RMK Surat Berharga (Materi 11) Kelompok 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

RINGKASAN MATA KULIAH

(RMK)
HUKUM BISNIS

Oleh:
Ni Kadek Sri Ade Yastini 1833121161
Ni Wayan Pertiwi Mathadewi 1833121186
Made Putri Utami 1833121193

Fakultas Ekonomi
Universitas Warmadewa
2019
Surat Berharga

A. Pengertian dan Dasar Hukum


Surat berharga adalah sebuah dokumen yang diterbitkan oleh penerbitnya sebagai
pemenuhan suatu prestasi berupa pembayaran sejumlah uang sehingga berfungsi sebagai alat
bayar kepada pihak-pihak yang memegang surat tersebut, baik pihak yang diberikan surat
berharga oleh penerbitnya ataupun pihak ketiga kepada siapa surat berharga tersebut
dialihkan.
Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit
atau setiap derivatif dan surat berharga atau kepentingan lain atau suatu kewajiban dari
penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal maupun pasar uang.
Surat berharga adalah sepucuk surat yang bernilai uang, serta memberikan hak kepada
pemegangnya atas apa yang tercantum didalamnya. Dan surat berharga ini mudah dan dapat
diperdagangkan.

Dasar Hukum
Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu surat berharga yang diatur di
dalam KUHD dan surat berharga yang diatur di luar KUHD. Surat berharga yang diatur, surat
sanggup, promese, serta kwitansi-kwitansi atas tunjuk. Sistematika peraturan untuk surat
berharga yang diatur dalam KUHD adalah :
a. Wesel, yang diatur dalam Buku I Titel keenam bagian pertama sampai dengan bagian
kedua belas KUHD.
b. Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel keenam dalam bagian tigabelas KUHD.
c. Cek diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian ke sepuluh KUHD.
d. Kwitansi-kwitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalambagian
kesebelas KUHD.
Jadi pengaturan surat berharga itu semua ada di dalam Buku I Titel 6 dan 7 KUHD.
Dasar hukum surat berharga juga berbeda untuk setiap jenisnya.

B. Wessel
Pada Pasal 100 KUHD menerangkan bahwa Wessel : Surat berharga yang memuat
kata “WESSEL” didalamnya, tertanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si
Penarik memberi perintah tanpa syarat kepada Tertarik untuk pada hari bayar membayar
sejumlah uang kepada pemegang/penerima yang ditunjuk oleh penarik/penggantinya. Dalam
Pasal 100 KUHD pun mengatur tentang Syarat Formal Surat Wessel :
1. Perkataan “Surat Wessel” harus tercantum dalam teksnya sendiri.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
3. Nama orang yang harus membayar/tertarik.
4. Menunjukkan hari gugur.
5. Penunjukkan tempat, dimana pembayaran dilakukan.
6. Nama orang kepada siapa/kepada pengganti pambayaran harus dilakukan.
7. Penyebutan tanggal penerbitan.
8. Tandatangan orang yang menerbitkan surat wessel/penarik.

Para pihak yang terlibat dalam suatu wesel adalah sebagai berikut :
1. Penarik, pihak yang menerbitkan surat wesel.
2. Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat wesel.
3. Akseptan, pihak yang telah setuju untuk membayar surat wesel pada hari bayar.
4. Pemegang pertama, pihak yang pertama sekali memegang/menerima wesel tersebut.
5. Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat wesel dari pihak pemegang
sebelumnya.
6. Endosan, pihak yang mengalihkan surat wesel kepada pemegang selanjutnya.

