Marshall Test
Marshall Test
Marshall Test
(PA-0201-76)
(AASHTO-1245-74)
(ASTM-0159-62)
1. TEORI
Pengujian Marshall adalah suatu metoda pengujian untuk mengukur stabilitas dan
kelelahan plastis campuran beraspal dengan menggunakan alat Marshall. Pada dasarnya,
untuk mengetahui kinerja dari campuran aspal yang digunakan pada struktur perkerasan
jalan, faktor-faktor yang harus diperhatikan di antaranya :
a. Stability
b. Durability
c. Flexibility
d. Fatique Resistance : Thick Layers; Thin Layers
e. Fracture Strength : Overload Conditions; Thermal Conditions
f. Skid Resistance
g. Impermeability
h. Workability
Umum
Campuran beraspal panas terdiri atas kombinasi agregat, bahan pengisi (bila
diperlukan) dan aspal yang dicampur secara panas pada temperatur tertentu. Komposisi
bahan dalam campuran beraspal panas terlebih dahulu harus direncanakan sehingga setelah
terpasang oleh perkerasan beraspal yang memenuhi kriteria :
Lapisan beraspal harus mampu mendukung beban lalu lintas yang melewatinya
tanapa mengalami deformasi permanent dan deformasi plastis selama umur rencana.
b. Durabilitas
Lapisan beraspal mempunyai keawetan yang cukup akibat pengaruh cuaca dan beban
lalu lintas.
Untuk dapat memenuhi ketujuh kriteria tersebut, maka sebelum pekerjaan campuran
beraspal dilaksanakan, perlu terlebih dahulu dibuat formula campuran kerja (FCK).
Pembuatan FCK atau lebih dikenal dengan JMF (Job Mix Formula), meliputi penentuan
proporsi dan beberapa fraksi agregat dengan aspal sedemikian rupa sehingga dapat
memberikan kinerja perkerasan yang memenuhi syarat. Pembuatan campuran kerja dilakukan
dengan beberapa tahapan dimulai dari penentuan gradasi agregat gabungan yang sesuai
persyaratan dilanjutkan dengan membuat Formula Campuran Rencana (FCR) yang dilakukan
di laboratorium. FCR dapat disetujui menjadi FCK apabila hasil percobaan pencampuran dan
percobaan pemadatan di lapangan telah memenuhi persyaratan. Perencanaan campuran ini
berlaku untuk jenis-jenis campuran lapisan tipis aspal pasir (latasir), lapisan beton aspal
(laston), lapis tipis aspal beton (lataston).
Dalam spesifikasi terdapat beberapa jenis campuran beraspal, yaitu Latasir (Lapis
Tipis Aspal Pasir), Lataston (Lapisan Tipis Aspal Beton) dan Laston (Lapis Aspal Beton),
dalam perencanaan campuran kerja harus disesuaikan dengan kebutuhan dari perkerasan
yang akan dipasang di lapangan. Penentuan jenis campuran beraspal yang digunakan dapat
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
Campuran ini dimaksudkan untuk jalan dengan lalu lintas ringan, terutama di daerah-
daerah dimana batu pecah sulit diperoleh, biasa digunakan untuk lapis permukaan.
Pemilihan Latasir kelas A dan B bergantung pada gradasi pasir yang digunakan.
Campuran Latasir biasanya memerlukan tambahan bahan pengisi untuk memenuhi sifat-
sifat campuran yang disyaratkan. Campuran jenis ini umumnya mempunyai daya tahan
yang relative rendah terhadap terjadinya alir, karena itu tidak dibenarkan dipasang
dengan lapisan yang tebal, pada jalan dengan lalu lintas berat atau pada daerah tanjakan.
Lataston mempunyai persyaratan kekuatan yang sama dengan tipikal yang disyaratkan
untuk aspal beton konvensional (Asphalt Concrete, AC) yang tidak bergradasi menerus.
