Ok
Ok
Disusun oleh :
Kelompok
1. Anike pratiwi setiyadi ( 30318009 )
2. David hermawan ( 30318019 )
3. Elva restu maulyana ( 30318036 )
4. Evi rohmani ningsih ( 30318038)
FAKULTAS FARMASI
KEDIRI
2018/2019
Kata pengantar
Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa atas segala rahmat-nya sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah teknologi sediaan semisolida dan liquida ini dengan tepat
waktu.
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan juga sebagai laporan.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlihat
dalam proses pembuatan makalah teknologi sediaan semisolida & liquida.
Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun dapat bermanfaat sebagai salah
satu rujukan bagi para pembaca,menambah wawasan serta pengalaman. Sehingga nantinya
kami dapat memperbaiki bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.
penyusun
Daftar isi
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Industri farmasi merupakan salah satu elemen yang berperan penting dalam
mewujudkan kesehatan nasional melalui aktivitasnya dalam bidang manufcturing obat.
Tingginya kebutuhan akan obat dalam dunia kesehatan dan vitalnya aktivitas obat
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh manusia melahirkan sebuah tuntutan terhadap
industri farmasi agar mampu memproduksi obat yang berkualitas. Oleh karena itu, semua
industri farmasi harus benar-benar berupaya agar dapat menghasilkan produk obat yang
memenuhi standard kualitas yang dipersyaratkan.
Dalam era globlalisasi sekarang ini, industri farmasi dituntut untuk dapat bersaing
dengan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri agar dapat memperebutkan
pangsa pasar dan memenuhi kebutuhan obat bagi masyarakat. Salah satu caranya adalah
dengan meningkatkan pemenuhan kebutuhan obat yang bermutu bagi masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, diperlukan pedoman bagi industri farmasi untuk dapat
menghasilkan produk yang bermutu yaitu dengan cpob (cara pembuatan obat yang baik).
Pada tahun 2006, pemerintah telah memperbarui cpob ini, yang kemudian lebih dikenal
dengan cpob terkini atau cgmp (current gmp).
produksi obat di apotik jauh lebih mudah bandingakan dengan produksi industri,
tidak perlu mengadakan kajian preformulasi secara khusus tetapi cukup dengan
menerapkan dan memahi dasar – dasar preformulasi, sehingga di dapatkan sebuah produk
obat yang sesuai. Preduksi obat di apotik dapat meliputi peracikan obat atas permintaan
tertulis dokter dalam sebuah resep atau melakukan pengemasan ulang sediaan obat dalam
skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar yang tersedia.
sedian farmasi yang beraneka ragam jenisnya tentulah harus dipertibangkan dan
diperhatikan dalam mendesainnya sehingga di dapat suatu sediaan yang stabil, efektif dan
aman. Tahapan yang tidak kalah pentingnya dari proses sediaan farmasi adalah
preformulasi sediaan farmasi.
pengkajian preformulasi ini berpusat pada sifat – sifat fisika kimia zat aktif serta
bahan tambahan obat yang dapat mempengaruhi penampilan obat dan perkembangan
suatu bentuk sediaan farmasi.
Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya sebelum dan formulasi yang
artinya perumusan atau penyimpanan. Dibidang farmasi preformulasi dapat diartikan
sebagai langkah awal yang akan dilakukan ketika membuat formula suatu
obat. Preformulasi adalah tahap awal dalam rangkaian proses pembuatan sediaan farmasi
yang berpusat pada sifat-sifat fisika kimia zat aktif dimana dapat mempengaruhi
penampilan obat dan perkembangan suatu bentuk sediaan farmasi. Preformulasi meliputi
pengkajian tentang karakteristik atau sifat-sifat dari bahan obat dan bahan tambahan obat
yang akan diformulasi.
