LP Defisit Perawatan Diri

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

A.

KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya.
(Aziz R.,2013).
2. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2000), Penyebab kurangnya perawatan diri
adalah kelelahan fisik dan penurunan kesadaran. Menurut Depkes (2000),
Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Eluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yaang dialami iindividu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.

1
MenurutDepkes (2000), Faktor-faktor yang mempengaruhi personal
hygiene adalah :
a. Body Image. Gambarann individu terhadap dirinya sangat
mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial. Pada anak-anak selaluu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personel hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi. Personel hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan. Pengetahuan personel hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkantkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya. Di sebagian masyarakat jika indicidu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan
lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis. Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat dirii berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada mmasalah personel hygiene :
1. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan
gangguan fisik pada kuku
2. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personel hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

2
3. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut fitria(2009) adalah
sebagai berikut :
1. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersikan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan pperlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mmandi
2. Berpakaian/bershias
Klienmempunyai kkelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh aatau menukarpakaian.
Klian juga memiliki ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam,
memilih pakain, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarikmelepaskan pakaian, mengguankan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunya makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam wadahlalu
memasukannya ke mulut, melengkai makan, mencerna makanan menurut,
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman.
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil.

3
Menurut Depkes (2000), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bauh, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bauh
5) Penampilan tidak rapih
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai normal
4) Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
4. Proses Terjadinya
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting
(buang air besar/ buang air kecil) secara mandiri.

4
5. Patofisiologi
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan jiwa
yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit
perawatan diri yang signifikan.Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan
berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi
sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal
melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari Faktor biologis terkait
dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari neurotransmiternya.
Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada
perilaku maladaptif pasien Secara biologi riset neurobiologikal mempunyai
fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu
sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus. Sistem Limbik merupakan
cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial masing-masing hemisfer dan
mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan
otonom dan emosi. Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan
emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada
sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan
perubahan kebribadian. Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang
sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan
dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama
yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan
kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku
maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan,
toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri. Hypotalamus
adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan
motivasi.Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi

5
seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana
klien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya.
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari
beberapa neurotransmitter. misalnya: Dopamine fungsinya mencakup regulasi
gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter.
Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada
klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir),
afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan
defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak
berkeinginan untuk melakukan perawatan diri.

Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,


halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika
terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang
kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang
maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan
perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine
akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien
cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau
berhias dan toileting.

6
6. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak perawatan saat
stress
Penjelasan :
a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor.

Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.

7
7. Fase/Tahapan
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan
rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari
pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko
mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau
lingkungan dengan adekuatnya.
8. Jenis
Menurut Nanda (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: mandi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
berkativitas perawatan diri untuk diri sendiri.
2. Defisit perawatan diri : berpakaian ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan beriasuntuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
sendiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan elimiinasi
sendiri
9. Mekanisme Koping
1) Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive

8
3) Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan negatif
didalam diri sendiri.
4) Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu.
10. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien
tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah
atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan
kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan
kehidupan dirumah dan dukungan.
11. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik.

9
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah Keliat, A, B.
Akemat, M. K. (2019):
a) Status Mental
1. Penampilan
[ ] Tidak rapi
[ ] Pengunaan pakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan…………………………………
Masalah Keperawatan………………………………………
b) Kebutuhan sehari-hari
1. Kebersihan diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
2. Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
3. BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
4. Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
Jelaskan………………………………………….
Masalah Keperawatan……………………………………..

Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul


1) Defisit keperawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Resiko tinggi isolasi sosial
Analisa Data
1) Data subjektif
a) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS
tidak tersedia alat mandi
b) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
c) Klien mengatakan ingin disuapi makan

10
d) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB.
2) Data objektif
a) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor
b) Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

Pohon Masalah
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

2. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB

11
3. Intervensi
Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Diagnosa Perencanaan Intervensi
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
Defisit perawatan diri: mandi, 1. Klien dapat mengenal 1.1 Klien dapat menyebutkan 1.1.1 Diskusikan bersama klien
berpakaian, makan, eliminasi tentang pentingya pentingya kebersihan diri pentingya kebersihan diri
kebersihan diri dalam waktu 2 kali dengan cara menjelaskan
pertemuan: pentingya tentang arti
 Tanda tanda bersih bersih dan tanda – tanda
 Badan tidak bauh bersih
 Rambut rapih, bersih 1.1.2 Dorong klien untuk
dan tidak bauh menyebutkan 3 dari 5

 Gigi bersih dan tidak tanda kebersihan diri

bauh mulut
 Baju rapih an tidak bau

1.2 Klien mampu menyebutkan 1.2.1 Diskusikan fungsi

kembali kebersihan untuk kebersihan diri untuk

kesehatan kesehatan dengan


menggali pengetahan klien
terhadap hal yang
berhubungan dengan

12
kebersihan diri
1.2.2 Bantu klien
mengungkapkan ari
kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan
diri
1.2.3 Beri reinforcement positif
setelah klien mampu
mengungkapkan arti
kebersihan diri.

