Rumus Trapesium Dan Kuadratur Gauss
Rumus Trapesium Dan Kuadratur Gauss
Rumus Trapesium Dan Kuadratur Gauss
Disusun Oleh:
KELOMPOK V
1. Eva Nurlia Wati 17144100041
2. Dewi Mekarsari Oktaviyani 17144100047
3. Layli Umaya Sari 16144100026
4. Nanda Yonada Merina 16144100050
5. Wahid Riski A P 16144100053
6. Annisa Kumala Aisyah 16144100065
KELAS 7A4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang memberikan rahmat
serta hidayah – Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah metode
numerik matematika tentang “Integrasi Numeris Rumus Trapesium dan Kuadratur
Gauss”. Ini dengan tepat waktu sebagaimana mestinya.
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari, bahwa tanpa adanya kerja
sama, bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak antara lain dosen dan
teman – teman mahasiswa mungkin makalah ini tidak akan terselesaikan tepat
waktu, untuk itu patutlah kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
KAJIAN PUSTAKA.........................................................................................................3
A. Metode Numerik....................................................................................................3
B. Angka Signifikan/Bena..........................................................................................4
C. Deret Taylor...........................................................................................................9
D. Deret Mc. Laurin..................................................................................................11
E. Error/Galat...........................................................................................................12
F. Metode Biseksi.....................................................................................................16
G. Metode Regula Falsi.............................................................................................18
H. Metode Newton Rapshon.....................................................................................20
I. Metode Secant......................................................................................................21
J. Polinom Interpolasi Beda Maju............................................................................22
Polinom Interpolasi Beda Tengah.................................................................................23
BAB III...........................................................................................................................31
PEMBAHASAN.............................................................................................................31
A. Integral Numerik..................................................................................................31
B. Aturan/Rumus Trapesium.....................................................................................32
C. Kuadratur Gauss...................................................................................................36
BAB IV............................................................................................................................40
STUDI KASUS...............................................................................................................40
BAB V.............................................................................................................................42
KESIMPULAN..............................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................44
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. Tujuan
KAJIAN PUSTAKA
A. Metode Numerik
Metode numerik adalah teknik untuk menyelesaikan permasalahan-
permasalahan yang diformulasikan secara matematis dengan menggunakan
operasi hitungan (arithmatic) yaitu operasi tambah, kurang, kali, dan bagi.
Terdapat banyak jenis metode numerik, namun pada dasarnya, masing
-masing metode tersebut memiliki karakteristik umum, yaitu selalu mencakup
sejumlah kalkulasi aritmetika.Solusi dari metode numerik selalu berbentuk
angka dan menghasilkan solusi hampiran. Hampiran, pendekatan, atau
aproksimasi (approximation) didefinisikan sebagai nilai yang mendekati
solusi sebenarnya atau sejati (exact solution). Sedangkan galat atau kesalahan
(error) didefinisikan sebagai selisih nilai sejati dengan nilai hampiran.
Metode numerik dapat menyelesaikan permasalahan matematis yang
sering nonlinier yang sulit diselesaikan dengan metode analitik.Metode
analitik disebut juga metode sejati karena memberi solusi
sejati(exact solution) atau solusi yang sesungguhnya, yaitu solusi yang
memiliki galat(error) sama dengan nol. Jika terdapat penyelesaian secara
analitik, mungkin proses penyelesaiannya sangat rumit, sehingga tidak
effisien. Contohnya: menentukan akar-akar polynomial. Jadi, jika suatu
persoalan sudah sangat sulit atau tidak mungkin digunakan dengan
metodeanalitik maka kita dapat menggunakan metode numerik sebagai
alternatif penyelesaian persoalan tersebut.
