LP Keluarga TB 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN


TBC (Tuberculosis) PARU

NI NYOMAN SINTIANINGSIH
NIM. 15C11525

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI
DENPASAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KUNJUNGAN KE-1 SAMPAI DENGAN KUNJUNGAN KE-3
TANGGAL 19 DESEMBER 2018 SAMPAI DENGAN 21 DESEMBER 2018

A. LATAR BELAKANG
Kunjungan :1
Tanggal : 19 Desember 2018

Ny. R mengatakan menderita penyakit TBC sejak 6 bulan yang lalu


semenjak pindah ke Bali Bersama suami. Ny. R mengatakan 2 tahun yang lalu,
kakak kandungnya juga pernah mengalami penyakit TBC dan sudah sembuh.
Ny. R tidak bekerja sehingga keseharian Ny. R hanya diam di kost yang
berukuran 3 x 4 meter dan sesekali membuka pintu apabila Ny. R merasa
suntuk atau bosan. Ny. R mengatakan jarang membuka jendela kamar sehingga
sedikit adanya sirkulasi udara di kamar Ny. R. Ny. R mengatakan penyakit
TBC adalah penyakit menular yang mungkin ia dapatkan dari kakak
kandungnya. Ny. R mengatakan telah berobat ke Puskesmas Denpasar Utara 1
sejak 5 bulan yang lalu. Ny. R mengatakan saat ini ia hamil dengan usia
kandungan 3 bulan, namun dari 3 dokter yang telah dikunjungi oleh Ny. R, 2
dokter mendiagnosa Blighted Ovum (kehamilan kosong) dan 1 dokter
menyatakan hamil normal. Ny. R juga mengatakan ibu kandungnya meninggal
dunia akibat penyakit hipertensi yang mana sudah terjadi komplikasi. Ny. R
mengatakan kurang lebih 2 bulan yang lalu pernah mengalami hipertensi
dengan tensi 150/90 mmHg, namun Ny. R tidak merasakan pusing ataupun
kepala berat. Ny. R mengatakan tidak mengkonsumsi obat hipertensi karena
hipertensi hanya muncul beberapa kali, selain itu Ny. R suka makan makanan
yang asin yang mungkin menyebabkan Ny. R memiliki hipertensi. Mahasiswa
belum mengkaji mengenai koping keluarga, sehingga data yang perlu dikaji
yaitu bagaimana kemampuan keluarga untuk berespon terhadap stressor yang
sedang dialami. Masalah keperawatan yang akan diatasi pada kunjungan saat
ini adalah ketidakefektifan management kesehatan keluarga.
B. TINJAUAN TEORI
1. Konsep dasar keluarga
a. Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain
dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).
Menurut Duvall dalam (Harmoko, 2012) konsep keluarga
merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum: meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. Keluarga
merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil dalam masyarakat,
penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas kehidupan
keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu
dan masyarakat (Harmoko. 2012).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa definisi dari keluarga merupakan
sekumpulan orang yang terikat oleh ikatan perkawinan, darah serta
adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

b. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi
5 yaitu:
1) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat,
4) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010).

c. Tipe dan bentuk keluarga


Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut :
1) Nuclear Family
Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu, dan anak yang tinggal
dalam satu rumah di tetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja di luar
rumah.
2) Extended Family
Keluarga inti ditambahkan dengan sanak saudara, misalnya
nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, pama, bibi, dan
sebagainya.
3) Reconstitud Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentuan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
4) Middle Age/ Aging Couple
Suami sebagai pencari uang. Istri di rumah/ kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meningglakan rumah karena sekolah/
perkawinan/meniti karier.
5) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak,
keduanya/salah satu bekerja di rumah.
6) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya
dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/ di luar rumah.
7) Dual Carier
Suami istri atau keduanya berkarier dan tanpa anak.
8) Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak
tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.
9) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya
keinginan untuk menikah.
10) Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
11) Institutional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suaru panti-
panti.
12) Comunal
Satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
13) Group Marriage
Satu perumahan terdiri atas orangtua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap indivisu adalah menikah dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
14) Unmarried paret and child
Ibu dan aak dmana perkawinan tidak dikehendaki, anakya di
adopsi.
15) Cohibing Cauple
Dua orang/ satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.
(Harmoko, hal 23; 2012)