1.3 Klien dapat menjelaskan 1.3.1 Ingatkan klien untuk


cara perawatan diri, antara memelihara kebersihan
lain: diri seperti:
 Mandi 2 kali sehari  Mandi 2 kali, pagi
dengan sebuh dan sore
 Menggosok gigi  Sikat gigi minmal 2
minimal 2 kali sehari kali sehari (sesudah
setelah makan dan akan makan dan sebelum
tidur tidur)
 Mencuci rambut 2-3  Keramas dan menyisir
kali seminggu dan rambut

13
memotong kuu bila  Gunting kuku bila
panjang panjang
 Mencuci tangan
sebelum dan sesudah
makan

2. Klien dapat 2.1 Klien berusaha untuk 2.1.1 Motivasi klien untuk
mengidentifikasi penyebab memelihara kebersihan diri, mandi:
perilaku kekerasan yaitu:  Ingatkan caranya,
 Mandi pakai sabun dan evaluasi hasilya dan
disiram dengan air beri umpan balik
sampai bersih  Bimbing klien dengan
 Mengganti pakayan bantuan minimal
bersih sekali sehari dan  Jika hasilya kurang,
merapikan penampilan. kaji hambatan yang
ada
2.1.2 Bimbing klien untuk
mandi
 Ingatkan dan anjurkan
untuk mandi 2 kali
sehari dengan
menggunakan sbun

14
 Anjurkan klien untuk
meningkatkan cara
mandi yang benar
2.1.3 Anjurkan klien untuk
mengganti baju setiap
hari:
 Anjurkan lklien untuk
mempertahankan dan
meningkatkan
penampilan diri setiap
hari
 Dorong klien untuk
mencuci pakayanya
sendiri
 Demonstrasikan cara
mencuci pakayan
yang benar dengan
sabun dan dibilas
2.1.4 Kaji keinginan klien untik
memotong kuku dan
merapikan rambut
 Beri kesempatan pada

15
klien untuk
melakukan sendiri
 Ingatkan potong kuku
dan keramas
2.1.5 Kolaborasi dengan
perawat ruangan untuk
mengelolah fasilitas
perawatan kebersihan
diri, seoerti mandi, dan
kebersihan kamar mandi
2.1.6 Bekerja sama dengan
keluarga untuk
mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti
odol, sikat gigi, sampo,
pakayan ganti, handuk
dan sandal

3. Klien dapat melakukan 3.1 Setelah satu minggu klien 3.1.1 Monitor klien dalam
kebersihan perawatan diri dapat melakukan perawatan melaksanakan kebersihan
secara mandiri kebersihan diri secara rutin diri secara teratur.
dan teratur tanpa anjuran Ingatkan untuk mencuci

16
 Mandi pagi dan sore rambut, menyisir, gosok
 Ganti baju setiap hari gigi, ganti baju dan pakai
 Penampilan bersih dan sandal
rapi

4. Klien dapat 4.1 Klien selau tampak bersih 4.1.1 Beri reinforcement positif
mempertahankan dan rapi jika klien berhasil
kebersihan diri secara melakukan kebersihan
mandiri diri

5. Klien dapat dukungan 5.1 Keluarga selalu mengingat 5.1.1 Jelaskan pada keluarga
keluarga dalam hal-hal yang berhubungan tentang penyebab kurang
meningkatkan kebersihan dengan kebersihan diri minatnya klien menjaga
diri kebersihan diri
5.1.2 Diskusikan bersama
keluarga tentang tindakan
yang telah dilakuan klien
selama di RS dalam
menjaga kebersihan dan
kemajuan
5.1.3 Anjurkan keluarga untuk
memutuskan memberi

17
stimulasi terhadap
kemajuan yang telah
dialami di RS

5.2 Keluarga menyiapkan 5.2.1 Jelaskan pada keluarga


sarana untuk membantu tentang manfaat sarana
klien dalam menjaga yang lengkap dalam
kebersihan diri menjaga kebersihan diri
klien
5.2.2 Anjurkan keluarga untuk
menyiapkan sarana dalam
menjaga kebersihan diri
5.2.3 Diskusikan bersama
keluarga cara membantu
klien menjaga kebersihan
diri

5.3 Keluarga membantu dan 5.3.1 Diskusikan dengan


membimbing klien dalam keluarga mengenai hal-
menjaga kebersihan diri hal yang dilakukan
misalnya:
 Meningkatkan klien

18
pada waktu mandi
 Sikat gigi, keramas,
ganti baju, dan lain-
lain
 Membantu klien
apabia mengalami
hambatan,memberi
pujian atas
keberhasilan kien.

