Makalah Persepsi Dan Engambilan Keputusan Individu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Banyak cara atau gaya dalam pengambilan keputusan. Ada orang yang cenderung
menghindari masalah, ada juga yang berusaha memecahkan / menyelesaikan masalah,
bahkan ada yang mencari-cari masalah. Pada prinsipnya, cara pengambilan keputusan
mengacu pada bagaimana seseorang mengolah informasi, apakah lebih dominan
menggunakan pikirannya, ataukah dengan perasaannya. Setelah semua informasi diperoleh
melalui fungsi persepsi, maka seseorang harus melakukan sesuatu dengan informasi
tersebut. Informasi tersebut harus diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan guna
mengambil suatu keputusan ataupun membentuk suatu opini. Ada gambaran preferensi
mengenai dua cara yang berbeda tentang bagaimana seseorang mengambil keputusan
ataupun memberikan penilaian, yaitu dengan berfikir menggunakan akal pikiran dan
menggunakan perasaan atau dengan persepsi.
Salah satu cara untuk mengambil keputusan adalah dengan mempergunakan perasaan
dan persepsi. Perasaan disini bukan berarti emosi, melainkan dengan mempertimbangkan
dampak dari suatu putusan terhadap diri sendiri dan/atau orang lain. Apakah manfaatnya
bagi diri sendiri dan/atau orang lain (tanpa mempersyaratkan terlebih dahulu bahwa hal
tersebut haruslah logis). Pengambilan keputusan atas dasar perasaan ini berlandaskan pada
nilai-nilai pribadi atau norma-norma, dan bukan mengacu pada tindakan yang dapat
disebut emosionil. Apabila kita mengambil keputusan berdasarkan perasaan, kita akan
mempertanyakan seberapa jauh kita pribadi akan melibatkan diri secara langsung, seberapa
jauh kita merasa turut bertanggung jawab terhadap dampak atas keputusan yang diambil,
baik terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Mereka yang mempunyai preferensi
menggunakan perasaan dalam mengambil keputusan, cenderung bersikap simpatik,
bijaksana dan sangat menghargai sesama. Banyak cara atau gaya dalam pengambilan
keputusan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PERSEPSI
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan, penerimaan,
pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang diterimanya dari
lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses yang
ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera
mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang merupakan
persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Karena perilaku orang
didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan pada realitas itu sendiri,
maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam perilaku organisasi.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI
1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang
dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang
individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-
contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan
riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan
masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls,
menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya
dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita
mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah
kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita
mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki
karakteristik yang sama atau serupa.
3. Situasi (Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita
yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia
berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar
bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera
merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang
memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian
seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja yaitu
yang dianggap penting bagi dirinya.

C. TEORI ATRIBUSI
Teori atribusi mencoba menjelaskan cara-cara kita menilai orang dengan berbeda,
bergantung pada pengertian yang kita atribusikan pada sebuah prilaku. Itu menyatakan
bahwa ketika kita mengamati prilaku seorang individu, kita mencoba menentukaan
apakah itu disebabkan dari internal atau eksternal.
 Atribusi Internal
Jika perilaku seseorang yang diamati disebabkan oleh factor-faktor internal, misal
sikap, sifat-sifat tertentu, ataupun aspek-aspek internal yang lain. Contoh, jika anak
memperoleh nilai raport yang jelek, maka sebabnya dapat saja karena anak itu
malas, terlalu banyak main, atau bodoh.
 Atribusi eksternal
Jika perilaku sosial yang diamati disebabkan oleh keadaan atau lingkungan di luar
diri orang yang bersangkutan. Contoh, jika anak memperoleh nilai raport yang
jelek, maka sebabnya dapat saja karena ada masalah dengan lingkungannya, orang
tuanya bercerai, hubungan yang jelek dengan orang tua, ditekan oleh teman-teman,
ataupun gurunya yang tidak menarik.
D. TIGA PENENTU TEORI ATRIBUSI
1. Konsensus
Konsensus merupakan derajat kesamaan reaksi orang lain terhadap stimulus atau
peristiwa tertentu dengan orang yang sedang kita observasi. Apakah suatu
perilaku cenderung dilakukan oleh semua orang pada situasi yang sama. Makin
banyak yang melakukannya, makin tinggi konsensus, dan sebaliknya.
2. Konsistensi
Konsisten adalah derajat kesamaan reaksi seseorang terhadap stimulus atau
peristiwa yang sama pada waktu yang berbeda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang sama.
Kalau “ya”, konsistensinya tinggi, kalau “tidak”, konsistensinya rendah.
3. Distingsi atau kekhususan
Distingsi merupakan derajat perbedaan reaksi seseorang terhadap berbagai
stimulus atau peristiwa yang berbeda-beda. Apakah pelaku yang bersangkutan
cenderung melakukan perilaku yang sama di masa lalu dalam situasi yang
berbeda-beda. Bila seseorang memberikan reaksi yang sama terhadap stimulus
yang berbeda-beda, maka dapat dikatakan orang yang bersangkutan memiliki
distingsi yang rendah.