Terdapat dua jenis campuran Lataston yaitu untuk lapis permukaan (HRS-wearing
course) dan Lataston untuk lapis pondasi (HRS-base). Ukuran maksimum untuk masing-
masing jenis-jenis campuran Lataston adalah 19 mm (3/4 inci). Perbedaan keduanya
adalah gradasi Lataston untuk lapis permukaan lebih halus dibandingkan gradasi Lataston
untuk lapis pondasi, yang akan menghasilkan Lataston untuk lapis permukaan
mempunyai tekstur yang lebih halus dibandingkan Lataston untuk lapis pondasi Lataston
sebaiknya digunakan pada jalan dengan lalu lintas ringan sampai sedang (< 1.000.000
SST). Gradasi agregat harus benar-benar senjang. Untuk memperolehnya, hampir selalu
diperlukan gabungan antara pasir halus dengan batu pecah.
Laston (AC) yang umum dikenal terdiri dari tiga yaitu AC-base, AC-WC1 (AC-binder),
dan AC-WC2 (AC-WC). Ukuran butir maksimum ketiganya adalah berturut-turut 1 ½
inchi, 1 inchi, dan ¾ inchi. Campuran Laston lebeih peka terhadap variasi kadar aspal dan
variasi gradasi agregat dibandingkan dengan campuran untuk Lataston. Laston dapat
digunakan untuk lapis permukaan, lapis antara dan lapis pondasi pada jalan dengan lalu
lintas ringan sampai lalu lintas berat. Perbedaan utama dari masing-masing peruntukan
tersebut adalah pada ukuran butir maksimum yang digunakan. Pemilihan ukuran butir
maksimum digunakan dengan rencana tebal penghamparan, tebal hamparan padat
minimum setebal 2 kali ukuran butir maksimum untuk menjamin tekstur permukaan dan
Yang dimaksud bahan olahan adalah campuran dari agregat dan aspal yang masing-
masing dipanaskan pada temperature tertentu baik berbentuk briket ataupun tidak.
j. Jika semua tahapan telah dilaksanakan dan telah memenuhi semua persyaratan,
maka formula akhir tersebut disebut Formula Campuran Kerja (FCK). Jika ada
salah satu persyaratan yang tidak terpenuhi maka langkah-langkah tersebut harus
diulang.
Tidak
Kesesuaian Mutu Bahan dengan Ganti Bahan
Spesifikasi
Perubahan gradasi
Campuran Beraspal Mudah Tidak
atau penambahan
Dipadatkan
pasir pada proporsi
yang diijinkan
Pengesahan FCR menjadi FCK
(Selesai)
Ukuran benda uji adalah tinggi 64 mm (2 ½ inci) dan diameter 102 mm ( 4 inci)
yang dipersiapkan dengan menggunakan prosedur khusus untuk pemanasan,
pencampuran dan pemadatan campuran agregat dengan aspal. Dua prinsip penting
pada perencanaan campuran dengan pengujian Marshall adalah analisis
volumetric dan analisa stabilitas kelelehan (flor) dair benda uji padat.
Stabilitas benda uji adalah daya tahan beban maksimum benda uji pada
temperature 60°C (140°F). Nilai kelelehan adalah perubahan bentuk suatu
campuran beraspal yang terjadi pada benda uji sejak tidak ada beban hingga
beban maksimum yang diberikan selama pengujian stabilitas.
Pada penentuan kadar aspal optimum utnuk suatu kombinasi agregat atau gradasi
tertentu dalam pengujian Marshall, perlu dipersiapkan suatu seri dari contoh uji
dengan interval kadar aspal yang berbeda sehinggga didapatkan suatu kurva
lengkung yang teratur. Pengujian agar direncanakan dengan dasar ½ % kenaikan
kadar aspal dibawah optimum. Secara garis besar penyiapan benda uji dan
pengujian sebagai berikut:
Berat isi benda uji tidak harus atau bergradasi menerus dapat ditentukan
menggunakan benda uji jenuh kering permukaan (SSD) seperti prosedur ASTM D
2726. Secara garis besar adalah sebagai berikut:
e. Pengujian Volumetrik
Umum:
Tiga sifat dari benda uji campuran aspal panas ditentukan pada analisa rongga-
density. Sifat tersebut adalah:
1. Berat isi dan atau berat jenis benda uji padat;
2. Rongga dalam agregat mineral;
3. Rongga udara dalam campuran padat.
Dari berat contoh dan persentasi aspal dan agregat dan berat jenis masing-masing,
volume dari material yang bersangkuran dapat ditentukan.