Tahap Preformulasi
• Survey terhadap produk sejenis
• Study pustaka tentang sifat fis-kim z a, sediaan, formula, serta metode produksi
• Informasi supplier bahan baku
• Info sifat fisika-kimia bahan baku dari supplier (bandingkan)
Output: rancangan formula meliputi : z.a, z.tambahan,
Dalam pengenceran eliksir untuk obat dengan elixir bukan obat, harus diperhatikan bahwa
kadar etanol sama, juga bau dan rasanya tidak saling bertentangan dan semua zat yang
terkandung dapat saling tercampur baik secara fisika maupun kimia. Contoh : compound
benzaldehyde elixir, iso-alcoholic elixir, dan aromatic elixir
II Uraian Bahan
1. Phenobarbital
a. Sinonim : Fenobarbital, Luminal (FI III, 481)
b. Farmakologi : Mencegah timbulnya mutual listrik abnormal didalam pangkal dalam SSP
(OOP V, 394)
c. Khasiat : Hipnotikum, sedativum (FI III, 481)
d. Pemerian : Hablur atau serbuk hablur, putih berbau, rasa pahit. (FI III, 481)
e. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam etanol (95%) P, dalam etr P, dalam
larutan alkali hidroksida dan dalam larutan alkali karbon. (FI III, 481)
f. Dosis : DL 1x : 15 mg – 20 mg
1h : 45 mg – 80 mg (FI III, 964)
DM 1x : 300 mg
1h : 600 mg (FI III, 980)
g. Inkompatibilitas : -
2. Gliserin
a. Sinonim : Glycerolum, Gliserol (FI III, 271)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pemanis (FI III, 271)
d. Pemerian : Cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat, higroskopik. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah memadat membentuk massa
hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20o. (FI III, 271)
e. Kelarutan : Dapat campur dengan air dan dengan etanol (95%) P, prtaktis tidak larut
dalam kloroform P dan dalam minyak lemak. (FI III, 271)
f. Konsentrasi : 5% (Scoville’s, 504)
g. Inkompatibilitas : -
3. Etanol
a. Sinonim : Aethanolum, Alkohol (FI III, 65)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI III, 65)
d. Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap dan mudah bergerak, bau
khas rasa panas. Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru yang tidak berasap. (FI III, 65)
e. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam klorofm P dan dalam eter P. (FI III, 65)
f. Konsentrasi : -
g. Inkompatibilitas : -
4. FD & C Yellow
a. Sinonim : Tartrazin (Handbook of Pharmaceutical Excipients, 175)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pewarna
d. Pemerian : -
e. Kelarutan : -
f. Dosis : -
g. Inkompatibilitas : -
5. Oleum Citri
a. Sinonim : Minyak Jeruk (FI III, 452)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pengaroma (FI III, 452)
d. Pemerian : Cairan kuning pucat atau kuning kehijauan, bau khas, rasa pedas dan agak
pahit. (FI III, 452)
e. Kelarutan : Larut dalam 12 bagian etanol (90%)P, larutan agak beropalesensi dengan
etanol mutlak P. (FI III, 452)
f. Konsentrasi : 0,2% - 0,3% (The Art Science and Technologi of Pharmaceutical
Coumpounding, 99)
g. Inkompatibilitas : -
6. Aqua
a. Sinonim : Air Suling (FI III, 96)
b. Farmakologi : -
c. Khasiat : Zat tambahan sebagai pelarut (FI III, 96)
d. Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa. (FI III,
96)
e. Kelarutan : -
f. Dosis : -
g. Inkompatibilitas : -
1x : x 0,32 g = 0,2 g = 20 mg
1h : 20 mg x 3 = 60 mg
IV Penimbangan Bahan
Pengenceran : x 25 ml = 4 ml
6. Aqua : 80 ml – (0,32 g + 10 ml + 4 ml + 1 ml +4 ml)
: 60,68 ml
: 61 ml
V Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan, kalibrasi botol 80 ml.
2. Dibuat larutan FD & C Yellow didalam erlenmeyer, dengan mengambil 50 mg FD & C Yellow
dan air 25 ml, kemudian diambil 4 ml dari larutan.
3. Dilarutkan Phenobarbital dengan etanol dalam Erlenmeyer sampai homogen, dimasukkan digelas
kimia.
4. Ditambahkan Gliserol dan FD & C Yellow kedalam gelas kimia, diaduk hingga homogeny,
dimasukkan dalam botol.
5. Ditambahkan Oleum Citri, dan air sampai tanda batas, tutup dan kocok. Beri etiket.
VI Penandaan
Etiket Putih
Formulasi Mixtura
Dicari tahu terlebih dahulu kandungan dari formula Mixtura Bromstorum dalam Formularium
Nasional atau Formularium Indonesia.
