Minipro Stunting
Minipro Stunting
Minipro Stunting
MINI PROJECT
“TALI DAN GUNTING”
Oleh :
dr. Permata Ayuning Tyas
Pembimbing :
dr. Dian Rosdiana, MPH
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan Mini Project yang berjudul “Pelatihan Antropometri Pada
Kader UPT Puskesmas Kalitanjung Kota Cirebon”. Penyusunan laporan didapat dari berbagai
pihak, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Pembimbing internsip Puskesmas Kalitanjung tahun 2019-2020, dr. Dian Rosdiana, MPH
2. Kepala Puskesmas Kalitanjung, dr. Hj. Walyanah, M.H
3. Pemegang program Gizi Ibu Siti Masitoh, SKM
4. Teman-teman Internsip Puskesmas Kalitanjung periode September 2019 - Januari 2020
Penulis berupaya menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga hasil laporan
ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Cirebon, Desember 2019
Penulis
PENDAHULUAN
1.2 Permasalahan
Pada tahun 2017, sekitar 22,2% atau sekitar 150,8 juta balita di dunia mengalami
stunting. Setengah dari jumlah tersebut berasal dari Asia (55%). Berdasarkan data dari
Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2017, terdapat 29,8% anak di Indonesia yang
mengalami stunting, dimana 9,8% dari data tersebut tergolong dalam kategori sangat
pendek. Jumlah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, yaitu 27,5% di tahun 2016.
Sedangkan di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung, terdapat 147 anak dibawah usia
5 tahun yang menderita stunting pada bulan Februari 2019, dimana 17 diantaranya
tergolong dalam kategori sangat pendek. Salah satu penyebab stunting adalah asupan
nutrisi yang tidak sesuai. Pada tahun 2003, WHO merekomendasikan ASI eksklusif
selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan MPASI hingga usia 24 bulan sebagai panduan
pemberian makanan pada anak. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, cakupan ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan
menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2007, yaitu dari 32% menjadi 42%.
Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013, cakupan
pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 54,3%. Angka prevalensi
cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan di Jawa Barat masih jauh dari
angka nasional, yaitu 33,7%.
Money
Intervensi
masalah
kesehatan
tumbuh dan
kembang
cukup mahal
Lebih
memilih susu
formula
dibandingkan
dengan ASI
eksklusif
Lingkungan
tempat
tinggal
yang tidak
higienis
Kurangnya
sumber daya
manusia di
Puskesmas
Kalitanjung
Belum ada
pembinaan
kader terkait
penanggulang
an masalah
gizi
khususnya
stunting
Man Method
Material/
Machine
Market
Belum ada
alat bantu
pemantauan
ASI eksklusif
Environtm
ent
2.1 Tujuan
2.1.1 Umum
Menurunkan angka penderita stunting di wilayah kerja Puskesmas Kalitanjung.
2.1.2 Khusus
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai manfaat ASI eksklusif dan cara
pemberian MPASI yang tepat sehingga dapat menurunkan masalah pertumbuhan dan
perkembangan pada anak.
2.2 Sasaran
2.3 Metode
Pelaksanaan kegiatan dengan menggunakan metode penyuluhan interaktif. Materi
yang diberikan mengenai seputar penyakit stunting serta manfaat dan cara pemberian
ASI eksklusif dan MPASI yang tepat.
2.4 Materi
2.4.1 Stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan
yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi tersebut diukur dengan cara
panjang badan atau tinggi badan berdasarkan usia dibawah minus dua standar deviasi
dari kurva pertumbuhan anak WHO. Kondisi ini merupakan dampak dari masalah gizi
kronik yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu
saat hamil, kondisi kesehatan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita
stunting akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif
yang optimal. Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta
setelah persalinan menjadi faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan
janin. Jika terjadi masalah dalam salah satu proses tersebut dapat meningkatkan risiko
terjadinya stunting di kemudian hari.
Faktor lain pada ibu yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak
kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang
saat kehamilan. Asupan nutrisi yang diperoleh bayi juga berperan penting terhadap
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk risiko terjadinya stunting. Inisiasi
menyusu dini (IMD), pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, serta pemberian
Makanan Pendamping ASI (MPASI) hingga usia 24 bulan merupakan tiga faktor
penting dalam pemberian asupan nutrisi pada anak. Hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian asupan makanan pada anak adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan. Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal
juga berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi memiliki hubungan yang
erat terhadap kemampuan dalam memenuhi asupan makanan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan keamanan
pangan yang kurang baik dapat meningkatkan risiko infeksi. Penyakit infeksi yang
disebabkan karena faktor sanitasi seperti diare dan infeksi cacing dapat mengganggu
penyerapan nutrisi pada anak. Hal ini menyebabkan asupan makanan yang diberikan
tidak efektif sehingga jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan stunting.