C. Cek
Pasal 178 KUHD menerangkan bahwa Cek : Surat berharga yang membuat kata
“CEK”, dimana penarik memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek/penggantinya/pembawa pada saat
ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD mengatur tentang Syarat Formal bentuk surat Cek,
diantaranya :
1. Perkataan “CEK” yang secara mutlak harus ditulis dalam teks cek tersebut.
2. Perintah tak bersyarat.
3. Tertarik/tersangkut.
4. Tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat cek ditariknya.
6. Tanda tangan penarik.
Adapun pihak yang terlibat dalam surat cek adalah:
1. Penarik, pihak yang menerbitkan surat cek.
2. Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat cek, dalam
hal ini adalah bank.
3. Pemegang, pihak yang pertama sekali memegang/menerima cek tersebut.
4. Pembawa, pihak yang menerima cek tersebut dan membawa untuk menunjukkannya
kepada bank, tanpa menyebutkan namanya pada cek tersebut.
5. Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat cek dari pihak pemegang
sebelumnya dengan jalan endosemen.
6. Endosan, pihak yang mengalihkan surat cek kepada pemegang selanjutnya dalam
jenis cek atas pengganti.

Jenis-jenis surat cek :


 Cek Biasa. Cek yang memenuhi kriteria dan ciri-ciri cek, tanpa ketentuan tambahan.
 Cek Atas Pengganti Penerbit. Cek dimana pemegang pertama tidak disebutkan,
sehingga penarik sama dengan pemegang pertama.
 Cek Atas Penerbit Sendiri. Tertarik juga bisa bertindak sebagai penarik.
 Cek Untuk Perhitungan Pihak Ketiga. Cek yang diterbitkan oleh seseorang tetapi
pembayaranya diambil bukan dari rekening penarik, namun dari rekening pihak
ketiga.
 Cek Inkasso. Pemegang cek hanya berkedudukan sebagai pemegang kuasa untuk
menagih. Pemegang tidak boleh mengalihkan kepada pihak lain selain dengan jalan
pemberian kuasa terhadap seseorang sesuai yang tercantum dalam surat kuasa.
 Cek Domisili. Cek yang tempat pencairannya ditunjukan di tempat tertentu, yaitu di
tempat pihak ketiga atau di tempat pihak tersangkut. Catatan: Cek ini tidak dapat
dicairkan di tempat lain.
 Cek Silang (Crossed Cheque) Cek yang hanya dibayarkan jika pembawanya bank lain
atau nasabah bank dari tertarik.
 Cek Perjalanan (Traveller’s Cheque). Cek ini tidak dapat dibayar dengan tunai,
namun hanya dibayar secara pemindahbukuan kedalam rekening pembawanya.

D. Surat Sanggup
Sebuah surat berharga, yang mencatumkan tanggal dan menyebutkan tempat
penerbitannya, yang merupakan kesanggupan tanpa syarat oleh penerbit untuk membayar
(pengakuan hutang) kepada pihak pemegang atau pembawanya, pembayaran mana dilakukan
pada waktu tertentu oleh pihak penerbit itu sendiri. Syarat-syarat Formal Surat Sanggup :
1. Kata-kata “Surat Sanggup”.
2. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Tanggal pembayaran.
4. Penetapan tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat surat sanggup ditarik/diterbitkan.
6. Tanda tangan penerbit surak aksep.
7. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
pembayaran harus dilakukan.

E. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro,
kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening yang tertera
dalam bilyet giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.

Dasar Hukum
1. SEBI No.8/7/1975;
2. SEBI No.9/72/1975;
3. SEBI No.9/16/1976;
4. SEBI No.5/85/1972;

Syarat Formal setiap Bilyet Giro harus berisikan:


1. Nama dan nomor Bilyet Giro;
2. Nama bank tertarik;
3. Perintah bayar tanpa syarat;
4. Nama dan nomor rekening pemegang/penerima;
5. Nama dan alamat bank penerima;
6. Jumlah dana dalam angka dan huruf;
7. Tempat dan tanggal penarikan;
8. Tanda tangan dan nama jelas penarik;
Pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan Bilyet Giro adalah sama
dengan pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi yang menggunakan cek.

