LP Keluarga TB 1
LP Keluarga TB 1
LP Keluarga TB 1
NI NYOMAN SINTIANINGSIH
NIM. 15C11525
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan :1
Tanggal : 19 Desember 2018
b. Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi
5 yaitu:
1) Fungsi Afektif
Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi
kebutuhan psikologis anggota keluarga.
2) Fungsi Sosialisasi
Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan
anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta
memberikan status pada anggota keluarga.
3) Fungsi Reproduksi
Untuk mempertahankan kontinuitas keluarga selama beberapa
generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat,
4) Fungsi ekonomi
Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi
efektifnya.
5) Fungsi perawatan kesehatan
Menyediakan kebutuhan fisik-makanan, pakaian, tempat tinggal,
perawatan kesehatan. (Marilyn M. Friedman, hal 86; 2010).
d. Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman di gambarkan sebagai berikut:
1) Struktur komunikasi
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila
dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai
dan hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin
mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta
dan menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,
memberikan umpan balik, dan valid.
Komunikasi dalam keluarga dikatakan tidak berfungsi
apabila tertutup, adanya isu atau berita negatif, tidak berfokus pada
satu hal, dan selalu mengulang isu dan pendapat sendiri.
Komunikasi keluarga bagi pengirim bersifat asumsi, ekspresi
perasaan tidak jelas, judgemental ekspresi, dan komunikasi tidak
sesuai. Penerima pesan gagal mendengar, diskualifikasi, ofensif
(bersifat negatif), terjadi miskomunikasi, dan kurang atau tidak
valid.
a) Karakteristik pemberi pesan:
Yakin dalam mengemukakan suatu pendapat.
Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas.
Selalu menerima dan meminta timbal balik.
b) Karakteristik pendengar:
Siap mendengarkan.
Memberikan umpan balik.
Melakukan validasi.
2) Struktur peran
Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa
bersifat formal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu
dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.
3) Struktur kekuatan
Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk
mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain.
Hak (legimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper
power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan
efektif power.
4) Struktur nilai dan norma
Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat
anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah
pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosial tertentu,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.
a) Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan anggota keluarga.
b) Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga.
c) Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari,
dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan
masalah. (Friedman, dalam Harmoko hal 19; 2012).
b. Etiologi
Tuberculosis paru disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberculosis. Sebagian besar kuman terdiri dari asam lipid. Lipid
inilah yang membuat kuman menjadi tahan terhadap asam dan lebih
tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman dapat tahan hidup
pada udara kering/dingin. Atau dapat bertahan bertahun-tahun dalam
lemari es.
Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dorman, dari sifat
dorman ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi tuberculosis
aktif lagi. Sifat lain kuman adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa
kuman ini lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan
oksigennya, dalam hal ini tekanan apical paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apical ini merupakan tempat
predileksi penyakit tuberculosis. Penularan penyakit ini melalui
inhalasi (droplet atau luka dikulit dan saluran pencernaan). Faktor
predisposisi penyakit tuberculosis antara lain usia, immunosupresi,
infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme dan penyalahgunaan obat,
adanya keadaan penyakit lain (DM).
c. Patofisiologi
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC
membuang ludah dan dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan
atau dibersinkan keluar. Dalam dahak dan ludah ada basil TBC-nya,
sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin kemana-mana.
Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru.
Pada permulaan penyebaran akan terjadi beberapa kemungkinan
yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat
menyebar melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini
dapat meloloskan kuman dari kelenjar getah bening dan menuju aliran
darah dalam jumlah kecil yang dapat menyebabkan lesi pada organ
tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai permukaan
alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3
basil. Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi
dibawah lobus atas paru-paru atau dibagian atas lobus bawah, maka
hal ini bisa membangkitkan reaksi peradangan. Berkembangnya
leukosit pada hari hari pertama ini digantikan oleh makrofag.
d. Manifestasi klinis
Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan
menimbulkan tanda dan gejala batuk berdarah disertai demam.
Manifestasi klinis yang umum terdapat keletihan, penurunan berat
badan, anoreksia (kehilangan nafsu makan), demam ringan yang
biasanya terjadi pada siang hari, berkeringat pada waktu malam dan
ansietas umum sering tampak, dyspnea, nyeri dada dan hemoptisis
juga temuan yang umum. Gejala demam biasanya menyerupai
demam, influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan
tubuh penderita dengan berat ringannya infeksi kuman TBC yang
masuk.