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka pendek
dan jangka panjang. Dampak jangka pendek yang dapat terjadi berupa peningkatan
kejadian kesakitan dan kematian; perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pada
anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Sedangkan dampak jangka
panjangnya adalah postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa; meningkatkan risiko
obesitas dan penyakit lainnya; menurunnya kesehatan reproduksi; kapasitas belajar
dan performa yang kurang optimal pada saat masa sekolah; dan produktivitas dan
kapasitas kerja yang tidak optimal.
PERSIAPAN KEGIATAN
Juli Agustus
1-6 8-13 15-19 20 27 28-31 1-31
1 Koordinasi
dengan dokter
pendamping dan
pemegang
program
2 Penentuan waktu,
tempat, dan
sasaran
penyuluhan
3 Penyusunan acara
dan rancangan
anggaran
4 Persiapan logistik √
13
5 Pelaksanaan
penyuluhan
√
6 Evaluasi √
7 Penulisan laporan
akhir
√√
bersama
250 40 10.000
• Cetak spanduk 50.000 1 50.000
• Cetak Leaflet 6.000 20 120.000
• Tali rafia
• Pulpen
1.500
10.000
1
2 kotak
1.500
20.000
Konsumsi
• Snack 5.000 40 200.000
Jumlah : 402.000
15
BAB IV
4.1. Pendahuluan
Evaluasi kegiatan dilakukan untuk menilai keberhasilan suatu program.
Suatu program dikatakan berhasil jika dapat mencapai indikator yang ditetapkan.
Evaluasi bertujuan sebagai panduan baik dari segi perencanaan maupun
pelaksanaan program selanjutnya.
4.2. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan program yang telah disusun, acara dianggap berhasil apabila
memenuhi 80% dari indikator keberhasilan berikut ini yang terdiri atas masukan
(input), proses, dan keluaran (output).
4.2.1. Masukan (input)
• Sumber daya manusia (man): dokter internsip di Puskesmas Kalitanjung menjadi
bagian dari rangakaian persiapan kegiatan dan berpartisipasi dalam acara.
• Sumber dana (money): dana yang tersedia sesuai dengan rancangan anggaran.
• Sarana prasarana (material): alat, bahan, dan media penunjang penyuluhan
dipersiapkan dan digunakan dengan baik selama kegiatan.
• Program (method): susunan acara dan konten penyuluhan dipersiapkan dalam
bentuk Rencana Operasional Pelaksanaan (ROP) sesuai dengan tujuan dan
sasaran kegiatan.
• Sasaran (market): peserta yang hadir meliputi masyarakat dan kader RW 11
Kelurahan Harjamukti serta perwakilan tenaga kesehatan dari Puskesmas
Kalitanjung.
4.2.2. Proses
• Perencanaan (Planning):
➢Kegiatan yang akan dilaksanakan disusun sesuai tujuan dan dituangkan dalam
16
➢Alat, bahan, dan media penunjang yang dibutuhkan berfungsi dengan baik
selama kegiatan.
➢Jumlah peserta yang hadir minimal 50% + 1 undangan yaitu 11 peserta.
17
18
baik.
4.3.3. Keluaran (output)
Keluaran dinilai berdasarkan peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap
ASI Eksklusif dan MPASI yang dilihat dengan cara membandingkan hasil pre test
dan post test.
Tabel 4.1 Perbandingan Hasil Pre Test dan Post Test
5.1. Simpulan
Hasil dari penyuluhan “TALI DAN GUNTING” yaitu terdapat peningkatan
pengetahuan mengenai ASI eksklusif dan MPASI. Adapun keberhasilan
penyuluhan dilihat dari pencapaian indikator. Semua indikator keberhasilan telah
tercapai selama kegiatan berlangsung.
5.2. Rekomendasi
Setelah diadakannya kegiatan penyuluhan ini diharapkan:
• Peserta dapat mengaplikasikan informasi yang telah didapatkan dalam
kehidupan sehari-hari.
• Peserta penyuluhan dapat memberikan informasi mengenai ASI eksklusif dan
MPASI sehingga meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap hal tersebut.
• Peserta berkomitmen untuk melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.