Udara Va
Vbe Vma
Vma
Aspal
Vba
Vmm
Vmb
Vsb
Agregat Vse
Vb : Volume aspal
Wb : Berat aspal
Wt : Berat agregat
Va Vbe Va
Vmb x 100 Vmb x 100
% rongga = % Vma =
Wb Ws
x w
G mb
Density = xW =
Vmb
Rongga pada agregat mineral (Vmb) dinyatakan sebagai persen dari total
volume rongga dalam benda uji. Merupakan volume rongga dalam campuran yang
tidak terisi agregat dan aspal yang terserap agregat.
Rongga pada campuran, Va atau sering disebut Um, juga dinyatakan sebagai
persen dari total volume benda uji, merupakan volume pada campuran yang tidak
terisi agregat dan aspal.
Prosedur ini berlaku untuk benda uji padat yang dibuat di laboratorium dan
pada contoh tidak terganggu yang diambil dari lapangan. Dengan menganalisa rongga
udara dan rongga pada mineral agregat, beberapa indikasi dari kinerja campuran aspal
panas selama masa pelayanan dapat diperkirakan.
a) Uji berat jenis curah (bulk specific gravity) agregat kasar (AASHTO T85
atau ASTM 127) dan agregat halus AASHTO T84 atau ASTM C 128)
b) Uji berat jenis aspal keras (AASHTO T228 atau ASTM D 70) dan bahan
pengisi (AASHTO T100 atau ASTM D 854)
e) Uji berat jenis campuran padat (ASTM D 1188 atau ASTM D 2726)
j) Hitung persen rongga terisi aspal (VFB atau VFA) dalam campuran padat
Pada total agregat yang terdiri dari beberapa fraksi agregat kasar, agregat halus,
dan pengisi yang masing-masing mempunyai berat jenis yang berlainan. Berat
jenis curah gabungan agregat ditentukan sebagai berikut:
P1 P2 ........ Pn
Gsb
P1 P2 Pn
......
G1 G 2 Gn
Dengan Pengertian:
Berat jenis curah bahan pengisi sukar ditentukan secara akurat, tetapi dengan
menggunakan berat jenis semu kesalahan umumnya kecil dan dapat diabaikan
Jika berdasarkan berat jenis maksimum campuran (Gmm). Berat jenis efektif
agregat dapat ditentukan dengan formula sebagai berikut:
Pmm Pb
Gse =
Pmm Pb
Gmm Gb
Dengan Pengertian:
Catatan : Volume aspal yang terserap agregat umumnya lebih kecil dari volume air
yang terserap. Besarnya berat jenis efektif agregat halus diantara berat
jenis curah dan semu agregat.
P1 P2 ........ Pn
Gsa =
P1 P2 Pn
G1 G 2 Gn
Dengan pengertian:
Pmm
Gmm =
Ps Pb
Gse Gb
Dengan pengertian:
d) Penyerapan Aspal
Gse Gsb
Pba = 100 Gb
Gsb x Gse
Dengan pengertian:
Kadar aspal efektif campuran adalah aspal total dikurangi besarnya jumlah
aspal yang meresap ke dalam partikel agregat. Persamaan untuk perhitungan
adalah sebagai berikut:
Pba
Pbe = Pb Ps
100
Dengan Pengertian:
Rongga dalam mineral agregat, VMA adalah rongga antar partikel agregat
pada campuran padat termasuk rongga udara dan kadar aspal efektif, dinyatakan
dalam persen volume total. VMA dihitung berdasarkan berat jenis agregat curah
(bulk) dan dinyatakan dalam persentase dari volume curah campuran padat.
Jika komposisi campuran ditentukan sebagai persen berat dari campuran total,
maka VMA dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Dengan Pengertian:
Rongga udara, Pa, dalam campuran padat terdiri atas ruang-ruang kecil antara
partikel agregat terselimuti aspal. Rongga udara dihitung persamaan sebagai
berikut :
Dengan pengertian :
Rongga udara terisi aspal, VFA, merupakan persentase rongga antar agregat
partikel (UMA) yang terisi aspal. VFA, tidak termasuk aspal yang terserap
agregat, dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Penyiapan Bahan
a) Bahan agregat yang digunakan untuk membuat campuran rencana awal diambil
dari stockpile atau dari bin dingin. Khusus untuk ANP yang mempunya bin panas,
pembuatan PCR dilakukan dua tahap yaitu berdasarkan bahan dari bin dingin dan
tahap kedua berdasarkan bahan dari bin panas. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan agar produksi campuran beraspal panas menjadi efisien dan efektif.
