Pencemaran Limbah Medis Di Cirebon
Pencemaran Limbah Medis Di Cirebon
Pencemaran Limbah Medis Di Cirebon
Disusun oleh :
Bella Dewinta Saraswati 3311171012
Nur Fatmala Dewi 3311171038
Tiara Damara K. 3311171043
Farmasi A 2017
Kelompok
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS FARMASI
CIMAHI
BAB I
PENDAHULUAN
Manfaat dari penulisan ini adalah agar pemerintah bisa mengelola limbah medis
secara tepat sehingga tidak menimbulkan momok yang menakutkan bagi masyarakat
sekitar berupa penyakit yang berbahaya dan memanfaatkan lingkungan sekitar dengan
baik dan tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usai mengunjungi TPS, tim KLHK dari Ditjen Penegakan Hukum dan Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) menggelar inspeksi mendadak ke enam gudang
milik pengusaha rongsok yang mengelola limbah alat medis. Saat menyambangi gudang
pertama yang berada di Desa Panguragan Wetan, Kecamatan Penguragan, Kabupaten
Cirebon, Kamis (14/12/2017), KLHK dan aparat gabungan sempat adu mulut dengan penjaga
gudang. Meski begitu, aparat tetap diizinkan untuk ke dalam gudang. Para wartawan dilarang
masuk.
Setelah di gudang pertama, KLHK dan aparat bergeser ke gudang lainnya yang
lokasinya tak jauh dari gudang pertama. Jumlahnya ada tiga gudang. Setelah itu, tim KLHK
langsung menyisir ke gudang yang ke lima, lokasinya berada di Desa Panguragan. Di gudang
tersebut KLHK dan aparat sempat mendobrak pintu gudang lantaran penjaga dan pekerjanya
tak merespons. Lagi, adu mulut terjadi. Situasi sempat memanas, para pekerja gudang
menolak adanya penyegelan. Pekerja tak ingin kehilangan mata pencahariannya.
Dirjen Penegakan Hukum (Gakum) KLHK Rasio Ridho Sani menemukan bukti baru.
Pengolahan limbah medis di gudang rongsok tersebut ternyata tak memenuhi prosedur.
Bahkan, pekerja gudang tak bisa menunjukkan izin pengolahan limbah medis. "Kita akan
kembangkan dalam rangka penyidikan. Kami akan dalami pembuangan limbah medis ilegal
ini. Petugas di dalam gudang itu tidak kooperatif," ucapnya usai mengunjungi gudang
rongsok pengolahan limbah medis. Dalam waktu dekat KLHK akan memanggil para pekerja
pengelola pengolahan limbah medis yang diduga ilegal tersebut. "
Alat yang digunakan memang tak sesuai prosedur. Pekerja juga tak menjawab saat
ditanya pendistribusian hasil pengelolaan limbah ini," ujar pria yang akrab disapa Roy ini.
Roy menjelaskan aneka limbah medis yang ditampung di enam gudang itu berbahaya. Saat
ini pihaknya belum bisa menyegel gudang tersebut lantaran masih perlu investigasi lanjutan.
"Banyak sekali limbahnya, ada kantong infus dan alat medis yang sudah dicuci. Ada juga
yang sudah dimasukkan ke karung. Kami masih mengumpulkan bukti-bukti untuk kami
kembangkan," tutur Roy. Nasikin salah seorang pekerja di tempat pengolahan limbah medis
itu mengaku tak tahu awal bisnis tersebut. Ia hanya mengaku sudah satu tahun bekerja di
tempat tersebut. "Banyak yang bekerja di sini. Kurang tahu prosesnya dan gudang ini kapan
berdirinya, saya hanya kerja," katanya kepada awak media. Ia tak tahu kalau limbah medis
tersebut berbahaya bagi kesehatan lingkungan dan manusia. "Ya tak tahu kalau berbahaya,
yang penting saya cari makan soalnya ini urusan perut," ujar Nasikin.
Sumber:https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3770286/klhk-pengolahan-limbah-medis-
di-cirebon-tak-sesuai-prosedur
BAB III
Limbah adalah sesuatu yang tidak dipakai, tidak digunakan, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya. Sedangkan menurut Wikipedia Indonesia, limbah adalah hasil
buangan yang dihasilkan dari suatu proses baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Definisi dari Environmental Protection Agancy mengenai limbah medis
padat adalah limbah padat yang mampu menimbulkan penyakit. Limbah kimia,
limbah beracun, limbah infeksius, dan limbah medis merupakan bagian dari limbah
padat yang dapat mengancam kesehatan manusia maupun lingkungan.
a. Limbah benda tajam: jarum suntik, perlengkapan intravena, pipet Pasteur, botol
bekas obat dan lain-lain.
b. Limbah patologi: limbah jaringan tubuh yang terbuang dari proses bedah atau
autopsi.
c. Limbah sitotoksik: bahan yang terkontaminasi selama peracikan, pengangkutan,
atau tindakan terapi sitotoksik.
d. Limbah farmasi: limbah yg berasal dari obat obatan yang kadaluarsa, obat-obat
yang terbuang karena tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang pasien atau oleh masyarakat, obat-obatan
yang tidak diperlukan oleh institusi bersangkutan, dan limbah yang dihasilkan
selama produksi obat-obatan.
e. Limbah radioaktif: dapat berfase padat, cair atau gas yang terkontaminasi dengan
radionuklisida.
a. Limbah benda tajam: dikemas dalam kemasan yang dapat melindungi petugas dari
bahaya tertusuk, sebelum dibakar dalam incinerator.
