Chapter III-V
Chapter III-V
Chapter III-V
METODE PENELITIAN
penyiapan bahan uji dan pengujian efek imunomodulator ekstrak etanol daun
mahkota dewa terhadap respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer antibodi sel
imun pada hewan percobaan. Data hasil penelitian dianalisis dengan program
SPSS 19 menggunakan uji One Way ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Post
Hoc Tukey.
3.1 Alat
laboratorium, neraca listrik, mortar dan stamfer, neraca hewan, spuit, oral sonde,
micropipette (Microlit).
3.2 Bahan
daun mahkota dewa, akuades, CMC Na, sel darah merah sapi (SDMS), tablet
(Askamex®).
16
Universitas Sumatera Utara
(t-1)(n-1)>15
Keterangan:
t : jumlah perlakuan
n : banyaknya sampel setiap perlakuan.
adalah minimal 5 (lima) ekor mencit. Total adalah 25 ekor mencit (Lampiran 4).
kelompok dimana tiap kelompok terdapat 5 ekor yang terdiri dari 1 kelompok
(variasi dosis dari ekstrak yaitu 50, 100 dan 200 mg/kg bb).
yang digunakan yaitu metode maserasi bertingkat, sesuai dengan yang tertera
ekstrak etanol daun mahkota dewa, suspensi levamisol, phosphate buffered saline
(PBS) dan sel darah merah sapi (SDMS) dan larutan triton.
17
Universitas Sumatera Utara
3.5.1 Pembuatan Suspensi CMC Na 1%
panas sebanyak 20 ml. Didiamkan selama 15 menit lalu digerus hingga diperoleh
hingga 50 ml.
3.5.2 Pembuatan Suspensi Ekstrak Etanol Daun Mahkota Dewa 200, 100 dan
50 mg/ kg bb
Untuk dosis 200 mg/kg bb dibuat dengan cara ditimbang 200 mg ekstrak
tuang sedikit demi sedikit suspensi CMC Na 1% sambil digerus hingga homogen,
dengan suspensi CMC Na 1% hingga garis tanda. Begitu juga untuk pembuatan
digerus tidak kurang dari 20 tablet. Ditimbang serbuk yang telah dihaluskan
tersebut kemudian ditimbang seksama sejumlah serbuk setara dengan lebih kurang
18
Universitas Sumatera Utara
ml, dan kemudian ditambahkan suspensi CMC Na 1% sampai batas tanda
(Wiratmi, 2014). Perhitungan serbuk levamisol yang ditimbang dapat dilihat pada
Darah segar dikumpulkan dari darah sapi yang disembelih, diperoleh 500 ml.
berisi es.
selama 5 menit untuk memisahkan plasma dari sel darah merah. Lapisan atas yang
berupa plasma dibuang dan lapisan bawah yang berupa endapan sel darah merah
(1 ml) ditambahkan PBS sebanyak tiga kali volume SDMS (3 ml). Tabung
kali. Lapisan atas yang jernih dibuang dan lapisan bawah adalah SDMS murni (1
ml). SDMS dipipet, dan ditambahkan PBS (1 ml) dengan volume yang sama
banyak sehingga diperoleh SDMS 50% (2 ml). Kemudian diambil 0,2 ml SDMS
(Emelda, 2015).
19
Universitas Sumatera Utara
3.5.6 Pembuatan Larutan Triton
sebanyak 0,2 gram, dilarutkan dalam akuabides 100 ml, kemudian 2 tetes triton
pembengkakan telapak kaki hewan uji (foot paw swelling test) (Lakhsmi, 2003;
Ray 1996).
kelompok kontrol pelarut, 1 kelompok kontrol positif, dan 3 kelompok uji. Tiap
berikut:
Kelompok III : diberi sediaan suspensi EEDMD dengan dosis 100 mg/kg BB
Tiap kelompok diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi (SDMS)
1% dalam larutan PBS secara intraperitonial pada hari ke-0. Perlakuan pemberian
ekstrak etanol daun mahkota dewa dumulai dari hari ke-1 dan diberikan satu kali
setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sendi kaki mencit sebelah kanan diberi
tanda batas pengukuran volume kaki mencit. Volume kaki mencit diukur sebagai
20
Universitas Sumatera Utara
volume awal (V0). Kemudian mencit diinjeksikan dengan 0,1 ml suspensi SDMS
1% dalam larutan PBS secara intraplantar pada telapak kaki sebelah kanan.
mencelupkan kaki mencit ke dalam tabung yang berisi larutan triton sampai tanda
batas pengukuran. Perubahan volume larutan triton terlihat pada angka analog
yang tertera pada alat sebagai volume waktu tertentu (Vt) kaki mencit. Volume
Pada kelompok mencit diinjeksikan dengan 0,1 ml sel darah merah sapi
dalam larutan PBS secara intraperitonial pada hari ke-0. Perlakuan pemberian
ekstrak etanol daun mahkota dewa dimulai dari hari ke-1 dan diberikan satu kali
setiap hari selama 7 hari. Pada hari ke-7, sampel darah pada masing masing
mencit diambil melalui pembuluh darah vena bagian ekor. Sampel darah
1900 rpm dengan alat sentrifugasi selama 10 menit, lalu diambil serumnya.
sebelumnya pada tiap lubang telah ditambahkan 25 µl PBS, kemudian dari lubang
µl ke lubang ketiga begitu seterusnya untuk lubang yang lain yang berisi 25 µl
PBS (1:2 ; 1:4 ; 1:8 ; 1:16 ; 1:32 ; 1:64 ; 1:128 ; 1:256 ; 1:512; 1:1024 ; 1:2048).