Karena dalam resep hanya diminta 100 ml Mixtura Bromstorum, maka dikonversi bahan menjadi
untuk 100 ml
Setelah diketahui bahan-bahan yang akan digunakan, maka dicek apakah terjadi inkompabilitas antar
bahan.
Terjadi inkompabilitas pada campuran (KBr + NaBr + NH3Br), menjadi basah. Sehingga untuk
melarutkan ketiga bahan tersebut, dapat dilakukan dengan memasukkan terlebih dahulu air suling ke
dalam erlemayer, kemudian baru ditambahkan ketiga bahan tersebut, dan digojog hingga larut.
PERHITUNGAN DOSIS
KBr
DL : 0,05-2/1,5-6 g
DM : 2/6 g
Konversi DM & DL :
Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g
NaBr
DL : 0,05-2/1,5-6 g
DM : 2/6 g
Konversi DM & DL :
DL : 42/68 kg x 0,05-2/1,5-6 g
: 0,0388-1,235/0,926-3,705 g
DM : 42/68 kg x 2/6 g
: 1,235/3,705 g
Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g
NH3Br
DL : 0,5/1,5 g
DM : 1/3 g
Konversi DM & DL :
DL : 42/68 kg x 0,5/1,5 g
: 0,308/0,926 g
DM : 42/68 kg x 1/3 g
: 0,617/1,852 g
Karena dosis tidak memberikan efek, maka perlu ditingkatkan dosis sampai 3 g
Gardenal/Luminal/Phenobarbital
DL : 15-30/45-90 mg
DM : 300/600 mg
Konversi DM & DL :
DL : 42/68 kg x 15-30/45-90 mg
: 9,26-18,52/27,79-55,58 mg
DM : 42/68 kg x 300/600 mg
: 185,29/370,58 g
PERHITUNGAN BAHAN
Setelah didapatkan dosis yang paling sesuai dan dapat memberikan efek farmakologi, dihitung jumlah
bahan yang akan ditimbang.
KBr = 3 g
NaBr = 3 g
NH3Br = 3 g
Gardenal = 0,1 g
CARA KERJA
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air, dicampurkan,
lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang lainnya.
Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem
dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
1. Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya london-van der waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap,
5. Viskositas tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Preformulasi dapat dideskripsikan sebagai tahap perkembangan yang mana ahli
farmasi mengkatagorikan sifat fisika kimia dari bahan obat dalam pertanyaan yang
manadianggap penting dalam formulasi yang stabil, efektif dan bentuk yang aman.
Beberapa parameter seperti ukuran kristal dan bentuk, sifat ph, solubility, sifat ph
stabilitas, polymorphisin, efek pembagian, permaebilitas obat dan disolusi dievaluasi
selamaevaluasi tersebut mungkin saja terjadi. Interaksi dengan berbagai bahan – bahan
inert yang dimaksudkan untuk penggunaan dalam bentuk akhir, yang mana diketahui. Data
yang didapat dari evaluasi ini berhubungan dengan data yang didapat dari pendahuluan
farmakologi dan studi biokimia dan memberikan ahli farmasi informasi yang mengizinkan
pemilihan dari dosis yangoptimum mengandung bahan – bahan inert yang paling diminati
perkembanganya dalam perkembangan
3.2 Saran
Sebagai pemula di bangku perkuliahan, kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun. Karena saran dan kritik itu akan bermanfaat bagi kami untuk lebih
memperbaiki
Daftar pustaka
jelajahanakpharmacist.blogspot.com/2017/04/preformulasi.html
Dasarteorimixtura.blogspot.com
Ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2013/03/sirub-dan-eliksir.html
Rantysefrani21.blogspot.com/201/elixir.html
https://haifafzrpharmacist.wordpress.com/2015/06/07/formulasi-sediaan-semi-solid-
dan-liquid-cream-mometasone-furoate/
https://frdoom.wordpress.com/2016/11/19/resep-mixtura-bromstorum-sf/
https://ibnuhayyan.wordpress.com/2008/09/10/emulsi/
Tipsnahu.blogspot.com/2015/01/fenomena-ketidakstabilan-emulsi.html
http://maulidafarmasi.blogspot.com/2011/05/pembuatan-elixir_2201.html