E. JALAN PINTAS DALAM MENILAI ORANG LAIN SECARA UMUM


1. Persepsi Selektif (Selective Perpection)
Kecenderungan untuk secara selektif menginterpretasikan apa yang seseorang liat
dalam basis minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap seseorang. Oleh karena
itu, tidak mungkin bagi kita untuk menasimilasikan semua hal yang kita lihat, kita
dapat mengambil hanya rangsangan tertentu saja. Persepsi selektif membuat kita
membaca orang lain dengan cepat, tetapi bersiko menggambarkan gambaran yang
tidak akurat. Kita dapat menggambarkan kesimpulan yang tidak dapat dijamin
dari sebuah keadaan yang ambigu.
2. Efek Halo (Halo Effect)
Kecenderungan untuk menggambarkan impresi umum mengenai seseorang
indivdu berdasarkan karakteristik tunggal.
Efek halo dikonfirmasi dalam sebuah studi klasik dimana objek diberikan sebuah
daftar-daftar sifat cerdas, terampil, giat, rajin, berkemauan kuat, serta hangat.
Subjek diminta untuk mengevaluasi orang yang memiliki sifat-sifat tersebut.
Subjek menilai orang itu bijaksana, humoris, populer, dan imajinatif. Ketika daftar
yang sama menggantukan “dingin” dengan “hangat”, satu gambaran yang benar-
benar berbeda muncul. Subjek membuat sebuah sifat tunggal yang mempengaruhi
kesan keseluruhan mereka atas orang lain yang mereka nilai.
Contoh : Ketika seseorang kritikus diminta untuk mengatakan 10 hal baik dari
orang yang dikritiknya maka hal itu akan sulit. Demikian juga ketika seorang
pengagum diminta untuk mengatakan 10 hal buruk dari orang yang dikaguminya.
Maka hal itu akan sangat sulit.
3. Efek Kontras (Contrast Effect)
Evaluasi atas karakteristik seseorang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang
lain yang baru muncul yang berperingat lebih tinggi atau lebih rendah dalam
karakteristik yang sama.
Contoh : Ketika seseorang dalam tahap wawancara kerja. Kemungkinan ia akan
diterima akan lebih besar jika yang diwawancara sebelum ia adalah seseorang
yang biasa-biasa saja. Namun sebaliknya, jika yang diwawancara sebelumnya
adalah seseorang yang luar biasa dan sangat baik. Maka kemungkinan ia diterima
akan lebih kecil.
4. Stereotip (Stereotype)
Menilai seseorang berdasarkan persepsi mengenai kelompok asalnya. Kalimat-
kalimat seperti : “Pria tidak tertarik dengan perawatan anak”, “Pekerja yang lebih
tua tidak dapat mempelajari keahlian-keahlian baru”, Imigran Asia adalah pekerja
keras dan hati-hati”, merupakan contoh dari menilai orang lain secara stereotip.
Jadi stereotyping adalah menilai sesuatu secara menyeluruh atau general atau
secara mayoritasnya.
Contohnya : Orang-orang yang berpenampilan rock dan punk pasti berkepribadian
buruk. Padahal hal ini belum tentu benar karena sangat banyak pula orang-orang
yang berpenampilan rapih dan berdasi tetapi berperilaku buruk.
Riset menyatakan stereotip beroperasi secara emosional dan sering kali di bawah
alam sadar, membuat sulit untuk dilawan dan diubah. Satu masalah dari stereotip
adalah adanya generalisasi yang menyebar luas, meskipun mungkin tidak
mengandung kebenaran ketika diaplikasikan pada orang atau situasi tertentu.
Terdapat pula beberapa aplikasi spesifik dari jalan pintas dalam organisasi :
a. Wawancara Kerja
Riset membuktikan kita dapat membentuk kesan atas orang lain hanya dalam
10 detik, berdasarkan pandangan pertama. Riset baru mengindikasikan bahwa
intuisi individual kita mengenai sebuah kandidat pekerjaan tidak dapat
diandalkan dalam memprediksi kinerja, tetapi bahwa mengumpulkan semua
masukan dari banyak elevator independen dapat menjadi lebih prediktif.
Kebanyakan keputusan pewawancara berubah sangat sedikit sesudah 4 atau 5
menit pertama wawancara. Sebagai hasilnya, informasi yang diperoleh dari
awal wawancara membawa bobot yang lebih besar dibandingkan informasi
yang diperoleh sedudahnya.
b. Ekspektasi Kinerja
Istilah prediksi pemenuhan diri dan efek Pygmalion menjelaskan bagaimana
perilaku seorang individu ditentukan oleh ekspektasi orang lain. Ekspektasi
menjadi realita
c. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja sangat bergantung pada proses perceptual. Meskipun penilaian
bisa jadi objektif, tetapi lebih banyak orang yang menilai secara subjektif.
Tentu ini adalah peikiran yang keliru.

F. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN


INDIVIDUAL
Individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada dua atau lebih
alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan individu merupakan bagian penting
dari perilaku organisasi. Tetapi cara individu mengambil keputusan dan kualitas
pilihanya sangat dipengaruhi oleh persepsi mereka.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang sedang
dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang diinginkan,
yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternative-alternatif tindakan
yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah tersebut.
Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi kondisi yang menyenangkan bagi
orang lain.
Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan mebgevaluasi
informasi yang kita terima. Pada umumnya, kita menerima data dari berbagai sumber
yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data mana yang relevan bagi keputusan
dan mana yang tidak? Persepsi kita akan menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu
mengembangkan alternatif-alternatif dan mengevaluasi kekeuatan dan kelemahannya.
Sekali lagi, proses perceptual kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama
pengambilan keputuasan, kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat
membiaskan analisis dan kesimpulan.

G. MEMBANDINGKAN MODEL RASIONAL, RASIONAL TERBATAS DAN


INSTUISI
a) Pengambilan keputusan rasional
Pembuat keputusan tersebut membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai dalam batasan-batasan tertentu. Enam langkah model
pengambilan keputusan rasional :
1. Mendefinisikan masalahnya. Menetapkan masalah-masalah apa saja yang akan
dihadapi.
2. Mengidentifikasikan kriteria keputusan. Pembuat keputusan menentukan apa
yang relevan dalam membuat keputusan. Langkah ini memproses berbagai
minat, nilai, dan pilihan pribadi yang serupa dari si pembuat keputusan.
3. Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya. Dalam langkah
ini pengambil keputusan memberikan prioritas yang benar dalam mengambil
keputusan dengan mengalokasikan bobot pada kriteria.
4. Membuat alternatif. Pengambil keputusan harus dapat menghasilkan alternatif
yang mungkin bisa berhasil menyelesaikan masalah.
5. Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria. Pembuat keputusan harus
menganalisis dan mengevaluasi setia alternatif dengan seksama. Kelebihan dan
kekurangaan setiap alternatif menjadi jelas ketika alternafif tersebut
dibandingkan dengan kriteria dan bobot yang diperoleh dari langkah kedua dan
ketiga.
6. Memperhitungkan keputusan yang optimal. Dibuat dengan mengevaluasi
masing-masing alternatif terhadap kriteria berbobor dan memilih alternatif
dengan skror total tertinggi
b) Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )
Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model yang
disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah tanpa
menangkap semua kompleksitasnya.
Contoh : Manajer Tingkat Atas Pada Nike Inc. membuat sebuah fasilitas baru di
China dengan berinvestasi 100 juta USD agar mengurangi waktu pendistribusian
sebanyak 14% ke 3000 tokonya di China. Hal ini membuat China menduduki
peringkat ke-2 sebagai pasar terbesar nike dibawah Amerika Serikat.
c) Intuisi ( Intiutive decision making )
Sebuah proses tanpa sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh
pengambilan keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi
holistis atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan
secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi.
Contoh : Ketika dollar mencapai angka 14.000 di tahun ini banyak spekulan rupiah