Metode numerik ini disajikan dalam bentuk algoritma-algoritma yang
dapat dihitung secara cepat dan mudah. Pendekatan yang digunakan dalam
metode numerik merupakan pendekatan analisis matematis, dengan tambahan
grafis dan teknik perhitungan yang mudah. Algoritma pada metode numerik
adalah algoritma pendekatan maka dalam algoritma tersebut akan muncul
istilah iterasi yaitu pengulangan proses perhitungan. Dengan metode
pendekatan, tentunya setiap nilai hasil perhitungan akan mempunyai
nilaierror (nilai kesalahan)
Penggunaan metode numerik biasanya digunakan untuk menyelesaikan
persoalan matematis yang penyelesaiannya sulit didapatkan dengan
menggunakan metode analitik, yaitu:
1. Menyelesaikan persamaan non linear
2. Menyelesaikan persamaan simultan
3. Menyelesaikan differensial dan integral
4. Menyelesaikan persamaan differensial
5. Interpolasi dan Regresi
6. Masalah multivariabel untuk menentukan nilai optimal yang tak bersyarat
Keuntungan penggunaan Metode Numerik:
1. Solusi persoalan selalu dapat diperoleh
2. Dengan bantuan komputer, perhitungan menjadi cepat dan hasilnya dapat
dibuat sedekat mungkin dengan nilai sesungguhnya
Kekurangan penggunaan Metode Numerik:
1. Nilai yang diperoleh adalah hampiran(pendekatan)
2. Tanpa bantuan alat hitung (komputer), perhitungan umumnya lama dan
berulang-ulang.
B. Angka Signifikan/Bena
1. Pengertian Angka Bena
Angka bena (significant figure) atau angka berararti telah
dikembangkan secara formal untuk menandakan keandalan suatu nilai
numerik.Angka bena merupakan jumlah angka yang digunakan sebagai
batas minimal tingkat keyakinan.Angka bena terdiri dari angka pasti dan
angka taksiran.Letak angka taksiran berada di akhir angka bena.
Contoh:
Bilangan 45.389; angka 9 adalah angka taksiran
Bilangan 4, 785; angka 5 adalah angka taksiran
2. Aturan-aturan tentang Angka Bena
a. Angka bena adalah setiap angka yang bukan nol pada suatu bilangan
Contoh:
Bilangan 4678; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 987, 654; terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 4550679; terdiri dari 7 angka bena
b. Angka bena adalah setiap angka nol yang terletak di antara angka-
angka bukan nol.
Contoh:
Bilangan 2001; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 201003 terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 2001, 400009 terdiri dari 10 angka bena
c. Angka bena adalah angka nol yang terletak di belakang angka bukan
nol yang terakhir dan dibelakang tanda desimal.
Contoh:
Bilangan 23, 3000; terdiri dari 6 angka bena
Bilangan 3, 10000000 terdiri dari 9 angka bena
Bilangan 345, 60000000 terdiri dari 11 angka bena
d. Dari aturan b dan c dapat diberikan contoh angka bena adalah sebagai
berikut:
Bilangan 34, 060000; terdiri dari 8 angka bena
Bilangan 0, 00000000000000566; terdiri dari 3 angka bena
Bilangan 0, 600; terdiri dari 3 angka bena
Bilangan 0, 060000; terdiri dari 5 angka bena
Bilangan 0, 000000000000005660; terdiri dari 4 angka bena
e. Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol terakhir dan
tanpa tanda desimal bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 34000; terdiri dari 2 angka bena
Bilangan 1230000; terdiri dari 3 angka bena
f. Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama
bukan merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 0, 0000023; terdiri dari 2 angka bena
Bilangan 0, 000000000002424; terdiri dari 4 angka bena
Bilangan 0, 12456; terdiri dari 5 angka bena
g. Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang
terakhir, dan terletak di depan tanda deimal merupakan angka bena.
Contoh:
Bilangan 340, 67; terdiri dari 5 angka bena
Bilangan 123000, 6; terdiri dari 7 angka bena
h. Untuk menunjukkan jumlah angka bena, kita dapat memberi tanda
pada angka yang merupakan batas angka bena dengan garis bawah,
garis atas, atau cetak tebal
Contoh:
56778 adalah bilangan yang memiliki 5 angka signifikan
56778 adalah bilangan yang memiliki 5 angka signifikan
56778 adalah bilangan yang memiliki 5 angka signifikan
n 0
1
Jadi deret taylor dari f ( z ) di sekitar z = i adalah
1 z
1
f ( z)
1 z
(n)
f (i )
f (i ) ( z i) n
n 1 n!
