Bab I, Ii, Iii
Bab I, Ii, Iii
Bab I, Ii, Iii
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi), istilah income pada
umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan
apa yang dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba dalam teori akuntansi
biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut dengan laba
komprehensif.
Masalah yang paling rumit berkaitan dengan laba adalah menentukan konsep laba
secara tepat untuk pelaporan keuangan sehingga angka laba merupakan angka yang
bermakna baik secara intuituf maupun ekonomik bagi berbagai pemakai statemen
keuangan. Pemaknaan atau pendefinisian laba mempunyai implikasi terhadap
pengukuran dan penyajian laba. Karena akuntansi secara umum menganut konsep kos
historis, asa akrual dan konsep penandingan, laba akuntansi yang sekarang dianut
dimaknai sebagai selisih antara pendapatan dan biaya. Sementara itu, pendapatan dan
biaya diukur dan diakui melalui prosedur tertentu sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Berterima Umum (PABU).
2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi atau pengertian tentang laba.
2. Untuk mengetahui apa saja karakteristik laba.
3. Untuk mengetahui konsep laba akuntansi dan ekonomi
BAB II
PEMBAHASAN
LABA (INCOME)
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomi yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun
dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib
Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.
(Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, pasal 4. Penebalan oleh penulis.)
Konsep Laba
Arti income dalam hal perpajakan dapat berbeda dengan arti income dalam akuntansi
atau pelaporan keuangan. Dalam istilah perpajakan, income atau laba berarti jumlah kotor
penghasilan sebagaimana digunakan dalam standar akuntansi keuangan. Sementara dalam hal
akuntansi, laba diartikan sebagai jumlah bersih sebagaimana didefinisikan oleh FASB atau lebih
spesifiknya adalah laba komprehensif.
Laba akuntansi diartikan sebagai selisih antara pendapatan dan biaya karena akuntansi
secara umum menganut konsep kos historis, asas akrual, dan konsep penandingan. Pendefinisian
laba sebagai pendapatan dikurangi biaya adalah definisi secara struktural karena laba tidak
diartikan secara terpisah dari pengertia pendapatan maupun biaya (Haron, Saringat et al. 2013).
Laba adalah hasil penerapan prosedur bukan sesuatu yang bermakna sintaktik. Untuk
menangkap arti laba secara jelas, akuntan harus memahami prosedur akuntansi secara rinci.
Sehingga, laba tidak dapat diintepretasi secara intuitif. Dan juga, pengukuran pendapatn dan
biaya sesuai prinsip akuntansi diterima umum lebih didasarkan pada konsep kos historis
sehingga laba yang dihasilkan mempertimbangkan perubahan daya beli dan perubahan harga.
Karena laba dianggap sebagai unsure yang cukup komprehensif dan kompleks untuk
merepresentasikan kinerja suatu perusahaan secara keseluruhan, bahasan mengenai teori
mengenai laba tidak dibatasi oleh tataran sintaktik tetapi juga meliputi tataran semantik dan
pragmatik. Hal inilah yang membedakan cakupan bahasan laba dengan unsur-unsur laporan
keuangan lainnya.
Makna Laba
Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan dalam mengasilkan barang dan
jasa. Hal ini berarti bahwa laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya. Pengertian ini
sejalan dengan konsep kesatuan usaha yang dikemukakan oleh Paton dan Littleton (1967) yang
memiliki sudut pandang terhadap laba sebagai kenaikan aset perusahaan seperti berikut:
“Laba adalah kenaikan aset dalam suatu periode akibat kegiatan produktif yang dapat
dibagi atau didistribusikan kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham, tanpa memengaruhi
keutuhan ekuitas pemegang saham semula” (Suwardjono 2005).
Dari berbagai pengertian laba yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa laba secara konseptual memiliki karakteristik umum sebagai berikut:
a. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas. Entitas dapat berupa
perorangan, kelompok, intritusi, badan, lembaga, atau perusahaan.
b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Jenis Kapital
Pengertian capital harus dilihat dari sudut pandang pihak yang menguasai capital tersebut,
dalam hal ini terdapat dua jenis konsep capital, yaitu capital financial dan fisis:
1. Kapital Finansial
Kapital financial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang
melekat padanya tanpa memperhatikan wujud fisis klaim tersebut, tapi jika capital
tersebut berwujud fisis, itu merupakan instrument atau asset financial. Pada umumnya,
capital finansial adalah kapital yang dikuasai pemegang saham atau obligasi. Dengan
konsep ini, laba atas kapital financial akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial
pada akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim financial pada awal periode.