yang menukarkan dollar ke rupiah tanpa berpikir panjang karena tanpa sadar
memiliki intuisi bahwa rupiah akan semakin melemah ke depannya. Selain itu
intuisi ini dipengaruhi potongan pengalaman-pengalaman pada krisis multi-dimensi
tahun 1998.

H. BIAS UMUM DAN KESALAHAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN


1. Overconfidence Bias
Individu yang kemampuan intelektual dan interpersonalnya lemah adalah
orang yang sering melebih-lebihkan kinerja serta kemampuannya. Ada juga
dampaknegative yang timbul terhadap kinerja usaha apabila seorang pengusaha
terlalu optimis. Kepercayaan diri yang berlebih kemungkinan besar muncul ketika
anggota-anggota organizational mempertimbangkan isu-isu atau masalah-masalah
yang berada diluar bidang keahlain mereka.
2. Anchoring bias
Kecenderungan untuk terpaku pada informasi awal,kemudian kita gagal untuk
menyesuaikan diri dengan informasi berikutnya. Anchoring bias biasanya
digunakan oleh individu yang berkecimpung dalam pekerjaan seperti periklanan,
manajemen, politik, realsted dan hukum dimana ketrampilan persuasi sangat
penting.
3. Confirmation bias
Kecenderungan untuk mencari informasi yang menguatkan kembali pilihan
masa lalu dan mengurangi informasi yang bertentangan dengan penilaian-
penilaian masa lalu. Proses rational decision making menganggap kita
mengumpulkan informasi secara objektif, tetapi kita sebetulnya
mengumpulkannya secara selektif.
4. Availability bias
Kecenderungan seseorang untuk mendasarkan penilaian mereka pada
informasi yang tersedia bagi mereka. Contoh, orang lebih takut naik pesawat
daripada menyetir mobil, karena media lebih memberikan sorotan pada
kecelakaan pesawat udara dibandingkan kecelakaan darat, jadi kita cenderung
melebih-lebihkan risiko naik pesawat terbang. Padahal menurut data keselamatan
perjalananan. Resiko kecelakaan ketika naik pesawat relative sangat kecil.
5. Escalation of commitment
Sikap yang mempertahankan sebuah keputusan meskipun terdapat bukti nyata
bahwa keputusan tersebut salah.
6. Randomness Error
Yaitu kecenderungan seseorang untuk mempercayai bahwa dia dapat
memprediksikan apa yang kemungkinan terjadi di masa yang akan datang.
Pembuatan keputusan dengan ini sering kali menjadikan suatu hal yang mustahil
menjadi suatu kepercayaan mereka. Perilaku seperti ini akan menyebabkan
terjadinya bias dan mempengaruhi pada cara seseorang menilai sesuatu.
7. Risk Aversion (Menghindari resiko),
Yaitu kecenderungan seseorang untuk lebih memilih hal yang pasti
dibandingkan hal yang beresiko tinggi, walaupun ada kalanya hal yang lebih
beresiko ini menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
Kebanyakan pegawai memilih untuk bekerja sesuai dengan keseharian yang
mereka lakukan, dibandingkan dengan melakukan inovasi dan berkreativitas.
Disamping itu ada juga individu yang berani untuk mengambil kesempatan
saat mereka berusaha untuk mencegah hasil negatif, yaitu Risk Preference
(Mengambil resiko). Keadaan yang membuat stress akan menjadikan orang-orang
yang berani mengambil resiko ini menjadi lebih kuat. Kebanyakan orang
cenderung berani mengambil resiko saat menghadapi hal yang negatif dan
menghindari resiko untuk hal yang positif.
8. Hindsight Bias (Memandang ke masa lampau),
Yaitu kecenderungan seseorang untuk melihat suatu hasil sebagai sesuatu
yang tidak terhindarkan, serta melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam
memprediksikan hal tersebut sebelumnya. Terus memandang ke masa lampau ini
menyebabkan seseorang justru kehilangan kemampuannya untuk belajar dari
masa lampau. Contohnya adalah saat kira mendengar sesuatu dan tau hasilnya,
seseorang akan cenderung mengatakan “Kok bisa begitu, padahal kan harusnya
seperti ini?”