1
(1) n
( z i) n
1 i n 1 (1 i ) n 1
(1) n
n 1
( z i) n
n 0 (1 i )
Catatan:
Sering dikatakan deret taylor daalam bentuk x – c dari suatu f (x) adalah
uraian Taylor tentang f di sekitar titik c, sedangkan deret Mac. Laurin
uraian Maclaurin tentang f di sekitar titik asal (c = 0).
1
b. Deretkan f ( x) di sekitar 0!
1 x
Penyelesaian:
f ( 0) 1
1
f ' ( x) f ' (0) 1 1!
(1 x) 2
2
f ' ' ( x) f ' ' (0 ) 2 2 !
(1 x) 3
2. 3
f ' ' ' ( x) f ' ' ' (0) 6 3!
(1 x ) 4
1
Jadi 1 x x 2 x 3 ....
1 x
c. Deretkan f ' ( x) (1 x) p dalam deret Mac. Laurin
Penyelesaian:
f ( x ) (1 x ) p , f (0) 1
f ' ( x ) p (1 x ) p 1 , f ' (0) p
f ' ' ( x ) p ( p 1)(1 x ) p 2 , f ' ' (0) p ( p 1)
f ' ' ' ( x ) p ( p 1)( p 2)(1 x ) p 3 , f ' ' ' (0) p ( p 1)( p 2)
.................................................,.....................................
p ( p 1) 2 p ( p 1)( p 2) 3
maka (1 x ) p 1 px x x ....
2! 3!
f p
0 x p
atau (1 x ) p
p 0 p!
E. Error/Galat
1. Pengertian Error/Galat
Error/Galat/kesalahan berasosiasi dengan seberapa dekat solusi
hampiran terhadap solusi sejatinya. Semakin kecil galatnya maka semakin
teliti solusi numerik yang didapatkan.
Galat= |Nilai sejati ( nilai sebenarnya ) –Nilai hampiran (aproksimasi)|
Ukuran galat kurang bermakna karena tidak menceritakan seberapa besar
galat itu dibandingkan dengan nilai sejatinya. Untuk mengatasi interpretasi
nilai galat tersebut , maka galat harus dinormalkan terhadap nilai sejatinya.
Gagasan ini melahirkan apa yang dinamakan galat relatif.
r R
a
dengan
r = error relatif sebenarnya
a = nilai sebenarnya
Contoh:
Misalkan nilai sejati = 20/ 6 dan nilai hampiran = 3, 3333. Hitunglah galat,
galat mutlak, galat relatif, dan galat relatif hampiran
Penyelesaian
20 20 3333 20.000 19.998 2
Galat = 3,333 0,000333...
6 6 1000 6000 6000
Galat mutlak = |0, 000333 …| = 0, 000333…
2
Galat relatif =
6000 1 0,0001
20 10000
6
2
Galat relatif hampiran = 6000 1
3,333 9999
2. Nilai Galat
Besarnya kesalahan atas suatu nilai taksiran dapat dinyatakan
secara kuantitatif dan kualitatif. Besarnya kesalahan yang dinyatakan
secara kuantitatif disebut kesalahan absolut. Besarnya kesalahan yang
dinyatakan secara kualitatif disebut dengan kesalahan relatif.
Nilai eksak dapat diformulasikan sebagai hubungan antara nilai
perkiraan dan nilai kesalahan sebagai berikut:
v v'
Dimana:
v = nilai eksak
v’ = nilai perkiraan
= nilai kesalahan/galat
Berikut adalah penjelasan dari kesalahan absolut dan kesalahan relatif.
a. Kesalahan Absolut
Kesalahan absolut menunjukkan besarnya perbedaan antara
nilai eksak dengan nilai perkiraan: | v v ' |
Kesalahan absolut tidak menunjukkan besarnya tingkat kesalahan,
tetapi hanya sekedar menunjukkan selisih perbedaan antara nilai eksak
dengan nilai perkiraan.
b. Kesalahan Relatif
Kesalahan relatif menunjukkan besarnya tingkat kesalahan
antara nilai perkiraan dengan nilai eksaknya yang dihitung dengan
membandingkan kesalahan absolut terhadap nilai eksaknya (biasanya
dinyatakan dalam %)
a
r 100%
v
dengan:
v = nilai eksak
r = kesalahan relatif
a = kesalahan absolut
ln b a ln
r> yang dalam hal ini r adalah jumlah lelaran (jumlah
ln(2)
pembagi selang) yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa c adalah
hampiran akar yang memiliki galat kurang dari .