d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:
1) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai
dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta
dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada
satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak
sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif
(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak
valid.
a) Karakteristik pemberi pesan:
 Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
 Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
 Selalu menerima dan meminta timbal balik.
b) Karakteristik pendengar:
 Siap mendengarkan.
 Memberikan umpan balik.
 Melakukan validasi.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu
dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
efektif power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah. (Friedman, dalam Harmoko hal 19; 2012).

e. Tahap dan perkembangan keluarga


1) Tahap pertama pasangan baru atau keluarga baru (beginning
family)
Keluarga baru dimulai pada saat masing-masing individu, yaitu
suami dan istri membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan keluarga masing-masing, secara psikologi keluarga
tersebut membentuk keluarga baru. Suami istri yang membentuk
keluarga baru tersebut perlu mempersiapkan kehidupan yang baru
karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi
sehari-hari. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan
dengan keluarga orang tuanya dan mulai membina hubungan baru
dengan keluarga dan kelompok sosial pasangan masing-masing.
Masing-masing belajar hidup bersama serta beradaptasi dengan
kebiasaan sendiri dan pasangannya. Misalnya kebiasaan makan,
tidur, bangun pagi, bekerja dan sebagainya. Hal ini yang perlu
diputuskan adalah kapan waktu yang tepat untuk mempunyai anak
dan berapa jumlah anak yang diharapkan. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini antara lain:
a) Membina hubungan intim dan kepuasan bersama.
b) Menetapkan tujuan bersama.
c) Membina hubungan dengan keluarga lain; teman, dan
kelompok sosial.
d) Merencanakan anak (KB).
e) Menyesuaikan diri dengan kehamilan dan mempersiapkan
diri untuk menjadi orang tua.
2) Tahap kedua keluarga dengan kelahiran anak pertama (child
bearing family)
Keluarga yang menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan
sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama
berusia 30 bulan (2,5 tahun). Kehamilan dan kelahiran bayi perlu
disiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas
perkembangan yang penting. Kelahiran bayi pertama memberi
perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi.
Masalah yang sering terjadi dengan kelahiran bayi adalah pasangan
merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Suami merasa belum siap menjadi ayah atau sebaliknya.
Tugas perkembangan pada masa ini antara lain:
a) Persiapan menjadi orang tua.
b) Membagi peran dan tanggung jawab.
c) Menata ruang untuk anak atau mengembangkan suasana
rumah yang menyenangan.
d) Mempersiapkan biaya atau dana child bearing.
e) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
f) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
g) Mangadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
3) Tahap ketiga keluarga dengan anak pra sekolah (families with
preschool)
Tahap ini dimulai saat kelahirn anak berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan-kebutuhan dan minat dari anak prasekolah
dalam meningatkan pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada
tahap ini sangat sibuk dan anak sangat bergantung pada orang tua.
Kedua orang tua harus mengatur waktunya sedemikian rupa,
sehingga kebutuhan anak, suami/istri, dan ekerjaan (punya
waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga dalam merancang dan mengarahkan perkembangan
keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng
dengan cara menguatkan kerja sama antara suami istri. Orang tua
mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual
anak, khususnya kemandirian anak agar tugas perkembangan anak
pada fase ini tercapai. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini antara lain sebagai berikut:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti: kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi.
d) Mempertahakan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun
di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap
paling repot).
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang
anak.
4) Tahap keempat keluarga dengan anak usia sekolah (families with
children)
Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah
pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini
keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal, sehngga
keluarga sangat sibuk. Selain aktifitas di sekolah, masing-masing
anak memiliki aktifitas dan minat sendiri demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. Untuk itu,
keluarga perlu bekerja sama untuk mencapai tugas perkembangan.
Pada tahap ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan
anak, memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi, baik
aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah. Tugas perkembangan
keluarga pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Memberikan perhatian tentang kegiatan sosial anak,
pendidikan dan semangat belajar.
b) Tetap mempertahanan hubungan yang harmonis dalam
perkawinan.
c) Mendorong anak unuk mencapai pengembangan daya
intelektual.
d) Menyediakan aktifitas untuk anak.
e) Manyesuaikan pada aktifitas komunitas dengan
mengikutsertakan anak.
5) Tahap kelima keluarga dengan anak remaja (families with
teenagers)
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai pada usia 19-20 tahun, pada saat anak
meninggalkan rumah orang tuanya. Tujuannya keluarga melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang
lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain sebagai berikut:
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung
jawab mengingat remaja yang sudah bertambah dan
meningkat otonominya.
b) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
c) Mempertahakan komunikasi terbuka antara anak dan orang
tua, hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga.
6) Tahap keenam keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan
(lounching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah.
Lamanya tahap ini bergantung pada banyaknya anak dalam
keluarga atau jika anak yang belum berkeluarga dan tetap tinggal
bersama orang tua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepas anaknya untuk hidup sendiri. Keluarga empersiapkan
anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Saat semua anak
meninggalkan rumah, pasangan perlu menata ulang dan membina
hubungan suami istri seperti pada fase awal. Orang tua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak-anaknya sudah tidak tinggal serumah lagi. Guna mengatasi
keadaan ini orang tua perlu melakukan aktifitas kerja,
meningkatkan peran sebagai pasangan, dan tetap memelihara
hubungan dengan anak. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
ini adalah:
a) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Membantu orang tua suami atau istri yang sedang sakit
dan memasuki masa tua.
d) Mempersiapkan untuk hidup mandiri dan menerima
kepergian anak.
e) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada
keluarga.
f) Berperan sebagai suami istri, kakek, dan nenek.
g) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi
contoh bagi anak-anaknya.
7) Tahap ketujuh keluarga usia pertengahan (middle age families)
Tahapan ini dimulai saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal.
Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah, maka pasangan
berfokus untuk mempertahankan kesehatan dengan berbagai
aktifitas. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini atara lain
adalah:
a) Mempertahankan kesehatan.
b) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam arti
mengolah minat sosial dan waktu santai.
c) Memulihkan hubungan antara generasi muda dengan
generasi tua.
d) Keakraban dengan pasangan.
e) Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
f) Persiapan masa tua atau pensiun dengan meningkatkan
keakraban pasangan.
8) Tahap kedelapan keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga dimulai saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut salah satu pasangan meninggal. Proses
usia lanjut dan pensiun merupakan realitas yang tidak dapat
dihindari karena berbagai proses stresor dan kehilangan yang harus
dialami keluarga. Stresor tersebut adalah berkurangnya
pendapatan, kehilangan berbagai hubungan sosial, kehilangan
pekerjaan serta perasaan menurunnya produktifitas dan fungsi
kesehatan. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Usia lanjut
umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri daripada
tinggal bersama anaknnya. Tugas perkembangan tahap ini adalah:
a) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b) Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik, dan pendapatan.
c) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling
merawat.
d) Mempertahakan hubungan anak dan sosial masyarakat.
e) Melakukan life review.
f) Menerima kematian pasangan, kawan, dan
mempersiapkan kematian (harmoko, 2012).

f. Struktur peran keluarga


Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku yang
secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan dari
seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran
berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi
apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu
agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi
atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem
sosial.
g. Proses dan Strategi koping Keluarga
Menurut Friedman (2010) Proses dan strategi koping keluarga
berfungsi sebagi proses atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi
keluarga. Tanpa koping keluarga yang efektif, fungsi afektif,
sosialisasi, ekonomi, dan perawatan kesehatan tidak dapat dicapai
secara adekuat. Oleh karena itu, proses dan strategi koping keluarga
mengandung proses yang mendasari yang menungkinkan keluarga
mengukuhkan fungsi keluarga yang diperlukan.

