atau
dapat berupa suplemen nutrisi dan multivitamin.Contoh Obat Bebas seperti
Aspirin, Promethazine, Guafenesin, Bromhexin HCL, Chlorpheniramine maleate
(CTM), Dextromethorphan, Zn Sulfate, Proliver, Tripid, Gasflat.
3. Obat Keras
Obat keras dahulu disebut golongan obat G. “G” adalah singkatan dari “Gevarlijk”
yang artinya berbahaya. Berbahaya disini dimaksudkan jika pemakaiannya tidak
berdasarkan resep dokter karena dikhawatirkan dapat memperparah penyakit,
meracuni tubuh, bahkan menyebabkan kematian.Obat keras tidak dapat dibeli
dengan bebas di apotek melainkan harus menggunakan resep dokter. Kemasan
pada golongan obat keras ditandai dengan lingkaran merah bergaris tepi hitam
yang terdapat huruf K didalamnnya. Umumnya yang termasuk golongan obat ini,
yakni: Obat generic,obat Wajib Apotek (OWA) Antibiotik, seperti penisilin,
tetrasiklin, sefalosporin, ampisilin, dan sebagainyaObat – obatan yang
mengandung hormon, seperti obat penenang, obat diabetes, dan lainnya.Contoh
Obat Keras misalnya, seperti asam mefenamat.
4. Obat Psikotropika
Psikotropika merupakan zat atau obat yang secara alamiah maupun sintentesis
bukanlah golongan narkotika. Efek yang dimiliki psikotropika dapat
mempengaruhi susunan sistem saraf pusat (SPP) sehingga dapat menimbulkan
perubahan yang khas terhadap mental dan perilaku bagi orang yang
mengonsumsinya.Bukan hanya itu, psikotopika juga dapat menyebabkan
halusinasi, gangguan pada cara berpikir, mengurangi rasa nyeri dan sakit, serta
dapat menimbulkan ketergantungan bagi pemakainya.Obat-obatan atau zat-zat
yang termasuk psikotropika hanya dapat diperoleh dengan resep dokter.
Mengingat efek yang ditimbulkan cukup berbahaya, janganlah mengonsumsinya
tanpa pengawasan dari dokter karena jika penggunaannya tidak sesuai dapat
berpotensi merusak organ-organ pada tubuh kita.Dikarenakan psikotropika
merupakan golongan obat keras maka penandaan pada kemasannya pun sama
dengan Obat Keras yaitu lingkaran merah bergaris tepi hitam ditambah huruf K
didalamnnya. Contoh Obat atau zat yang tergolong psikotropika antara lain
seperti, phenobital, diazepam, sabu – sabu, serta ekstasi. Beberapa golongan
macam-macam jenis Psikotropika
Berdasarkan UU RI No. 5 Tahun 1997, psikotropika dibagi kedalam
empat macam golangan, antara lain :
Psikotropika Golongan I
Psikotropika yang termasuk golongan I terdiri dari 26 macam, mulai dari
psilobina, etisiklidina, tenosiklidina, brolamfetamin, dll.Psikotropika golongan I
merupakan psikotropika yang hanya dapat dipakai untuk keperluan ilmu
pengetahuan namun tidak dapat digunakan dalam terapi. Karena Psikotropika yang
ada pada golongan ini memiliki potensi yang sangat kuat untuk mengakibatkan
sindrom ketergantungan.
Psikotropika Golongan II
Golongan II terdiri dari psikotropika yang berkhasiat dalam pengobatan, dapat
digunakan untuk terapi maupun ilmu pengetahuan. Namun, tetap saja berpotensi
cukup kuat untuk menimbulkan sindrom ketergantungan.Contoh Psikotropika
golongan II ini terdiri dari 14 macam, mulai dari deksanfetamin, amfetamin,
metamfetamin, levamfetamin, dll.
Psikotropika Golongan IV
Golongan IV terdiri dari psikotropika yang sangat banyak digunakan untuk tujuan
ilmu pengetahuan dan terapi. Selain itu juga berkhasiat dalam pengobatan.Potensi
yang dimiliki untuk menimbulkan sindrom ketergantungannya pun ringan.
Psikotropika pada golongan ini terdiri dari 60 macam, mulai dari diazepam,
bromazepam, allobarbital, nitrazepam, dan sebagainya.
5. Narkotika
Narkotika adalah obat-obatan yang dapat berasal dari tanaman maupun tidak, baik
berupa sintesis ataupun semi sintetis. Narkotika dapat menyebabkan beberapa
pengaruh bagi orang yang mengonsumsinya, seperti mampu mengurangi rasa sakit
dan nyeri, menurunkan atau merubah tingkat kesadaran, hilangnya rasa, serta
menimbulkan efek ketergantungan.Sementara itu, untuk jenis obat – obatan
narkotika ditandai dengan lambang “Palang Mendali Merah”.
Narkotika Golongan I
Golongan I terdiri atas narkotika yang hanya digunakan dalam kepentingan
pengembangan ilmu pengetahuan, tidak dapat dipakai dalam terapi, dan memiliki
potensi yang sangat tinggi guna menimbulkan ketergantungan.Contoh Narkotika
Golongan I misalnya, opium mentah, tanaman ganja, tanaman Papaver
Somniferum L, maupun heroina.
Narkotika Golongan II
Narkotika yang termasuk golongan II ialah narkotika yang dapat dipakai dalam
terapi dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ditambah dapat digunakan sebagai
pilihan terakhir dalam pengobatan namun memiliki berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan.Contohnya yakni opium, tebakon, morfina, tebaina,
ataupun peptidina.