Kapital finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah yang melekat pada asset
total badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen asset. Tingkat pengembalian
kapital finansial ini dinyatakan sebagai tingkat pengembalian atas asset total atau ROA,
yang rumusnya sebagai berikut :
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumlah pinjaman yang
tertanam di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan kapital akhir atau laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
sebagai kapasitas produksi fisis, yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas produksi fisis pada
akhir suatu periode melebihi kapasitas produksi fisis pada awal periode. Dalam konsep
kapital finansial, pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi menahan
dan dilaporkan melaui statemen laba-rugi. Sedangkan dalam kapital fisis, pengaruh
perubahan diakui sebagai penyesuai kapital dan tidak termasuk dalam statemen laba-
rugi.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukuran yang dapat dilekatkan pada suatu objek
sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar kecilnya dari objek yang lain atas dasar unit
pengukur tersebut. dalam teori pengukuran, dikenal empat macam skala pengukuran yaitu
kategoris/nominal, ordinal, interval, dan rasio.
1. Skala Nominal
Skala nominal atau skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah
terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat
perubahan kondisi ekonomik. Karen nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa,
akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah
konstan. Pengukuran dengan skala rupiah nominal lebih menitikberatkan pada jumlah
unit rupiah daripada jumlah unit daya beli. Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang
berubah karena inflasi, pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung
kelemahan.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli atau lebih tepatnya skala rupiah daya beli atau skala daya beli
konstan merupakan skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah nominal. Dengan
skala ini, rupiah nominal dinyatakan kembali dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar
indeks harga tertentu. Perubahan skala pengukuran dari rupiah nominal ke rupiah daya
beli secara substantive tidak berpengaruh terhadap laba sebagai perubahan nilai
ekonomik kapital, yang berubah adalah skala pengukurannya. Walaupun demikian,
pengukuran dengan rupiah daya beli akan menimbulkan untung atau rugi daya beli,
terutama kalau suatu entitas menahan asset moneter.
Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien (efficient contracting theory) merupakan bagian atau turunan
dari teori keagenan (agency theory). Teori ini didasarkan atas berbagai aspek dan implikasi
hubungan keagenan. Hubungan tersebut biasanya dinyatakan dalam bentuk kontrak. Kontrak
diakatakan efisien apabila mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang
diperjanjikan tanpa perselisihan dan para pihak mendapatkan hasil yang paling optimal dari
berbagai kemungkinan alternatif tindakan yang dapat dilakukan agen. Aspek pragmatik laba
dalam perkontrakan efisien didasarkan pada gagasan bahwa kontrak akan efisien kalau laba
akuntansi menjadi kriteria dalam kontrak tanpa memandang aspek semantic (makna) laba
tersebut.
Pengendalian Manajemen
Ikatan dalam bentuk kontrak tidak hanya terjadi antara perusahaan dan investor atau
pihak luar lainnya tetapi juga antara pihak internal perusahaan. Dalam tataran pragmatik, laba
digunakan sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Laba mempunyai peran penting
dalam suatu sistem pengendalian manajemen (management control system). Sistem ini dirancang
untuk meangarahkan perilaku manajer agar mereka memaksimumkan kepentingan dirinya atau
divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara keseluruhan juga tercapai.
Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan tujuan (goal congruence).
Pengendalian manajemen menuntut adanya kontrak –kontrak internal yang
memerlukan berbagai tingkat laba akuntansi sebagai unsur kesepakatan. Jadi, secara
pragmatik, laba akuntansi memang digunakan oleh manajemen. Hal ini memberi
indikasi bahwa laba akuntansi bermanfaat untuk kepentingan atau kontrak internal.
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham. Klaim
dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha kepada pemegang saham
sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan biaya. Statemen keuangan merupakan
pertanggungjawaban entitas usaha kepada pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajiban hukum
dan menjaga hubungan baik karena gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama
sendiri dan bukan atas pemegang saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang
entitas baru atau kontemporer (new or contemporary view of entity).
Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa). Pada
teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management associates) dimana
perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan oleh karenanya laporan
keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok tersebut. Persamaan
akuntansinya adalah sebagai berikut:
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga
kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan merupakan biaya
tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya bagi investor. Bunga dan
dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini disebut juga sudut pandang entitas
tradisional (traditional view of entity).
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang saham
sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham menanggung
segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, aset bersih menjadi
perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi
berikut ini:
Aset - Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai
pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan pihak
tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya distribusi laba.
Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang menjadi hak akhir pemilik.
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang akhirnya
menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala pengembalian
setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk pemegang saham biasa
menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statement laba-rugi.
Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan pandangannya
kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa memperhatikan pemilikan
seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat dilakukan oleh manusia dan oleh
karenanya siapa yang mengendalikan harus diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan
perhatiaanya pada para pengendali. Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep
kesatuan usaha. Dengan teori ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai
pengendali bukan pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan
penggunaan dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk tiap
kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun demikian,
manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan kinerja kesatuan usaha
secara keseluruhan.
Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai tujuan
tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa kegiatan,
program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas dana dapat
dinyatakan dalam persamaan berikut ini: