NASPUB ORTHO Rezza

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 13

PERAWATAN MALOKLUSI ANGEL KLAS 1 DISERTAI KASUS GIGI

BERJEJAL DENGAN ALAT ORTODONSI LEPASAN

PUBLIKASI ILMIAH
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan
Program Profesi Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Gigi

Oleh:
Rezza Uli Erlian Pratama
J530170012

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
HALAMAN PERSETUJUAN

PERAWATAN MALOKLUSI ANGEL KLAS 1 DISERTAI KASUS GIGI


BERJEJAL DENGAN ALAT ORTODONSI LEPASAN

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:
Rezza Uli Erlian Pratama
J530165016

Telah diperiksa dan disetujui


Dosen Pembimbing

drg. Reni Kurniasari, Sp.Ort


PERAWATAN MALOKLUSI ANGEL KLAS 1 DISERTAI KASUS GIGI
BERJEJAL DENGAN ALAT ORTODONSI LEPASAN

Rezza Uli Erlian Pratama*, Reni Kurniasari**


*Mahasiswa Profesi Kedokteran Gigi UMS **Dosen Pembimbing ORTODONSIa FKG UMS
[email protected], [email protected]

ABSTRAK

Gigi yang berjejal merupakan kelainan dental yang sering ditemui dan ditandai dengan
adanya tumpang tindih gigi-gigi yang berdekatan sehingga dapat mempengaruhi oral higine,
fungsi pengunyahan dan penampilan pasien. tujuan dari perawatan ini adalah untuk
mengembalikan posisi gigi individual sesuai lengkung idealnya. Laporan kasus ini bertujuan
untuk membahas tentang perawatan gigi berjejal menggunakan alat ortodontik lepasan pada
pasien pria berusia 27 tahun. Perawatan terdiri dari tiga tahap, yaitu pencarian ruang
menggunakan plat ekspansi, koreksi malposisi gigi individual menggunakan plat aktif yang
dilengkapi dengan simple spring dan lingual button, serta tahap terakhir penggunaan hawley
retainer. Perawatan berhasil dilakukan dalam waktu 10 bulan dengan 14 kali kunjungan.
Pasien merasa puas dengan hasil perawatan yang telah dilakukan.

Kata kunci : gigi berjejal, ortodonsi lepasan

ABSTRACT

Crowded teeth are dental abnormalities which often encounter and characterized by
overlapping adjacent teeth. Discrepancy of tooth size and dental arch causes crowded teeth.
Provision of space for crowded teeth correction can be obtained from enamel grinding and
dental arch expansion using a removable appliances. Removable appliances are appliances
that can be wore and removed by patients and require patient compliance as a factor of
treatment success. This case discussed about treatment of 27 years old male patient with
dental crowded using removable orthodontic appliances. The treatment consist of three
phases, first phase was gaining space using expansion plate, second phase was correcting
individual teeth using active plate with simple springs and lingual buttons, and the last phase
was using hawley retainer. Treatment was successful in 10 months with 19 visits. Patient was
satisfied with the results of the treatment that has been done.

Keywords : crowded teeth, removable orthodontic

PENDAHULUAN
Gigi berjejal (crowding) ditandai dengan adanya tumpang tindih (overlapping) gigi-

gigi yang berdekatan. Penyebab hal tersebut misalnya adanya disproporsi ukuran gigi dan

panjang lengkung gigi (tooth size arch length discrepancy, TSALD), gigi sulung yang tanggal

prematur kemudian gigi yang berdekatan bergeser sehingga gigi permanen pengganti tidak
mendapat tempat. Kesalahan letak di daerah labial gigi geligi insisivus rahang atas dan bawah

disebabkan oleh gigi geligi yang crowding yang akhirnya menyebabkan overjet yang besar.1

Alat yang digunakan untuk merawat maloklusi secara garis besar dapat digolongkan

menjadi alat lepasan (removable appliance), alat fungsional (functional appliance) dan alat

cekat (fixed appliance). Alat lepasan adalah alat yang dapat dipasang dan dilepas oleh pasien,

terletak stabil di dalam mulut dan nyaman dipakai. Alat ini dapat aktif jika digunakan untuk

menggerakkan gigi-gigi, atau pasif jika digunakan sebagai retainer. Salah satu faktor

keberhasilan perawatan dengan alat orthodontik lepasan adalah kepatuhan pasien untuk

memakai alat.2

Laporan kasus ini membahas tentang perawatan kasus gigi berjejal menggunakan alat

orthodontik lepasan yang terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama pencarian ruang menggunakan

plat aktif dengan sekrup ekspansi. Sekrup ekspansi yang digunakan adalah arah transversal

yang membagi plat aktif di bagian midline sehingga mampu melebarkan/mengekspansi

lengkung gigi yang mengalami kontraksi dengan melakukan gerakan tipping gigi-gigi

posterior ke bukal dan tidak membuka sutura mid-palatal.3 Tahap kedua koreksi malposisi

gigi individual menggunakan plat aktif dengan auxiliary spring. Auxiliary spring berupa z

spring yang mendekati dan menempel pada gigi yang akan digerakkan dari arah lingual

sehingga terjadi pergerakan gigi individual secara tipping ke arah labial.4 Tahap ketiga

penggunaan retainer untuk mencegah terjadinya relaps pada gigi yang telah dilakukan

perawatan.

LAPORAN KASUS
Pasien laki-laki berusia 27 tahun mengeluhkan gigi depan bawahnya berjejal sehingga

makanan sering terselip di area tersebut. Keluhan tersebut dirasakan sudah sejak lama saat

pasien mulai tumbuh dewasa dan memperhatikan penampilan. Pasien belum pernah
melakukan perawatan apapun pada giginya yang berjejal. Ibu dan kakak pasien juga memiliki

susunan gigi yang berjejal, namun ayah pasien memiliki susunan gigi geligi yang rapi.

Pemeriksaan objektif ekstraoral menunjukkan pasien memiliki bentuk kepala

brakisefali, bentuk muka hiperleptoprosop, bibir posisi istirahat tertutup, free way space 1,4

mm, serta posisi rahang atas dan rahang bawah terhadap bidang orbital normal. Pemeriksaan

intraoral menunjukkan skor OHI dalam kategori baik. Analisis profil muka pasien adalah

cembung dengan titik perpotongan berada di depan garis referensi (Gambar 2).

(A) (B) (C)


Gambar 1. Foto klinis sebelum perawatan (A) tampak fasial (B) rahang atas (C) rahang bawah

(A) (B)
Gambar 2. Analisis foto profil muka (A) tampak depan(simetris). (B) tampak samping (cembung).

Analisis model studi menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang atas dan bawah pasien

adalah Parabola. Overjet 3.1 mm dan overbite 3.2 mm. Relasi molar 1 kanan dan kiri cusp

mesio bukal molar pertama atas terletak pada bukalgroove molar pertama bawah, perhitungan
menggunakan Metode Pont menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke

arah lateral pada regio premolar kurang dari normal, yaitu mengalami kontraksi derajat ringan

sebesar -0,7 mm, sedangkan pada regio molar kurang dari normal, yaitu mengalami kontraksi

derajat ringan sebesar 1,36 mm. Metode Korkhaus menunjukkan pertumbuhan dan

perkembangan lengkung gigi ke arah anteroposterior mengalami retraksi sebesar -2,7 mm.

Hasil pengukuran indeks P menggunakan Metode Howes sebesar 33.59% artinya bahwa

lengkung gigi kurang untuk menampung gigi geligi, sedangkan hasil pengukuran indeks FC

sebesar 51.23% artinya lengkung basal dapat menampung gigi geligi. Berdasarkan indeks

fossa canina menunjukkan lebih besar dari indeks premolar 51.23% > 33.59% sehingga

inklinasi gigi-gigi posterior di regio premolar konvergen. Hasil determinasi lengkung

menunjukkan rahang atas mengalami kekurangan ruang sebesar -0.76 mm dan rahang bawah

mengalami kekurangan ruang sebesar -1,2 mm.

Diagnosis berdasarkan pemeriksaan subjektif, pemeriksaan objektif dan analisis model

studi adalah Maloklusi angel Klas I Angle tipe dental disertai malposisi gigi individual dengan

etiologi crowded gigi anterior rahang atas dan bawah dikarenakan faktor keturunan dari orang

tua pasien yang juga memiliki susunan gigi berjejal (Gambar 3).

(A) (B) (C)

(D) (E)
Gambar 3. Foto model studi sebelum perawatan (A) tampak fasial (B) sisi kanan (C) sisi kiri (D) tampak oklusal
RA (E) tampak oklusal RB
RENCANA PERAWATAN

pada kasus tersebut adalah dengan menggunakan alat ortodonsi lepasan dengan plat

menggunakan plat ekspan lateral dan auxiliary spring tambahan untuk koreksi malposisi gigi

individual.

TAHAP PERAWATAN

Tahap awal perawatan dilakukan pencarian ruang menggunakan plat ekspansi rahang

atas dan bawah dengan kombinasi grinding (Gambar 4,5). Rahang atas menggunakan alat

ortodonsi lepasan yang dilengkapi dengan baseplate; komponen aktif berupa sekrup ekspansi

arah transversal diputar sebanyak 5x untuk mendapatkan ruang sebesar 0,5 mm,; komponen

retentif berupa labial arch (aktif) tipe medium dengan posisi U loop pada gigi 14 dan 44, adam

klamer yang diletakkan pada gigi 16 dan 26; serta komponen penjangkar berupa verkeilung.

Rahang bawah menggunakan alat ortodonsi lepasan yang dilengkapi dengan baseplate;

komponen aktif berupa sekrup ekspansi arah transversal yang diputar sebanyak 5x untuk

mendapatkan ruang sebesar 0.5 mm, , serta gigi anterior dilakukan grinding sebesar 0.7 mm;

komponen retentif berupa labial arch (pasif) tipe medium dengan posisi U loop pada gigi 34

dan 44, adam klamer diletakkan pada gigi 36 dan 46; serta komponen penjangkar berupa

verkeilung.

(A) (B)
Gambar 4. Desain alat tahap I plat aktif dengan sekrup ekspansi (A) rahang atas (B) rahang bawah

Tahap perawatan selanjutnya dilakukan penggantian alat untuk koreksi malposisi gigi

individual (Gambar 6). Rahang atas menggunakan alat ortodonsi lepasan berupa plat aktif
yang dilengkapi dengan komponen cekat. Plat aktif terdiri dari dari baseplate; komponen aktif

berupa labial arch tipe short dengan posisi U loop pada gigi 13 dan 23 dibuat lekukan bayonet

di bagian mesial gigi 21; komponen retentif berupa adam klamer pada gigi 16 dan 26; serta

komponen penjangkar berupa verkeilung.

Pada rahang bawah, digunakan alat ortodonsi lepasan berupa plat aktif yang

dilengkapi dengan auxiliary spring. Plat aktif terdiri dari baseplate; komponen aktif berupa z

spring pada gigi 31, 32, untuk koreksi mesiolinguotorsiversi, labial arch tipe

short dengan posisi U loop pada gigi 33 dan 43; komponen retentif berupa adam klamer pada

gigi 36 dan 46; serta komponen penjangkar berupa verkeilung.

(A) (B)
Gambar 6. Desain alat tahap II (A) RA plat aktif dengan komponen cekat (B) RB plat aktif dengan auxiliary
spring
Pemasangan Hawley retainer dilakukan setelah semua gigi terkoreksi. Hawley retainer
terdiri dari plat dasar akrilik dengan verkeilung, labial arch, dan adam klamer untuk
mempertahankan gigi pada posisinya (Gambar 7). Retainer dipakai pada waktu siang dan
malam hari dalam keadaan pasif selama ± 3-6 bulan dan dilakukan kontrol setiap bulan.

(A) (B)
Gambar 7. Desain retainer (A) rahang atas (B) rahang bawah

HASIL PERAWATAN
Perawatan gigi geligi pasien menggunakan alat ortodontik lepasan pada kasus ini

membutuhkan 14 kali kunjungan. Malposisi gigi individual, yaitu 14 distopalatotorsiversi; 24

mesioaksiversi dan distopalatotorsiversi; 31 mesiolinguotorsiversi; 32 mesiolinguotorsiversi;


dan 42 mesiolinguotorsiversi telah terkoreksi dengan perubahan overjet dari 4,4 mm menjadi 3

mm (Gambar 8,9).

(A) (B) (C)


Gambar 8. Foto klinis setelah perawatan (A) tampak fasial (B) rahang atas (C) rahang bawah

(A) (B) (C)

(D) (E)
Gambar 9. Foto model studi setelah perawatan (A) tampak fasial (B) sisi kanan (C) sisi kiri (D) tampak oklusal
RA (E) tampak oklusal RB
PEMBAHASAN

Peranti lepasan digunakan untuk perawatan maloklusi yang ringan. Terdapat beberapa

hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil perawatan yang maksimal, yaitu

pemilihan kasus, perencanaan perawatan, desain peranti dan penatalaksanaan perawatan.

Peranti lepasan terdiri atas plat dasar, komponen aktif, komponen retentif, dan komponen

penjangkar. Kasus yang sesuai untuk perawatan dengan peranti lepasan adalah kasus-kasus

yang memerlukan pergerakan tipping.5

Gigi yang berjejal merupakan kelainan dental yang paling sering ditemui. Hal tersebut

disebabkan ketidaksesuaian ukuran gigi dan lengkung geligi. Gigi yang berjejal digolongkan
dalam tiga kategori, yaitu berjejal ringan bila untuk koreksi dibutuhkan kurang dari 4 mm,

sedang antara 4 sampai 8 mm, dan berjejal parah apabila dibutuhkan ruangan lebih besar dari 8

mm. Penyediaan ruangan untuk koreksi gigi yang berjejal dapat diperoleh dari enamel

grinding, ekspansi lengkung gigi, distalisasi molar, proklinasi insisivi dan ekstraksi gigi.6

Kasus pada pasien ini menunjukkan gigi berjejal dengan kategori ringan yang membutuhkan

ruangan kurang dari 4 mm, yaitu 1.2 mm dan dilakukan ekspansi lengkung gigi dengan

kombinasi enamel grinding untuk koreksi malposisi gigi.

Ekspansi ke arah transversal di regio anterior dilakukan untuk mendapatkan ruang agar

gigi-gigi anterior yang berjejal dapat dikoreksi. Aktivasi sekrup dilakukan dengan pemutaran

kunci yang tersedia sesuai dengan arah perputaran berupa tanda panah. Sekrup diputar

seperempat putaran seminggu sekali atau dua kali tergantung dari progress perawatan.7 Plat

ekspansi transversal digunakan pada rahang atas dan rahang bawah sebelum penggunaan plat

aktif dengan auxiliary spring. Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah pencarian

ruang dengan plat ekspansi arah transversal pada rahang atas dan bawah masing-masing

sebesar 0.76 mm dan 1,2 mm.

Plat aktif untuk ekspansi lengkung berguna ketika dibutuhkan beberapa milimeter

ruang (1,5-2 mm per sisi). Sekrup ekspansi arah transversal membagi plat aktif di bagian

midline sehingga mampu melebarkan/mengekspansi lengkung gigi yang mengalami kontraksi

dengan melakukan gerakan tipping ke bukal dan tidak membuka sutura mid-palatal, sehingga

alat tersebut tidak diindikasikan untuk kasus crossbite skeletal atau ekspansi gigi lebih dari 2

per sisi.8 Elemen aktif pada plat ekspansi adalah penempatan jackscrew yang menahan bagian-

bagian plat. Sekrup ekspansi memberikan kekuatan intermittent yang besar yang akan

berkurang setelah gigi bergerak, yaitu sekitar 0,25 mm setiap seperempat putaran. Plat
ekspansi harus diaktifkan pada saat pasien memakai alat tersebut di rongga mulut.3 Grinding

enamel dapat dilakukan pada sisi mesial/distal. Grinding enamel dilakukan

dengan mengunakan metal abrasive strip. Separator dapat dipasang untuk memudahkan

pengurangan enamel di daerah posterior. Banyaknya enamel yang dibuang tanpa

membahayakan gigi tersebut adalah 0,25 mm tiap sisi gigi. Perawatan dengan grinding enamel

harus tetap mempertahankan bentuk gigi dan kontak dengan gigi yang berdekatan.9

Kekurangan ruang pada rahang bawah pasien dicari dengan enamel grinding kurang lebih

sebesar 0.26 mm untuk rahang atas dan 0.7 mm untuk rahang bawah setelah dilakukan

ekspansi pada lengkung rahang atas dan bawah.

Komponen aktif peranti lepasan juga terdiri atas bermacam pegas, busur labial, dan

elastik. Pegas digunakan untuk koreksi malposisi gigi individual. Arah pergerakan gigi

ditentukan oleh titik kontak pegas dengan gigi. Gigi akan bergerak pada garis yang tegak lurus

titik kontak pegas dan gigi. Penempatan pegas yang salah menyebabkan gigi bergerak

ke arah yang salah.10 Koreksi gigi 31dan 32 pada pasien ini menggunakan z spring ukuran 0,6

mm yang diletakkan pada bagian palatal untuk menggerakkan gigi ke arah labial.

Busur labial yang digunakan pada kasus pasien ini adalah busur labial dengan Lup U

yang dalam keadaan aktif pada rahang atas untuk menarik gigi 21 kearah palatal dan dapat

digunakan untuk menambah daya retensi alat dan..11 Pada kontrol ke-14, dilakukan koreksi

pada gigi 21 dimana sisi mesial terputar ke labial. Komponen busur labial dibuat lekukan

bayonet di titik yang dikehendaki untuk memberikan tekanan pada pergerakan sebuah gigi ke

arah palatal. Lempeng akrilik pada labial gigi 21 dikurangi.

Sebuah peranti lepasan harus retentif agar komponen aktifnya dapat bekerja dengan

efisien dan untuk kenyamanan pasien. Selain busur labial yang dalam keadaan pasif,

perawatan dengan peranti lepasan pada pasien ini dilengkapi dengan klamer adams untuk
retensi. Klamer adams dapat dipasang pada gigi manapun, tetapi biasanya digunakan pada

molar pertama permanen, premolar pertama, atau gigi-gigi molar pertama desidui. Kepala

yang berbentuk busur memegang undercut mesiobukal dan distobukal.12

Retensi merupakan suatu fase dalam perawatan ortodontik untuk mempertahankan

letak gigi yang telah selesai dikoreksi secara ortodontik sambil menunggu ligamen periodontal

dan tulang alveolar menyesuaikan dengan letak gigi yang baru. Retainer digunakan untuk

mencegah relaps, yaitu kecenderungan gigi untuk kembali ke posisi sebelum dilakukan

perawatan.13 Kasus pada pasien ini direncanakan menggunakan Hawley Retainer yang terdiri

atas cangkolan adams dan busur labial dengan lup U pada gigi depan. Lempeng akrilik

mengenai sisi palatal dan lingual semua gigi. Retainer lepasan ini membutuhkan kepatuhan

pasien untuk memakai peranti retensinya selama 3 bulan siang malam dan dilanjutkan dengan

3 bulan malam hari saja.4

KESIMPULAN

Kemajuan perawatan tergantung pada penatalaksanaan perawatan dan kerja sama

pasien. Koreksi malposisi gigi individual yang sekaligus memperbaiki overjet pada kasus ini

membutuhkan waktu kurang lebih 1 tahun hingga didapatkan oklusi serta estetika yang lebih

baik. Setelah kontrol ke-14, pasien diedukasi untuk tetap memakai alatnya selama satu bulan

guna stabilisasi untuk pemasangan retainer.

DAFTAR PUSTAKA
1. Rahardjo, P., 2009. Ortodonti Dasar. Surabaya: Airlangga University Press.
2. Gill, D.S., 2015. Ortodonsia at a Glance. Jakarta: EGC.
3. Bell, R.A., Sonis, A., 2014. Space supervision and guidance of eruption in management of
lower transitional crowding: A non-extraction approach. Seminars in Orthodontic,
Vol.20, No.1 (March), pp 16-35.
4. Sidiq, M., Asif, Y., Manohar, B., Rajesh, S., Neha, B., Shravani, G., 2015. Correction of a
severely rotated maxillary incisor by elastics in mixed dentition complicated by a
mesiodens case report. International Journal of Clinical Pediatric Dentistry IJCPD., 8(3):
234-238.
5. Rahardjo, P., 2009. Peranti Ortodonti Lepasan. Surabaya: Airlangga University Press.
6. Poosti M., Jalali T., 2007. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus crowded
class I maloclussion. The Journal of Contemporary Dental Practice., (8)3: 045-052.
7. Anbuselvan G.J., Karthi M., 2010. Judicial Use Of Expansion Screws In Removable
Appliance For Anterior Crossbite Correction Case Report. JIADS., 1.
8. Gill, D., Naini, F., McNally, M., Jones, A., 2004. The management of transverse
maxillary deficiency. Orthodontics Dent Update; 31: 516-523.
9. Pinheiro M.L., 2002. Interproximal enamel reduction. World J Orthod., 3: 223–32.
10. Mathur A.K., Gupta V., Sarmah A., Pai V.S., Chandrashekar G., 2011. Apical force
distribution due to orthodontic forces: a finite element study. The journal of contemporary
dental practice., 12:104-8.
11. Zafarmand A.H., Zafarmand M.M., 2013. Removable orthodontic appliances: New
perspectives on capabilities and efficiency. Europ J of Paediat Dent., 14: 160-165.
12. Proffit W.J., Fields H.W., Sarver D.M., 2013. Contemporary Orthodontic Appliances -
Chapter 10, in: Contemporary Orthodontics. Elsevier 5: 347-395.
13. Mavreas D, Athanasiou A.E., 2008. Factors affecting the duration of orthodontic
treatment: a systematic review. European journal of Orthodontics. Inggris.

Anda mungkin juga menyukai