Apabila pembuatan FCR hanya dilakukan berdasarkan bahan dari bin panas akan
menyebabkan aliran material dari bin dingin tidak berimbang. Akibatnya terjadi
pelimpahan material (over flow)atau waktu yang diperlukan untuk menunggu di
bin panas sampai gradasi yang direncanakan terpenuhi terlalu lama. Aliran
material yang tidak seragam dapat juga menyebabkan temperatur campuran
beraspal bervariasi.
e) Agregat yang terdiri atas beberapa maksi sering disebut sebagai batu pecah 2/3,
batu 1/2, batu 1/1 pasir alam dan bahan pengisi (filler). Nama-nama tersebut
biasanya hanya digunakan sebagai nama bahan di lokasi penimbunan yang akan
di pasok ke tempat pekerjaan.
Terdapat ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi untuk bahan campuran aspal panas
sehingga diperoleh campuran rencana yang memenuhi persyaratan secara lebih rinci
diuraikan dalam spesifikas, ketentuan tersebut antara lain :
a. Agregat
3) Perbedaan berat jenis antara agregat kasar dan agregat halus tidak boleh lebih
dari 0,2. Bila terdapat perbedaan maka harus dilakukan koreksi sehingga
target gradasi yang terpenuh. Koreksi tersebut perlu dilakukan karena standar
umum perbandingan proporsi agregat adalah berdasarkan perbandingan berat
bukan volume sehingga nilai berat jenisnya harus berdekatan.
4) Fraksi agregat kasar untuk perencanaan ini adalah agregat yang tertahan di
atas saringan 2,36 mm (no. 8). Sementara yang lolos disebut sebagai fraksi
agregat halus.
5) Agregat halus dari masing-masing sumber harus terdiri atas pasir alam dan
atau hasil pemecah batu (stone crusher).
6) Agregat halus hasil pemecah batu dan pasir alam harus ditimbun dalam
cadangan terpisah dari agregat kasar serta dilindungi terhadap hujan dan
pengaruh air lainnya.
7) Bahan pengisi harus terdiri atas bahan yang lolos saringan ukuran 0,28 mm
atau no. 50. Bahan yang lolos saringan tersebut paling sedikit 95 %.
a) Untuk daerah dengan suhu udara tahunan rata-rata lebih besar dari 24oC
maka aspal yang digunakan harus dari jenis aspal keras pen 40 atau pen 60
yang telah memenuhi persyaratan dalam spesifikasi. Khusus untuk daerah
dengan suhu udara tahunan rata-rata kurang dari 24oC dapat digunakan aspal
keras pen 80.
c) Aspal dalam keadaan curah di dalam truk tangki tidak boleh dialirkan ke
dalam penyimpan aspal di unit pencampur aspal (AMP) sebelum hasil
pengujian contoh pertama memenuhi persyaratan.
d) Aspal yang diperoleh hasil ekstraksi benda uji pada rencana campuran kerja
harus mempunyai nilai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi aspal
keras sebelum pencampuran, dan nilai daktilitas min 40 cm.
Untuk perencanaan campuran, diperlukan sejumlah besar contoh agregat dan aspal
yang cukup untuk memenuhi sejumlah pengujian laboratorium. Jumlah kebutuhan
masing-masing bahan yang harus disiapkan adalah seperti diperlihatkan pada tabel :
Jumlah contoh
Jumlah contoh (ukuran
(ukuran nominal
No. Uraian butir nominal campuran
campuran ≥ 25,4
<25,4 mm)
mm)
Peralatan untuk perencanaan campuran di laboratorium meliputi antara lain alat untuk
mengambil contoh bahan, timbangan, oven, alat pencampur dan alat bantu lainnya.