b. Limbah patologis: pengolahan yang dilakukan adalah dengan sterilisasi, insinerasi
dilanjutkan dengan landfilling.
c. Limbah sitotoksik: harus dipisahkan, dikemas, dan diberi tanda serta dibakar pada
incinerator.
d. Limbah farmasi: obat-obatan yang tidak digunakan dikembalikan pada apotik atau
pemasok, sedangkan yang tidak dipakai lagi ditangani secara khusus misalnya
diinsinerasi atau di landfilling.
e. Limbah radioaktif: imbah radioaktif dari rumah sakit dapat dikatakan tidak
mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani secara baik. Umumnya
radioaktif disimpan untuk menunggu waktu paruhnya telah habis, untuk kemudian
disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif biasa.
a. Pencemaran Air
Air yang tercemar menjadi tidak bermanfaat untuk keperluan rumah tangga
(misalnya air minum, memasak, mencuci), industri, pertanian (misalnya: air yang
terlalu asam/basaakan mematikan tanaman/hewan). Air yang telah tercemar oleh
senyawa organik maupun anorganik menjadi media berkembangnya berbagai
penyakit dan penularan langsung melalui air (misalnya Hepatitis A, Cholera,
Thypus Abdominalis, Dysentri, Ascariasis/Cacingan, dan sebagainya). Selain itu,
air tercemar dapat menjadi penyebab penyakit tidak menular, yang muncul
terutama karena air lingkungan telah tercemar oleh senyawa anorganik terutama
unsur logam (misalnya keracunan air raksa/merkuri).
b. Pencemaran Daratan
Pencemaran daratan pada umumnya berasal dari limbah padat yang dibuang atau
dikumpulkan di suatu tempat penampungan. Dampak pencemaran daratan dapat
secara langsung dan tidak langsung bagi kesehatan lingkungan sekitar. Dampak
pencemaran daratan yang secara langsung dirasakan adalah timbulnya bau busuk
karena degradasi limbah organik oleh mikroorganisme dan timbunan limbah padat
dalam jumlah besar yang akan menimbulkan kesan kumuh dan kotor, yang secara
psikis akan mempengaruhi penduduk di sekitarnya. Dampak tak langsung,
contohnya adalah tempat pembuangan limbah padat baik Tempat Pembuangan
Sementara (TPS) maupun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) akan menjadi pusat
perkembangbiakan tikus dan serangga yang merugikan manusia seperti lalat dan
nyamuk. Penyakit-penyakit yang ditimbulkan dengan perantaraan tikus, lalat dan
nyamuk di antaranya adalah pest, kaki gajah, malaria, demam berdarah dan
sebagainya.
c. Pencemaran Udara
Prosedur yang dilakukan pengusaha rongsok ini jauh dari kata layak
dikarenakan menurut penelitian yang dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, oknum tersebut tidak menggunakan alat yang sesuai dengan prosedur
dan tidak menjelaskan bagaimana pendistribusian hasil pengelolaan limbah ini. Selain
itu, ada ketidakseimbangan antara jumlah sampah yang makin banyak dengan
inseneratornya dimana untuk memproses itu dibutuhkan izin sedangkan oknum ini
tidak memiliki izin yang jelas.
3.g Dampak yang terjadi pada masyarakat sekitar tempat pembuangan sampah tersebut
Selain itu banyak warga yang menderita penyakit seperti diare akibat
organisme salmonella, Vibrio cholera, infeksi kulit, antraks, meningitis, AIDS,
demam berdarah, sampai hepatitis A, B, dan C.
Setiap limbah medis memiliki bahaya yang dapat menyerang pasien maupun
petugas medis itu sendiri. Sehingga petugas medis saat ini sudah dituntut untuk
memiliki pengetahuan yang cukup mengenai limbah medis, mulai dari jenisnya
hingga pengelolaannya. Namun pengetahuan secara teori saja tidaklah cukup. Para
petugas medis tersebut harus mampu mengaplikasikannya dalam pekerjaan supaya
tidak terjadi kesalahan atau infeksi dari limbah tersebut.
BAB IV
4.a Kesimpulan
Banyak terjadi kesalahan atau kelalaian dalam penanganan limbah medis saat
ini. Banyak rumah sakit yang tidak memiliki sarana dan standar penanganan limbah
medis yang sesuai syarat. Bahkan kelalaian tersebut banyak merugikan masyarakat
sekitar. Contohnya yang terjadi pada Desa Panguragan, Kabupaten Cirebon. Disana
terdapat TPS (tempat pembuangan sampah) yang masih disalahgunakan sebagai
sarana pembuangan limbah medis dan tidak melakukan penanganan limbah medis
sesuai prosedur.
4.b Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2017/12/18/warga-panguragan-tolak-pembuangan-
limbah-medis-416123
https://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/12/15/p0yotb354-begini-perjalanan-
limbah-medis-hingga-sampai-di-cirebon
https://www.liputan6.com/regional/read/3200075/pengakuan-pilu-mantan-pemulung-limbah-
medis-di-tps-cirebon
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3770286/klhk-pengolahan-limbah-medis-di-
cirebon-tak-sesuai-prosedur
https://regional.kompas.com/read/2017/12/15/07383931/soal-limbah-medis-di-cirebon-
kadinkes-jabar-sebut-ada-kelalaian-pihak-ketiga
http://www.anneahira.com/limbah-medis.htm
http://mariaroosmawarty.blogspot.com/2011/01/dampak-buruk-limbah-rumah-sakit-bagi.html
http://www.scribd.com/doc/37312202/limbah-b3
http://www.scribd.com/doc/49825062/limbah-medis