Beberapa istilah yang berkaitan dengan Bilyet Giro:


1. Bilyet Giro mundur adalah Bilyet Giro yang tanggal efektifnya setelah tanggal
penerbitan;
2. Stop payment merupakan perintah penarik untuk membatalkan penarikan yang
disebabkan oleh hilangnya Bilyet Giro;
3. Inkaso (Pasal 183a KUHD) adalah perintah atau kuasa untuk menagihkan sejumlah
uang yang tertera dalam Bilyet Giro;
4. Cerukan (overdraft) adalah kondisi yang mana bank tertarik melakukan pembayaran
atas instruksi pendebetan atau penarikan yang dilakukan penarik atau nasabah,
walaupun dana pada rekening giro tersebut tidak mencukupi;
5. Bilyet Giro kosong adalah tolakan terhadap Bilyet Giro yang ditarik, dikarenakan: (i)
saldo rekening tidak cukup, (ii) rekening telah ditutup, dan (iii) alasan lain;
6. Mekanisme pemberian SP dalam Bilyet Giro sama dengan cek.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Bilyet Giro:


1. Apabila terdapat perbedaan penulisan dalam jumlah uang dalam angka dan huruf,
maka yang berlaku yang tertulis dalam huruf;
2. Apabila terdapat penulisan jumlah uang yang berulang-ulang, maka yang berlaku
adalah jumlah yang terkecil;
3. Setiap perubahan perintah atau coretan, wajib ditandatangani oleh penarik di tempat
kosong yang terdekat dengan perubahan tersebut.
4. Bilyet Giro hanya dikenal dalam hukum Indonesia. Di negara lain, Bilyet Giro
sebagai media pemindahbukuan dana pada rekening giro, tidak dikenal mengingat
baik untuk keperluan pembayaran tunai atau media pemindahbukuan hanya
digunakan satu instrument yaitu cek.

Tanggal dan batas waktu yang berlaku dalam Bilyet Giro:


1. Tanggal penerbitan;
2. Tanggal efektif (bukan merupakan syarat formal Bilyet Giro) adalah tanggal mulai
berlakunya tenggang waktu penarikan. Apabila tidak ditulis dalam Bilyet Giro maka
tanggal penebitan sama dengan tanggal efektif;
3. Tenggang waktu penarikan selama-lamanya 70 hari sejak tanggal penerbitan;
4. Tenggang waktu penawaran selama-lamanya 6 bulan setelah batas waktu penarikan;
5. Masa daluwarsa adalah masa setelah tenggang waktu penawaran.

F. Surat Berharga Lainnya


Adapun surat berharga lainnya sebagai berikut :
 Kwitansi dan Promes Atas Tunjuk adalah suatu surat yang diberikan tanggal,
ditandatangani oleh penerbitnya terhadap orang lain untuk suatu pembayaran
sejumlah uang yang ditentukan di dalamnya kepada penunjuk (atas tunjuk) pada
waktu diperlihatkan.
 Konosemen adalah Sebuah dokumen yang menentukan syarat-syarat kontrak antara
pengirim dan maskapai pelayaran. Konosemen berupa formulir yang dikeluarkan oleh
maskapai dan dilengkapi oleh pengirim.
 Delivery Order adalah Surat berharga yang mencantumkan kata delivery order di
dalamnya dan merupakan surat perintah dari pemegang delivery order diserahkan
barang-barang sebagai yang disebut, yang diambil dari konosemennya.
 Surat Saham adalah Surat berharga yang mencantumkan kata saham di dalamnya,
sebagai tanda bukti kepemilikan sahamnya sebagai bagian dari saham dari modalnya.
 Credit Card/Kartu Kredit adalah kartu plastik yang dikeluarkan oleh issuer, yaitu
bank atau lembaga keuangan lainnya, yang fungsinya adalah sebagai pengganti uang
tunai.
 Travels Cheque/Cek Perjalanan adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh bank,
yang memiliki nilai, dimana bank penerbit sanggup membayar sejumlah uang sebesar
nilai nominalnya kepada orang yang tanda tangannya tertera ada cek perjalanan itu.
 Charter Party adalah Perjanjian tertulis antara pemilik kapal dan pihak lain
mengenai penyediaan kapal untuk mengangkut orang atau barang pada waktu atau
perjalanan tertentu; seringkali perjanjian tertulis ini digunakan oleh pemilik kapal
sebagai jaminan untuk memperoleh kredit dari bank

Anda mungkin juga menyukai