I. PERBEDAAN INDIVIDU DAN BATASAN ORGANISASI


a) Perbedaan Individu
1. Kepribadian
Tentu setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda, kepribadian ini
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sebagai contoh dari
kepribadian yg memiliki kehati-hatian dan harga diri. Kehati-hatian bisa
mempengaruhi eskalasi komitmen, khususnya aspek kehati-hatian usaha
keras untuk pencapaian dan kepatuhan. Harga diri juga juga mempengaruhi
pengambilan keputusan pada dasarnya orang yg memiliki harga diri tinggi
sangat termotivasi untuk mempertahankan keputusannya, sehingga mereka
menggunakan bias pemenuhan diri untuk mempertahankannya, mereka
menyalakan orang lain atas kegagalannya dan mengambil kredit atas
kesuksesannya.
2. Jenis Kelamin
Riset atas kontemplasi menawarkan pandangan mengenai perbedaan
jenis kelamin dala pengambilan keputusan. Kontemplasi bermakna berefleksi
dalam waktu yang lama, dari segi pengambilan keputusan itu berarti terlalu
memikirkan masalah. Dua puluh tahun studi mendapati wanita menghabiskan
lebih banak waktu dibandingkan pria dalam menganalisis masa lalu, masa
kini, dan masa depan, wanita hampir dua kali lebih banyak dari pria dalam
mengembangkan depresi.
3. Kemampuan Mental
Kita tahu orang-orang dengan level kemampuan mental yang lebih tinggi
mampu memproses informasi lebih cepat,sehingga anda mungkin
mengekspekasikan mereka juga lebih sedikit beresiko salah mengambil
keputusan umum, karna orang yang lebih cerdas itu lebih baik dalam
menghindari kesalahan logis seperti silogisme salah atau kesalahan
interpretasi data.
4. Perbedaan Budaya
Budaya berbeda dalam orientasi waktu, pentingnya rasionalitas,
kepercayaan dalam kemampuan orang memecahkan masalah, dan prefensi
pengambilan keputusan kolektif. Beberapa budaya menekankan pemecahan
masalah, sedangkan yang lain fokus pada menerima situasi sebagaimana
adanya, Amerika Serikat masuk dalam kategori memecahkan masalah
sedangkan Thailand dan Indonesia termasuk dalam negara yang menerima
situasi sebagaimana adanya.
b) Batasan Organisasi
1. Evaluasi Kinerja
Manajer dipengaruhi oleh kriteria yang menjadi dasar mereka dievaluasi.
Jika seorang manajer divisi percaya bahwa kinerja pabrik yang berada di
bawah tanggung jawabnya beroprasi terbaik ketika ia tidak mendengar hal
negatif, kita akan mendapati manajer pabriknya bekerja menghabiskan
banyak waktu untuk memastikan tidak ada informasi negatif yang sampai
padanya.
2. Sistem Imbalan
Sistem imbalan organisasi mempengaruhi pengambilan keputusan
dengna menyarankan pilihan apa yang memiliki pembayaran pribadi yang
lebih baik. Jika organisasi menghargai pengindraan risiko, manajer lebih
mungkin untuk mengambil keputusan konservatif. Dari tahun 1930-an
General Motors secara konsisten memberikan promosi dan bonus pada
manajer yang tetap low profile dan menghindari kontroversi. Eksekutif ini
menjadi ahli dalam menghindari isu-isu dan menyerahkan keputusan-
keputusan kontroversial pada komite.
3. Peraturan Baku
Organisasi membuat peraturan dan kebijakan untuk memprogram
keputusan dan mengarahkan individu bertindak sesuai yang diharapkan.
Dalam melakukan hal demikian, mereka membaasi pilihan-pilihan keputusan.
4. Batasan Waktu Akibat Sistem
Hampir smeua keputusan penting muncul dengan tenggat waktu eksplisit.
Sebuah laporan tentang pengembangan produk baru bisa saja harus siap
ditinjau komite eksklusif tanggal pertama bulan tersebut. Kondisi-kondisi
demikian sering membuat sulit, jika tidak mungkin, bagi manajer untuk
memperoleh semua informasi sebelum mengambil keputusan.
5. Contoh Historis
Keputusan tidak dibuat dalam ruang vakum, mereka memiliki sebuah
konteks. Keputusan-keputusan individu merupakan poin-poin dalam arus
pilihan; yang dibuat di masa lampau seperti hantu yang membuntuti dan
membatasi pilihan-pilihan sekarang. Merupakan rahasia umum bahwa
penentu terbesar dari ukuran dari anggaran tahun ini adalah anggaran tahun
lalu. Pilihan yang dibuat hari ini sebagian besar merupakan hasil dari pilihan-
pilihan yang dibuat bertahun-tahun.