h. Tugas keluarga di bidang kesehatan


Dikaitkan dengan kemampuan keluarga dalam melaksanakan 5 tugas
keluarga di bidang kesehatan yaitu:
1) Mengenal masalah kesehatan keluarga
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga

2. Konsep dasar masalah (TBC Paru)


a. Pengertian
Tuberculosis adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal pada manusia (Kurniasih, 2010). Tuberculosis
adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh micobakterium
tuberculosis. Suatu basil aerob tahan asam, yang ditularkan melalui
udara (Asih, 2004 dalam Choerudin, 2011).

b. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lipid. Lipid
inilah yang membuat kuman menjadi tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering/dingin. Atau dapat bertahan bertahun-tahun dalam
lemari es.
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman, dari sifat
dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis
aktif lagi. Sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa
kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, dalam hal ini tekanan apical paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui
inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran pencernaan). Faktor
predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi,
infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat,
adanya keadaan penyakit lain (DM).

c. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan
atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya,
sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana.
Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru.
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat
menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini
dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran
darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ
tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka
hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini digantikan oleh makrofag.

d. Manifestasi klinis
Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan
menimbulkan tanda dan gejala batuk berdarah disertai demam.
Manifestasi klinis yang umum terdapat keletihan, penurunan berat
badan, anoreksia (kehilangan nafsu makan), demam ringan yang
biasanya terjadi pada siang hari, berkeringat pada waktu malam dan
ansietas umum sering tampak, dyspnea, nyeri dada dan hemoptisis
juga temuan yang umum. Gejala demam biasanya menyerupai
demam, influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat ringannya infeksi kuman TBC yang
masuk.
Batuk terjadi karena adanya infeksi pada pada bronkus, sifat
batuk dimulai dari batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan
menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada dinding bronkus. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.

e. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Diagnosa TBC ditegakkan saat ditemukan tanda dan gejala yang
menunjukan bahwa seseorang itu TB atau tidak. Namun penegakan
diagnosa tetap didukung oleh pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
1) Pemeriksaan radiologi
Hal yang sangat berpengaruh pada pemeriksaan radiologi
adalah kualitas gambar yang dihasilkan. Kualitas gambar yang
semakin baik akan dapat mempermudah proses identifikasi
penyakit TB dan diagnosa pun akan semakin baik (Tiarisneini,
2008 dalam Hateyaningsih, 2009).
2) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk melakukan
identifikasi terhadap kuman Mycobacterium Tuberculosis
dalam dahak penderita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memeriksa dahak penderita yang datang sendiri untuk
memeriksakan keluhannya (batuk berdahak terus-menerus atau
pernah batuk berdarah). Pemeriksaan dahak dilakukan untuk
mendiagnosis TB dengan 3 spesimen dahak yaitu dahak
sewaktu, pagi dan sewaktu. Dahak sewaktu pertama diambil
saat pasien TB datang di hari pertama pelayanan kesehatan.
Penderita diberikan pot dahak kembali sebelum pulang untuk
menampung dahak pagi setelah bangun tidur. Hari kedua di
pelayanan kesehatan kembali diberikan pot dahak untuk
mengumpulkan dahak ketiga, inilah dahak sewaktu kedua. Jadi
pemeriksaan dahak untuk pasien TB adalah SPS (sewaktu, pagi,
sewaktu) (Depkes, 2004 dalam Hateyaningsih, 2009).

f. Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis baru
didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH
(isoniazid), RIF (rifampisin), dan PZA (pyrazinamide) selama 4 bulan
dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (total 6
bulan). Pil anti-tuberculosis baru three-in-one yang terdiri atas INH,
RIF, dan PZA telah dikembangkan. Hal ini memberikan dampak yang
cukup besar dalam peningkatan kepatuhan terhadap regimen
pengobatan.

C. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari),
lugas dan sederhana (Suprajitno, 2004).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi
oleh keluarga.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan
penyakit.
c) Pengobatan tradisional
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal TB Paru beserta pengelolaannya. Berpengaruh
pula terhadap polapikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena TB Paru.
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. Termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang
terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan TB Paru dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga
(Friedman, 1998).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan ventilasi yang baik dapat
mengurangi faktor penyebab terjadinya TB.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman, 1998) derajat kesehatan di pengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada TB
Paru.
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu teknik dimana usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup keterampilan secara verbal
maupun non-verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan
stress psikologis pada pasien.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga tau atau tidak ada konflik dalam
peran.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
menderita TB Paru akan menimbulkan stressor tersendiri
bagi penderita.
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita TB Paru dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi kesepian. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
9) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota
keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa
Menurut APD Salvari, (2013) Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola
interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan.
Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan
untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan
kesehatan. Diagnosis yang mungkin timbul dari penyakit TB adalah
sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c. Koping keluarga tidak efektif
d. Resiko ketegangan caregiver
e. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
f. Gangguan proses keluarga

3. Perencanaan
a. Prioritas diagnosa keperawatan

Tabel 1. Prioritas diagnosa keperawatan

No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah : 1
• Tidak/kurang sehat. 3
• Ancaman kesehatan. 2
• Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2
• Dengan mudah. 2
• Hanya sebagian. 1
• Tidak dapat. 0
3 Potensial masalah untuk dicegah: 1
• Tinggi. 3
• Cukup. 2
• Rendah. 1
4 Menonjolnya masalah: 1
• Masalah berat harus segera ditangani 2
• Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnose keperawatan:

 Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.


 Selanjutnya dibagi dengan angka yang tertinggi dan dikalikan
dengan bobot
 Jumlah skor untuk semua kriteria (skor tertinngi sama dengan
jumlah bobot, yaitu 5).

b. Rencana keperawatan
Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang
sering muncul. Langkah-langkah dalam rencana keperawatan
keluarga adalah:
1) Menentukan sasaran atau goal.
2) Menentukan tujuan atau objektif.
3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
4) Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi keperawatan,
yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif
ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem
SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau
laporan ringkasan.
D. WOC
DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro, dkk. (2003) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: FKUI

Aru, W Sudoyo. (2007). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: FKUI Dalam teks
Choerudin. (2011).

Asih, Skp. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC. Dalam teks Choerudin. (2011).

Doenges, Marilyn. (2000). Alih Bahasa : I Made Kariasa. Rencana Asuhan


Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC. Dalam teks Choerudin. (2011).

James, Chin. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. Jakarta :
EGC Dalam teks Choerudin. (2011).

Kementerian Kesehatan RI. (2017). Materi dasar Kebijakan Program


Penanggulangan Tuberkolosis.Jakarta. Direktorat Jendral. Dalam teks
KEMENKES RI: (2017).

Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan : konsep dan Edisi


Pertama. Jakarta:

Salemba Medika. Dalam teks Choerudin. (2011).

Soeparman Sarwono Waspadji. (1998). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Dalam teks Choerudin. (2011).

Somantri Irman. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. Dalam teks
Choerudin. (2011).

Sylvia A. Price dan Mary P. Standridge. (2005). Alih Bahasa : Brahm N. Pendit.
Patofisiologi. Jakarta : EGC. Dalam teks Choerudin. (2011).

Panduan asuhan keperawatan individu,keluarga ,kelompok,dan komunitas Dengan


modifikasi nanda,ICNP ,NOC,NIC,dipuskesmas dan masyarakat /
Penyusun,Ni Made Riasmini –(et al);editor,Junaiti
Sahar,Riyanto,Wiwin

Perpustakaan Nasional RI.Data Katalog dalam terbitan (KDT)

Wiarsih –jakarta ;Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press), 2017. Viii;170


hlm,;230 cm ISBN 978-979-456-669-51.Perawat dan perawatan

Anda mungkin juga menyukai