PPK Mata Sarila
PPK Mata Sarila
PPK Mata Sarila
SARILA HUSADA
PANDUAN PRAKTIK KLINIS
BAGIAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM SARILA HUSADA
Jl. Veteran No. 41-43
SRAGEN
KATARAK
1. Pengartian Katarak adalah kekeruhan pada lensa yang menyebabkan penurunan
tajam penglihatan.
2. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan penglihatan menurun secara perlahan
tanpa adanya tanda radang. Semakin tebal kekeruhan maka tajam
penglihatan semakin menurun. Faktor Risiko
a. Usia lebih dari 40 tahun
b. Penyakit sistemik seperti Diabetes Mellitus.
c. Pemakaian tetes mata steroid secara rutin
3. Pemeriksaan - Visus menurun berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya
Fisik - Refleks pupil dan Tekanan Intra Okular normal
- Tidak ditemukan kekeruhan kornea.
- Apabila TIO normal (< 21 mmHg), dilakukan dilatasi pupil dengan
tetes mata tropikamid 0,5% untuk melihat kekeruhan lensa
- Pemeriksaan iris shadow test positif
- Ofthalmoskopi direk dan indirek untuk evaluasi intergritas bagian
belakang
- Slit lamp biomikroskop untuk evaluasi tebal, luas, dan lokasi
kekeruhan pada lena
4. Kriteria Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis penurunan penglihatan
Diagnosis perlahan dan pemeriksaan oftalmologi didapatkan kekeruhan pada lensa
5. Diagnosis Katarak
Kerja
6. Diagnosis Kelainan refraksi
Banding Ablasi retina
7. Pemeriksaan - Ultrasonografi
Penunjang - Retinometer
8. Tatalaksana -Penatalaksanaan non bedah untuk visus lebih baik atau sama dengan
6/12, yaitu pemberian kacamata dengan koreksi terbaik.
- Pembedahan dapat dikerjakan dengan cara :
1. Intrakapsuler : massa lensa dan kapsul dikeluarkan seluruhnya
2. Ekstrakapsuler : massa lensa dikeluarkan dengan meronek
kapsul anterior dan meninggalkan kapsul posterior
3. Fakoemulsifikasi : inti lensa dihancurkan di dalam kapsul dan
sisa massa lensa dibersihkan dengan irigasi aspirasi
- Koreksi afakia (mata tanpa lensa) dapat dengan :
1. Implantasi lensa intra okuler : lensa intra okuler ditanam
setelah lensa mata diangkat
2. Kacamata : kekurangannya adalah distorsi cukup besar dan
lapang pandang terbatas. Kekuatan lensa yang diberikan
sekitar +10D bila sebelumnya emetropia
3. Lensa kontak : diberikan pada afakia monokuler dimana
penderita kooperatif, terampil kebersihan terjamin.
Kacamata dan lensa intra okuler diberikan apabila pemasangan
lensa intra okuler tidak dapat dipasang dengan baik atau
merupakan kontraindikasi.
9. Edukasi -Pencegahan sampai saat ini belum ada
-Aturan perawatan paska operasi harus diikuti, sampai batas waktu
yang ditentukan.