Peralatan utama untuk perencanaan campuran dengan pendekatan kepadatan mutlak
memerlukan peralatan kepadatan mutlak ( BS 594-941). Untuk campuran beraspal
yang menggunakan agregat dengan ukuran butir maksimum lebih dari 25 mm (1 inci)
diperlukan peralatan untuk pengujian Marshall modifikasi. Pengujian Marshall
modifikasi menggunakan ukuran contoh uji berdiamter 6 inci bukan 4 inci seperti
biasanya.
Pb = kadaraspalrencanaawal
CA= agregatkasar
FA=agregathalus
FF=bahanpengisi (bilaperlu)
Konstanta dengan nilai antara 0,5-1,0 untuk campuran lastondan 2,0-3,0 untuk
laston.
g) Untuk mencari nilai VIM pada kepadatan mutlak, buat tiga contoh uji
tambahan dengan kadar aspal, satu kadar aspal pada VIM 6% (jika persyaratan
h) Gambarkangrafikhubunganantarakadaraspaldenganhasilpengujian:
- Kepadatan
- Stabilitas
- Kelelehan
- VMA
- UFA
- VIM darihasilpengujianmarshall
k) Periksa kadar aspal rencana yang diperoleh, biasanya berada dekat dengan titik
tengan dari rentang kadar aspal yang memenuhi seluruh persyaratan.
m) Pastikan rentang kadar aspal campuran yang memenuhi seluruh kriteria harus
melebihi 0,6 % sehinggan memenuhi toleransi produksi yang cukup realistis
(toleransi penyimpangan kadar aspal selama pelaksanaan adalah ± 0,3 % ).
Kombinasi gradasi agregat campuran dinyatakan dalam persen berat agregat harus
memenuhi batas-batas gradasi agregat seperti tercantum dalam spesifikasi. Hubungan
antara persen lolos saringan dan ukuran butir agregat dalam skala algoritma kemudian
digambarkan.
Dalam memilih gradasi agregat gabungan , kecuali untuk gradasi Latasir dan
Latasion, dikenal silsilah kurva Fuller, tidak kontrol gradasi dan gradasi Zone terbatas
(Zona yang dibatasi).
a. Campuran Lataston.
Untuk jenis Lataston, semakin halus gradasi (mendekati batas atas). Maka
rongga dalam mineral agregat (UMA) akan makin besar . Pasir halus yang
dikombinasi dengan batu pecah harus mempunyai bahan yang lolos saringan No.
8 (2,36 mm) dan tertahan pada saringan No. 100 (600 mikron) sesedikit mungkin.
Hal ini sangat penting karena bahan yang “senjang” harus tidak lebih dari batas
yang diberikan, yaitu disyaratkan agar minimum 80% dari agregat yang lolos 2,36
mm harus lolos juga pada saringan 0,600 mm. Jika jumlah bahan tersebut lebih
besar dari yang ditentukan dalam kondisi “senjang” maka UMA akan terlalu
rendah sehingga campuran sulit mencapai UMA yang diinginkan.
b. Campuran Laston.
Campuran Laston dapat dibuat mendekati batas atas titik control gradasi atau
di atas kurva Fuller, tetapi hal ini sulit untuk mencapai UMA yang diisyaratkan.
P = Aa + Bb + Cc + …….
Dengan pengertian
Dari kombinasi beberapa fraksi agregat, maka akan hanya ditemukan satu
gradasi agregat yang optimum, yang mendekati gradasi yang diinginkan. Bila
ditemui kesulitan mendapatkan gradasi yang diinginkan maka dapat dipilih
gradasi lain yang khusus atau sesuai dengan keadaan gradasi agregat setempat,
asalkan dapat memenuhi criteria sifat campuran yang diisyaratkan.
P = Aa + Bb
Untuk a + b – 1 ; maka a = 1 – b
Dengan pengertian
𝑃−𝐴 𝑃−𝐵
b= atau a=
𝐵−𝐴 𝐴−𝐵
Contoh penggunaan :
Apabila terdapat dua fraksi agregat yaitu agregat kasar dan halus yang harus
digabung sehingga memenuhi spesifikasi gradasi yang telah ditentukan. Dengan
menggunakan persamaan di atas dapat diperoleh nilai a dan b sehingga dapat
ditentukan ukuran butir yang lainnya. Tabel di bawah ini menunjukkan perhitungan
dari penggabungan dan spesifikasi gradasi yang ditentukan.