21
Universitas Sumatera Utara
Kemudian tiap lubang ditambahkan SDMS 1% sebanyak 25 µl. Setelah itu
didiamkan selama 1 jam dan diamati hemaglutinasi secara visual (Makare, 2001:
dimana antibodi masih terdeteksi melalu hemaglutinasi yang terlihat secara visual.
(Hargono, 2000).
(ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji lanjut Post Hoc Tukey pada program
22
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
Pada penelitian ini digunakan ekstrak etanol daun mahkota dewa yang
sama dengan ekstrak yang digunakan Hotmaida (2016). Hasil skrinning fitokimia
Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia diperoleh kadar air 1,65%, kadar abu
dilakukan dengan metode respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer antibodi
sistem imun seluler dan imun humoral yang melibatkan sel T dan sel B serta
sedangkan repon imun seluler dilihat dari parameter pembengkakan kaki mencit.
spesies yang sama dibawah kondisi ideal, relatif sederhana dan tidak mahal.
tipe lambat merupakan respon imun seluler yang melibatkan aktivasi sel Th yang
23
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan reaksi inflamasi yang ditandai dengan pembengkakan kaki hewan
dapat dilihat. Pada lingkungan dengan pH netral, sel darah merah bermuatan
sehingga terjadi aksi tolak menolak antar sel. Oleh karena itu sel darah merah
(PBS) untuk menjaga agar sel darah merah tetap dalam kondisi netral, sehingga
antara sel darah merah dengan antibodi. Antibodi yang mempunyai kemampuan
lebih besar untuk berikatan dengan sel darah merah adalah IgM. IgM mempunyai
ukuran yang lebih besar dan valensi yang tinggi, sehingga dapat melawan
rintangan elektrik dan membentuk ikatan silang dengan sel darah merah sehingga
valensi yang lebih kecil, sehingga kemampuan IgG melawan rintangan elektrik
Tabel 4.1 Pembengkakan Kaki Mencit dan Nilai Titer Antibodi (Mean + SD)
Mean + SD
NO Perlakuan
ΔV [2Log (titer)+1]
1. CMC Na 1% 0,17 + 0,027 2,32 + 0,268
2. EEDMD 50 mg/kg bb 0,25 + 0,044 3,04 + 0,328
3. EEDMD 100 mg/kb bb 0,4 + 0,033 3,4 + 0
4 EEDMD 200 mg/kb bb 0,7 + 0,051 4,008 + 0,427
5. Levamisol 0,77 + 0,047 4,25 + 0,328
24
Universitas Sumatera Utara
Volume pembengkakan kaki mencit yang terjadi pada tiap kelompok
0.9
*
0.8
*
0.7
Volume Pembengkakan (ml)
0.6
0.5
*+
0.4
*+
0.3
+
0.2
0.1
0
CMC Na EEDMD 50 EEDMD 100 EEDMD 200 Levamisole
Keterangan:
* = P<0,05, signifikan terhadap kontrol
+ = P<0,05, signifikan terhadap levamisol
Berdasarkan (Tabel 4.1) dan (Gambar 4.1) dapat dilihat bahwa terjadi
diberikan. EEDMD dosis 50, 100, 200 mg/kb bb menunjukkan hasil yang berbeda
menunjukan hasil yang berbeda signifikan (p<0,05) terhadap dosis 100 ,200
mg/kg bb dan levamisol. Dosis 100 mg/kg bb menunjukkan hasil yang berbeda
signifikan (p<0,05) terhadap dosis 50 mg/kg bb dan 200 mg/kg bb. Dosis 200
25
Universitas Sumatera Utara
dosis 50 dan 100 mg/kb bb. Tetapi dosis 200 mg/kg bb menunjukkan hasil yang
yang terdiri dari suatu kompleks hapten dan protein, bereaksi dengan T-limfosit
yang sudah disensitasi. Limfokin tertentu (sitokin dari limfosit) dibebaskan, yang
Mulai reaksinya sesudah 24-48 jam dan bertahan beberapa hari (Tjay dan
Rahardja, 2013).