-Diperlukan control rutin paska operasi sampai batas waktu yang
diperlukan (1 – 3 bulan)
10. Prognosis Ad vitam : dubia ad bonam
An sanationam : dubia ad bonam
An fungsionam : dubia ad bonam
11. Tingkat I/II/III/IV
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah dr. Sahilah Ermawati, Sp.M
Kritis
14. Indikator Tajam penglihatan
Jenis dan ketebalan katarak
15. Kepustakaan 1. Basic And Clinical Science Course : Lens and Cataract, The
Foundation of The American Academy of Ophthalmology, 2001-
2002, pp. 40-45, 96-110
2. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian / SMF Ilmu Kesehatan Mata,
RSU Dr. Soetomo Surabaya, 2006
Sragen, 20 November 2019
Ketua Komite Medik Kepala Bagian Mata
C. Sesudah + 1 jam, periksa TIO dan sudut BMD a. Pada umumnya TIO
sudah mulai turun dan bila sudah < 40 mmHg, beri Pilocarpine 2% dan
setelah ½ jam bila TIO tetap turun dan sudut mulai terbuka beri
Pilocarpine 1% sehari 4 kali, Timolol 0,5% sehari 2 kali, topical
Prednisolone 1% atau dexamethasone 0,1% sehari 4 kali Pilocarpine
tidak perlu diberi secara “intensive” Bila kondisi mata sudah mulai
tenang terutama bila kornea sudah jernih, dilakukan Bedah Iridektomi
Perifer (bedah IP). Bila TIO tetap tinggi dan sudut tetap tertutup, harus
dipikirkan kemungkinan glaucoma sudut tertutup karena kelainan
lensa jangan diberi Pilocarpine akan menambah lensa bergerak
kedepan, blok pupil) Siapkan pasien untuk dirujuk Argon Laser
Peripheral Iridoplasty (ALPI) yang akan mengkerutkan iris perifer
sehingga sudut terbuka, TIO turun, kondisi mata menjadi tenang (2-3
hari) untuk selanjutnya dilakukan laser PI.
D. Pasca bedah IP
Gonioskopi :
a. Sudut terbuka; Pilocarpine diteruskan sampai tampak jelas lubang IP,
Timolol dan Prednisolone atau Dexamethasone diteruskan sampai
kondisi mata tenang (bebas dari inflamasi)
b. Sudut tetap tertutup; dugaan Glaukoma plateau iris, Glaukoma
ektopia lentis anterior, Glaukoma maligna
E. Untuk Mata jiran (Fellow Eye) Sementara Pilocarpine 1% sehari 4
kali dan Timolol 0.5% ( 1- 2kali sehari), atau Timolol 0.5% saja,
sampai saat terbaik untuk dilakukan Laser PI atau Bedah IP
Pemberian Pilocarpine harus disertai obat anti glaucoma lainnya
misal Timolol maleat 0,5% .
9. Edukasi 1. Pasien harus menggunakan obat tetes mata sesuai dengan petunjuk
dokter, terutama dalam hal kepatuhan (compliance, adherence) dan
jumlah pemberian obat per hari.
2. Pasien harus teratur berobat ke dokter mata untuk melakukan
pemeriksaan tekanan intra okular, penilaian status saraf N II
(struktur anatomi saraf mata) dan lapang pandang fungsi
penglihatan).
3. Pemeriksaan teratur juga dikenakan kepada keluarga pasien.
4. Berobat teratur bila terdapat penyakit penyerta sistemik, terutama
diabetes melitus.
10. Prognosis Tergantung dari beratnya, lamanya, dan adanya kerusakan permanen
dipapil syaraf optic.