Diperoleh
Tahapan penggabungan gradasi agregat dengan cara grafis dengan kotak bujur
sangkar untuk 2 fraksi agregat adalah sebagai berikut :
Buat kotak grafik dengan panjang sisi yang sama (lihat gambar)
Tahapan gabungan gradasi agregat dengan cara grafis dengan kotak bujur sangkar
untuk 3 fraksi agregat adalah sebagai berikut :
Titik C sebagai agregat halus 2 (dua) atau bahan pengisi yang lolos
saringan 75 mikron sebesar 82% plotkan pada garis kiri. Koordinat titik
C adalah pada (0 ; 82)
Tarik garis antara titik A dan S kemudian garis antara titik B dan C.
Garis AS diperpanjang sehingga memotong BC pada titik W. Ukur
koordinat B’, Koordinat titik B’ adalah (17 ; 13,2)
Tahapan penggabungan gradasi agregat cara grafis dengan diagonal untuk 2 fraksi
agregat adalah sebagai berikut:
Bagi sumbu vertikal menjadi 100 bagian dengan rentang 10 bagian, dari 0
sampai 100 dalam satuan persen. Tandai sumbu vertikal sebagai persen lolos
saringan.
Tarik garis diagonal antar titik 0 sebelah kiri ke sudut kanan atas.
Tarik garis dari titik-titik dari atas tegak lurus sejajar dengan garis tepi.
Tarik garis S yang memotong garis fraksi A dan B sama panjang pada bagian
atas dan bawah dari kotak (X1 = X2).
Ulangi penarikan garis sehingga jarak antara perpotongan garis dengan fraksi
gradasi A (Y1) sama panjang dengan jumlah jarak yang memotong fraksi
gradasi B dan fraksi gradasi C, sehingga Y1 = Y2 + Y3 ; karena Y3 = 0 maka
Y1 = Y2, Tandai titik perpotongan antara garis diagonal dengan garis ABC
tersebut sebagai titik S.
Periksa apakah proporsi yang diperoleh tersebut sudah benar ata tidak dengan
cara perhitungkan dan persyaratan. Jika tidak proporsi diubah kembali dengan
cara coba-coba.
Rongga air diantara mineral atau struktur agregat (VMA) satu campuran beraspal
yang telah di padatkan adalah volume rongga yang terdapat diantara partikel agregat
suatu campuran beraspal yang telah dipadatkan, yaitu rongga udara dan volume kadar
aspal efektif, yang dinyatakan dalam persen terhadap volume total benda uji. Volume
agegat dihitung dari berat jenis bulk (bukan berat jenis efektif atau berat jenis nyata).
Batas minimum VMA tergantung pada ukuran maksimum agregat yang digunakan.
Hubungan antara kadar aspal dengan VMA pada umumnya membentuk cekungan
dengan satu nilai minimum. Kemudian naik lagi dengan naiknya kadar aspal. Ada
beberapa hal pokok yang pelu diperhatikan untuk memilih gradasi campuran
berdasarkan grafik hubungan antara kenaikan kadar aspal dengan VMA sebagai
berikut:
- Bila didapatkan kurva seperti ini, kadar aspal ditentukan pada titik minimum
pada kurva atau digeser sedikit kekiri dan pada daerah kering (dry side) dari
kurva tersebut. Usahakan untuk menghindari daerah berkadar aspal di atas titik
minimum VMA (wet side). Rongga udara diantara agregat pada daerah basah
tersebut membesar (kurva naik) karena bagian agregat telah terdorong oleh
aspal. Oleh sebab itu, walaupun daerah tersebut memberikan VMA seperti
persyaratan tetapi kadar aspal pada daerah tersebut cenderung akan
menyebabkan terjadinya pelelehan (bleeding) atau deformasi plastis. Pada
daerah ini aspal cenderung berfungsi sebagai pelumas. Sementara pemilihan
kadar aspal yang terlalu ke kiri (arah dry slide) akan menyebabkan campuran
tersebut retan terhadap retak atau pelepasan butir (dientegrasi).