26
Universitas Sumatera Utara
(Baratawidjaja, 2012). Sel yang berperan dalam respon imun seluler adala sel T
terutama sel Th. Saat tubuh terpapar oleh antigen, sel Th akan teraktvasi dan
Titer antibodi yang terjadi pada tiap kelompok perlakuan dapat dilihat
5
*
*
4.5
4
*+ *+
3.5
Nilai Titer Antibodi
3
+
2.5
1.5
0.5
0
CMC Na EEDMD 50 EEDMD 100 EEDMD 200 Levamisole
Gambar 4.2 Titer Antibodi Sel Imun Mencit Setelah Pemberian Ekstrak (Data =
Mean + SD, n = 5)
Keteranagn:
* = P<0,05, signifikan terhadap kontrol
+ = P<0,05, signifikan terhadap levamisol
Pada (Tabel 4.1) dan (Gambar 4.2) terlihat bahwa EEDMD dosis 50, 100,
200 mg/kg BB dan levamisol menunjukkan hasil yang berbeda signifikan dengan
signifikan terhadap dosis 100 mg/kg bb dan berbeda signifikan terhadap dosis 200
27
Universitas Sumatera Utara
mg/kg bb dan levamisol (p<0,05). Dosis 100 mg/kg bb menunjukkan hasil yang
tidak berbeda signifikan terhadap dosis 50 mg/kb bb dan dosis 200 mg/kb bb
(p>0,05). EEDMD dosis 200 mg/kg bb menunjukkan hasil yang tidak berbeda
EEDMD dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB memberikan efek peningkatan titer
antibodi sel imun mencit. Peningkatan titer antibodi terjadi karena peningkatan
aktivitas sel B dalam pembentukan antibodi (Roit, 1990). Antibodi akan berikatan
dengan antigen yang menginfeksi tubuh. Ikatan antigen dan antibodi memberikan
gambaran adanya efek stimulasi ekstrak etanol daun mahkota dewa terhadap
respon imun humoral yang berkaitan dengan stimulasi dan aktivasi sel B.
cara untuk menemukan antibodi atas dasar aglutinasi sel darah merah. Sebagai
antigen dapat digunakan sel darah merah itu sendiri atau antigen yang
golongan protein yang dibentuk oleh sel plasma atau berasal dari proliferasi sel B
akibat adanya kontak dengan antigen. Titer antibodi yang tinggi menunjukkan
bahwa sediaan uji dapat meningkatkan sistem imun (Hargono, dkk, 2000)
antibodi sel imun mencit jantan. Pemberian EEDMD dosis 200 mg/kg BB
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian EEDMD dosis
28
Universitas Sumatera Utara
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan CMC Na 1%. Pemberian
imun, dimana EEDMD memberikan efek yang mendekati efek dari levamisol.
fungsi sel-sel B, sel-sel T, monosit dan makrofag yang terdepresi (Goodman dan
Gilaman, 2012). Sehingga suspensi ekstrak etanol daun mahkota dewa (EEDMD)
meningkatkan respon hipersensitivitas tipe lambat dan titer antibodi sel imun
mencit. Menurut Gotama dkk, (1999), flavonoid memiliki berbagai macam efek,
salah satunya sebagai imunostimulan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wagner
(1985) yang secara umum menyebutkan bahwa golongan terpenoid, alkaloid atau
imun melalui proliferasi dan aktivasi limfosit T dan B, serta aktivasi sel fagositik
seperti makrofag, dan monosit. Senyawa aktif seperti saponin juga merupakan zat
yang dihasilkan oleh sel T sehingga akan merangsang sel-sel fagosit untuk
29
Universitas Sumatera Utara
mengenai fungsi imunitas seluler yang dilakukan secara in vivo pada tikus
meningkatkan jumlah sel T, dan meningkatkan aktivitas IL-2. senyawa tanin juga
sangat erat kaitannya dengan senyawa kimia yang terkandung dalam bahan
tersebut. Diduga zat aktif yang berperan dalam peningkatan sistem imun dalam
ekstrak etanol daun mahkota dewa ini adalah alkaloid, flavonoid, polifenol
saponin, dan tanin. Mekanisme imunostimulan pada daun mahkota dewa kurang
lebih sama seperti mekanisme pada tanaman yang mengandung senyawa ini
seperti dijelaskan diatas, yaitu dengan meningkatkan aktivitas IL-2, proliferasi dan
Kemudian sel Th1 yang teraktivasi akan mempengaruhi IFN-γ yang dapat
mengaktifkan makrofag.
30
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
EEDMD 50, 100 dan 200 mg/kg bb menunjukkan volume pembengkakan kaki
mencit yang lebih besar dibandingkan dengan kontrol CMC Na 1%. EEDMD
200 mg/kg bb memberikan efek yang sama dengan kontrol positif levamisol.
b. EEDMD dapat meningkatkan titer antibodi sel imun mencit jantan dimana
pada dosis 50, 100, dan 200 mg/kg BB diperoleh nilai titer antibodi rata-rata
3,04 µl, 3,4 µl, dan 4,008 µl, dimana hasil dari dosis 200 mg/kg BB dekat
dengan nilai titer antibodi kontrol positif (levamisol) dengan nilai 4,25 µl.
.
5.2 Saran
ini terkait dengan aktivitas imunostimulator ekstrak etanol daun mahkota dewa
31
Universitas Sumatera Utara