11. Tingkat I/II/III/IV
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah dr. Salihah Ermawati Sp.M
Kritis
14. Indikator Tekanan intraokuler
Tajam Penglihatan
Tanda-tanda gangguan N II
Lapang pandang
15. Kepustakaan 1. Brubaker RF; Cantor LB; Epstein D; Gross RL; Katz LJ; Noecker
RJ; Schuman JS; Simmons ST; Guide to Glaucoma Management, A
Continuing Medical Education Program; Review of Ophthalmology;
Sept 2001; 25-28
2. Cantor L; Fechtner RD; Michael AJ; Simmons ST; Wilson AR;
Brown SVL, eds. Basic and Clinical Science Course, Glaucoma,
Section 10; 2001-2002; San Francisco; The Foundation of The
American Academy of Ophthalmology; 7281, 100-108, 130-146,
147-153, 163-166
3. Kanski JJ; Clinical Ophthalmology, A Systematic Approach; 4th ed;
Oxford; Butterworth-Heinemann; 1999; 206-217, 229, 243-248
4. Ritch R; Shields MB; Krupin T; eds. The Glaucomas; 2nd ed; 1996;
St Louis, Mosby; 821-836, 841-853, 103-104, 1521-1527, 1549-
1551, 1707-1708, 1715-1716
5. Sefansson E; Costa VP, Harris A; Wiederholt M; CO-
REGULATION, A Comprehensive Approach for Glaucoma
Management, Highlight from a Satelite Symposium with the 13th
Congress of the European Society of Ophthalmology; Istambul, June
4, 2001; 1-2, 3-4
6. Pedoman Diagnosis Terapi RSU Dr. Soetomo, Bag/SMF Ilmu
Penyakit Mata, Divisi Glaukoma, RSU Dr. Soetomo, tahun 2006
Menurunkan TIO
I. Tentukan Target TIO
1. Perhatikan factor usia, luasnya kerusakan dan tingginya TIO
2. Hasil dari Advanced Glaucoma Intervention Study (AGIS)
menunjukkan TIO < 18 mmHg terutama bila < 14 mmHg tidak
menunjukkan progresivitas penyakit
II. Target TIO dapat dicapai melalui :
1. Obat sebagai pilihan pertama Obat-obat yang dapat digunakan
a. Beta antagonis topical; menghambat produksi akuos Betaxolol
0,25%-0,5%; timolol 0,25%-0,5% : sehari 2 kali. Carteolol 2%
ed 1 x sehari (pagi); Kontra indikasi : asma, penyakit obstruksi
paru, hipotensi, penyakit jantung dengan kemungkinan
bradikardia
b. Prostaglandin analog : melancarkan pembuangan uvea sclera
Latanoprost 0.005%; travoprost 0.004% = malam 1 kali;
tafloprost 0,0015% 1 x malam Unoproston 0.12% = sehari 2 kali
c. Prostamide : melancarkan pembuangan melalui trabekular dan
melalui uvea sclera bimatoprost 0.03% = malam 1 kali
d. Alfa 2 selected agonist : menghambat produksi akuos dan
melancarkan pembuangan uvea sclera Brimonidine 0.15%, 0.2%
= sehari 2 kali
e. Penghambat Carbonic Anhydrase Topikal : menghambat
produksi akuos dorzolamide 2%; brinzolamide 1% = sehari 2-3
kali
f. Obat-obat kombinasi Timolol + dorzolamide; timolol +
latanoprost
g. Pilocarpine 2% sehari 4 kali Acetazolamide tablet 250 mg Kedua
obat ini sudah jarang digunakan karena efek samping yang
sangat mengganggu kenyamanan penderita (visus terganggu
terutama di malam hari, nyeri sekitar mata, frekuensi pemakaian
>3x untuk Pilocarpine serta rasa mual, lemah, parestesi untuk
Acetazolamide)
KONJUNGTIVITIS
1. Pengartian Suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan bacteria, virus, jamur,
chlamidia, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia
2. Anamnesis Pasien datang dengan keluhan mata merah, rasa mengganjal, gatal dan
berair, kadang disertai sekret. Umumnya tanpa disertai penurunan tajam
penglihatan
3. Pemeriksaan - Hiperemia dengan injeksi konjungtiva
Fisik - Lakrimasi atau epifora (lakrimasi yang berlebihan)
- Eksudasi (mukoid, purulen, berair, atau berdarah)
- Pseudoptosis (jatuhnya kelopak bola mata karena infiltrasi pada otot
Muller)
- Hipertrofi papiler (Papil berwarna kemerahan pada infeksi bakterial,
sedangkan bentuk cobblestone ditemui pada konjungtivitis vernal)
- Kemosis (pembengkakan konjungtiva yang sering ditemukan pada
konjungtivitis alergika, bakterial (konjungtivitis gonokokus), dan
adenoviral
- Folikel (hiperplasia limfoid lokal konjungtiva yang terdiri dari
sentrum germinativum yang paling sering ditemukan pada infeksi
virus)
- Limfadenopati preaurikular
4. Kriteria Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan oftalmologi
Diagnosis dam laboratorium
5. Diagnosis Konjungtivitis
Kerja
6. Diagnosis - Skleritis dan episkleritis
Banding - Keratitis
- Glaukoma akut dan sub akut
- Uveitis anterior
7. Pemeriksaan - Pewarnaan Gram untuk identifikasi mikroorganisme penyebab
Penunjang - Pewarnaan Giemsa untuk identifikasi tipe sel dan morfologi
- Kerokan konjungtiva dan kultur apabila terdapat sekret purulen,
membranosa, atau pseudomembranosa
8. Tata Laksana - Bilas eksudat dengan larutan saline pada konjungtivitis purulen dan
mukopurulen akut
- Terapi empiris :
Salep atau tetes mata gentamisin, tobramisin, aureomisin,
kloramfenikol, polimiksin B kombinasi dengan basitrasin dan
neomisis, kanamisis, ofloksasin
Kombinasi antibiotik spektrum luas dengan deksametason atau
hidrokortison
- Terapi konjungtivitis gonore : sistemik dan topikal
Seftriakson 1 g, dosis tunggal intramuscular, diberikan apabila
tidak mengenai kornea.