2. Algoritma Metode Biseksi
Algoritma bisection adalah sebagai berikut:
1. Fungsi f(x) yang akan dicari akarnya
2. Taksir batas bawah (a) dan batas atas (b) dengan syarat f (a) . f (b) < 0
3. Tentukan toleransi
r > ln b a ln
4. Iterasi maksimum r
ln(2)
5. Hitung f(a) dan f(b)
6. Jika f(a).f(b)>0 maka proses dihentikan karena tidak ada akar, bila
tidak dilanjutkan
ab
7. Hitung nilai hampiran akar dengan rumus, c
2
8. Hitung f(c)
9. Jika f (a). f (c) < 0, maka b= c. Lanjutkan ke langkah 4 Jika f (a). f (c)
> 0, maka a= c. Lanjutkan ke langkah 4 Jika f (a). f (c) = 0, maka akar
= c. Stop.
10. Lebar selang b – c. Jika b c maka proses dihentikan dan
didapatkan akar x =c dan bila tidak ulangi langkah 7.
Diketahui :
Tabel 1. Koordinat titik-titik pada Gambar 1
Koordinat Titik koordinat
A (a, 0)
B (b, 0)
C (c, 0)
P (b, f(b))
Q (a, f(a))
R (c, f(c))
Dari persamaan di atas diperoleh:
f (b) 0 f (b) f (a )
bc ba
Sehingga
f (b) b a
c b
f (b) f ( a )
Persamaan di atas disebut sebagai persamaan rekursif dari metode
Regula Falsi.Nilai c merupakan nilai akar x yang dicari. Sehingga jika
dituliskan dalam bentuk yang lain, nilai akar x adalah sebagai berikut:
f (b) b a
x b
f (b) f (a)
Dengan kata lain titik pendekatan x adalah nilai rata- rata range
berdasarkan F(x).
Pada kondisi yang paling ekstrim |b – ar| tidak pernah lebih kecil dari
, sebab salah satu titik ujung selang, dalam hal ini b, selalu tetap untuk
iterasi r = 1,2,3,..... Titik ujung selang yang tidak berubah itu dinamakan
titik mandek (stagnan point). Pada titik mandek,
|br – ar| = |b – ar| , dimana r = 1,2,3,...
Yang dapat mengakibatkan program mengalami looping. Untyk
mengatasi hal ini, kondisi berhenti pada algoritma Regula-Falsi harus
ditambah dengan memeriksa apakah nilai f(x) sudah sangat kecil hingga
mendekati nol.
2. Algoritma Metode Regula Falsi
Algoritma Metode Regula Falsi secara singkat dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Tentukan batas bawah (a) dan batas atas (b)
c. Tentukan toleransi error ( ) dan iterasi maksimum (n)
d. Tentukan nilai fungsi f(a) dan f(b)
e. Untuk iterasi I = 1 s/d n
f (b) b a
x b
f (b) f (a)
Hitung nilai f(x)
Hitung error = | f(x)|
Jika f (a ). f ( x) 0 maka a = c jika tidak b = c
Jika | f(x)| , hentikan Iterasi
f. Akar persamaan adalah x
singgung dengan sumbu x yaitu Xi+1, akan menjadi nilai x yang baru,
dengan cara dilakukan berulang-ulang (iterasi).
kesalahan
8. Jika xi 1 xi � , maka pilih akar persamaan xi 1
Jika xi 1 xi > , maka iterasi dilanjutkan.
I. Metode Secant
1. Pengertian Metode Secant
Metode secant merupakan salah satu metode terbuka untuk
menentukan solusi akar dari persamaan non linear. Metode secant
melakukan pendekatan terhadap kurva f(x) dengan garis secant yang
ditentukan oleh dua titik. Kemudian nilai akar selanjutnya adalah titik
potong antara garis secant dengan sumbu x. Metode Secant merupakan
modifikasi darimetode Newton-Raphson, yaitu denganmengganti fungsi
turunan yang digunakan padametode Newton-Raphson menjadi bentuk
untuk solusi
2. Algoritma Metode Secant
Algortima pada metode Secant yaitu:
a. Definisikan fungsi f(x)
b. Definisikan toleransi eror (εs)
c. Taksir batas atas xidan batas bawah xi-1.
