5 Macam Teori Kedaulatan Negara Di Dunia

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

5 Macam Teori Kedaulatan Negara di Dunia

Teori Kedaulatan Tuhan

Teori ini menyatakan bahwa kekuasaan yang ada pada pemerintahan negara berasal dari
Tuhan. Tuhan menganugerahkan kekuasaan kepada penguasa yang dianggap menjadi wakil-
Nya di bumi. Asal-usul negara dan keluarga-keluarga yang memerintah suatu negara
dikembalikan hingga kepada para dewa. Misalnya raja Iskandar Zulkarnaen dinyatakan
sebagai putra Zeus Ammon; Tenno Heiko di Jepang dianggap sebagai keturunan Dewa
Matahari (sebelum perang dunia II); kemudian kerajaan Jawa Kuno, yang memandang
rajanya sebagai titisan Brahmana. Penganut teori Ketuhanan ialah Friedrich Julius Stahl
(1802-1861).

Teori Kedaulatan Raja


Ajaran kedaulatan raja beranggapan bahwa rajalah yang memegang kekuasaan tertinggi
negara. Pandangan ini muncul terutama setelah periode sekularisasi negara dan hukum di
Eropa. Raja dalam hal ini bahkan dianggap sebagai pemimpin suci yang dipilih termasuk
sebagai pemegang kedaulatan untuk menciptakan hukum dan sekaligus melaksanakannya.
Padmo Wahjono menyatakan kedaulatan raja dalam hal ini dapat digabungkan dengan teori
pembenaran negara yang menimbulkan kekuasaan mutlak pada raja.

Misalnya, teori-teori kekuasaan jasmani atau teori-teori perjanjian dari pada Thomas Hobbe,
ajaran ini sampai pada puncaknya pada ajaran yang berslogan “i’etat cest moi”. Jika ajaran
kedaulatan raja pada mulanya dapat diterima oleh rakyat maka lama-kelamaan ia ditolak
bahkan dibenci oleh karena sifat raja yang sewenang-wenang. Rakyat tidak dapat tempat
perlindungan lagi dari raja dan disana sini rakyat mulai sadar bahwa keadaan semacam itu
tidak dapat dipertahankan lagi. Sejak itu mulailah muncul ajaran-ajaran baru yang memberi
jaminan kepada rakyat yang sewajarnya. Diantaranya adalah ajaran dari monarchomachen
hendak membatasi kekuasaan raja. Baru kemudian muncul ajaran kedaulatan rakyat dari
Rousseau yang disusul dengan pemberontakan rakyat

Teori Kedaulatan Rakyat

Menurut teori ini kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Pemerintah mendapat kekuasaan
dari rakyat yang kemudian disebut dengan pemerintahan demokratis. Pelopor paham
kedaulatan rakyat antara lain:

1) John Locke (1632-1704)


Bukunya yang berjudul Two Treaties of Government (Dua Risalah tentang Pemerintahan,
1690) menyatakan bahwa semua pemerintah yang sah bertumpu pada persetujuan yang
diperintah. Teorinya mengandung usaha membatasi kekuasaan raja yang bertindak
sewenang-wenang dengan konstitusi. Dia pelopor monarki konstitusional (kerajaan yang
berundang-undang dasar). Menurut John Locke manusia lahir mempunyai hak-hak pokok
ialah hak hidup, hak kemerdekaan diri, dan hak milik. Negara terjadi karena adanya
perjanjian warga negara dan bertujuan untuk menjamin hak asasi tersebut. Agar hak asasi itu
dapat terjamin dan raja tidak melarangnya, maka kekuasaan raja yang mutlak
(sewenangwenang) harus dibatasi dengan konstitusi.

2) Montesquieu (1688 – 1755)


Dalam bukunya L’esprit des Lois (Semangat Hukum, 1748), Montesquieu berpendapat
tentang Trias Politica. Ia membagi kekuasaan negara menjadi tiga yaitu legislatif (kekuasaan
membuat undang-undang), eksekutif (kekuasaan menjalankan undang-undang),
dan yudikatif (kekuasaan untuk mengadili). Ketiga kekuasaan itu harus dipisahkan dan
dipegang oleh badan yang berdiri sendiri-sendiri, tidak saling mempengaruhi sehingga dapat
menjamin hak dan kebebasan warga negara.

3) Jean Jacques Rousseau (1712-1778) Bukunya berjudul Du Contract


Social (Perjanjian Masyarakat),
memuat tentang kodrat manusia sejak lahir yaitu sama dan merdeka, tapi kemudian dalam
hubungan kenegaraan menjadi tidak bebas karena harus tunduk pada aturan negara.
Manusia dalam masyarakat dianggap telah mengadakan perjanjian masyarakat untuk
membentuk badan penyelenggara ketertiban dalam masyarakat yaitu pemerintah. Pemerintah
diberi kekuasaan oleh rakyat yang berdaulat dan melakukan kekuasaannya itu atas nama
rakyat. Pengaruh teori ini menjadi dasar aliran politik revolusioner (Revolusi Perancis 1789).

Teori Kedaulatan Negara

Ajaran ini menyatakan bahwa negara adalah suatu kodrat alam, sejak lahirnya negara
kedaulatan itu ada, maka negara dianggap sebagai sumber kedaulatan yang memiliki
kekuasaan yang tidak terbatas. Hukum dan segala kegiatan pemerintah merupakan kehendak
negara, maka negara tidak Dapat dibatasi oleh hukum, karena hukum itu buatan negara. Oleh
karena negara itu abstrak, maka Kekuasaannya diserahkan kepada penguasa suatu negara.
Jadi, pada kenyataannya penguasalah yang memegang kedaulatan negara itu, sehingga
membentuk negara dengan pemerintahan yang memiliki kekuasaan tidak terbatas. Misalnya,
Italia pada masa pemerintahan Mussolini dan Jerman pada masa pemerintahan Hitler.
Penganut teori ini adalah Paul Laband (1879-1958) dan Jellinek (1851-1911).
Teori Kedaulatan Hukum

Menurut ajaran ini hukum berada di atas segalanya, dan mempunyai martabat lebih tinggi
daripada negara. Negara seharusnya menjadi negara hukum. Hal ini berarti setiap tindakan
harus didasarkan atas hukum. Sedangkan hukum itu sendiri bersumber dari rasa keadilan dan
kesadaran hukum. Misalnya Indonesia menganut hukum modern, kemudian negara Amerika
dan Eropa yang menganut hukum murni.

Pelopor teori ini ialah Profesor Mr. Krabbe (Belanda) dan Leon Duguit (Perancis). Teori ini
menyatakan bahwa yang memiliki kekuasaan tertinggi dalam suatu negara ialah hukum,
karena itu baik raja, penguasa, dan rakyat serta negara sendiri tunduk terhadap hukum. Hugo
Krabbe sebagai salah seorang ahli yang mempelopori aliran ini berpendapat bahwa negara
sudah seharusnya negara hukum (rechtstaat) dan setiap tindakan negara harus didasarkan
pada hukum atau harus dapat dipertanggungjawabkan pada hukum.

Menurut Krabbe yang menjadi sumber hukum adalah rasa hukum, yang terdapat di
masyarakat. Rasa hukum ini dalam bentuknya masih sederhana atau primitif, dan dalam
bentuknya yang telah maju disebut kesadaran hukum Kalau diperhatikan lebih jauh ke
belakang, konsep kedaulatan yang didasarkan pada hukum ini adalah suatu reaksi atas prinsip
ajaran teori kedaulatan negara.

Anda mungkin juga menyukai