Jika ada keterlibatan kornea, maka diberikan seftriakson 1-2
g/hari secara parenteral selama 5 hari diikuti doksisiklin 100 mg
dua kali sehari atau eritromisin 500 mg empat kali sehari selama
1 minggu.
- Terapi konjungtivitis kataral kronik : antibiotik topikal
kloramfenikol atau gentamisin diberikan 3-4 kali/ hari selama dua
minggu
9. Edukasi Menjaga kebersihan diri
Kondisi imunitas dan stamina dapat berpengaruh pada lamanya proses
penyembuhan
10. Prognosis - Infeksi bakterial akut dapat sembuh sendiri dalam 10-14 hari tanpa
pengobatan.
- Infeksi staphylococcal dapat menimbulkan blefarokonjungtivitis.
- Infeksi gonococcal dapat menyebabkan ulkus kornea dan
endoftalmitis jika tidak diobati.
- Infeksi meningokokus dapat menyebabkan komplikasiseptikemia
dan meningitis
11. Tingkat I/II/III/IV
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah dr. Salihah Ermawati Sp.M
Kritis
14. Indikator Kondisi secret/discharge
Hiperemi konjungtiva
15. Kepustakaan 1. Ferrer FJG, Schwab IR, Shetlar DJ. Conjunctiva. InVaughan and
Asbury’s General Ophthalmology.16th ed. USA: Mc.Graw-Hill
companies; 2007.
2. Khurana AK. Comprehensive ophtalmology. 4th edition. New
Delhi: New Age Publishers; 2007
ULKUS KORNEA
1. Pengartian Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea sampai
lapisan stroma akibat kematian jaringan kornea
2. Anamnesis Dari anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan
oleh pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur,
silau jika melihat cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus digali
ialah adanya riwayat trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa
kontak, adanya penyakit vaskulitis atau autoimun, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang
3. Pemeriksaan - Visus • Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang
Fisik mengalami infeksi oleh karena adanya defek pada kornea sehingga
menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam media refrakta.
- Slit lamp • Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena
adanya kekeruhan pada kornea. • Hiperemis didapatkan oleh karena
adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.
4. Kriteria - Mendadak mata merah, seperti ada benda asing, merah epifora dan
Diagnosis fotofobi.
- Visus : menurun
- Hiperemi perikornea
- Retroiluminasi : Infiltrate pada kornea berupa bercak putih pada
epitel sampai stroma, bisa kecil tapi bisa menutup seluruh kornea,
tidak jarang di atas lesi menjadi rapuh
- Tes fluoresin : Hasil positif di tepi ulkus
- Hipopion : berupa cairan kental di dalam bilik mata depan -
Laboratorium :
- Hapusan langsung : untuk mengetahui jenis kuman dengan
pengecatan “Gram”.