d. Tentukan f(xi) dan f(xi-1). Jika f(xi) = f(xi-1) maka iterasi tidak
dilanjutkan, tetapi jika f(xi) = f(xi-1) maka iterasi dilanjutkan.
e. Lakukan iterasi dengan menghitung nilai taksiran akar selanjutnya
dengan:
f ( xi )( xi xi 1 )
xi 1 xi
f ( x i ) f ( x i 1 )
f. Iterasi berhenti jika εrh ≤ εs, dengan:
xi 1 xi
rh
xi 1
a.
dapat disebut beda maju pertama. Secara umum rumus beda maju dapat
ditulis:
untuk n= 0,1,2,…
=
dengan x = x0 + rh ,s = , 0 s n.
= …
selisih tengah, titik hampiran yang diambil adalah titik sebelum dan
yang lainnya.
+ +…+
Dimana :
Dimana :
Dimana
` ● ●
Gambar 1
Interpolasi polinomial Lagrange hampir sama dengan polinomial
Newton, tetapi tidak menggunakan bentuk pembagian beda hingga.
Interpolasi polinomial Lagrange dapat diturunkan dari persamaan Newton.
Interpolasi Lagrange diterapkan untuk mendapatkan fungsi polinomial P
(x) berderajat tertentu yang melewati sejumlah titik data. Misalnya, kita
ingin mendapatkan fungsi polinomial berderajat satu yang melewati dua
buah titik yaitu (x0, y0) dan (x1, y1).
f ( x1 ) f ( x0 )
f [x1, x0] = (2)
x1 x 0 x 0 x1
atau
x x1 x x0
f1(x) = f (x0) + f (x1) (3)
x0 x1 x1 x0
Persamaan (3) dikenal dengan interpolasi polinomial Lagrange order satu.
Dengan prosedur diatas, untuk interpolasi order dua akan didapat:
x x1 x x2 x x0 x x2 x x0 x x1
f1(x) = f (x0) + f (x1) + f
x0 x1 x0 x2 x1 x0 x1 x2 x2 x0 x2 x1
(x2) (4)
dengan
n xxj
Li (x) = j 0 xi x j (6)
j i
x x1
L0(x) = ( )
x 0 x1
x x0
L1(x) = ( )
x1 x 0
x x1 x x 2
I=0 L0(x) = ( )( )
x 0 x1 x 0 x 2
x x0 x x2
I=1 L1(x) = ( )( )
x1 x 0 x 1 x 2
x x 0 x x1
I=2 L2(x) = ( )( )
x 2 x 0 x 2 x1
(x3)
x x1 x x2 x x3
L0(x) = ( )( )( )
x0 x1 x0 x2 x0 x3
x x0 x x2 x x3
L1(x) = ( )( )( )
x1 x0 x1 x2 x1 x3
x x0 x x1 x x3
L2(x) = ( )( )( )
x2 x0 x2 x1 x2 x3
x x0 x x1 x x2
L3(x) = ( )( )( )
x3 x0 x3 x1 x3 x2
Sehingga bentuk interpolasi polinomial Lagrange order 3 adalah:
x x1 x x2 x x3 x x0 x x2 x x3
f3(x) = ( )( )( ) f (x0) + ( )( )( ) f
x0 x1 x0 x2 x0 x3 x1 x0 x1 x2 x1 x3
(x1)
x x0 x x1 x x3 x x0 x x1 x x2
+ ( )( )( ) f (x2) + ( )( )( ) f (x3)
x2 x0 x2 x1 x2 x3 x3 x0 x3 x1 x3 x2
(7)
Contoh soal:
Dicari nilai ln 2 dengan metode interpolasi polinomial Lagrange order satu
dan dua berdasar data ln 1 = 0 dan data ln 6 = 1,7917595. Hitung juga nilai
tersebut berdasar data ln 1 dan data ln 4 = 1,3862944. Untuk
membandingkan hasil yang diperoleh, hitung pula besar kesalahan
(diketahui nilai eksak dari ln 2 = 0,69314718).