Batuk terjadi karena adanya infeksi pada pada bronkus, sifat
batuk dimulai dari batuk kering, kemudian setelah timbul peradangan
menjadi batuk produktif (menghasilkan sputum). Pada keadaan lanjut
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
Kebanyakan batuk darah pada dinding bronkus. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana infiltrasinya sudah
setengah bagian paru. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah
sampai ke pleura (menimbulkan pleuritis). Malaise dapat berupa
anoreksia, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, sakit kepala,
meriang, nyeri otot, keringat malam.
e. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Diagnosa TBC ditegakkan saat ditemukan tanda dan gejala yang
menunjukan bahwa seseorang itu TB atau tidak. Namun penegakan
diagnosa tetap didukung oleh pemeriksaan penunjang, seperti
pemeriksaan radiologi dan laboratorium.
1) Pemeriksaan radiologi
Hal yang sangat berpengaruh pada pemeriksaan radiologi
adalah kualitas gambar yang dihasilkan. Kualitas gambar yang
semakin baik akan dapat mempermudah proses identifikasi
penyakit TB dan diagnosa pun akan semakin baik (Tiarisneini,
2008 dalam Hateyaningsih, 2009).
2) Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk melakukan
identifikasi terhadap kuman Mycobacterium Tuberculosis
dalam dahak penderita. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
memeriksa dahak penderita yang datang sendiri untuk
memeriksakan keluhannya (batuk berdahak terus-menerus atau
pernah batuk berdarah). Pemeriksaan dahak dilakukan untuk
mendiagnosis TB dengan 3 spesimen dahak yaitu dahak
sewaktu, pagi dan sewaktu. Dahak sewaktu pertama diambil
saat pasien TB datang di hari pertama pelayanan kesehatan.
Penderita diberikan pot dahak kembali sebelum pulang untuk
menampung dahak pagi setelah bangun tidur. Hari kedua di
pelayanan kesehatan kembali diberikan pot dahak untuk
mengumpulkan dahak ketiga, inilah dahak sewaktu kedua. Jadi
pemeriksaan dahak untuk pasien TB adalah SPS (sewaktu, pagi,
sewaktu) (Depkes, 2004 dalam Hateyaningsih, 2009).
f. Penatalaksanaan medis
Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberculosis baru
didiagnosa adalah regimen pengobatan beragam, termasuk INH
(isoniazid), RIF (rifampisin), dan PZA (pyrazinamide) selama 4 bulan
dengan INH dan RIF dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (total 6
bulan). Pil anti-tuberculosis baru three-in-one yang terdiri atas INH,
RIF, dan PZA telah dikembangkan. Hal ini memberikan dampak yang
cukup besar dalam peningkatan kepatuhan terhadap regimen
pengobatan.
C. TINJAUAN ASKEP
1. Pengkajian
Menurut Suprajitno (2004) pengkajian adalah suatu tahapan ketika
seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang
keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal
pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga, perawat
diharapkan menggunakan bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari),
lugas dan sederhana (Suprajitno, 2004).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat
tinggal, dan tipe keluarga.
2) Latar belakang budaya /kebiasaan keluarga
a) Kebiasaan makan
Kebiasaan makan ini meliputi jenis makanan yang dikosumsi
oleh keluarga.
b) Pemanfaatan fasilitas kesehatan
Perilaku keluarga didalam memanfaatkan fasilitas kesehatan
merupakan faktor yang penting dalam penggelolaan
penyakit.
c) Pengobatan tradisional
3) Status Sosial Ekonomi
a) Pendidikan
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam
mengenal TB Paru beserta pengelolaannya. Berpengaruh
pula terhadap polapikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh
terhadap keluarga dalam melakukan pengobatan dan
perawatan pada anggota keluarga yang sakit salah satunya
disebabkan karena TB Paru.
4) Tingkat perkembangan dan riwayat keluarga
Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini. Termasuk
riwayat perkembangan dan kejadian serta pengalaman
kesehatan yang unik atau berkaitan dengan kesehatan yang
terjadi dalam kehidupan keluarga yang belum terpenuhi
berpengaruh terhadap psikologis seseorang yang dapat
mengakibatkan kecemasan.
5) Aktiftas
Aktifitas fisik yang keras dapat menambah terjadinya
peningkatan tekanan darah. Serangan TB Paru dapat timbul
sesudah atau waktu melakukan kegiatan fisik, seperti olahraga
(Friedman, 1998).
6) Data Lingkungan
a) Karakteristik rumah
Cara memodifikasikan lingkungan fisik yang baik seperti
lantai rumah, penerangan dan ventilasi yang baik dapat
mengurangi faktor penyebab terjadinya TB.
b) Karakteristik Lingkungan
Menurut (friedman, 1998) derajat kesehatan di pengaruhi
oleh lingkungan. Ketenangan lingkungan sangat
mempengaruhi derajat kesehatan tidak terkecuali pada TB
Paru.