- Biakan kuman : untuk identifikasi kuman. Untuk keperluan
pemeriksaan laboratorium ini bahan diambil dari tepi ulkus
menggunakan kapas steril
5. Diagnosis Ulkus kornea
Kerja
6. Diagnosis - Konjungtitivitis
Banding - Iritis akut
- Glaukoma akut
7. Pemeriksaan - Tes fluoresein
Penunjang Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan
kornea. Untuk melihat adanya daerah yang defek pada kornea.
(warna hijau menunjukkan daerah yang defek pada kornea,
sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak).
- Pewarnaan gram dan KOH Untuk menentukan mikroorganisme
penyebab ulkus, oleh jamur.
- Kultur
Kadangkala dibutuhkan untuk mengisolasi organisme kausatif pada
beberapa kasus.
8. Tata Laksana Pengobatan pada ulkus kornea bertujuan menghalangi hidupnya bakteri
dengan antibiotika, dan mengurangi reaksi radang dengan steroid.
Sampai saat ini pengobatan dengan steroid masih kontroversi.
Antibiotic :
Pemilihan Antibiotik :
- Empiris selama 2 hari, kalau tidak membaik dilakukan scrapping untuk
pewarnaan Gram dan kultur.
- Tergantung hasil pewarnaan dan biakan kuman
Cara pemberian :
- Topical
- Sistemik
AMBLYOPIA
1. Pengartian Ambilopia adalah berkurangnya visus atau tajam penglihatan unilateral
atau bilateral walaupun sudah dengan koreksi terbaik tanpa
ditemukannya kelainan struktur pada mata atau lintasan visual bagian
belakang.
Amblyopia diklasifikasikan menjadi :
a. Ambliopia strabismuis
b. Ambliopia anisometropia
c. Ambliopia ametropia
d. Ambliopia deprivasi
2. Anamnesis Tajam penglihatan menurun, hilangnya sensitivitas kontras,
3. Pemeriksaan - Pemeriksaan visuskopi
Fisik - Tajam penglihatan
Penderita ambliopia kurang bisa untuk membaca huruf/bentuk yang
rapat dan mengenali pola apa yang dibentuk oleh gambar atau huruf
tersebut
- Neutral density filter test
Bila pasien ambliopia tajam penglihatan dengan NDF tetap sama
dengan visus semula atau sedikit membaik
4. Kriteria - Fiksasi kedua mata berbeda
Diagnosis - Visus tidak berubah meskipun sudah diberikan lensa koreksi
- Perdebaan visus tidak sepenuhnya berhubungan dengan kelainan
struktural lintasan mata
- Adanya efek density filter dan efek crowding phenomenon
5. Diagnosis Amblyopia
Kerja
6. Diagnosis Gangguan refraksi
Banding
7. Pemeriksaan Visuskopi
Penunjang
8. Tata Laksana Tatalaksana amblyopia meliputi langkah-langkah berikut :
- Menghilangkan bila mungkin semua penghalang penglihatan seperti
katarak
- Koreksi kelainan refraksi
- Paksakan penggunaan mata yang lebih lemah untuk membatasi
penggunaan mata yang lebih baik.
- Oklusi mata yang sehat
- Latihan optotik bila terjadi juling
9. Edukasi Kepatuhan terhadap tatalaksana
10. Prognosis Prognosis amblyopia tergantung pada jenis ambliopia, derajat
ambliopia, usia saat mulai tatalaksana, kepatuhan pasien terhadap terapi
yang dipilih.
11. Tingkat I/II/III/IV
Evidens
12. Tingkat A/B/C
Rekomendasi
13. Penelaah dr. Salihah Ermawati Sp.M
Kritis
14. Indikator Tajam penglihatan
Visus
15. Kepustakaan - Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi kelima. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI. 2014. Hal. 264-273.
- American Academy of Opthalmology; Pediatric Opthalmology;
Chapter 5:Amblyopia ; Section 6 ; Basic and Clinical Science Course
; 2004-2005 ; Hal 63-70.