- Kurva seperti ditunjukan pada gambar di bawah ini garis hubungan memotong
dan mempunyai nilai minimum yang berada di bawah batas minimum VMA.
- Bila di dapat kurva seperti ini, maka VMA yang terjadi akan relative kecil
sehingga dikhawatirkan akan mempunyai VIM di bawah batas minimum
pula.Gradasi campuran akan sangat peka terhadap perubahan kadar aspal
sehingga kadar aspal ke sebelah kiri maka campuran akan terlalu kering dan
rongga udara akan terlalu tinggi sehingga akan rentan terhadap retak dan
desintegrasi. Bila kadar aspal lebih tinggi (ke sebelah kanan) maka akan
pelelehan dekramasi plastis. Pada kondisi seperti ini maka gradasi harus di
ubah dan menjauhi kurva fuller untuk memperoleh VMA yang lebih tinggi.
- Kurva seperti gambar di bawah ini, seluruh kurva hubungan berada di bawah
nilai minimum VMA. Bila kurva terjadi maka tidak akan tercapai nilai VMA,
VFA dan VIM yang minimum sehingga perlu mengganti gradasi lain untuk
mengganti sumber agregat yang digunakan.
VIM adalah volume tebal udara yang berada di antara partikel agregat yang
terselimuti aspal dalam suatu campuran yang telah dipadatkan, dinyatakan dengan
persen volume bulk suatu campuran. Rongga udara (VIM) stelah selesai di padatkan
idealnya adalah 8%. Rongga udara yang kurang dari 8% akan rentan terhadap
pelelehan, alir, deformasi plastis. Sementara VIM setelah selesai pemadatan yang jauh
dari 8% akan rentan terhadap retak dan pelepasan butir (desintegrasi). Untuk mencari
nilai lapangan tersbut dalam spesifikasi, nilai VIM rencana dibatasi pada interval 3%
sampai 6%. Dengan kepadatan lapangan dibatasi minimum 98%.
Hasil penelitain di jalan-jalan utama (lalu lintas berat) di luar pulau Jawa
menunjukan perkerasan laston yang mempunyai nilai VIM lapangan di atas 10%
umumnya sudah menampakan indikasi awal terjadinya retak. Sementara perkerasan
yang mulai menampakan indikasi awal terjadinya deformasi plastis umumnya sudah
mempunyai VIM lapangan di bawah 3%.
VFA adalah bagian dari rongga yang berada di antara mineral agregat (VMA)
yang terisi oleh aspal efektif, dinytakan dalam persen.
VFA, VMA dan VIM saling berhubungan karena itu bila dua di antaranya
diketahui maka dapat mengevaluasi yang lainnnya. Kriteria VFA menyediakan
tambahan faktor keamanan dalam merancanakan dan melaksanakan campuran
beraspal panas.
Pada kadar aspal yang sama, maka usaha pemadatan yang lebih tinggi akan
mengakibatkan rongga udara (VIM) dan rongga di antara mineral agregat (VMA).
Bila kadar aspal campuran rencana yang dipadatkan sebanyak 2x50 tumbukan
diambil di sebelah kiri VMA terendah, tapi lalu lintas ternyata termasuk kategori lalu
lintas berat (yang mana seharusnya dipadatkan sebanyak 2x75 tumbukan), maka
akibat pemadatan oleh lalu lintas, keadaan kadar aspal yang sebenarnya akan menjadi
lebih tinggi. Akibatnya perkerasan akan mengalami alur plastis.
Sebaliknya bila campuran dirancang untuk 2x75 tumbukan tetapi ternyata lalu
lintas cenderung rendah, maka rongga udara akhir akan lebih tinggi sehingga air dan
udara akan mudah masuk. Akibatnya campuran akan cepat mengeras, rapuh dan
mudah terjadi retak serta adesivitas aspal berkurang yang dapat menyebabkan
pelepasan butir atau pengelupasan. Karena itu maka usaha pemadatan yang
direncanakan di laboratorium harus di pilih yang menggambarkan keadaan lalu lintas
di lapangan.