Penyelesaian:
x0 = 1 f (x0) = 0
x1 = 4 f (x1) = 1,3862944
x2 = 6 f (x2) = 1,7917595
PEMBAHASAN
A. Integral Numerik
Integrasi numerik adalah proses mencari hampiran luas bidang yang
dibatasi oleh f x dan sumbu x pada selang tertutup a, b . Jika f x
B. Aturan/Rumus Trapesium
Aturan trapesium merupakan aturan integrasi numerik yang didasarkan
pada penjumlahan segmen-segmen berbentuk trapesium.
Rumus trapesium pada dasarnya adalah mendekati f(x) dengan garis lurus
Pada aturan ini, fungsi f(x) pada a, b dibagi dalam beberapa selang n buah
b x1 x2 xn
f x dx ��
� f x dx �f x ... �f x dx
a x0 x1 xn 1
h h h
� ��f x0 f x1 �
� ��f x1 f x2 �
� ... �f xn 1 f xn �
2 2 2� �
h
� �f x0 2 f x1 2 f x2 ... 2 f xn 1 f xn �
2� �
n 1
h� �
� �f 0 2�fi f n �
2� i 1 �
1 3 ''
E � h f t , 0t h
Galat: 12
h3 ''
Etot �
12
f 0 f1'' f 2'' ... f n''1
Galat total:
h3 ''
� n f t , at b
12
b n 1
h� �
f x
� �f 0 2 � f i f n � O h 2
a
2� i 1 �
trapesium dengan
a. n 1
b. n 4
Penyelesaian :
Metode analitik
5 5
�x 3 �
�
2
( x 4 x 5) dx � 2 x 2 5x �
1 �3 �
1
�3 �� 12 �
�
5 2(5) 5(5) � � 2(1) 2 5(1) �
2
�3 � �3 �
�125 � �1 �
� 50 25 � � 2 5 �
�3 � �3 �
(41, 67 50 25) (0,33 2 5)
66, 67 2, 67
69,34
f ( x) x 2 4 x 5
a 1
b4
b a 5 1
a. n 1 � h 4
n 1
i xi f ( xi )
0 1 0
1 5 40
h
L { f ( x2 ) f ( x)}
2
4
{ 0 40}
2
80
69,34 80
e �100%
69,34
15,37%
b. n 4
b a 5 1
h 1
n n
f (1) 12 4(1) 5 0
f (2) 2 2 4(2) 5 7
f (3) 32 4(3) 5 16
f (4) 4 2 4(4) 5 27
f (5) 52 4(5) 5 40
i xi f ( xi )
0 1 0
1 2 7
2 3 16
3 4 27
4 5 40
h
L
2
{ f ( x0 ) { 2. f ( x1 ) f ( x2 ) f ( x3 )} f ( x4 )}
1
{ 0 { 2(7 16 27)} 40}
2
1
{ 140}
2
70
69,34 70
e �100%
69,34
0,009518316
C. Kuadratur Gauss
Kuadratur Gauss merupakan metode yang tidak menggunakan
pembagian area yang banyak, tetapi memanfaatkan titik berat dan
pembobot integrasi. Jika suatu integral dihampiri kuadrat gauss maka
gambar akan menjadi seperti berikut :
Pertama yang harus dilakukan adalah mengubah range
Diperoleh
atau
Karena , maka
Sehingga
tersebut menggunakan dua titik dan dapat diperluas menjadi 3 titik, 4 titik,
5 titik, dan seterusnya
Transformasi
atau
Akan diperoleh fungsi :
BAB IV
STUDI KASUS
KESIMPULAN
1 n
g (u )du �Ai g (ui )
Li �
1 i 1
Model dari integrasi kuadratur gaus dengan n = 2 dapat dituliskan dengan
1
� 1 � �1 �
�
g (u ) du g �
1 �
� g � �
3� �3�
DAFTAR PUSTAKA
Chapra, S. C., & Canale, R. P. (2015). Numerical Methods for Engineers Seventh
Edition (Seventh). New York: McGraw-Hill Science/Engineering/Math.
http:/www.slideshare.net/desitaAnggraini/makalah-aturan-trapesium?
from_m_app = android (diakses 18 November 2019)
Kub, M., Janovsk, D., & Dubcov, M. (2005). Numerical methods and algorithms.