J. TIGA KRITERIA KEPUTUSAN ETHIS


a) Kriteria Utilitarianisme
Kriteria utilitarianisme adalah suatu keputusan yang dibuat berdasarkan hasil
atau konsekuensinya. Tujuan dari keputusan utilitarianisme adalah memberikan
kebaikan besar pada jumlah yang terbanyak. Pandangan ini mendominasi
keputusan bisnis dan konsisten dengan sasaran seperti efisiensi, produktivitas, dan
laba tinggi.
Contoh : Penggusuran Kampung Pulo di Jakarta dilakukan agar bantaran sungai
yang dipakai pemukiman warga dapat direhabilitasi dan menjadi fungsi yang
semestinya untuk tanggul di kala banjir datang. Dengan begini diharapkan banjir
Jakarta dapat teratasi.
b) Kriteria Etis yang Terfokus Pada Hak
Kriteria etis yang terfokus pada hak adalah membuat keputusan yang
konsisten dengan kemerdekaan dan hak fundamental. Sebuah penekanan pada hak
dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan melindungi hak asasi
manusia seperti hak pribadi, berbicara dengan bebas, dan berhubungan dengan
proses. Penggunaan kriteria ini dapat melindungi pembocor rahasia (whistle-
brower) individu yang melaporkan perbuatan-perbuatan tidak etis atau ilegal dari
pemberi kerja mereka kepada pihak luar ketika mereka mengungkapkan
perbuatan-perbuatan tidak etis oleh organisasi mereka kepada pers atau agensi-
agensi pemerintahan dengan dasar hak untuk berbicara dengan bebas.
c) Kriteria Terfokus pada Keadilan
Kriteria terfokus pada keadilan ini mengharuskan individu untuk menentukan
dan menjalankan peraturan-peraturan dengan baik dan adil sehingga terdapat
distribusi laba dan biaya secara adil. Anggota-anggota serikat kerja biasanya
menyukai pandangan ini , pandangan ini membenarkan pemberian bayaran yang
sama untuk setiap individu atas pekerjaan tertentu, tanpa memerhatikan
perbedaan-perbedaan kinerja,dan penggunaan senioritas sebagai penentu utama
dalam membuat keputusan-keputusan pemberhentian.
Tiap-tiap kriteria memiliki kelebihan dan kekurangan. Kriteria utilitarianisme
meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi padat mengakibatkan pengabaian hak-
hak beberapa individu, terutama individu-individu yang memiliki perwakilan
minoritas dan organisasi. Penggunaan hak sebagai kriteria melindungi individu dari
luka dan konsisten dengan kebebasan dan privasi, tetapi kriteria ini dapat menciptakan
sebuah lingkungan kerja yang terlalu sesuai dengan hukum yang menghalangi
produktivitas dan efisiensi. Kriteria fokus pada keadilan melindungu kepentingan
individu-individu yang tidak mempunyai perwakilan yang cukup dan tidak begitu
kuat, tetapi kriteria ini bisa mendorong rasa pemberian hak yang mengurangi
pengambilan resiko, inovasi, dan produktivitas. Para pembuat keputusan, terutama
organisasi-organisasi pencari laba, cenderung merasa aman dan nyaman ketika mereka
menggunakan utilitarianisme. Banyak tindakan yang meragukan bisa dibenarkan
ketika disusun dalam kepentingan organisasi dan pemegang saham.

