BAB 2 Asrama Haji
BAB 2 Asrama Haji
BAB 2 Asrama Haji
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian-pengertian
1. Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual
maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomi (Undang-undang RI No. 36 tahun 2009).
2. Sanitasi
Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit untuk melenyapkan
atau pengendalian faktor-faktor lingkungan yang merupakan mata rantai
penularan penyakit (Santoso, 2015).
3. Sanitasi Tempat-tempat Umum
Sanitasi tempat-tempat umum (public health sanitation) adalah
suatu usaha pencegahan penyakit yang menitikberatkan kegiatannya pada
usaha-usaha kebersihan/kesehatan tempat-tempat umum (TTU) dalam
melayani masyarakat umum sehubungan dengan aktivitas tempat-tempat
umum tersebut secara fisiologis, psikologis, mencegah terjadinya
penularan penyakit atau kecelakaan serta estetika, antar penghuni,
pengguna, dan masyarakat sekitarnya (Suyono, 2010).
4
5
2. Konstruksi
Bahan bangunan dan konstruksi menentukan apakah suatu rumah
mudah rusak, mudah terbakar, lembab, panas, mudah jadi sarang serangga
pembawa penyakit, dan lain-lain. Penghuni dapat menderita kecelakaan
karena konstruksi yang tidak kuat, dapat pula terjadi kebakaran (Slamet,
2011).
Rumah yang sehat harus dapat mencegah atau paling tidak dapat
mengurangi kecelakaan termasuk jatuh keruntuhan atau roboh, kena benda
tajam (teriris), keracunan dan kebakaran (Notoatmodjo, 2011).
Persyaratan kontruksi bangunan asrama haji berdasarkan formulir
pemeriksaan tempat-tempat umum yaitu (Arifin, 2015)
a. lantai
1) Terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan rata, tidak
licin dan mudah dibersihkan
2) lantai yang selalu kontak dengan air mempunyai kemiringan yang
cukup (2%-3%) kearah saluran pembuangan air limbah
b. Dinding
1) Permukaan harus rata, berwarna terang, dan mudah dibersihkan
2) Permukiman dinding yang selalu terkena percikan air terbuat dari
bahan yang kuat dan kedap air
c. Ventilasi
1) Dapat menjamin pergantian udara didalam kamar/ruang dengan
baik Luas ventilasi antara 10% - 20% dari luas lantai dan berada
pada ketinggian minimal 2.10 meter dari lantai
2) Bila lubang penghawaan tidak menjamin adanya pergantian udara
dengan baik harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis.
d. Atap
1) Kuat, tidak bocor
2) Tidak menjadi tempat perindukan serangga dan tikus
e. Langit-langit
1) Kuat, tidak bocor
8
D. Fasilitas Sanitasi
Fasilitas sanitasi merupakan sarana pendukung dalam pemeliharaan
kualitas lingkungan, mengendalikan faktor-faktor lingkungan yang dapat
menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan manusia. Kelompok sarana
sanitasi, meliputi sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana
pembuangan air limbah dan sarana pembuangan sampah (Notoatmodjo,
2011).
1. Penyediaan air bersih
Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Kebutuhan
manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum, masak,
mandi, mencuci, dan sebagainya. Air bersih adalah air yang digunakan
untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak
terlebih dahulu. Sebgai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi
persyaratan bagi system penyediaan air minum. Ada pun persyaratan yang
dimaksud adalah persyaratan dari segikualitas air yang meliputi kualitas
fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak
menimbulkan efek samping (Ketentuan Umum Permenkes ri
No.416/Menkes/PER/IX/1990).
a. Persyaratan dalam Penyediaan Air Bersih
Sistem penyediaan air bersih harus memenuhi beberapa
persyaratan utama. Persyaratan tersebut meliputi persyaratan kualitatif,
persyaratan kuantitatif dan persyaratan kontinuitas.
1) Persyaratan Kualitatif
Kualitas air bersih yang digunakan harus memenuhi
persyaratan sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 416/Menkes/SK/IX/1990 tentang persyaratan dan
pengawasan kualitas air bersih. Berikut merupakan syarat fisik air
bersih : Secara fisik harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.
Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara
atau kurang lebih 25°C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas
yang diperbolehkan adalah 25°C ±3°C.
12
3. Pengelolaan Sampah
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan
tidak terjadi dengan sendirinya (Chandra, 2007).
Pengumpulan dan penampungan sampah merupakan rangkaian
kegiatan yang termasuk dalam suatu proses pengelolaan dan pengolahan
sampah. Pengumpulan dan pembuangan sampah merupakan tanggung
jawab dari masing-masing rumah tangga, instusi, dana tau tempat yang
menghasilkan sampah. Ada beberapa tahapan didalam pengelolaan
sampah padat yang baik, diantaranya, tahap pengumpulan dan
penyimpanan di tempat sumber, dan tahap pengangkutan (Chandra, 2007)
Pengelolaan sampah mempunyai pengaruh negatif terhadap
masyarakat dan lingkungan yang tampak pada 4 aspek (Mukono, 2006):
a. Aspek kesehatan
1) Sampah dapat memberikan tempat tinggal bagi vektor penyakit
seperti: serangga, tikus, cacing dan jamur.
2) Dari vektor yang tersebut diatas dapat menimbulkan penyakit
antara lain: diare, cholera, typus, DHF (Dengue Haemorrhagic
Fever), pes, murine, penyakit kulit, candidiasis dan taenia.
b. Aspek lingkungan
1) Estetika lingkungan
2) Penurunan kualitas udara
3) Pembuangan sampah ke badan air akan menyebabkan
pencemaran air.
c. Aspek sosial masyarakat
1) Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat mencerminkan status
keadan sosial masyarakat.
15
aman. Sanitasi makanan yang buruk dapat disebabkan 3 faktor yakni fisik,
kimia, dan faktor mikrobiologi, faktor fisik terkait dengan kondisi ruangan
yang tidak mendukung pengamanan makanan seperti sirkulasi udara yang
kurang baik temperatur ruangan yang panas dan lembab dan sebagiannya.
Untuk menghindari kerusakan makanan yang disebabkan oleh faktor fisik
maka perlu diperhatikan susunan dapur dan kontruksi dapur serta tempat
penyimpanan makanan (Mulia, 2005).
Beberapa persyaratan pengolahan makanan dan minuman di asrama
haji: (Arifin, 2105).
1. Persyaratan dapur, ruang makan dan gudang makanan
a. Luas dapur sekurang-kurangnya 40% dari ruang makan atau 27% dari
luas bangunan.
b. Penghawaan dilengkapi dengan alat pengeluaran udara panas maupun
bau-bauan/ exhauster yang dipasang setinggi 2 (dua) meter dari lantai
dan kapasitasnya disesuakan dengan luas dapur.
c. Tungku dapur dilengkapi dengan sungkup asap (hood), alat perangkap
asap, cerobong asap, saringan dan luas serta pengumpul lemak.
d. Pertukaran udara diusahakan dengan ventalsi yang dapat menjamin
kenyamanan, menghilangkan debu dan asap.
2. Bahan makanan/minuman
a. Bahan makanan yang diolah dalam keadaan baik, tidak rusak, atau
berubah bentuk warna dan rasa.
b. Bahan terolah harus dikemas dan bahan tambahan harus memenuhui
pesyaratan kesehatan.
3. Peralatan memasak dan peralatan makan/minum
a. Permukaan harus mudah dibersihkan
b. Tidak terbuat dari bahan yang mengandung timah hitam, tembaga, seng,
kadmium, arsenik, dan antimon.
c. Ruang tempat penyimpanan alat-alat terlindung dan lembab.
18
4. Makanan jadi
a. Makanan jadi tidak rusak, busuk, atau basi yang ditandai dan rasa, bau,
berlendir, berubah warna, berbah aroma, atau berjamur.
b. Terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya, serangga dan hewan
c. Penyimpanan makanan yang tidak cepat busuk pada suhu 4ºC,
sedangkan pada makanan yang cepat busuk dengan penggunaan lebih
dari 6 jam dalam suhu-5 ºC sampai -1 ºC.