3. PERALATAN
a. Tiga buah cetakan benda uji yang berdiameter 10 cm (4”) lengkap dengan pelat alas
dan leher sambung.
b. Alat pengeluar benda uji, untuk mengeluarkan benda uji yang sudah dipadatkan
dari dalam cetakan benda uji dipakai sebuah ejector.
d. Landasan pemadat terdiri dari balok kayu (jati atau yang sejenisnya) berukuran
kira-kira 20x20x45 cm (8”x8”x18”) yang dilapisi pelat baja berukuran 30x30x2,5
cm (12”x12”x1”) dan kaitakan pada lantai beton dengan 4 bagian siku.
(ii). cincin penguji yang berkapasitas 2500 kg (500 pound) ketelitian 12,5 kg
(pounf0 di lengkapi arloji tekan dengan ketelitian 0,0025 cm (0,0001”)
g. Oven yang di lengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (200±3)0c.
i. Perlengkapan lain :
(ii). Pengukur suhu dari logam (metal thermometer) berkapasitas 2500c dan 1000c
dengan ketelitian 0,5 atau 1% dari kapasitas.
(iii). Timbangan yang dilengkapi penggantung benda uji yang berkapasitas 5 kg.
(iv). Kompor.
4. BENDA UJI
- Berishkan perlengkapan cetakan benda uji serta bagian muka penumbuk
dengan seksama dan panaskan sampai suhu antara 83,30c dan 148,90.
- Letakkan selembar kertas kering kedalam dasar cetakan, masukkan seluruh
campuran kedalam dan tusuk-tusuk campuran keras-keras dengan spatulah
yang dipanaskan atau aduklah dengan sendok semen 15 kali keliling
pinggirannya dan 10 kali di bagian dalam.
- Lepaskan lehernya dan ratakan permukaan campuran dengan sendok semen
menjadi bentuk sedikit cembung
- Waktu akan dipadatkan suhu campuran harus dalam batas-batas suhu
pemadatan seperti pada viskositas.
- Letakkan cetakan di atas landasan pemadat, lakukan pemadatan dengan alat
penumbuk sebanyak 75,50 atau 35 kali sesuai kebutuhan dengan tinggi jatuh
45 cm (18”).
5. PROSEDUR PERCOBAAN
h. Rendamlah benda uji dalam kondisi aspal panas atau ter dalam bak perendam
selama 30 – 40 menit atau dipanaskan di dalam oven selama 2 jam dengan
suhu tetap (60 ± 1)ºC untuk benda uji aspal panas (38 ± 1)ºC untuk benda uji
ter. Untuk benda uji aspal dingin masukkan benda uji kedalam oven selama
minimum 2 jam dengan suhu tetap (25 ± 1)ºC
k. Pasang arloji kelelahan (how meter) pada kedudukan di atas salah satu batang
penuntun dan atur kedudukan jarum penunjuk pada angka nol, sementara
selubung tangki arloji (sleeve) dipegang kencang terhadap segmen atas kepala
penekan (breaking head)
l. Tekan selubung tangki arloji kelelehan tersebut pada segmen atas dari kepala
penekan selama pembebanan berlangsung
6. CATATAN
Untuk benda uji yang tebalnya lebih kecil dari 2,5 inci, koreksilah bebannya
dengan menggunakan faktor perkalian yang bersangkutan dari tabel faktor koreksi
stabilitas. Umumnya benda uji harus didinginkan seperti ditentukan di atas. Bila
diperlukan pendinginan yang lebih cepat dapat digunakan kipas angin meja.
Campuran-campuran yang daya koreksinya kurang, sehingga pada waktu dikeluarkan
dari cetakan segera sesudah pemadatan tidak dapat menghasilkan bentuk silinder yang
diperlukan bisa didinginkan bersama-sama cetakannya di udara, sampai trjadi cukup
koreksi untuk menghasilkan bentuk silinder yang semestinya.
Stabilitas benda uji yang diukur dengan angka perbandingan tebal sama dengan
stabilitas setelah koreksi untuk benda uji tebal 63,5 mm. Hubungan isi/tebal
didasarkan pada benda uji yang berdiameter 101,6 mm.
8. GAMBAR KERJA
Thermometer