K. KREATIVITAS DAN MODEL TIGA TAHAP DARI KREATIVITAS


a) Pengertian Kreativitas
Dalam KBBI, kreatif didefenisikan sebagai kemampuan untuk mencipta atau
proses timbulnya ide baru. Pada intinya pengertian kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun
karya nyata, dalam bentuk ciri-ciri aptitude maupun non aptitude,dalam karya
baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, dan semuanya relatif
berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.
b) Model tiga tahap dari kreativitas ( three-stage model of creativity )
 Sebab ( Potensi kreatif dan lingkungan kreatif)
 Perilaku kreatif, dan
 Hasil kreatif ( inovasi)
c) Perilaku Kreatif
Terdapat empat langkah untuk memunculkan dan mengembangkan perilaku
kreatif :
1. Formulasi masalah, yaitu tahapan perilaku dimana kita mengidentifikasikan
sebuah masalah atau peluang yang membutuhkan sebuah solusi yang belum
diketahui.
2. Pengumpulan informasi, yaitu tahapan perilaku kreatif ketika solusi-solusi
yang mungkin atas masalah di inkubasikan dalam pikiran individu.
3. Pemunculan ide, yaitu tahapan perilaku kreatif dimana kita mengembangkan
solusi – solusi yang mungkin atas sebuah masalah dari informasi dan
pengetahuan yang relevan.
4. Evaluasi ide, tahapan dimana kita mengevaluasi solusi-solusi potensial untuk
mengidentifikasi yang terbaik.
d) Penyebab perilaku kreatif
Terbagi menjadi tiga sebab yaitu :
1. Potensi Kreatif
2. Lingkungan Kreatif
3. Keluaran dari Kreatif (inovasi)
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Dari ulasan diatas, dapat disimpulkan bahwa Persepsi merupakan suatu proses yang
didahului oleh penginderaan, yaitu suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat
reseptor yaitu indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia
luarnya. Persepsi merupakan stimulus yang diindera oleh individu, diorganisasikan
kemudian diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang
diinderakan.
Pengambilan keputusan adalah sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental
atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan di antara beberapa
alternatif yang tersedia. Setiap proses pengambilan keputusan selalu menghasilkan satu
pilihan final. Keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui pelaksanaan atau tindakan.
Pengambilan keputusan terjadi sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah.
Hubungan keduanya adalah dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan tujuan
yang ingin dicapai yaitu dengan menegaskan persepsi yang timbul dari dalam diri dan
mengimplementasikannya untuk mengambil keputusan yang menjadi alternatif pada
sebuah permasalahan yang terjadi.

Anda mungkin juga menyukai