Makalah Persepsi Dan Engambilan Keputusan Individu
Makalah Persepsi Dan Engambilan Keputusan Individu
Makalah Persepsi Dan Engambilan Keputusan Individu
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan
mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh
melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi
tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna
mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi
mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan
ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan
menggunakan perasaan atau dengan persepsi.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan
dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan mempertimbangkan
dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya
bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal
tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada
nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan yang dapat
disebut emosionil. Apabila kita mengambil keputusan berdasarkan perasaan, kita akan
mempertanyakan seberapa jauh kita pribadi akan melibatkan diri secara langsung, seberapa
jauh kita merasa turut bertanggung jawab terhadap dampak atas keputusan yang diambil,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi
menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik,
bijaksana dan sangat menghargai sesama. Banyak cara atau gaya dalam pengambilan
keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI PERSEPSI
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari
lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang
ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri,
maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang
dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang
individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-
contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan
riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan
masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls,
menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya
dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita
mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah
kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita
mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki
karakteristik yang sama atau serupa.
3. Situasi (Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita
yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia
berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar
bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera
merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang
memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian
seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu
yang dianggap penting bagi dirinya.
C. TEORI ATRIBUSI
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda,
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan
bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan
apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.
Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal
sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak
memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu
malas, terlalu banyak main, atau bodoh.
Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar
diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang
jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang
tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman,
ataupun gurunya yang tidak menarik.
D. TIGA PENENTU TEORI ATRIBUSI
1. Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau
peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu
perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin
banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.
2. Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.
Kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
3. Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai
stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang
berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus
yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki
distingsi yang rendah.
KESIMPULAN
Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat
reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia
luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan
kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderakan.
Pengambilan keputusan adalah sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Hubungan keduanya adalah dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu dengan menegaskan persepsi yang timbul dari dalam diri dan
mengimplementasikannya untuk mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada
sebuah permasalahan yang terjadi.