RMK Surat Berharga (Materi 11) Kelompok 4
RMK Surat Berharga (Materi 11) Kelompok 4
RMK Surat Berharga (Materi 11) Kelompok 4
(RMK)
HUKUM BISNIS
Oleh:
Ni Kadek Sri Ade Yastini 1833121161
Ni Wayan Pertiwi Mathadewi 1833121186
Made Putri Utami 1833121193
Fakultas Ekonomi
Universitas Warmadewa
2019
Surat Berharga
Dasar Hukum
Pengaturan surat berharga terbagi menjadi 2 (dua) yaitu surat berharga yang diatur di
dalam KUHD dan surat berharga yang diatur di luar KUHD. Surat berharga yang diatur, surat
sanggup, promese, serta kwitansi-kwitansi atas tunjuk. Sistematika peraturan untuk surat
berharga yang diatur dalam KUHD adalah :
a. Wesel, yang diatur dalam Buku I Titel keenam bagian pertama sampai dengan bagian
kedua belas KUHD.
b. Surat sanggup diatur dalam Buku I Titel keenam dalam bagian tigabelas KUHD.
c. Cek diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalam bagian ke sepuluh KUHD.
d. Kwitansi-kwitansi atas tunjuk diatur dalam Buku I Titel ketujuh dalambagian
kesebelas KUHD.
Jadi pengaturan surat berharga itu semua ada di dalam Buku I Titel 6 dan 7 KUHD.
Dasar hukum surat berharga juga berbeda untuk setiap jenisnya.
B. Wessel
Pada Pasal 100 KUHD menerangkan bahwa Wessel : Surat berharga yang memuat
kata “WESSEL” didalamnya, tertanggal dan ditandatangani di suatu tempat, dalam mana si
Penarik memberi perintah tanpa syarat kepada Tertarik untuk pada hari bayar membayar
sejumlah uang kepada pemegang/penerima yang ditunjuk oleh penarik/penggantinya. Dalam
Pasal 100 KUHD pun mengatur tentang Syarat Formal Surat Wessel :
1. Perkataan “Surat Wessel” harus tercantum dalam teksnya sendiri.
2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang.
3. Nama orang yang harus membayar/tertarik.
4. Menunjukkan hari gugur.
5. Penunjukkan tempat, dimana pembayaran dilakukan.
6. Nama orang kepada siapa/kepada pengganti pambayaran harus dilakukan.
7. Penyebutan tanggal penerbitan.
8. Tandatangan orang yang menerbitkan surat wessel/penarik.
Para pihak yang terlibat dalam suatu wesel adalah sebagai berikut :
1. Penarik, pihak yang menerbitkan surat wesel.
2. Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat wesel.
3. Akseptan, pihak yang telah setuju untuk membayar surat wesel pada hari bayar.
4. Pemegang pertama, pihak yang pertama sekali memegang/menerima wesel tersebut.
5. Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat wesel dari pihak pemegang
sebelumnya.
6. Endosan, pihak yang mengalihkan surat wesel kepada pemegang selanjutnya.
C. Cek
Pasal 178 KUHD menerangkan bahwa Cek : Surat berharga yang membuat kata
“CEK”, dimana penarik memerintahkan kepada bank tertentu untuk membayar sejumlah
uang kepada orang yang namanya disebut dalam cek/penggantinya/pembawa pada saat
ditunjukkan. Dalam pasal 178 KUHD mengatur tentang Syarat Formal bentuk surat Cek,
diantaranya :
1. Perkataan “CEK” yang secara mutlak harus ditulis dalam teks cek tersebut.
2. Perintah tak bersyarat.
3. Tertarik/tersangkut.
4. Tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat cek ditariknya.
6. Tanda tangan penarik.
Adapun pihak yang terlibat dalam surat cek adalah:
1. Penarik, pihak yang menerbitkan surat cek.
2. Tertarik, pihak yang diberikan perintah tanpa syarat untuk membayar surat cek, dalam
hal ini adalah bank.
3. Pemegang, pihak yang pertama sekali memegang/menerima cek tersebut.
4. Pembawa, pihak yang menerima cek tersebut dan membawa untuk menunjukkannya
kepada bank, tanpa menyebutkan namanya pada cek tersebut.
5. Pengganti, pihak yang menerima peralihan surat cek dari pihak pemegang
sebelumnya dengan jalan endosemen.
6. Endosan, pihak yang mengalihkan surat cek kepada pemegang selanjutnya dalam
jenis cek atas pengganti.
D. Surat Sanggup
Sebuah surat berharga, yang mencatumkan tanggal dan menyebutkan tempat
penerbitannya, yang merupakan kesanggupan tanpa syarat oleh penerbit untuk membayar
(pengakuan hutang) kepada pihak pemegang atau pembawanya, pembayaran mana dilakukan
pada waktu tertentu oleh pihak penerbit itu sendiri. Syarat-syarat Formal Surat Sanggup :
1. Kata-kata “Surat Sanggup”.
2. Kesanggupan tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Tanggal pembayaran.
4. Penetapan tempat pembayaran.
5. Tanggal dan tempat surat sanggup ditarik/diterbitkan.
6. Tanda tangan penerbit surak aksep.
7. Nama orang yang kepadanya atau kepada orang lain yang ditunjuk olehnya,
pembayaran harus dilakukan.
E. Bilyet Giro
Bilyet Giro adalah surat perintah dari nasabah pemilik dana pada rekening giro,
kepada bank atau tertarik untuk memindahkan sejumlah dana kedalam rekening yang tertera
dalam bilyet giro, dana mana tidak dapat dicairkan secara tunai.
Dasar Hukum
1. SEBI No.8/7/1975;
2. SEBI No.9/72/1975;
3. SEBI No.9/16/1976;
4. SEBI No.5/85/1972;