7) Struktur Keluarga
a) Pola komunikasi
Menurut (Friedman, 1998) Semua interaksi perawat dengan
pasien adalah berdasarkan komunikasi. Istilah komunikasi
teurapetik merupakan suatu teknik dimana usaha mengajak
pasien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan perasaan.
Tekhnik tersebut mencakup keterampilan secara verbal
maupun non-verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
b) Struktur Kekuasaan
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi
kesehatan, kekuasaan yang otoriter dapat menyebabkan
stress psikologis pada pasien.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan
konsisten terhadap peran yang dilakukan, maka ini akan
membuat anggota keluarga tau atau tidak ada konflik dalam
peran.
8) Fungsi Keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga yang tidak menghargai anggota keluarganya
menderita TB Paru akan menimbulkan stressor tersendiri
bagi penderita.
b) Fungsi sosialisasi
Keluarga memberikan kebebasan bagi anggota keluarga
yang menderita TB Paru dalam bersosialisasi dengan
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan
kebebasan pada anggotanya, maka akan mengakibatkan
anggota keluarga menjadi kesepian. Keadaan ini mengancam
status emosi menjadi labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
9) Koping keluarga
Bila ada stressor yang muncul dalam keluarga, sedangkan koping
keluarga tidak efektif, maka ini akan menjadi stress anggota
keluarga yang berkepanjangan.
2. Diagnosa
Menurut APD Salvari, (2013) Diagnosa keperawatan adalah
pernyataan yang menggambarkan respon manusia atas perubahan pola
interaksi potensial atau aktual individu. Perawat secara legal dapat
mengidentifikasi dan menyusun intervensi masalah keperawatan.
Kolaborasi dan koordinasi dengan anggota tim lain merupakan keharusan
untuk menghindari kebingungan anggota akan kurangnya pelayanan
kesehatan. Diagnosis yang mungkin timbul dari penyakit TB adalah
sebagai berikut:
a. Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
c. Koping keluarga tidak efektif
d. Resiko ketegangan caregiver
e. Perilaku kesehatan cenderung beresiko
f. Gangguan proses keluarga
3. Perencanaan
a. Prioritas diagnosa keperawatan
1 Sifat masalah : 1
• Tidak/kurang sehat. 3
• Ancaman kesehatan. 2
• Krisis atau keadaan sejahtera. 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah : 2
• Dengan mudah. 2
• Hanya sebagian. 1
• Tidak dapat. 0
3 Potensial masalah untuk dicegah: 1
• Tinggi. 3
• Cukup. 2
• Rendah. 1
4 Menonjolnya masalah: 1
• Masalah berat harus segera ditangani 2
• Ada masalah, tetapi tidak perlu harus 1
segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0
Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnose keperawatan:
b. Rencana keperawatan
Menurut APD Salvari (2013), Rencana keperawatan keluarga adalah
sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang telah diidentifikasi dari masalah keperawatan yang
sering muncul. Langkah-langkah dalam rencana keperawatan
keluarga adalah:
1) Menentukan sasaran atau goal.
2) Menentukan tujuan atau objektif.
3) Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan.
4) Menentukan kriteria dan standar kriteria.
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan
keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan
minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah perilaku hidup sehat.
Pelaksanaan tindakan keperawatan keluarga didasarkan kepada asuhan
keperawatan yang telah disusun.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu
disusun rencana keperawatan yang baru. Metode evaluasi keperawatan,
yaitu:
a. Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan
bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai
dengan kegiatan yang dilakukan, sistem penulisan evaluasi formatif
ini biasanya ditulis dalam catatan kemajuan atau menggunakan sistem
SOAP.
b. Evaluasi sumatif (hasil)
Evaluasi akhir yang bertujuan untuk menilai secara keseluruhan,
sistem penulisan evaluasi sumatif ini dalam bentuk catatan naratif atau
laporan ringkasan.
D. WOC
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro, dkk. (2003) Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II. Jakarta: FKUI
Aru, W Sudoyo. (2007). Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III. Jakarta: FKUI Dalam teks
Choerudin. (2011).
Asih, Skp. (2004). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : EGC. Dalam teks Choerudin. (2011).
James, Chin. (2006). Manual Pemberantasan Penyakit Menular Edisi 17. Jakarta :
EGC Dalam teks Choerudin. (2011).
Soeparman Sarwono Waspadji. (1998). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. Dalam teks Choerudin. (2011).
Sylvia A. Price dan Mary P. Standridge. (2005). Alih Bahasa : Brahm N. Pendit.
Patofisiologi. Jakarta : EGC. Dalam teks Choerudin. (2011).