19
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri
Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan
Pasien Keluarga
SPIP SPIK
 Identifikasi masalah perawatan diri:  Diskusi maslah yang dirasakan dalam
Kebersihan diri, berdandan, merawat pasien
makan/minum, BAK/BAB
 Jelaskan pentingnya kebersihan  Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
dan proses terjadinya defisit perawatan
diri
 Jelaskan cara dan alat kebersihan diri  Jelaskan cara merawat defisit
perawatan diri
 Latih cara menjaga kebersihan diri :  Latih dua cara merawat: kebersihan diri
Mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, dan berdandan
cuci rambut, potong kuku
 Masuk pada jadwal kegiatan untuk  Anjurkan membantu pasien sesuai
latihan mandi, sikat gigi (2 kali jadwal dan memberikan pujian
perhari), cuci rambut (2 kali
perminggu), ptong kuku (satu kali
perminggu)
SPIIP SPIIK
 Evalusi kegiatan kebersihan diri, beri  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri,
beri pujian
 Jelaskan cara dan alat untuk berdandan  Latih dua (yang lain) cara merawat:
makan & minum, BAB & BAK
 Latih cara berdandan setelah kebersihan  Anjurkan membantu pasien sesui
diri jadwal dan memberi pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan

20
SPIIIP SPIIIK
 Evaluasi kegiatan kebersihan dairi dan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
berdandan. Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan diri
dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara dan alat makan dan  Bimbing keluarga merawat kebersihan
minum diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih cara makan dan minum yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik
SPIVP SPIVK
 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan  Evaluasi keluarga dalam
berdandan, makan & minum, beri merawat/melatih pasien kebersihan diri
pujian dan berdandan. Beri pujian
 Jelaskan cara BAB & BAK  Bimbing keluarga merawat kebersihan
diri dan berdandan dan makan &
minum pasien
 Latih BAB & BAK yang baik  Anjurkan membantu pasien sesui
jadwal dan berikan pujian
 Masukan pada jadwal kegiatan untuk
latihan kebersihan diri, berdandan dan
makan & minum yang baik, BAB &
BAK
SPVP SPVK
 Evaluasi kegiatan latihan perawatan  Evaluasi kegiatan keluarga dalam
diri: kebersihan diri, berdandan, makan merawat/melatih pasien dalam
& minum, BAB & BAK. Beri pujian perawatan diri: kebersihan diri,
berdandan, makan & minum, BAB

21
&BAK. Beri pujian
 Latih kegiatan harian  Nilai kemampuan keluarga merawat
pasien
 Niali kemampuan mandiri  Nilai kemampuan keluarga melakukan
kontrol RSJ/PKM
 Niali apakah perawatan diri telah baik

4. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Dengan
memperhatikan mengutamakan masalah utama yang aktual dan mengancam integritas
klien dan lingkungan.
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjuatan uantuk emniali efek dari tindakan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien terhadap
tindakan yang telah dilaksanakan.
Evaluasidapatdilakukandenganmenggunakan SOAP, sebagaipola piker atauacuan.
S : Responsubjektifklienterhadaptindakan keperawatan yangdiberikan
O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah diakukan
A : Defisit Perawatan Diri (+)
P : Latih Pasien dalam merawat kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, serta
BAB/BAK secara mandiri

22
6. Hasil Yang Diharapkan Untuk Pasien
1) Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2) Menyebutkan cara membersihkan diri
3) Mempraktekan cara membersihkan diri dan memasukkan dalam jadwal
4) Menyebutkan cara makan yang baik
5) Mempraktekkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam jadwal
6) Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
7) Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik dan memasukkan dalam jadwal
8) Menyebutkan cara berdandan
9) Mempraktekkan cara berdandan dan memasukkan dalam jadwal
7. Hasil Yang Diharapkan Untuk Keluarga
1) Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses terjadinya msalah kurang
perawatan diri
2) Menyebutkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
3) Menpraktekkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
4) Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien dirumah.
8. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah perawatan
diri adalah : TAK stimulasi persepsi: perawatan diri
Sesi I : Manfaat perawatan diri
Sesi II : Menjaga kebersihan diri
Sesi III : Tata cara makan dan minum
Sesi IV: Tata caratoiletting
Sesi V : Tata cara berdandan

23
DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti Murhripah, Iskandar.2014.AsuhanKeperawatan Jiwa.PT Refika Aitama.Bandung

Rusdi Deden Darmawan.2013.Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan


Keperawatan Jiwa.Gosyen Publishing.Yogyakarta

Yusuf Ah,dkk.2015.Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Salemba Medika.Jakarta

Keliat, A, B. Akemat, M. K. (2019) Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

24

Anda mungkin juga menyukai